Anda di halaman 1dari 38

1

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


PENYULUHAN
Pengendalian Pasca Panen Padi
Kelompok Tani Suka Maju

Disusun oleh :

Kelompok IXA

Satrio Yudho Widiantoro 23020114130062


Widya Dwi Pangesti 23020115120011
Fatimatuz Zahra 23020115120021
Afrizal Muhamad Nur 23020115130057
Yulian Dwi A. P. H. 23020115130074

PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
2

Judul : Pengendalian Pasca Panen Padi Kelompok Tani


Suka Maju

Kelompok/Kelas : IX/A

Program Studi/ Jurusan : S-1 Teknologi Pangan/Pertanian

Fakultas : Peternakan dan Pertanian

Tanggal Pengesahan : Mei 2017

Menyetujui,

Koordinator Umum Asisten Asisten Pembimbing

Mirza Andrian Syah Nur Fatin Zuhriawati


23040114120038 23040114120010

Menyetujui,

Koordinator Umum Praktikum

Ir. Dyah Mardiningsih, M.S.


NIP: 19541018 198303 2 002
3

RINGKASAN

Kelompok IX. KELAS A. 2017. Pengendalian Pasca Panen Padi. (Nur Fatin
Zuhriawati: 23040114120010).

Praktikum penyuluhan dengan materi pengendalian pasca panen padi telah


dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 pada Kelompok Tani Sukamaju,
Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang dan di ruangan
D305 Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

Materi penyuluhan pengendalian pasca panen padi adalah kuesioner, video


sistem pertanian oganik, video sistem tumpang sari, dan video sistem irigasi pipa
tetes dan demonstrasi cara pengolahan padi menjadi tepung beras dan keupuk
beras, dan brosur berisi materi penyuluhan. Metode yang dilakukan itu membuat
kuesioner, melakukan wawancara kepada kelompok tani untk memperoleh
informasi, mengumpulkan data monografi desa, menentukan materi penyuluhan
berdasarkan masalah yang terjadi pada kelompok tani tersebut, memberikan
pemecahan masalah, menentukan media dan metode untuk penyampaian materi,
membuat media peraga, menyampaikan materi penyuluhan, mengadakan post-test
kepada sasaran, dan evaluasi proses penyuluhan.

Penyuluhan pengendalian pasca panen padi pada Kelompok Tani


Sukamaju, Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang bertujuan untuk
Kelompok Tani Sukamaju mampu mengatasi masalah hama di ladang mereka,
mampu mengatasi permasalahan kurangnya pasokan air untuk irigasi serta mampu
mengembangkan kemampuan mereka dalam hal pengolahan pasca panen terutama
kerupuk beras dan tepung beras.
Kata Kunci : Hama, irigasi, tepung beras, kerupuk beras, penyuluhan
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

penyuluhan ini dengan baik. Tujuan praktikum Penyuluhan adalah untuk agar

mampu mengatasi permasalahan kurangnya pasokan air untuk irigasi serta mampu

mengembangkan kemampuan mereka dalam hal pengolahan pasca panen terutama

kerupuk beras dan tepung beras.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Nur Fatin Zuhriawati

selaku Asisten Pembimbing, Mirza Andrian Syah selaku Koordinator Asisten

Praktikum Penyuluhan dan Ir. Dyah Mardiningsih, M.S. selaku Koordinator

Umum Praktikum Penyuluhan yang telah membimbing dan membantu penyusun

selama praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan Praktikum Penyuluhan

selesai. Penyusun berharap semoga laporan Praktikum Penyuluhan ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Demikian kata pengantar dari penyusun, penyusun menyampaikan

terimakasih atas perhatian dan koreksi yang membangun dari berbagai pihak.

Semarang, Mei 2017

Penyusun
6

DAFTAR PUSTAKA

RINGKASAN.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II DATA LAPANG..........................................................................................2
2. 1. Keadaan Desa........................................................................................2
2. 2. Kondisi Pertanian...................................................................................5
2. 3. Potensi Yang Ada (SDA).......................................................................6
2. 4. Masalah Yang Ditemukan.....................................................................7
2.4.1. Responden Pertama Bapak M. Syafii...................................................7
2.4.2. Responden Kedua Bapak Nurhadi.........................................................7
2.4.3. Responden Ketiga Bapak Masruhin......................................................8
2.4.4. Responden Keempat Bapak Warih Pambudi.........................................8
2.4.5. Responden Kelima Bapak Mualim.......................................................9
BAB III PENENTUAN DAN PEMBAHASAN MASALAH..............................10
3. 1. Penentuan Masalah..............................................................................10
3. 2. Pembahasan Masalah...........................................................................10
BAB IV PEMECAHAN MASALAH....................................................................13
BAB V RENCANA KERJA..................................................................................17
5. 1. Materi...................................................................................................17
5. 2. Media...................................................................................................17
5. 3. Metode.................................................................................................19
5. 4. Jadwal Kegiatan / Pelaksanaan.........................................................19
BAB VI PENUTUP...............................................................................................22
6. 1. Kesimpulan..........................................................................................22
6. 2. Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23
8

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Kelurahan.......................................................3


