PENDAHULUAN
1
Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis
atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang
tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya
otot dinding perut).
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap
tahunnya meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010
penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan
penyebaran yang paling banyak adalah daerah Negara-negara berkembang seperti
Negara-negara Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni
emirat Arab adalah Negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia
sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di
Indonesia periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243
yang mengalami gangguan hernia, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) terjadi
pada anak-anak.
Salah satu penatalaksanaan hernia adalah operasi herniotomy, yang
mana operasi yang dilakukan berdasarkan jenis hernia yang dialami pasien.
Herniotomi adalah pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi
kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.(Sjamsuhidayat, 2004 )
Sebagai seorang perawat ruang operasi tentu sudah menjadi tugas kita
melaksanakan operasi bersama dokter bedah dengan baik. Seorang perawat
instrumet ruang operasi, tentu kita harus memahami instrument serta teknik
instrumentasi dalam melaksanakan operasi herniotomy agar operasi dapat
berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi dari operasi yang terjadi.Oleh
karena itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai teknik
instrrumentasi karena sangat penting bagi keberlangsungan operasi agar dapat
berjalan dengan lancar
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui teknik instrumentasi pada operasi herniotomy
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui macam – macam jenis hernia
b. Mengetahui Instrumen herniotomy
c. Mengetahui teknik instrumentasi herniotomy
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi dinding. Meskipun hernia dapat
terjadi di berbagai tempat, kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya adalah daerah inguinal (Sjamsuhidayat, 1997).
3
2.1.2 Klasifikasi
Hernia dapat dibagi berdasarkan letaknya, berdasarkan terjadinya, dan
berdasarkan sifatnya, berikut penjelasannya:
a. Hernia menurut letaknya :
1) Hernia Hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan turun melewati diafragma melalui
celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada.
2) Hernia epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Hernia ini biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus.
3) Hernia umbilikal
Adalah hernia yang berkembang di dalam dan sekitar umbilikus yang
disebabkan bukaan oada dinding perut, biasanya menutup secara
bertahap sebelum usia 2 tahun
4) Hernia inguinalis
Adalah kondisi dimana dinding abdomen mengembang sehingga usus
menerobos ke bawah melalui celah yang mengakibatkan benjolan pada
selangkangan atau skrotum.
5) Hernia femoralis
Munculnya tonjolan di pangkal paha
6) Hernia insisional
Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar karena otot sekitar pusar tidak menutup
seluruhnya.
7) Hernia nukleus pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.
b. Hernia menurut terjadinya :
1) Hernia bawaan (kongenital)
Kanalis inguinalis pada fetus normalnya akan tertutup pada
bulan ke 8 kehamilan. Kanalis tersebut tutup setelah testis turun ke
skrotum dan normlanya isi rongga perut tidak dapat melewati kanalis
tersebut. Tetapi pada hernia, isi rongga perut akan ikut turun karena
kanalis ini tidak menutup.
2) Hernia dapatan (akuisita)
4
Hernia yang timbul karena beberapa faktor pemicu
c. Hernia menurut sifatnya :
1) Hernia reponibel (reducibel)
Yaitu apa bila isi hernia dapat keluar-masuk (usus keluar saat berdiri
dan mengedan, dan masuk jika berrbaring atau didorong masuk).
Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Hal ini disebabkan karena perlekatan isi kantong hernia ke
peritonium kantong hernia.
3) Hernia strangulata
Yaitu ketika isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia. Hal tersebut
mengakibatkan vaskulerisasi pada bagian yang terjepit berkurang,
sehingga terjadi nekrosis.
2.1.3 Etiologi
1) Jenis kelamin
a. Cenderung terjadi pada laki-laki.
b. Terjadi pada semua umur.
2) Kehamilan
Ketika seorang wanita hamil, mereka akan mengalami peningkatan
tekanan pada bagian dalam perut dan melemahnya otot-otot perut.
3) Kelebihan Berat Badan
Orang yang memiliki kelebihan berat badan akan memberikan tekanan
yang lebih banyak pada bagian perut.
4) Batuk Kronis
Batuk kronis yang salah satunya disebabkan oleh merokok, akan
meningkatkan resiko mengalami hernia inguinalis.
5) Faktor pekerjaan tertentu
5
Pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri dalam jangka waktu lama
atau harus mengangkat beban yang berat juga meningkatkan resiko
terkena hernia inguinalis.
6) Kelahiran premature
Bayi yang lahir premature memiliki kecenderungan untuk mengalami
hernia inguinalis
7) Riwayat penyakit hernia
Resiko hernia kambuh dikemudian hari
8) Faktor keturunan
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi pada hernia di bagi menjadi 3, yaitu:
a. Komplikasi segera: perdarahan, syok, gangguan paru, dan turunnya output
urin
b. Komplikasi dini: infeksi pada bekas operasi, infeksi saluran kemih, ileus
paralitik
c. Komplikasi yang terjadi lama: keloid dan obstruksi usus
2.1.6 Pencegahan
6
Menurut Jennifer (2007) dalam buku keperawatan medikal bedah edisi 8
volume 2, Hernia dapat dicegah dengan berbagai macam hal, yaitu:
1) Memakan buah dan sayur agar mengurangi kemungkinan konstipasi dan
mengurangi tekanan pada otot perut.
2) Kurangi mengangkat beban berat, agar meminimalkan penggunaan otot
punggung. Gunakan kaki untuk membantu mengangkat beban. Cara
mengangkat barang yang benar adalah dengan menekuk lutut dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
3) Hindari tekanan intraabdomen, seperti batuk kronis dan mengejan.
4) Check up ke dokter jika mendapat masalah dalam buang air kecil, karena
dapat memicu penyakit hernia.
2.1.7 Pengobatan
1) Konservatif
Pengobatan tanpa operasi
a. Reposisi
Mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau abdomen.
Reposisi dilakukan secara bimanual (dua tangan).
b. Suntikan
Menyuntikan cairan berupa sklerotik (alkohol) untuk membuat pintu
hernia mengalami penyempitan sehingga isi hernia kembali ke cavum
peritonii/ abdomen.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien hernia yang masih kecil dan menolak di
operasi.
2) Operatif
Operasi hernia dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
a. Herniotomy
Membukan dan memotong kantung hernia serta mengembalikan isi
hernia ke abdomen
b. Hernioraphy
Mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada contjoin tendon
c. Hernioplasty
Menjahit conjoint tendon pada ligamentum inguinal agar dinding pert
tertutup otot dan menjadi lebih kuat.
7
Menurut Brooker (2008), aktivitas seperti biasa dapat
dilakukan setelah operasi hernia, kecuali mengangkat benda dan
berolahraga, keduanya dianjurkan :
Pekerjaan ringan atau tidak butuh mengangkat dapat dilakukan
setelah 1-2 minggu post operasi.
Pekerjaan mengangkat sedang (<10kg) dapat dilakukan setelah
2-4 minggu post operasi.
2.2 Herniotomy
2.2.1 Definisi
Herniotomy adalah membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi kantong hernia ke dalam cavum abdominalis
(Sjamsuhidayat, 1997).
2.2.2 Ruang lingkup
Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang masih
bisa dimasukan kedalam cavum abdomen. Kadang benjolan tidak bisa
dimasukkan ke cavum abdomen disertai tanda-tanda obstruksi seperti
muntah, tidak bisa BAB, serta nyeri.
2.2.3 Indikasi operasi
1) Hernia reponibel
2) Hernia irreponibel
3) Hernia inkaserata
4) Hernia strangulata
2.2.4 Kontra indikasi
1) Umum
2) Khusus (adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi
prostat, kelainan paru-paru)
2.2.5 Instrumentasi dan Teknik Operasi Herniotomy
8
1) Hernia
a. Persiapan
1. Persiapan Pasien
Persetujuan operasi
Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan
berpakaian khusus operasi
Pasien diposisikan di meja operasi (prone) dengan
bagian kaki dan dada diganjal bantal, sesuai posisi
anatomis
Memasang plat diathermi
2. Persiapan Lingkungan (Ruangan dan elektronik/
elektromedik)
9
3. Persiapan Alat (Basic dan Esktra Set):
Basic Set
10
4. Persiapan Linen
Nama Jumlah
1. Duk Besar 2
2. Duk Panjang 5
3. Duk Kecil 3
4. Sarung Meja Mayo 1
5. Handuk 4
6. Gown 4
11
2) Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan handscone steril
kemudian membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun dan
handscone.
3) Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine 10% dalam
cucing pada asisten untuk melakukan disinfeksi pada lap operasi.
4) Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk kecil (1) dan underpad steril dibawah scrotum
b. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
c. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi dengan duk klem
(4).
d. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
5) Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan fiksasi
dengan duk klem
6) Time out
7) Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lap
operasi dari povidon iodine.
8) Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai area insisi.
9) Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk dilakukan insisi pada
kulit dan berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat
perdarahan dengan coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10) Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi. Pada lapisan
fasia berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia
proximal dan distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan
incisi.
11) Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian di split
dengan stiil deepers (kasa yang dibasahi NS lalu dijepit dengan kokher
lurus) untuk identifikasi funikulus spermatikus dan dipasang roll kassa
sebagai tegel.
12) Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk mencari kantong
dan menemukan preperitonial fat.
13) Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan gunting
metzembaum, dengan memberikan kokher (2) + gunting metzenbaum
untuk melebarkan kantong hernia.
14) Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan omentum dalam
kantong lalu di lakukan pemotongan dan di jahit dengan Slik 2-0,
12
Operator membebaskan kantong dengan pinset anatomis (1) dan kassa
basah pada kantong proximal ditandai dengan adanya preperitoneal fat.
15) Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan penjahitan.
Berikan needle holder dan vicryl 2-0 untuk melakukan jahitan pada
kantong proximal, lalu potong sisa kantong dengan coutter
(herniotomy)
16) Kemudian Merselin mess di gunting sebagian lalu dipasang dibawah
funikulus spermatikum dan di jahit proline 2-0 dikaitkan dengan
conjoint tendon (hernioraphy), tuberkulum pubikumdan ligaentum
inguinal.
17) Identifikasi alat dan kassa.
18) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-
0, dilanjutkan sampai lemak.
19) Berikan monosyn 3-0 untuk menjahit kulit
20) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup
dengan supratule + kassa kering + hipavik.
21) Sign Out
Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat
untuk dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris
alat-alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi.
13
4. Lavement
5. Skiren 2.2.
6. Setelah penderita dilakukan anaesthesi mengatur posisi terlentang
7. Memasang plat diatermi di bawah paha penderita
c. Persiapan alat
1. Alat On Steril
Meja operasi
Lampu operasi
Mesin suction dan mesin coutter
Tempat sampah
2. Alat Steril
a. Di Meja Linen
Nama Jumlah
Duk besar 2
Duk sedang
4
Duk kecil
Gaun steril 4
Handuk steril
4
Perlak
4
2
b. Di Baskom Steril
Nama Jumlah
Baskom besar 2
Bengkok
2
Kom
Cucing 2
Kabel coutter
1
1
c. Di Meja Mayo
Nama Jumlah
Handle Mess no. 3 1
14
Gunting Metzenbaum 1
Gunting jaringan
1
Pinset anatomis
Pinset cirurgis 2
Disinfeksi klem
2
Duk klem
Mosquito klem 1
Pean bengkok sedang
5
Kokher bengkok sedang
Kokher lurus 2
Needle holder
4
Gunting benang
Langenbeck 8
Krop sonde
3
Staples kulit
2
1
2
1
1
15
1
1
1
Secukupnya
d. Teknik instrumentasi
1) Setelah pasien diberikan anestesi SAB dan diposisikan supinasi,
kemudian pasang bough di atas dada lalu pasang arde dibawah kaki.
2) Perawat sirkuler membersihkan lapang operasi dengan povidon iodine
10% dan kassa kering (antisepsis), perawat instrumen melakukan
surgical scrubing.
3) Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan handscone steril
kemudian membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun dan
handscone.
4) Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine 10% dalam
cucing pada asisten untuk melakukan disinfeksi pada lap operasi.
5) Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
b. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi dengan duk klem
(4).
c. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
6) Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan fiksasi
dengan duk klem (1).
7) Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lap
operasi dari povidon iodine.
8) Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai area insisi.
9) Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk dilakukan insisi
pada kulit dan berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat
perdarahan dengan coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10) Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi. Pada lapisan
fasia berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia
proximal dan distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan
incisi.
16
11) Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian di split
dengan stiil deepers (kacang yang dibasahi NS lalu dijepit dengan
kokher lurus)
12) Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk mencari
kantong dan menemukan preperitonial fat.
13) Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan gunting
metsembum, dengan memberikan kokher (2) + gunting metzenbaum
untuk memotong kantong.
14) Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan omentum dalam
kantong lalu di lakukan omintektomi dan di jahit dengan Slik 2-0,
Operator membebaskan perlengketan dengan pinset anatomis (1) dan
kassa basah pada kantong proximal.
15) Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan penjahitan.
Berikan needle holder dan vicryl 2-0 untuk melakukan jahitan
tabagzaknat pada kantong proximal, lalu potong sisa kantong dengan
coutter (herniotomy)
16) Kemudian Merselin mess di bentuk seperti contong / roll lalu di
masukan ke dalam lubang kantong dan di jahit proline 2-0 dikaitkan
dengan conjoint tendon (hernioraphy)
17) Setelah itu dilakukan jahitan dalam (musculus s/d fat) dengan vicryl 2-
0
18) Berikan pinset cirurgis (1) + staples kulit untuk menjepit kulit.
19) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup
dengan supratule + kassa kering + hipavik.
20) Operasi selesai, rapikan pasien. Perawat instrumen menginventaris
alat-alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi, kemudian mencuci
dan menata kembali alat-alat pada intrumen set (yang akan
disterilkan), serta merapikan kembali ruangan.
17
2. Hernia Nucleous Pulposus
a. Pesiapan alat
18
b. Alat habis pakai
c. Set Khusus
Instrumen Jumlah
1) Sterilization Case With Basket 1
2) Blade Retractor 2
3) Adson Cerebellar Retracto 1
4) Discectomy Retractor, Left 1
5) Discectomy Retractor, Right 1
6) Cervical Retractor Set, 5 Blades 1
7) Vertebra Spreader 1
8) Gelpi Retractor 2
9) Small Gelpi Retractor 2
10) Double Action Rongeur, Small Bite 1
19
11) Adson Ronger 1
12) Leksell Rongeur 3
13) Kerrison Rongeur, 1mm 1
14) Kerrison Rongeur, 2mm 1
15) Kerrison Rongeur, 3mm 1
16) Kerrison Rongeur, 4mm 1
17) Pituitary Rongeur, Up / Down / 6
18) Straight, 2mm & 3mm 1
19) Bruns Curette, Angled 3
20) Spinal Curette, Reverse Angled 1
21) Bipolar Forcep 2
22) Bayonett Dressing Forcep 2
23) Bayonett Tissue Forcep 2
24) Dressing Forcep 1
25) Tissue Forcep 1
26) Nerve Hook
20
d. Teknik Instrumentasi
1) Sign In
2) Klien dilakukan anestesi general
3) Klien diintubasi dengan ET No 7,5.
4) Klien Dipasang DC Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi
5) Dipasang negatif plate pada kaki kanan Klien dipasang monitor: TD 137/76
mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m, SaO2 97%
6) Pasien diposisikan tengkurap Instrumentator dan operator mencuci tangan
secara steril lalu mengenakan jas operasi dan sarung tangan.
7) Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi:
diolesi aseton → hibitan 0,5 % → alkohol 79 % → betadin 10 % → diberikan
anestesi lokal dengan lidokain 3 ampul + adrenalin Uuntuk mencegah
perdarahan)
8) Operator, asisten dan instrumentator memasang doek biasa pada 4 sisi,
difiksasi dengan doek klem selanjutnya ditutup/dipasang doek lubang besar.
9) Time Out
10) Instrumentator memberikan Hv mess no.3 Operasi dimulai dengan melakukan
insisi pada daerah L 3, 4, 5,
11) Instrumentator memberikan raspatorium Otot – otot pro spinal disisihkan
kelateral dengan raspatorium
12) Tampak 2 lumbal menekan nucleus pulposus, instrumentator mmeberikan
desektomy retractor untuk memlebarkan 2 tulang lumbal.
13) Instrumentator memberikan kerrison ronger untuk menarik nucleus pulposusu
perlahan lahak keluar hingga menempati pada tempat yg fisiologis.
14) Identifikasi alat dan kassa.
15) Control perdarahan
16) Lakukan sign out
17) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-0,
dilanjutkan sampai lemak.
18) Berikan monosyn 3-0 untuk menjahit kulit
19) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup dengan
supratule + kassa kering + hipavik.
20) Sign Out
Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat untuk
dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris alat-alat dan
bahan habis pakai pada depo farmasi.
21
3) Hernia Hiatus
a. Persiapan
1. Persiapan Pasien
Persetujuan operasi
Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan berpakaian khusus
operasi
Pasien diposisikan di meja operasi (prone) dengan bagian kaki dan
dada diganjal bantal, sesuai posisi anatomis
Memasang plat diathermi
22
3. Persiapan Alat (Basic dan Esktra Set):
Basic Set
23
4. Persiapan Linen
Nama Jumlah
1. Duk Besar 2
2. Duk Panjang 5
3. Duk Kecil 3
4. Sarung Meja Mayo 1
5. Handuk 4
6. Gown 4
25
17) Berikan vicryl 3.0 untuk menjahit peritoneum, dan rawat perdarahan.
18) Sign Out
19) Identifikasi alat dan kassa.
20) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-
0, dilanjutkan sampai lemak.
21) Berikan monosyn 3-0 untuk menjahit kulit
22) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup
dengan supratule + kassa kering + hipavik.
23) Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat
untuk dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris
alat-alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Hernia merupakan suaru penyakit produksi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari
lapisan muscular aponeurotik dinding perut.
Salah satu penatalaksanaan hernia adalah operasi herniotomy, yang mana
operasi yang dilakukan berdasarkan jenis hernia yang dialami pasien. Herniotomi
26
adalah pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Sehigga perlunya kemapuan perawat
dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat instrumen sebaik mungkin.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat ruang operasi tentu sudah menjadi tugas kita
melaksanakan operasi bersama dokter bedah dengan baik. Seorang perawat
instrumet ruang operasi, tentu kita harus memahami instrument serta teknik
instrumentasi dalam melaksanakan operasi herniotomy agar operasi dapat
berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi dari operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Volume 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Admin. 2014. Hernia. (http://alodokter.com/hernia), diakses pada 30 September
2017.
27
Admin. 2015. Instrumen Appendix dan Hernia.
(https://dokumen.tips/documents/instrumen-apendik-dan-herniadoc.html), diakses
pada 30 September 2017.
Sjamsuhidayat, R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
28