Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

"MODEL BUILDER"
JANGKAUAN PELAYANAN APOTEK DI KECAMATAN
BANYUMANIK

Disusun oleh:

Dhia Zulfa Salsabila 21040113120033


Ajeng Pradita Dewi 21040113140075
Amalia Ivada 21040113130121

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

Pendahuluan
Dewasa ini banyak diketahui aplikasi yang mudah digunakan untuk menyelasaikan
permasalahan keruangan terutama yang berkaitan dengan ilmu perencanaan. Aplikasi yang
dapat digunakan salah satunya adalah aplikasi yang sudah tidakasing lagi bagi dunia
perencanaan, yaitu aplikasi arcGis atau yang sering disebut dengan GIS. GIS atau Geographic
Information System adalah aplikasi pengolahan data spatial dengan menggunakan sistem
komputerisasi dengan menggabungkan antara data grafis dengan data atribut obyek
menggunakan peta dasar digital (basic map) bergeoferensi bumi (Hartoyo, dkk, 2010). GIS
dapat menampilkan dan memberikan percepatan data-data yang diinginkan oleh pengguna
dimana terdahulu hanya menggunakan metode manual namun saat ini sudah dapat
menggunakan metode digital. Aplikasi ini digunakan untuk menjadikan lebih mudah dalam
menjalankan perencanaan, seperti memudahkan dalam menetukan sebuah fasilitas,menentukan
trayek terdekat dalam transportasi, dan sebagainya. GIS atau Geographic Information System
adalah aplikasi pengolahan data spatial terdapat beberapa jenis analisis salah satunya yang
digunakandalam analisis laporan ini adalah analisis menggunakan metode Buffer. Disini akan
ditentukan menegenai lokasi paling optimal dari sebuah fasilitas kesehatan untuk Kecamatan
Banyumanik menggunakan analisis buffer.

Kajian Teori

 Pengertian buffer
Buffer merupakan salah satu fasilitas pada perangkat lunak GIS yang memungkinkan
kita membuat suatu batasan area tertentu dari obyek yang kita inginkan, misal kita ingin
membuat batasan area 200 meter dari suatu penggal jalan, sungai atau kita ingin membuat
batasan dengan radius tertentu dari pusat kota. Buffer Juga merupakan proses analisis yang
digunakan untuk membuat feature tambahan di sekeliling feature asli dengan menentukan jarak
tertentu. Buffer dapat digunakan untuk feature titik, garis maupun polygon (Andra, 2014)
Analisis buffer digunakan untuk mengidentifikasi daerah sekitar fitur geografis.Proses
ini menghasilkan daerah cakupan (range) di sekitar fitur geografis yang kemudiandapat
digunakan untuk mengidentifikasi atau memilih fitur berdasarkan letak obyek yang berada di
dalam atau di di luar batas buffer.Hasil analisis buffer ini adalah bentukan poligon di sekitar
objek. Zonasi nilai tanah(ZNT), bangunan terdampak banjir, area sempadan sungai, pemetaan
area perluasan jalan, zona pembebasan jalur listrik tegangan tinggi dan lain-lain adalah contoh
pekerjaan yang biasa menggunakan buffering.

 Spatial Analisyst
Aplikasi arcgis didalamnya terdapat analsisis yang disebut spatial analisis. Spatial
analisis adalah pemodelan spasial yang kuat dan fituranalisisnya. Adanya analisis tersebut dapat
membantu dalam pemodelan query, peta, menganalisa data raster bebrbasisi sel, raster
terintegrasi / analisis vektor; informasi baru yang berasal dari data yang ada; informasi query di
lapisan data dan sepenuhnya mengintegrasikan data raster berbasis sel dengan sumber data
vektor tradisional. Salah satu tools yang menjadi bagian dari fungsi spasial analisis adalah
Distance Modeling. Distance modeling terdiri atas empat jenis model, yakni :
 Distance Mapping function
 Straight line distance functions
 Cost weighted distance fungtion
 Shotets path

Fungsi diatas juga memiliki fungsi yang menunjang dalam pemodelan, fungsi dari keempat
model diatasa dalah :
1. Distance Mapping function
Pemetaan jarak yang dilakukan pada fungsi ini merupakan suatu fungsi yang global.
Fungsi ini dapat menghitung input data raster yang dimana pada output data rasternya
menunjukan nilai-nilai yang potensial pada setiap sel. Terdapat beberapa tools pada
fungsi ini yaitu, straight line (Euclidean) distance dan pengukuran jarak yang
bergantung pada faktor lain misalnya seperti perhitungan biaya travel.
2. Straight line distance functions
Straight line distance berfungsi untuk melakukan pengukuran jarak (secara garis lurus
dari suatu sel terhadap objek (source) terdekat misalnya jalan ataupun sekolah. Jarak
tersebut diukur dari psat sel ke pusat sel. Straight line alocation berfungsi untuk
menentukan nilai pada setiap sel yang berdekatan dengan objek yang ditentukan.
Straight line direction berfungsi untuk melihat arah suatu sel terhadap objek (source)
yang telah ditentukan.
3. Cost weighted distance fungtion
Cost weighted distance berfungsi untuk memodifikasi fungsi Straight line distance
dengan faktor lain misalnya seperti biaya travel yang ditetapkan untuk jarak pada setiap
sel. Cost weighted allocation berfungsi untuk mengidentifikasi source terdekat
berdasarkan akumulasi biaya. Cost weighted direction berfungsi untuk menyajikan peta
jalur yang mengidentifikasi rute yang menghabiskan biaya paling kecil.
4. Shotets path
Shortest path berfungsi untuk menentukan jalan pada titik yang ditentukan terhadap
source. Shortest path juga dapat berfungsi untuk menganalisis pencarian jalur baru
terbaik berdasarkan kontruksi biaya yag telah ditentukan