Tabel 2. Data Pendidikan Kelurahan...................................................................4
Tabel 3. Data Mata Pencaharian Kelurahan.......................................................5
Tabel 4. Penggunaan Area Lahan Pertanian.......................................................6
10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi...................................................................................26
Lampiran 2. Kuesioner........................................................................................29
Lampiran 3. Soal Evaluasi Praktikum Penyuluhan.........................................30
1

BAB I

PENDAHULUAN

Padi merupakan tanaman yang banyak di jumpai di berbagai penjuru

daerah di indonesia, biji padi merupakan awal dari makanan pokok sebagian

masyarakat di indonesia. Lahan di indonesia masih sangat cocok untuk ditanami

tanman padi tersebut, karena kebanyakan lahan pertanian di indonesia merupakan

lahan basah walaupun sebagian juga ada yang merupakan lahan kering atau

memiliki sifat tanah yang kering sehingga tidak cocok untuk di tanami padi.

Produk dari tanaman padi salah satu nya adalah tepung beras. Tepung beras

merupakan tepung yang dibuat dari beras yang ditumbuk atau digiling. Tepung

beras tidak sama dengan pati beras yang dibuat dengan merendam beras dalam

larutan alkali. Tepung beras dapat dijadikan pengganti dari tepung gandum bagi

penderita intoleransi gluten karena tepung beras tidak mengandung gluten.

Tujuan praktikum ini adalah agar mampu mengatasi permasalahan

kurangnya pasokan air untuk irigasi serta mampu mengembangkan kemampuan

mereka dalam hal pengolahan pasca panen terutama kerupuk beras dan tepung

beras. Manfaat praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat memenuhi lulus

mata kuliah penyuluhan.


2

BAB II

DATA LAPANG

2. 1. Keadaan Desa

Kelurahan Rowosari terletak di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Batas wilayah kelurahan Rowosari bagian Utara, Barat, Timur dan Selatan

berturut-turut adalah desa Kebonbatur Kabupaten Demak, desa Meteseh

Kecamatan Tembalang, desa Banyumeneng Kabupaten Demak, dan desa

Kalikayen Kecamatan Ungaran. Wilayah Kelurahan Rowosari terbagi menjadi 41

RT dan 9 RW serta memiliki 2.243 kepala keluarga. Data jumlah penduduk,

pendidikan, mata pencaharian, serta kondisi pertanian di Kelurahan Rowosari,

Semarang berturut-turut disajikan pada Tabel 1, 2, 3 dan 4.

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Kelurahan

Usia Jumlah Presentase (%)


06 992 8.52
7 12 1582 13.58
13 18 2608 22.39
19 24 2704 23.21
25 55 2815 24.17
56 79 913 7.84
> 80 34 0.29
Jumlah 11648 100
Sumber : Data Sekunder Monografi Kelurahan Rowosari, 2017.

Berdasarkan Tabel 1, data monografi yaitu data jumlah penduduk

kelurahan sesuai usia yang ada di Kelurahan Rowosari, tidak dikategorikan sesuai
3

dengan jenis kelamin penduduk. Dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan

Rowosari didominasi oleh penduduk yang berusia 25-55 tahun yaitu 2518

mahasiswa. Jumlah penduduk sesuai dengan data, didapatkan paling sedikit yaitu

penduduk yang memiliki umur 80 tahun ke atas sebanyak 38 orang.

Tabel 2. Data Pendidikan Kelurahan

No Pendidikan Jumlah Presentase (%)


1 Belum sekolah 75 0.78
2 Tidak tamat sekolah 476 4.90
3 Tamat SD/sederajat 2622 27.00
4 Tamat SLTP/sederajat 2934 30.22
5 Tamat SLTA/sederajat 3079 31.71
6 Tamat akademi/sederajat 207 2.13
7 Tamat perguruan tinggi 291 3.00
8 Buta huruf 25 0.26
Jumlah 9709 100
Sumber : Data Sekunder Monografi Kelurahan Rowosari, 2017.

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan warga

Kelurahan Rowosari adalah tamat SLTA sebanyak 31.71% sedangkan yang

terendah adalah buta huruf sebanyak 0.26% dengan total jumlah warga yang

menempuh jenjang pendidikan sebanyak 9133 jiwa. Tingkat pendidikan warga

Kelurahan Rowosari sangat beragam dimana hal ini dapat dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi atau sosial keluarga dari masing-masing warga Kelurahan

Rowosari.
4

Tabel 3. Data Mata Pencaharian Kelurahan

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Presentase (%)


Penduduk
1 Petani pemilik 588 10.35
2 Buruh Tani 801 14.11
3 Pengrajin/Industri kecil 25 0.44
4 Buruh industri 2026 35.68
5 Buruh bangunan 1435 25.27
6 Pedagang 669 11.78
7 Pengangkutan 51 0.90
8 Pegawai Negeri Sipil 23 0.40
9 ABRI 11 0.19
10 Pensiunan (ABRI/PNS) 48 0.85
11 Peternak sapi potong 1 0.03
Jumlah 5678 100
Sumber : Data Sekunder Monografi Kelurahan Rowosari, 2017.

