Anda di halaman 1dari 3

INTERVENSI NON-PRICING PEMERINTAH

Keuangan publik merupakan ilmu yang mempelajari peran pemerintah dalam sebuah
ekonomi. Secara sederhana, keuangan publik membantu menjawab Empat Pertanyaan Keuangan
Publik (The Four Questions of Public Finance). Keempat pertanyaan tersebut ialah When should the
government intervene in the economy?; How might the government intervene?; What is the effect of
those interventions on economic outcomes?; dan Why do governments choose to intervene in the way
that they do?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab dengan menganalisa produk keuangan
pemerintah, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tahun anggaran yang digunakan
yaitu 1 Januari - 31 Desember. APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang. APBN merupakan instrument yang sangat penting dalam
pengaturan keuangan publik oleh pemerintah. Oleh karena itu, APBN perlu disusun dengan efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan suatu Negara.
Secara umum, pemerintah mengintervensi ekonomi dengan tujuan untuk mencapai
keseimbangan Antara eksternalitas dan ekuitas. Untuk mencapainya pemerintah menentukan waktu,
bentuk, sasaran, dan alasan dalam melakukan suatu intervensi kepada suatu ekonomi. Hal tersebut
dilakukan demi keberhasilan intervensi tersebut dalam memengaruhi ekonomi. Berikut adalah
kutipan dari Nota Keuangan APBN 2017.

“Selanjutnya tahun 2017 adalah tahun konsolidasi fiskal, baik di sisi pendapatan negara,
belanja negara, maupun sisi pembiayaan anggaran. Di bidang pendapatan negara, Pemerintah
melanjutkan program tax amnesty dan melakukan perbaikan perhitungan penerimaan perpajakan
agar sejalan dengan basis perhitungan penerimaan perpajakan yang lebih rasional di tahun 2016. Di
bidang belanja negara, dilakukan efisiensi pada belanja operasional, namun tetap fokus pada
pembangunan infrastruktur, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial, serta penciptaan
lapangan kerja. Sementara itu, di bidang pembiayaan anggaran, dilakukan penghematan pada
pembiayaan investasi dengan fokus pada kemandirian BUMN dan infrastruktur dengan mencari
sumber pembiayaan yang murah. Dengan demikian, APBN tahun 2017 dirancang lebih realistis,
kredibel, dan efisien.”

Dari kutipan tersebut tersebut, terdapat kebijakan-kebijakan pemerintah secara makro dalam
tahun anggaran 2017 kebijakan-kebijakan tersebut berfokus pada konsolidasi fiskal. Langkah yang
diambil oleh pemerintah dinilai akurat. Kebijakan tersebut merupakan bentuk intervensi pemerintah
dalam ekonomi untuk menjaga kedaulatan perekonomian Indonesia. Hal tersebut dikarenakan di
tengah ancaman krisis ekonomi dunia dan adanya gejolak-gejolak konflik regional maupun
internasional seperti saat ini yang berdampak langsung terhadap perekonomian negara-negara yang
menganut perekonomian terbuka seperti Indonesia, dibutuhkan penciptaan pengelolaan APBN yang
sehat dan tangguh. Mengingat APBN suatu negara adalah salah satu fondasi yang menopang
kedaulatan perekonomian suatu Negara sehingga perlu dilakukan penguatan-penguatan fiskal dari sisi
pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan negara.
Selanjutnya, secara terperinci, kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, khususnya pemerintah pusat diklasifikasikan menurut fungsi atau
organisasi pengelolanya. Menurut fungsinya, Kebijakan pemerintah terbagi untuk menjalankan fungsi-
fungsi pemerintah pusat. Salah satu fungsi tersebut ialah fungsi kesehatan.
Kebijakan anggaran kesehatan dalam menjalankan fungsi kesehatan difokuskan untuk
memperkuat upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam APBN tahun 2017, alokasi anggaran untuk fungsi kesehatan ditetapkan sebesar
Rp61.724,5 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan sebesar 6,6 persen jika
dibandingkan dengan alokasinya pada APBNP tahun 2016 sebesar Rp66.069,8 miliar.
Penurunan tersebut terutama disebabkan meningkatnya anggaran kesehatan melalui
transfer ke daerah terkait dengan pembagian kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Melalui sistem seperti itu membuat angka alokasi
untuk kesehatan berkurang namun efek yang didapat tetap sama. Sehingga Pemerintah tetap
menjalankan komitmennya untuk memenuhi alokasi anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari APBN,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Arah kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2017 antara lain:
(1) Mempercepat pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia
yang berkualitas;
(2) Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
(3) Meningkatkan pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan
(4) Memantapkan pelaksanaan SJSN bidang kesehatan;
(5) Memperkuat kelembagaan kependudukan dan keluarga berencana yang efektif;
(6) Memperkuat upaya promotif dan preventif dengan gerakan masyarakat hidup
sehat;
(7) Meningkatkan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; dan
(8) Meningkatkan penguatan kelembagaan pada Badan POM.