 Distance Analisyst
Fungsi dari distance modeling secara umum yaitu untuk menentukan suatu rute baru
yang paling murah (jalur terpendek, tercepat, dan efisien), pola penerbangan, rute laut, atau
faktor apapun yang dipengaruhi oleh waktu dan biaya. Dengan melalukan pemetaan jarak
suatu jalur/rute yang telah ditentukan, maka dapat dengan mudah melakukan analsis untuk
mendapatkan suatu informasi penting seperti jarak dengan tempat yang strategis ataupun
pertimbangan biaya
BAB II
STUDI KASUS

Konsep dasar SIG merupakan data yang mempresentasikan dunia nyata dapat disimpan,
dimanipulasi, dan dipresentasikan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan layer-layer
tematik yang direalisasikan dengan lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dapat
digunakan untuk pemecahan berbagai masalah perencanaan dan pengambilan keputusan
berkaitan dengan data kebumian. SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras,
perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif
untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi,
mengintegrasikan, menganalisis, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis
geografis (ESRI, 1990). Salah satu modul yang akan dilakukan yaitu "Model Builder".
Model Builder yaitu extention yang merupakan partner sekaligus komplemen bagi
spatial analyst, ia bertindak sebagai pengembang model analisis spasial yang handal. Bicara
tentang model maka tidak terlepas dari: Input - Proses - Output. Model dalam analisis spasial
diartikan sebagai sekumpulan proses spasial yang mengkonversikan data-data masukan ke
dalampeta-peta keluaran dengan menggunakan fungsi-fungsi spasial tertentu. Maka dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang dominan, sebuah model dapat dipresentasikan realitas
yang lebih sederhanadan dapat dikelola dengan baik. Dengan menggunakan model builder,
model spasial terdiri dari proses yang sangat mudah dibuat, diekseskusi, disimpan, dimodifikasi
dan digunakan bersama. Model Builder direpresentasikan sebagai suatu diagram yang mirip
dengan flowchart. Dengan model ini pengguna dapat:
1. Menilai area-area geografis sesuai dengan kriteria yang ditentukan
2. Melakukan prediksi apa yang akan terjadi pada area-area geografis atas perlakuan yang
diberikan padanya
3. Mendapatkan solusi, mencari pola, dan memperluas pemahaman terhadap sistem yang
bersangkutan.

Kecamatan Banyumanik merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Semarang
Kecamatan Banyumanik berada di wilayah paling selatan dari Pusat Pemerintahan Kota
Semarang dengan tofografi perbukitan dan kawasan pemukiman serta perdagangan. Luas
wilayah Kecamatan Banyumanik 2.658 Ha meliputi 114 RW dan 742 RT dan dihuni oleh
121.729 Jiwa yang terdiri dari Laki-laki : 60.466 jiwa dan Perempuan : 61.263 jiwa. Adapun
batas-batas Wilayah Kecamatan Banyumanik adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Candisari dan Gajah Mungkur
Sebelah Timur : Kecamatan Tembalang
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat : Kecamatan Gunungpati
Pada kasus ini, pengguna akan mengembangkan suatu model persebaran apotek yang
optimal di Kecamatan Banyumanik untuk mengidentifikasi area-area mana saja yang optimal
untuk diletakkan apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh pemerintah dan swasta
adalah dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan salah satunya adalah apotek. Faktor
yang mempengaruhi persebaran apotek yaitu: kondisi jalan dan buffer atau jangkauan pelayanan
tiap apotek. Model ini akan melibatkan proses buffer atau jangkauan pelayanan tiap apotek yang
sesuai dengan SNI. Berikut adalah SNI pada fasilitas apotek:
Jenis Jumlah Kebutuhan Per Standard Kriteria Keterangan
Sarana penduduk Satuan Sarana (m2/jiwa
pendukung Luas Luas Radius Lokasi dan
(jiwa) Lantai Lahan pencapaian Penyelesaian
Min. Min.
(m2) (m2)
Apotik 30.000 120 250 0.025 1500 m2 -idem- Dapat
bersatu
dengan
rumah
tinggal/
tempat
usaha/
apotik.
Sumber: SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. LANGKAH KERJA
Langkah Kerja
Langkah Kerja
1. Buka ArcGIS dengan cara Klik startall programsArcMap 10.1blank mapok

2. Add data →masukkan shp batas kecamatan kota semarang dan jalan kota semarang

3. Klik menu ArcCatalog setelah itu klik icon connect to folder , kemudian
cari folder yang akan dibuat model builder, disini yang akan dipilih adalah ‘Kecamatan
Banyumanik’→ok
4. Pada folder Kecamatan Banyumanik klik kanan→new→shapefile→muncul menu
create new shapefile.