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa rata-rata mata pencaharian

warga Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang adalah di

bidang buruh industri sebanyak 2026 jiwa, sedangkan mata pencaharian terendah

adalah peternak sapi potong sebanyak 1 jiwa . Peringkat kedua tertinggi yaitu

buruh bangunan lalu buruh tani. Wilayah Kelurahan Rowosari yang notabennya

tidak terlalu padat penduduk mengakibatkan masih banyaknya lahan yang dapat

digunakan untuk pertanian, sehingga warga Kelurahan Rowosari yang bekerja

sebagai buruh tani sebanyak 801 jiwa. Sedangkan peringkat kedua terbawah yaitu

ABRI dan PNS. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan

pada warga di Kelurahan Rowosari.


5

2. 2. Kondisi Pertanian

Kehidupan penduduk di Kelurahan Rowosari pada awalnya bercorak

agraris dan mata pencaharian masyarakatnya bersifat homogen, karena hampir

seluruh penduduk di wilayah Kelurahan Rowosari ini berprofesi sebagai petani,

baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun akhir-akhir ini jumlah

petani sangat menurun drastis, karena hasil dari bertani tidak dapat dijadikan

sebagai penghasilan tetap, karena tidak menentunya musim. Sehingga hal ini

menyebabkan para penduduk yang berusia tua masih bertani dan yang berusia

muda sebagian besar menjadi buruh bangunan. Namun perlu diketahui bahwa

jenis tanah di Kelurahan Rowosari bersifat sawah tadah hujan, jadi para petani

tidak selalu menanami sawahnya dengan padi. Hal ini dikarenakan musim hujan

yang tidak menentu, sehingga masa tanam padi hanya bisa dilakukan satu sampai

dua kali dalam setahun.

Tabel 4. Penggunaan Area Lahan Pertanian

No Penggunaan Area Lahan Jumlah (Ha)


1 Padi 165
2 Jagung -
3 Ketela pohon -
4 Ketela rambat -
5 Kacang tanah -
6 Kedelai -
7 Sayuran -
8 Buah-buahan -
9 Lain-lain -
Sumber : Data Sekunder Monografi Kelurahan Rowosari, 2017.
6

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa penggunaan area lahan

pertanian di Kelurahan Rowosari, sepenuhnya digunakan untuk menanam padi,

yaitu dengan luas lahan 165 Ha. Dengan melihat kondisi lingkungan di Kelurahan

Rowosari, memang lebih mudah untuk menanam padi dibanding yang lainnya.

Sebelumnya, area lahan pertanian di Kelurahan Rowosari juga digunakan untuk

menanam jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayuran,

buah-buahan, dan lain-lain. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, warga di

Kelurahan Rowosari terutama yang bermata pencaharian sebagai petani,

sepenuhnya hanya menanam padi.

2. 3. Potensi Yang Ada (SDA)

Kondisi wilayah Kelurahan Rowosari, berpotensi menghasilkan sumber

daya alam yang dibutuhkan bagi kelangsungan usaha. Kelurahan Rowosari

merupakan wilayah yang berpotensi untuk mengembangkan usaha yaitu dengan

mengolah hasil panen padi menjadi suatu produk untuk meningkatkan daya

jualnya. Selain itu, pupuk yang digunakan untuk padi yang mereka olah, sering

dibuat sendiri oleh kelompok Tani Sukamaju menjadi pupuk organic. Namun,

terdapat kendala dalam menggunakan pupuk organik dengan tujuan menjaga

lingkungan, yaitu terkadang beberapa hama tidak bisa dibasmi hanya dengan

pupuk organik. Maka, kelompok Tani Sukamaju masih sering menggunkan

pupuk dengan bahan kimia, demi terciptanya hasil yang baik.


7

2. 4. Masalah Yang Ditemukan

Berdasarkan praktikum penyuluhan yang telah dilakukan, diperoleh hasil

sebagai berikut :

2.4.1. Responden Pertama Bapak M. Syafii

Berdasarkan observasi lapangan, masalah yang ditemukan pada

usaha kelompok Tani Sukamaju di Kelurahan Rowosari yaitu

responden pertama yang kami wawancarai adalah Bapak M. Syafii yang

berumur 50 tahun. Beliau merupakan ketua kelompok Tani Sukamaju

yang dibentuk tahun 2013. Saat ini beliau memiliki lahan padi sendiri dan

membekerjakan buruh-buruh tani di Kelurahan Rowosari. Pekerjaan

sampingan beliau adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan tingkat

pendidikan terakhir adalah S1. Permasalahan yang dihadapi oleh beliau

adalah kurangnya sistem pengairan yang ada pada sawah yang

dimilikinya, karena pengairan yang digunakan hanya bersumber dari

tadah hujan. Namun, berdasarkan observasi yang telah kami lakukan

salah satu penyebab dari permasalahan ini adalah kurangnya sumber

irigasi yang dapat selalu memadai, entah pada musim hujan atau

kemarau.

2.4.2. Responden Kedua Bapak Nurhadi

Berdasarkan responden kedua yang kami wawancarai adalah

Bapak Nurhadi yang berumur 38 tahun. Beliau merupakan bendahara dari


8

kelompok Tani Sukamaju yang mulai bergabung tahun 2015. Saat ini

beliau memiliki lahan jagung seluas Ha, namun bukan di Kelurahan

Rowosari. Tingkat pendidikan terakhir beliau adalah Sekolah Menengah

Atas (SMA). Pekerjaan sampingan beliau adalah peternak burung.

Permasalahan yang dihadapi oleh beliau adalah fenomena daun putih

pada tanaman jagung yang beliau tanam, dan belum mendapatkan solusi

terbaiknya hingga saat ini.

2.4.3. Responden Ketiga Bapak Masruhin

Berdasarkan responden ketiga yang kami wawancarai adalah

Bapak Masruhin yang berusia 45 tahun. Beliau mulai bergabung tahun

2013 dan menjabat sebagai anggota di kelompok Tani Sukamaju. Saat

ini beliau tidak memiliki lahan dan bekerja sebagai buruh tani. Tingkat

pendidikan terakhir beliau adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pekerjaan sampingan yang dimiliki oleh beliau adalah wiraswasta

(penjual pulsa). Permasalahan yang dihadapi oleh beliau adalah

pengolahan limbah hasil panen yang biasanya tidak dimanfaatkan lagi

yaitu dibakar. Namun, berdasarkan observasi yang telah kami lakukan,

pembakaran limbah hasil panen yang dilakukan oleh kebanyakan buruh

tani di sana, ialah akibat mudahnya atau dapat secara instan

membersihkan kacamata, dsb.

2.4.4. Responden Keempat Bapak Warih Pambudi


9

Berdasarkan responden keempat yang kami wawancarai adalah

Bapak Warih Pambudi yang berusia 45 tahun. Beliau merupakan

sekretaris dari kelompok Tani Sukamaju yang mulai bergabung tahun

2005. Saat ini beliau memiliki lahan padi sendiri. Tingkat pendidikan

terakhir beliau adalah S1. Pekerjaan sampingan dari beliua adalah

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Permasalahan yang sering dihadapi oleh

beliau adalah adanya hama wereng pada padi yang dihasilkan, serta

penggunaan pupuk organic yang kurang ampuh dalam membasmi hama.

2.4.5. Responden Kelima Bapak Mualim

Berdasarkan responden kelima yang kami wawancarai adalah

Bapak Mualim yang berusia 38 tahun. Beliau merupakan anggota dari

kelompok Tani Sukamaju yang mulai bergabung tahun 2006. Beliau

memiliki pekerjaan bertani sambil mengisi waktu kosong. Tingkat

pendidikan terakhir beliau adalah S1. Pekerjaan beliau selain bertani,

beliau juga mengajar. Permasalahan yang dihadapi oleh beliau adalah

pengolahan limbah hasil panen yang biasanya tidak dimanfaatkan lagi

yaitu dibakar.
10

BAB III

PENENTUAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

3. 1. Penentuan Masalah

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada kelompok tani suka maju

di Kelurahan Rowosari RT 03 / RW 04, Kecamatan Tembalang, Semarang,

masalah yang sering dihadapi oleh kelompok tani padi adalah serangan hama dari

sejak penananam hingga proses pemanenan, irigasi yang kurang memadai karena

hanya mengandalkan air hujan (tadah hujan), kurang pemahaman tentang pupuk

organik sehingga masih menggunakan pupuk kimia atau pestisida dan limbah padi

atau jerami tidak dimanfaatkan untuk kompos tetapi hanya dibuang atau dibakar

saja.

3. 2. Pembahasan Masalah

Hama biasanya menyerang tanaman padi dari sejak proses penanaman

hingga proses pemanenan, hal ini biasa disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan

kimia yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arofah dan Tjahjaningrum

(2013) yang menyatakan bahwa hama terjadi karena kontrol manusia dalam

penggunaan bahan kimia secara berlebihan, tidak terukur dan berkelanjutan

dimana penggunaan pestisida malah justru menurunkan kualitas padi dan bahkan

menghilangkan musuh alami. Hama yang biasanya menyerang tanaman padi

adalah hama wereng dimana wereng biasanya menyerang padi pada bagian batang
11

dan daun yang dapat menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil dan daun

berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2009) yang

menyatakan bahwa wereng penyerang batang padi meliputi wereng padi coklat

(Nilaparvata lugens) dan wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera)

sedangkan wereng penyerang daun padi meliputi wereng padi hijau (Nephotettix

apicalis dan N. impicticep), wereng jenis ini merusak dengan cara mengisap

cairan batang dan daun padi yang mengakibatkan tanaman padi menjadi kuning

dan mongering serta tanaman menjadi kerdil. Masalah yang terjadi pada tanaman

padi tidak hanya hama saja melainkan juga proses perairan atau irigasi, dimana

irigasi yang kurang memadai juga sebagai salah satu penyebab kurang optimalnya

pertumbuhan padi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ilham et al., (2007) yang

menyatakan bahwa masalah utama yang sering dihadapi oleh para petani adalah

ketersediaan air untuk irigasi yang kurang memadai. Salah satu tujuan dari irigasi

itu sendiri adalah untuk menyuburkan tanamna dan mecegah adanya serangan

hama, karena air merupakan zat hara yang sangat penting untuk pertumbuhan

tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurjaya et al., (2013) yang menyatakan

bahwa irigasi memiliki tujuan untuk memberantas hama, dimana gangguan hama

pada tanaman seperti sudep, tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara

menggenangi permukaan tanah tersebut dengan air sampai batas tertentu dan juga

irigasi digunakan untuk memupuk atau merabuk tanah karena air sungai juga

memiliki zat zat yang baik untuk tanaman.

