Anda di halaman 1dari 2

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode CUPRAC (Apak et al.

2007)

Sebanyak 1 ml ekstrak dilarutkan dalam etanol 96% ditambahkan 1 ml CuCl2·2H2O 0,01 M; 1


ml neokuproin etanolik 0,0075 M; 1 ml bufer amonium asetat pH 7 1M; dan 0,1 ml akuades.
Larutan didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansnya pada 453,4 nm. Sebagai blangko
digunakan campuran larutan tanpa ekstrak. Kurva kalibrasi dibuat menggunakan larutan troloks
dengan berbagai konsentrasi. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam μmol troloks/g serbuk
kering.

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Blois 1958 diacu dalam Hanani et al. 2005)

Sebanyak 1 ml larutan DPPH 1 mM (dalam metanol) dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


Ekstrak etanol tanaman dilarutkan dalam metanol lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi
hingga volume larutan tepat 5 ml. Larutan tersebut didiamkan selama 30 menit dan diukur
absorbansnya pada 515,5 nm. Larutan troloks dengan berbagai konsentrasi digunakan untuk
membuat kurva kalibrasi. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam μmol troloks/g serbuk kering.

Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP (Benzie & Strain 1996)

Pereaksi FRAP dibuat dengan campuran bufer asetat 300 mM pH 3,6; TPTZ 10 mM dalam 40
mM HCl; dan 20 mM FeCl3·6H2O dengan nisbah 10:1:1. Sebanyak 150 μl ekstrak ditambahkan
4,5 ml pereaksi FRAP kemudian didiamkan selama 30 menit pada suhu 30 °C dan diukur
absorbansnya pada 598 nm. Larutan troloks dengan berbagai konsentrasi digunakan untuk
membuat kurva kalibrasi. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam μmol troloks/g serbuk kering.

Aktivitas Antioksidan Metode CUPRAC

Pada metode CUPRAC (cupric ion reducing antioxidant capacity), kompleks bisneokuproin-
tembaga (II) akan mengoksidasi senyawaan antioksidan dalam ekstrak tanaman dan mengalami
reduksi membentuk kompleks bis-neokuproin-tembaga(I). Secara visual hal ini dapat dilihat dari
perubahan warna kompleks larutan dari biru toska menjadi kuning. Pereaksi CUPRAC
merupakan pereaksi yang selektif karena memiliki nilai potensial reduksi yang rendah, yaitu
sebesar 0,17 V (Apak et al. 2007).

Metode DPPH

Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) merupakan senyawa radikal nitrogen. DPPH akan


mengambil atom hidrogen yang terdapat dalam suatu senyawa, misalnya senyawaan fenol.
Mekanisme terjadinya reaksi DPPH ini berlangsung melalui transfer elektron. Larutan DPPH
yang berwarna ungu memberikan serapan absorbans maksimum pada 515,5 nm. Larutan DPPH
ini akan mengoksidasi senyawa dalam ekstrak tanaman. Proses ini ditandai dengan memudarnya
warna larutan dari ungu menjadi kuning.

Metode FRAP
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode FRAP (ferric reducing antioxidant power)
didasarkan atas kemampuan senyawa antioksidan dalam mereduksi senyawa besi (III)-tripiridil-
triazin menjadi besi (II)-tripiridil triazin pada pH 3,6.

Metode linoeat–tiosianat.

Sebanyak 200 µL ekstrak etanol dengan berbagai konsentrasi (1%, 5 % dan 10 %) ditambah 130
µL asam linoleat, 10 mL etanol, dan 10 mL buffer fosfat pH 7 kemudian ditambah akuades
sampai volume 25,0 mL. Larutan ini kemudian diinkubasi dalam conical flask pada suhu 40 oC
dan setiap 12 jam sekali diukur kandungan peroksidanya dengan cara: Diambil 200 µL larutan
diatas, lalu ditambah 9,4 mL etanol; 200 µL larutan amonium tiosianat 30 %; dan 200 µL fero
klorida (20 mM dalam 3,5 % HCl), lalu divortek selama 3 menit dan diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 490 nm. Dilakukan juga pengukuran absorbansi kontrol seperti semua proses
diatas tapi tanpa penambahan ekstrak etanol daun kemuning. Hasil daya antioksidan ekstak
etanol daun kemuning dibandingkan dengan pembanding vitamin E 1% yang sudah diketahui
sebagai antioksidan.

Anda mungkin juga menyukai