5. Pada kolom name ganti nama menjadi ‘titik apotek1’ karena titik apotek tersebut akan
dibuat pada model builder ini. Feature type pilih ‘point’. Klik menu edit untuk
mengubah koordinatnya→projected coordinat systems→UTM→WGS 1984→Southern
Hemisphere→WGS 1984 UTM Zone 49S→ok
1 2

3 4

6. Klik kanan pada layer titik apotek→edit features→start editing. Pada menu windows
editor create features aktifkan titik apotek.
7. Setelah itu buat 20 titik apotek diseluruh Kota Semarang secara acak.

8. Setelah itu klik menu editor→save edits→stop editing

9. Buka ArcToolBox →klik kanan ArcToolBox→Add Toolbox


10. Klik pojok kanan atas yaitu new toolbox→Ketik nama toolbox, missal disini adalah
Build Buffer Apotek→open

11. Klik kanan pada toolbox baru→new→model

12. Pada menu Analysis tools, drag tool ‘select’ kedalam model hingga muncul diagram
seperti berikut.

13. Double klik pada select yang ada didalam model hingga muncul kotak dialog dibawah
ini.

Output

SQL
- Masukkan batas kecamatan_poly pada kolom input features dan pada kolom output
ubah namanya dan disimpan pada folder Kecamatan Banyumanik→save.

- klik icon SQL → pilih “Kecamatan” → klik icon “=” →klik Get Unique Values
→pilih “Kecamatan Banyumanik” →OK→OK.

14. Kemudian Select Titik apoteknya. Pada menu Analysis tools, drag tool ‘select’ kedalam
toolset hingga muncul diagram seperti berikut. Kemudian double klik pada diagram
select.

Pada Input features masukkan titik apoteknya, pada kolom output ubah dan simpan
dengan nama baru→ok
15. Tahap selanjutnya yaitu menggabungkan titik lokasi Kecamatan Banyumanik dan Batas
Kecamatan Banyumanik dengan tool Clip. Drag Clip Tool pada Toolset → double click
pada Clip → pada input features pilih titik lokasi dan pada clip features pilih batas
kecamatan →OK.
16. Kemudian tahap selanjutnya adalah menggunakan buffer, yang berfungsi untuk melihat
batas keterjangkauan suatu titik/garis/luas. Drag Buffer tool pada Toolset → double
click pada buffer → pada input features pilih hasil (output) clip yang telah dilakukan
sebelumnya →pada linear unit masukkan 1500 dan satuannya meters yang sesuai SNI
keterjangkauan apotek → OK
17. Langkah terakhir adalah merapikan model builder dengan cara klik icon auto layout

kemudian klik icon autorun . Tunggu sampai proses run selesai


18. Setelah proses run selesai, klik kanan pada model titik apotek banyumanik buffer yang
berwarna hijau→add to display

19. Jangan lupa untuk menyimpan hasil model kedalam bentuk graphic. Klik menu
model→export→To Graphic→ok
B. HASIL
Berikut adalah hasil peta yang dihasilkan dari pengelolaan SIG melalui metode model builde:

Terdapat 3 tahap analisis dalam model builder yaitu pertama, select untuk titik apotek dan batas
kecamatan. Kedua, Clip yang berfungsi untuk memotong kecamatan dan titik apotek yang
dianalisis yaitu Kecamatan Banyumanik yang dipotong dari Kota Semarang. Ketiga, Buffer
untuk mengetahui jangkauan pelayanan dari titik apotek Kecamatan Banyumanik. Sehingga dari
ketiga tahap model builder dihasilkan peta jangkauan pelayanan apotek di Kecamatan
Banyumanik sebagai berikut:

Dari peta jangkauan pelayanan apotek di Kecamatan Banyumanik, dapat dilihat bahwa ada 4
titik apotek yang menyebar sesuai dengan SNI di Kecamatan Banyumanik. Jangkauan
pelayanan yang diberikan oleh satu apotek adalah sebesar 1500 meter.
BAB IV
KESIMPULAN
Aplikasi SIG untuk penentuan lokasi yang optimal untuk apotek belum banyak digunakan, oleh
karena itu masih sangat luas kesempatan untuk mengembangkan aplikasi SIG untuk bidang
penentuan lokasi yang optimal untuk pendirian apotek dengan menghasilkan informasi-
informasi secara spasial yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh instansi yang
berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA
Andra, S. 2014. Analisis Buffer. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Padang : Padang

Anjar S, STP. 2002. Pemanfaatan GIS untuk Penyusunan Sistem Informasi Irigasi.
Diterbitkan dalam Prosiding Seminar Tahunan Jurusan Teknik Pertanian 2003.
ISBN:979-95896-5-7, Yogyakarta.

Hatoyo, dkk. 2010. Sistem Informasi Geografis (Sig). Bogor : Tropenbos


InternaInternational Indonesia Programme.

Anda mungkin juga menyukai