Masalah selanjutnya yang biasanya dihadapi oleh kelompok tani adalah

kurang adanya pemahaman tentang penggunaan pupuk organik, sehingga petani


12

masih menggunakan pupuk kimia. Padahal penggunaan pupuk kimia sangat

banyak kerugiannya misalnya kualitas padi yang dihasilkan menurun dan hama

semakin banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Astiningrum (2005) yang

menyatakan bahwa pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan

residu yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam

tanah sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Sutanto (2006) yang menyatakan bahwa pemakaian

pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah menjadi

tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur hara di

dalam tanah tidak tercapai. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk

menggunakan pupuk organik.


13

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan hasil empiris petani dari wawancara yang telah dilakukan,

Kelompok Tani Sukamaju mengalami permasalahan pada penanganan hama

wereng dan sistem irigasi. Hama merupakan permasalahan utama dalam sistem

usaha pertanian yang tidak dipisahkan karena hasil usaha tani termasuk dalam

rantai makanan dalam suatu ekosistem. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat et

al., (2014) yang menyatakan bahwa hama merupakan kesatuan dapat ekosistem

alami dalam usaha pertanian. Kehadiran hama merupakan suatu yang wajar,

namun dalam jumlah yang tidak terukur menyebabkan kematian beberapa padi

bahkan gagal panen. Kepunahan hama dapat mempengaruhi rantai makanan

setelahnya serta menggangggu system ekosistem keseluruhan dan mengganggu

sistem ekosistem secara keseluruhan namun kelebihan hama dapat menyebabkan

gagal panen. Maka diperlukan keseimbangan jumlah predator, dalam hal ini

penambahan predator alami hama wereng dapat mengurangi populasi hama di

sawah. Menurut Santosa dan Sulistyo (2012) predator yang biasanya digunakan

sebagai penghambat bertambahnya wereng batang coklat penyebab kegagalan

panen padi yaitu polifag yang merupakan serangga pemangsa segala jenis hama

dari berbagai famili. Selain itu penanaman dengan metode tumpang sari dapat

mengurangi jumlah hama. Hal ini dikarenkan metode tersebut menyebabkan

pertumbuhan hama menjadi tidak maksimal karena konsentrasi hama menjadi

terpecah atau hama tidak dapat tumbuh optimal. Hal ini sesuaia dengan pendapat
14

Catharina (2009) yang menyatakan bahwa serangan hama terjadi karena

keanekaragaman hayati yang terbatas sehingga memungkinan pertumbuhan hama

menjadi maksimal sehingga jika penanaman dilanjutkan sistem monokultur tidak

menghaslkan panen yang optimal. Metode tumpang sari yang dapat dilakukan

dalam penanaman padi biasanya diiringi dengan penanaman jenis legum. Selain

dapat menghambat meledaknya populasi hama, penanaman legum dapat

menyuplai kebutuhan nitrogen yang dimanfaatkan secara penuh tanaman serealia.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rivaie (2016) yang menyatakan bahwa tanaman

seralia dengan bentuk fisik yang baik dapat diperoleh dengan adanya nitrogen

yang terdapat dlam tanah berasal dari rhizobium akar tanaman legum.

Sistem irigasi yang biasanya digunkan kebanyakan petani di Kelompok

Tani Sukamaju yaitu tadah hujan dengan memanfaatkan air hujan yang dapat

tertampung pada lahan. Metode ini cocok pada wilayah dengan curah hujan yang

tinggi, sedangkan kurang cocok pada wilayah dengan curah hujan rendah seperti

di Rowosari umumnya daerah Semarang. Hal ini sesuai dengan pendapat Raharjo

(2010) yang menyatakan bahwa tipe wilayah dengan curah hujan rendah

menyebabkan pasokan air pada tanaman terbatas sehingga pertumbuhan tanaman

terhambat bahkan menyebabkan gagal panen. Maka diperlukan suatu sistem yang

mengedepankan efisiensi penggunaan air untuk memperoleh tanaman dengan

kualitas terbaik dengan jumlah air yang serendah-rendahnya. Sistem irigasi yang

cocok untuk pertanian dengan jumlah air terbatas yaitu irigasi tetes. Menurut

Surata (2016) irigasi tetes merupakan metode pemberian air dengan

meneteskannya melalui pipa-pipa yang telah dilubangi di sekitar tanaman atau


15

sepanjang larikan tanaman. Pemberian pipa yang telah dilubangi mengakibatkan

jumlah air yang diberikan terukur dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat

Udiana et al., (2014) yang menyatakan bahwa irigasi tetes dapat menghemat

pemakaian air mencapai 87-95%. Penekanan jumlah air dapat menguntungkan

petani dari segi materi.

Melimpahnya jumlah produksi beras dari Kelompok Tani Sukamaju

memerlukan penanganan pasca panen yang baik untuk menghindari proses

pembusukan akibat kadar air masih tinggi. Salah satunya dengan pengeringan.

Petani biasanya mengeringkan beras dengan bantuan sinar matahari. Setelah

dikeringkan, dilakukan penggilingan serta pemisahan kulit ari. Proses

penggilinggan yang tidak sempurna menyebabkan terbentuknya pecahan-pecahan

beras. Menurut Sunarti dan Michael (2013) pecahan-pecahan biasa diolah menjadi

kerupuk beras atau jika dilanjutkan pada proses penumbukkan dapat diperoleh

tepung beras . Hal ini dapat dilihat sebagi peluang untuk memberikan nilai tambah

walaupun beras kering sebenarnya dapat langsung dijual. Keberadaan ibu-ibu

rumah tangga di daerah Rowosari dapat dimanfaatkan sebagai produsen

pembuatan kerupuk beras maupun tepung beras tersebut. Pelatihan dengan media

video maupun praktik langsung diharapkan meningkatkan kemampuan afektif dan

psikomotorik sasaran dalam pembuatan dan kerupuk beras tepung beras. Hal ini

sesuai dengan pendapat Thamrin et al., (2015) yang menyatakan bahwa media

video dapat meningkatkan kemampuan afektif sasaran karena sifatnya yang ringan

dan menghibur serta dilakukan praktik untuk meningkatkan kemampuan

psikomotorik. Setelah dilakukan penyuluhan mengenai cara pembuatan tepung


16

beras dan kerupuk beras, sasaran diuji kemampuannya dengan kuesioner untuk

mengetahui seberapa jauh pemahamannya mengenai pembuatan tepung beras dan

kerupuk beras dan pengujian/praktik dihadapan penyuluh langsung. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kapti et al., (2013) yang menyatakan bahwa post test maupun

praktik langsung dilakukan untuk mengukur kemampuan sasaran akibat

penyuluhan yang telah diberikan sebagai masukkan (feedback) program

penyuluhan yang dilakukan.


17

BAB V

RENCANA KERJA

5. 1. Materi

Materi penyuluhan yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam proses

komunikasi oleh penyuluh kepada sasaran dalam setiap kegiatan penyuluhan.

Materi yang disampaikan hendaknya lengkap dan seuai dengan kebutuhan sasaran

penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunasaf dan Taspirin (2012), bahwa

sebagai pendidik penyuluh harus mampu menambah wawasan sasaran dengan

penyampaian materi yang lengkap dan sesuai.dalam hal ini materi yang

disampaikan diharapkan mampu menambah pengtahuan anggota kelompok Tani

Suka Maju dalam hal perbaikan cara bercocok tanam tanaman padi sampai

pengolahan pasca panen. Materi yang disampaikan berisi materi tentang sistem

pertanian organik dengan sistem tumpang sari untuk mengatasi permasalahan

hama pada tananaman padi, sistem irigasi pipa tetes sebagai solusi untuk

mengatasi kurangya pengairan karena permasalahan irigasi. Meteri tentang

pengolahan padi menjadi tepung beras dari awal padi siap diolah hingga siap

dikonsumsi lebih lanjut dalam bentuk teppung beras.

5. 2. Media

Media penyuluhan adalah alat bantu penyuliuh dalam menyampaikan

penyuluhan sehingga memudahkan sasaran dalam memahami segala informasi

yang disampaikan oleh penyuluh. Media yang digunakan memiliki fungsi


18

edukatif, yaitu untuk memberikan informasi mengenai sistem pertaian organik dan

sistem tumpang sari untuk mengatasi permasalahan hama di kelompok tani suka

maju, sistem irigasi pipa tetes untuk mengatasi permasalahan irigasi yang

menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan pengairan ladang serta cara

pengolahan padi menjadi tepung beras. Hal ini sesuai pendapat Nurhidayat et al.

(2012) bahwa media adalah suatu yang digunakan untuk menyampaikan informasi

sehingga lebih mudah untuk dipahami. Salah satu media yang sering dipai yaitu

media cetak. Media merupakan media yang mudah dipahami. Hal ini sesuai

pendapat Hamida et al. (2012) bahwa media cetak dapat menarik perhatian

sasaran dalam penyampaian informasi. Sehingga media yang digunakan dalam

bentk media cetak berupa leaflet dan secara langsung dengan video dan

demonstrasi. Leaflet adalah lembaran yang dilipat dan berisi informasi tertentu

dalam bentuk tulisan, gambar atau kombinasi diantara keduanya. Leaflet biasanya

disajikan dalam bentuk sederhana dan semenarik mungkin.

Kelompok Tani Suka Maju yang merupakan target sasaran, memiliki rata-

rata pendidikan yaitu lulusan SD dan SMP. Sehingga penggunaan media

penyuluhan yaitu dilengkapi video yang berisi penjelasan mengenai sisem

pertaian organik dan tumpang sari, sistem irigasi pipa tetes serta cara pengolahan

padi menjadi tepung beras yang dikemas berupa gambar atau tidak terlalu banyak

tulisan, beserta demonstrasi cara pengolahan padi menjadi tepung beras, dianggap

menjadi media penyuluhan yang paling efektif. Hal ini seuai dengan pendapat

Nurfathiyah et al. (2011) bahwa penggunaan video sebagai media penyuluhan

mampu menggabungkan visual dengan audio sehingga lebih mudah dan menarik
19

untuk dipahami. Media video juga memiliki fungsi afektif, koknitif dan atensi

dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kaptil et al. (2013) bahwa

media video dapat dikemas sedemikian rupa sehingga sangat efektif karena dapat

mewakili semua informasi yang akan disampaikan. Karena tingkat kemampuan

membaca dan menulis masyarakat berbeda-beda sehingga selain menggunakan

leaflet media lain yang digunakan berupa video dan demonstrasi.

5. 3. Metode

Metode dalam penyuluhan merupakan cara jalan yang ditempuh penyuluh

dalam menyampaikan informasi terkait kegiatan penyuluhan. Metode dalam

peyuluhan dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode

yang dipilih dalam penyuluhan kepada kelompok tani suka maju adalah dengan

metode secara tidak langsung melalui media cetak berupa pembagian leaflet.

Leaflet yang diberikan berisi materi penyuluhan yang dibagikan secara individu.

5. 4. Jadwal Kegiatan / Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu:

Pada minggu ke-4 bulan Mei 2017.

Judul : Penyuluhan Sistem Pertanian Organik dan Sistem Tumpang Sari

Kelompok Tani Suka Maju

Materi : Sistem pertanian organik dan sistem tumpang sari dalam bercocok

tanam tanaman padi.

Penyuluh : Moderator : Satrio Yudho W.


20

Pemateri : Widya Dwi Pangeti

Notulis : Fatimatuz Zahra

Tempat : Balai Desa Kelurahan Rowosari

Waktu : Pukul 14.00 - 16.00 WIB.

Peserta : Kelompok Tani Suka Maju

Pada minggu ke-1 bulan Juni 2017.

Judul : Penyuluhan Sistem Irigasi Pipa Tetes Kelompok Tani Suka Maju

Materi : Sistem irigasi pipa tetes pada pengairan lahan

Penyuluh : Moderator : Fatimatuz Zahra

Pemateri : Afrizal M. Nur.

Notulis : Yulian Dwi A. P. H.

Tempat : Balai Desa Kelurahan Rowosari

Waktu : Pukul 14.00 - 16.00 WIB.

Peserta : Kelompok Tani Suka Maju

Pada minggu ke-2 bulan Juni 2017.

Judul : Penyuluhan Pengolahan Padi menjadi Tepung Beras Kelompok

Tani Suka Maju

Materi : Pengolahan padi menjadi tepung beras

Penyuluh : Moderator : Satrio Yudho W.

Pemateri : Yulian Dwi A. P. H.

Notulis : Widya Dwi Pangeti


21

Tempat : Balai Desa Kelurahan Rowosari

Waktu : Pukul 14.00 - 16.00 WIB.

Peserta : Kelompok Tani Suka Maju


22

BAB VI

PENUTUP

6. 1. Kesimpulan

Masalah yang sering dihadapi oleh Kelompok Tani Sukamaju, Kelurahan

Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang adalah serangan hama dari

sejak penananaman hingga proses pemanenan, irigasi yang kurang memadai

karena hanya mengandalkan air hujan (tadah hujan), dan kurang pemahaman

tentang pupuk organik. Permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan cara sistem

pertanian organik dengan sistem tumpang sari, sistem irigasi pipa tetes, dan

pengolahan padi menjadi tepung beras dan kerupuk beras. Media yang digunakan

dalam penyampaian materi diantaranya video sistem pertanian oganik, video

sistem tumpang sari, dan video sistem irigasi pipa tetes dan demonstrasi cara

pengolahan padi menjadi tepung beras dan keupuk beras, dan brosur berisi materi

penyuluhan.

6. 2. Saran

Sebaiknya penyampaian materi penyuluhan dilakukan langsung pada

Kelompok Tani Sukamaju itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan mereka

dan memperoleh tujuan penyuluhan itu sendiri dan perlunya pembimbingan dalam

penentuan lokasi penyuluhan untuk memperoleh kelompok tani dengan komoditas

yang lebih mudah untuk diolah.


23

DAFTAR PUSTAKA

Arofah, S dan I. T. D. Tjahjaningrum. 2013 . Pengaruh habitat termodifikasi


menggunakan serai terhadap serangga herbivore dan produktivitas padi
varietas IR-64 di desa Purwosari, Pasuruan. Jurnal Sains dan Semi Pomits.
2 (2) : 258-263.

Astiningrum, M. 2005. Manajemen Persampahan. Majalah Ilmiah Dinamika


Universitas Tidar Magelang, Magelang.

Catharina, T. S. 2009. Respon tanaman jagung pada sistem monokultur dengan


tumpangsari kacang-kacangan terhadap ketersediaan unsur hara N dan
nilai kesetaraan lahan di lahan kering. Ganec Swara Edisi Khusus. 3 (3):
17-21.

Effendi, B. S. 2009. Strategi pengendalian hama terpadu tanaman padi dalam


perspektif praktek pertanian yang baik. Pengembangan Inovasi Pertanian.
2 (1) : 65-78.

Hidayat, R., Y. Yusran, dan I. Irmasari. 2014. Hama pada tegakan jati (Tectona
grandis Lf) di Desa Talaga Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala.
Warta Rimba. 2 (1): 17-23.

Kapti, R. E., Y. Rustina, Y., dan W. Widyatuti. 2013. Efektifitas audiovisual


sebagai media penyuluhan Kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
dan sikap ibu dalam tatalaksana balita dengan diare di dua rumah sakit
Kota Malang. J. Ilmu Keperawatan. 1 (1): 53-60.

Nurjaya., I. Adamy dan S. Rochayati. 2013. Neraca hara dan produktivitas pada
usahatani padi sistem konvensional, ptt, sri dan semi organik di lahan
sawah irigasi dengan tingkat kesuburan rendah. Jurnal Litbang Pertanian.
4 (2) : 247-256.
24

Raharjo, P. D. 2011. Teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis


untuk identifikasi potensi kekeringan. Makara Teknologi. 14 (2): 97-105.

Rivaie, A. A. (2016). Penentuan kebutuhan nitrogen tanaman jagung (Zea mays


L.) pada berbagai jarak tanam dalam tumpangsari dengan kacang tanah
(Arachis hypogeae L.) di lahan kering maluku tengah. Informatika
Pertanian. 23 (2): 139-146.

Santosa, S. J. dan J. Sulistyo. 2012. Peranan musuh alami hama utama padi pada
ekosistim sawah. Innofarm. 6 (1): 1-10.

Sunarti, T. C. 2015. Pemanfaatan beras pecah dan penambahan tepung-tepungan


lokal untuk meningkatkan kualitas kerupuk beras. J. Agro-Industri
Indonesia. 3 (1): 154-161.

Surata, I. K. 2016. Pemanfaatan irigasi tetes untuk penanaman cendana (Santalum


album L.) di lahan kritis Banamblaat, Pulau Timor, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 4 (2): 129-138.

Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan


Pengembangannya). Kanisius, Yogyakarta.

Thamrin, M., S. Surnaherman, S. M. Riza. 2015. Peningkatan hasil belajar


mahasiswa kelas Agribisnis 4 Fakultas Pertanian UMSU mata kuliah
penyuluhan pertanian melalui media pembelajaran video. J. Pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial. 7 (2): 166-175.

Udiana, I. M., W. Bunganaen, dan R. A. P. Padja. 2014. Perencanaan sistem irigasi


tetes (drip irrigation) di Desa Besmarak Kabupaten Kupang. J. Teknik
Sipil. 3 (1): 63-74.
25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi
1. Foto dengan Responden 1

Nama : M. Syafii
Umur : 50 tahun
Pendidikan : S1
Komoditas : Padi
Permasalahan : Sistem pengairan yang hanya bersumber dari tadah hujan
26

2. Foto dengan Responden 2


27

Nama : Nurhadi
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Komoditas : Jagung
Permasalahan : Fenomena dauh putih pada tanaman jagung
28

3. Foto dengan Responden 3


29

Nama : Masruhin
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SMA
Komoditas : Padi
Permasalahan : Penanganan limbah hasil panen dengan cara dibakar

4. Foto dengan Responden 4


Nama : Warih Pambudi
Umur : 45 tahun
Pendidikan : S1
Komoditas : Padi
Permasalahan : Hama wereng pada padi yang ditanam

5. Foto dengan Responden 5


Nama : Mualim
Umur : 38 tahun
Pendidikan : S1
Komoditas : Padi
Permasalahan : Penanganan limbah hasil panen dengan cara dibakar

Lampiran 2. Kuesioner
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :

Usia :

Pendidikan :

II. IDENTITAS USAHA/KELOMPOK TANI


1. Apa nama kelompok tani?
2. Berapa jumlah anggota kelompok tani?
3. Apakah sebelumnya telah ada penyuluhan sebelumnya ke tempat
Bapak/Ibu?
4. Kalau pernah tentang apa penyuluhannya?
5. Kalau nanti ada yang datang penyuluhan, Bapak/Ibu inginnya tentang
apa?
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki/punya lahan sendiri?
30

7. Berapa luas lahan milik/punya Bapak/Ibu?


8. Apakah dengan luas lahan tersebut?
9. Bapak/Ibu melakukan usaha tani sendiri atau berkelompok?
III. PERMASALAHAN
1. Apa masalah yang Bapak/Ibu sering hadapi?
2. Bagaimana biasanya Bapak/Ibu menghadapi masalah tersebut?

IV. PENANAMAN
1. Apakah Bapak/Ibu telah memiliki modal sebelum melakukan usaha
tani?
2. Dari mana Bapak/Ibu mendapatkan modal?
3. Apakah biasanya Bapak/Ibu memakai tanaman yang sama atau
mengganti tanaman setiap panen?
4. Dari mana Bapak/Ibu mendapatkan bibit, pupuk, atau peralatan
lainnya?
V. PENGOLAHAN LAHAN
1. Alat apa yang digunakan Bapak/Ibu untuk mengolah lahan?
2. Apakah sambil menunggu panen, Bapak/Ibu ada kegiatan sampingan?
3. Mengapa Bapak/Ibu melalukan kegiatan sampingan tersebut?
4. Permasalahan apa yang terjadi saat Bapak/Ibu mengolah lahan?

Lampiran 3. Soal Evaluasi Praktikum Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai