Anda di halaman 1dari 20

UNEMPLOYMENT

KELOMPOK 6
FADHAL MUHAMMAD
ALDIO RENALDI TAMPUBOLON
AULIA AHSAN
ALDIN AHMAD WIDIANTO
Mengapa Ekonom mempelajari
Pengangguran?
PENDUDUK

BUKAN ANGKATAN
ANGKATAN KERJA KERJA
(USIA LEBIH DARI 15
TAHUN) (USIA KURANG DARI 15
TAHUN)

Bukan Tenaga Kerja


(Mengejar Pendidikan, Tenaga Kerja
Mendapat Warisan, Dll)

Tidak Bekerja atau


Sedang Mencari Bekerja
Pekerjaan
Bagaimana pemerintah mengukur
pengangguran?
Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas). Survei ini khusus dirancang untuk mengumpulkan informasi/data
ketenagakerjaan.
Sakernas dilakukan secara triwulanan, yaitu bulan Februari (Triwulan I), Mei (Triwulan II),
Agustus (Triwulan III), dan November (Triwulan IV).
Sakernas Triwulanan ini dimaksudkan untuk memantau indikator ketenagakerjaan
secara dini di Indonesia, yang mengacu pada KILM (The Key Indicators of the Labour
Market) yang direkomendasikan oleh ILO (The International Labour Organization).
Hasil Sakernas Triwulan I, II, dan IV disajikan sampai tingkat provinsi (jumlah sampel
50.000 rumah tangga). Sementara Sakernas Triwulan III, disajikan sampai tingkat
kabupaten/kota, karena jumlah sampel cukup besar sekitar 200.000 rumah tangga,
dimana jumlah tersebut terdiri dari 50.000 rumah tangga merupakan sampel Sakernas
Triwulanan dan 150.000 rumah tangga sampel Sakernas tambahan.
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

INDONESIA
12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

INDONESIA
Tingkat Pengangguran Alamiah

Tingkat pengangguran rata-rata dalam perekonomian yang


berfluktuasi yang bisa dipandang sebagai tingkat pengangguran
yang mempengaruhi gravitasi perekonomian dalam jangka
panjang, dengan adanya ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja
yang menyulitkan pekerja dari proses perolehan pekerjaan
dengan segera.
Transisi Bekerja-Menganggur

Job
Separation
(s)

Employed Unemployed

Job Finding
(f)
Persamaan Dasar

Labor (L) = Employed (E) + Unemployed (U)

U= s
L s+f
L : Labor
U : Unemployed
E : Employed
S : Job separation
F : Job finding
Mengapa terjadi pengangguran dan apa
dampak kebijakan pemerintah?
Kebijakan Publik
Kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap waktu
yang diperlukan pekerja untuk mencari pekerjaan baru.
Agensi Ketenaga Kerjaan
Menyebarkan informasi mengenai lowongan pekerjaan dalam rangka
menyocokkan pekerja dengan pekerjaan secara lebih cepat
Program Pelatihan Kerja
Memudhkan transisi pekerja dari pergeseran sektoral yaitu pekerja dari
industry yang sedang turun ke industry yang sedang tumbuh
Asuransi Pengangguran
Program yang secara parsial melindungi pendapatan pekerja ketika
mereka diputuskan hak kerjanya.
Upah Minimum
Kebijakan Publik

Tingkat kebijakan yang ditujukan untuk


menurunnkan tingkat pengangguran alamiah
akan menurunkan tingkat pemutusan kerja (s)
atau meningkatkan tingkat perolehan pekerjaan
(f). Serupa, tiap kebijakan yang mempengaruhi
tingkat pemutusan kerja atau tingkat perolehan
pekerjaan juga mengubah tingkat pengangguran
alamiah
Pengangguran Friksional
Pekerja memiliki preferensi serta kemampuan yang berbeda dan
pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda.
Arus informasi tentang calon karyawan dan lowongan kerja
tidak sempurna, serta mobilitas geofrafis pekerja tidak instan.
Akibatnya Pengangguran friksional muncul, yaitu pengangguran
pada waktu pencocokan pekerja dan pekerjaan.
Efek Asuransi Pengangguran

Mengurangi usaha untuk mencari pekerjaan


oleh para penganggur
Meningkatkan kesempatan bagi pekerja
menemukan pekerjaan yang tepat
Pengangguran Struktural

 Pengangguran yang disebabkan oleh


kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan .
 Para pekerja tidak dipekerjakan bukan
karena mereka aktif mencari pekerjaan yang
paling cocok dengan keahlian mereka,
tetapi karena ada ketidakcocokan
mendasar antara jumlah pekerja yang
menginginkan pekerjaan dan jumlah
pekerjaan yang tersedia.
Kekakuan Upah: Undang-Undang
Upah-Minimum
 Undang-undang upah-minimum menetapkan tingkat upah minimal yang
harus dibayar perusahaan kepada karyawannya.
 Kebijakan ini menimbulkan kekakuan upah-gagalnya upah melakukan
penyesuaian sampai penawaran tenaga kerja sama dengan
permintaannya
Kekakuan Upah: Undang-Undang
Upah-Minimum
Kebijakan ini berdampak pada pengangguran usia muda karena upah
ekuilibrium para pekerja usia muda cenderung rendah. Hal tersebut
dikarenakan
- Pekerja usia muda termasuk anggota angkatan kerja yang kurang
terdidik dan kurang berpengalaman, mereka cenderung memiliki
produktivitas marjinal yang rendah

- Pemuda seringkali mengambil sebagian dari “kompensasi” mereka


dalam bentuk on-the-job training ketimbang bayaran langusng
Kekakuan Upah : Serikat Pekerja dan
Posisi-Tawar Menawar Kolektif
Upah pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja tidak ditentukan oleh
ekuilibrium penawaran dan permintaan, tetapi oleh posisi tawar menawar
kolektif antara pimpinan serikat pekerja dan manajemen perusahaan. Selain
itu, juga meningkatkan kekuatan posisi tawar-menawar pekerja pada banyak
hal lain, seperti jam kerja dan kondisi kerja. Hal ini menyebabkan perusahaan
memberlakukan upah yang tinggi untuk menghindari pembentukan serikat
pekerja.

Pengangguran yang disebabkan oleh serikat pekerja dan ancaman


pembentukan serikat pekerja merupakan sebuah contoh konflik yang berbeda
– orang luar dan orang dalam. Orang dalam atau yang sudah bekerja
diperusahaan mempertahankan upah tetap tinggi, sedangkan orang luar atau
para pengangguran menentang pemberian upah tinggi karena pada upah
yang lebih rendah mereka dapat dipekerjakan.
Kekakuan Upah : Efisiensi Upah

Teori upah-efisiensi menyatakan upah yang tinggi


membuat para pekerja lebih produktif.

Teori yang mendukung adalah bahwa upah yang


tinggi akan mempengaruhi nutrisi, menurunkan
perputaran tenaga kerja, tenaga kerja berkualitas akan
bertahan, dan akan meningkatkan upaya pekerja.
Kesimpulan
Pengangguran menunjukkan adanya sumber daya yang terbuang. Para
pengangguran memiliki potensi untuk memberikan kontribusi terhadap pendapatan
nasional, tetapi mereka tidak melakukannya. Pencarian kerja yang cocok dengan
keahlian mereka merupakan hal yang menggembirakan jika pencarian itu berakhir,
dan orang-orang yang menunggu pekerjaan d perusahaan yang membayar upah di
atas ekuilibrium merasa senang ketika lowongan dibuka.
Sayangnya, pengngguran friksional dan pengangguran structural tidak bisa
dengan mudah dikurangi. Pemerintah tidak dapat membuat pencarian kerja yang
bersifat instan, juga tidak bisa membawa upah mendekati ekuilibrium. Tingkat
pengangguran nol adalah tujuan yang sulit diwujudkan dalam perekonomian pasar-
bebas.
Tetapi kebijakan public bukannya tidak berdaya mengurangi pengangguran.
Program-program pelatihan, sistem asuransi-pengangguran, upah minimum, dan
undang-undang yang mengarahkan posisi tawar-menawar kolektif adalah perdebatan
politik yang sering diperbincangkan. Kebijakan yang kita pilih sebaiknya memiliki
dampak penting terhadap tingkat pengangguran alamiah perekonomian.

(N. Gregory Mankiw, Harvard University)

Anda mungkin juga menyukai