Sementara itu, bentuk-bentuk intervensi pemerintah di bidang kesehatan, yaitu imunisasi,


Pemerian bantuan iuran Jamina Kesehatan Nasional/Kartu Indonesia Sehat, Penurunan prevelensi
pendek dan sangat pendek pada anak umur bawah dua tahun, Biaya Operasional Kesehatan, dan Biaya
Operasional Keluarga Berencana.
Pemberian Imunisasi merupakan salah satu intervensi pemerintah dalam bentuk non-pricing,
melainkan Mandate. Melalui pemberian imunisasi pemerintah menentukan jenis vaksin yang
diberikan ke masyarakat dan kapan pemberiannya. Intervensi ini tenut saja memiliki dampak positif
dan negatif bagi ekonomi.
Masyarakat tentunya akan dimudahkan dalam menjaga kesehatannya melalui imunisasi.
Ditambah lagi informasi mengenai imunisasi tersebut lebih mudah diakses karena ditangani langsung
oleh pemerintah. Pemerintah pusat yang berkoordinasi dengan pemerintah daerah dapat
menjalankan kebijakan ini hingga ke pelosok negeri, mengingat imunisasi sangat penting bagi
masyarakat untuk melawan penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Sehingga lebih
banyak lapisan masyarakat yang berkesempatan untuk mendapatkan imunisasi. Dampak positif dari
intervinsi ini ialah meningkatnya angka harapan hidup dan tentunya tingkat kesehatan masyarakat
serta ketahannya terhadap penyakit. Dimana hal tersebut dapat berpengaruh pada procuktivitas
masyarakat.
Namun, bagi para pengusaha vaksin non-generik yang telah dikembangkan oleh pengusaha
tersebut yang tidak dapat bekerja sama dengan pemerintah akan mengalami kerugian. Hal tersebut
dikarenakan permintaan vaksin mereka akan menurun. Sehingga perusahaan tersebut tidak dapat
bersaing dan memperoleh keuntungan. Pemberian imunisasi oleh pemerintah juga dapat
menurunkan produktivitas ilmuan pengembang vaksin tersebut. Sebab, jumlah masyarakat yang akan
diimunisasi yang sangat besar sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar untuk menggunakan
vaksin-vaksin non-generik yang telah dikembangkan oleh para ilmuan. Selain itu, pemberian imunisasi
oleh pemerintah juga sangat rentan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah. Masih tersimpannya paradigma miring mengenai imunisasi ditengah masyarakat
menyebabkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sebab, dengan pemberian
imunisasi bagi seluruh masyarakat seakan-akan masyarakat dipaksa untuk diimunisasi, termasuk
masyarakat yang menentang imunisasi. Meskipun, pola pikir miring megenai imunisasi itu salah dan
telah terbukti secara ilmiah, namun tetap saja masih terdapat beberapa masyarakat yang
meyakininnya, dan pengaruhnya terhadap penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah cukup besar.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa niat baik pemerintah untuk mensejahterakan
rakyatnya melalui kebijakan harus ditempuh dengan sangat berhati-hati. Karena kebijakan tersebut
mengintervensi atau memengaruhi ekonomi. Entah itu condog memberi pengaruh positif atau
pengaruh negatif. Tidak menutup kemungkinan pengambilan kebijakan yang salah malah
memperburuk ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa menjawab empat pertanyaan
keuangan public sebelum melakukan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai