Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki beragam


permasalahan yang kompleks dari segala unsur, perkembangan jaman memaksa
seseorang untuk ikut berperan aktif dalam perkembangannya. Sehingga untuk
kelangsungan hidup seseorang harus bekerja keras demi kelangsungan hidupnya
hingga tak jarang seseorang yang terpaksa bekerja sebagai kuli panggul,
mengangkat beban berat hingga resiko mudah terkena penyakit yang bersifat
progesif termasuk salah satunya adalah hernia. Selain itu banyaknya kasus tentang
penyakit yang berkembang mengenai prevalensi penderita hernia baik anak-anak
maupun dewasa ini (Notoadmojo, 2003).
Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya usus atau colon seiring melemahnya lapisan otot dinding perut.
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan
penderitanya akan merasakan nyeri, jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya,
jika anak-anak penderitanya terlalu aktif .
Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae, yaitu menonjolnya isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian
dari usus.
Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau
didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004).

1
Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis
atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang
tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya
otot dinding perut).
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap
tahunnya meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010
penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan
penyebaran yang paling banyak adalah daerah Negara-negara berkembang seperti
Negara-negara Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni
emirat Arab adalah Negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia
sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011.
Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di
Indonesia periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243
yang mengalami gangguan hernia, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) terjadi
pada anak-anak.
Salah satu penatalaksanaan hernia adalah operasi herniotomy, yang
mana operasi yang dilakukan berdasarkan jenis hernia yang dialami pasien.
Herniotomi adalah pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi
kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.(Sjamsuhidayat, 2004 )
Sebagai seorang perawat ruang operasi tentu sudah menjadi tugas kita
melaksanakan operasi bersama dokter bedah dengan baik. Seorang perawat
instrumet ruang operasi, tentu kita harus memahami instrument serta teknik
instrumentasi dalam melaksanakan operasi herniotomy agar operasi dapat
berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi dari operasi yang terjadi.Oleh
karena itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai teknik
instrrumentasi karena sangat penting bagi keberlangsungan operasi agar dapat
berjalan dengan lancar

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui teknik instrumentasi pada operasi herniotomy
1.2.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui macam – macam jenis hernia
b. Mengetahui Instrumen herniotomy
c. Mengetahui teknik instrumentasi herniotomy

1.3 Manfaat penulisan


1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai jenis-jenis penyakit
hernia serta mengetahui teknik instrumentasi untuk operasi herniotomy
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan metode baru dalam
pembelajaran.
1.3.3 Manfaat Bagi Pembaca
Dapat menambah informasi, ilmu, dan pengetahuan mengenai penyakit
mengenai jenis-jenis penyakit hernia serta mengetahui teknik
instrumentasi untuk operasi herniotomy

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Hernia
2.1.1 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi dinding. Meskipun hernia dapat
terjadi di berbagai tempat, kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya adalah daerah inguinal (Sjamsuhidayat, 1997).

3
2.1.2 Klasifikasi
Hernia dapat dibagi berdasarkan letaknya, berdasarkan terjadinya, dan
berdasarkan sifatnya, berikut penjelasannya:
a. Hernia menurut letaknya :
1) Hernia Hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan turun melewati diafragma melalui
celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada.
2) Hernia epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Hernia ini biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus.
3) Hernia umbilikal
Adalah hernia yang berkembang di dalam dan sekitar umbilikus yang
disebabkan bukaan oada dinding perut, biasanya menutup secara
bertahap sebelum usia 2 tahun
4) Hernia inguinalis
Adalah kondisi dimana dinding abdomen mengembang sehingga usus
menerobos ke bawah melalui celah yang mengakibatkan benjolan pada
selangkangan atau skrotum.
5) Hernia femoralis
Munculnya tonjolan di pangkal paha
6) Hernia insisional
Dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar karena otot sekitar pusar tidak menutup
seluruhnya.
7) Hernia nukleus pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.
b. Hernia menurut terjadinya :
1) Hernia bawaan (kongenital)
Kanalis inguinalis pada fetus normalnya akan tertutup pada
bulan ke 8 kehamilan. Kanalis tersebut tutup setelah testis turun ke
skrotum dan normlanya isi rongga perut tidak dapat melewati kanalis
tersebut. Tetapi pada hernia, isi rongga perut akan ikut turun karena
kanalis ini tidak menutup.
2) Hernia dapatan (akuisita)

4
Hernia yang timbul karena beberapa faktor pemicu
c. Hernia menurut sifatnya :
1) Hernia reponibel (reducibel)
Yaitu apa bila isi hernia dapat keluar-masuk (usus keluar saat berdiri
dan mengedan, dan masuk jika berrbaring atau didorong masuk).
Tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Hal ini disebabkan karena perlekatan isi kantong hernia ke
peritonium kantong hernia.
3) Hernia strangulata
Yaitu ketika isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia. Hal tersebut
mengakibatkan vaskulerisasi pada bagian yang terjepit berkurang,
sehingga terjadi nekrosis.

2.1.3 Etiologi
1) Jenis kelamin
a. Cenderung terjadi pada laki-laki.
b. Terjadi pada semua umur.
2) Kehamilan
Ketika seorang wanita hamil, mereka akan mengalami peningkatan
tekanan pada bagian dalam perut dan melemahnya otot-otot perut.
3) Kelebihan Berat Badan
Orang yang memiliki kelebihan berat badan akan memberikan tekanan
yang lebih banyak pada bagian perut.
4) Batuk Kronis
Batuk kronis yang salah satunya disebabkan oleh merokok, akan
meningkatkan resiko mengalami hernia inguinalis.
5) Faktor pekerjaan tertentu

5
Pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri dalam jangka waktu lama
atau harus mengangkat beban yang berat juga meningkatkan resiko
terkena hernia inguinalis.
6) Kelahiran premature
Bayi yang lahir premature memiliki kecenderungan untuk mengalami
hernia inguinalis
7) Riwayat penyakit hernia
Resiko hernia kambuh dikemudian hari
8) Faktor keturunan

2.1.4 Tanda dan Gejala


1) Benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan diipat
paha.
2) Nyeri pada daerah benjolan bila isisnya terjepit disertai perasaan mual.
3) Mual muntah atau distensi bila terjadi komplikasi.
4) Bila batuk atau mengejan, maka benjolan akan semakin besar.
5) Bagian selangkangan terasa lemah atau tertekan
6) Bagian selangkangan terasa berat atau seperti ada yang tertarik
7) Muncul rasa sakit dan pembengkakan pada area sekitar testis karena
sebagian usus menembus masuk kantong skrotum.

2.1.5 Komplikasi
Komplikasi pada hernia di bagi menjadi 3, yaitu:
a. Komplikasi segera: perdarahan, syok, gangguan paru, dan turunnya output
urin
b. Komplikasi dini: infeksi pada bekas operasi, infeksi saluran kemih, ileus
paralitik
c. Komplikasi yang terjadi lama: keloid dan obstruksi usus

2.1.6 Pencegahan

6
Menurut Jennifer (2007) dalam buku keperawatan medikal bedah edisi 8
volume 2, Hernia dapat dicegah dengan berbagai macam hal, yaitu:
1) Memakan buah dan sayur agar mengurangi kemungkinan konstipasi dan
mengurangi tekanan pada otot perut.
2) Kurangi mengangkat beban berat, agar meminimalkan penggunaan otot
punggung. Gunakan kaki untuk membantu mengangkat beban. Cara
mengangkat barang yang benar adalah dengan menekuk lutut dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
3) Hindari tekanan intraabdomen, seperti batuk kronis dan mengejan.
4) Check up ke dokter jika mendapat masalah dalam buang air kecil, karena
dapat memicu penyakit hernia.

2.1.7 Pengobatan
1) Konservatif
Pengobatan tanpa operasi
a. Reposisi
Mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau abdomen.
Reposisi dilakukan secara bimanual (dua tangan).
b. Suntikan
Menyuntikan cairan berupa sklerotik (alkohol) untuk membuat pintu
hernia mengalami penyempitan sehingga isi hernia kembali ke cavum
peritonii/ abdomen.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien hernia yang masih kecil dan menolak di
operasi.
2) Operatif
Operasi hernia dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
a. Herniotomy
Membukan dan memotong kantung hernia serta mengembalikan isi
hernia ke abdomen
b. Hernioraphy
Mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada contjoin tendon
c. Hernioplasty
Menjahit conjoint tendon pada ligamentum inguinal agar dinding pert
tertutup otot dan menjadi lebih kuat.

7
Menurut Brooker (2008), aktivitas seperti biasa dapat
dilakukan setelah operasi hernia, kecuali mengangkat benda dan
berolahraga, keduanya dianjurkan :
 Pekerjaan ringan atau tidak butuh mengangkat dapat dilakukan
setelah 1-2 minggu post operasi.
 Pekerjaan mengangkat sedang (<10kg) dapat dilakukan setelah
2-4 minggu post operasi.

2.2 Herniotomy
2.2.1 Definisi
Herniotomy adalah membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi kantong hernia ke dalam cavum abdominalis
(Sjamsuhidayat, 1997).
2.2.2 Ruang lingkup
Benjolan di daerah inguinal dan dinding depan abdomen yang masih
bisa dimasukan kedalam cavum abdomen. Kadang benjolan tidak bisa
dimasukkan ke cavum abdomen disertai tanda-tanda obstruksi seperti
muntah, tidak bisa BAB, serta nyeri.
2.2.3 Indikasi operasi
1) Hernia reponibel
2) Hernia irreponibel
3) Hernia inkaserata
4) Hernia strangulata
2.2.4 Kontra indikasi
1) Umum
2) Khusus (adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi
prostat, kelainan paru-paru)
2.2.5 Instrumentasi dan Teknik Operasi Herniotomy

8
1) Hernia
a. Persiapan
1. Persiapan Pasien
 Persetujuan operasi
 Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan
berpakaian khusus operasi
 Pasien diposisikan di meja operasi (prone) dengan
bagian kaki dan dada diganjal bantal, sesuai posisi
anatomis
 Memasang plat diathermi
2. Persiapan Lingkungan (Ruangan dan elektronik/
elektromedik)

Nama Alat Jumlah


1. Meja mayo 1
2. Meja instrument 1
3. Meja operasi 1
4. Mesin suction 1
5. Plat diathermi 1
6. Mesin ESU 1
7. Lampu Operasi 1
8. Tempat sampah medis 1
9. Gunting verband 1
10. Lampu baca radiologi 1
11. Trolly tempat waskom 2
12. Tiang infus 2

9
3. Persiapan Alat (Basic dan Esktra Set):
 Basic Set

Nama Alat Jumlah


1. Letak: di Meja May
2. Handvat mess no.4 1
3. Pinset Chirurgis 2
4. Pinset Anatomis 2
5. Gunting Metzenbaum 1
6. Gunting Mayo 1
7. Gunting Benang 1
8. Desinfeksi Klem 1
9. Doek Klem 6
10. Mosquito Klem 1
11. Pean Lurus 2
12. Pean Bengkok 6
13. Kocher 5
14. Kocher Sonde 1
15. Kocher Besar 1
16. Naldvoeder 2
17. Langenback 2

10
4. Persiapan Linen

Nama Jumlah
1. Duk Besar 2
2. Duk Panjang 5
3. Duk Kecil 3
4. Sarung Meja Mayo 1
5. Handuk 4
6. Gown 4

5. Persiapan Alat Habis Pakai


Nama Alat Jumlah
1. Handscoen steril/on 7/7.5/8 3/3/2
2. Mess 10 1
3. Spuit 10cc 2
4. Kateter 16/ Urobag 1
5. NS twist 1 liter 1
6. Upad Steril 1
7. Deppers 5
8. Kassa steril 10 lembar
9. Povidone Iodine 10% 100cc
10. Sufratulle 1
11. Hipafix Secukupnya
12. Vycrill 2-0 2
13. Proline mess 15x15 1
14. Monosyn 3-0 1

b. Pelaksanaan (Teknik Instrrumentasi)


1) Sign In

11
2) Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan handscone steril
kemudian membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun dan
handscone.
3) Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine 10% dalam
cucing pada asisten untuk melakukan disinfeksi pada lap operasi.
4) Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk kecil (1) dan underpad steril dibawah scrotum
b. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
c. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi dengan duk klem
(4).
d. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
5) Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan fiksasi
dengan duk klem
6) Time out
7) Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lap
operasi dari povidon iodine.
8) Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai area insisi.
9) Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk dilakukan insisi pada
kulit dan berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat
perdarahan dengan coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10) Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi. Pada lapisan
fasia berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia
proximal dan distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan
incisi.
11) Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian di split
dengan stiil deepers (kasa yang dibasahi NS lalu dijepit dengan kokher
lurus) untuk identifikasi funikulus spermatikus dan dipasang roll kassa
sebagai tegel.
12) Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk mencari kantong
dan menemukan preperitonial fat.
13) Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan gunting
metzembaum, dengan memberikan kokher (2) + gunting metzenbaum
untuk melebarkan kantong hernia.
14) Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan omentum dalam
kantong lalu di lakukan pemotongan dan di jahit dengan Slik 2-0,

12
Operator membebaskan kantong dengan pinset anatomis (1) dan kassa
basah pada kantong proximal ditandai dengan adanya preperitoneal fat.
15) Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan penjahitan.
Berikan needle holder dan vicryl 2-0 untuk melakukan jahitan pada
kantong proximal, lalu potong sisa kantong dengan coutter
(herniotomy)
16) Kemudian Merselin mess di gunting sebagian lalu dipasang dibawah
funikulus spermatikum dan di jahit proline 2-0 dikaitkan dengan
conjoint tendon (hernioraphy), tuberkulum pubikumdan ligaentum
inguinal.
17) Identifikasi alat dan kassa.
18) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-
0, dilanjutkan sampai lemak.
19) Berikan monosyn 3-0 untuk menjahit kulit
20) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup
dengan supratule + kassa kering + hipavik.
21) Sign Out
Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat
untuk dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris
alat-alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi.

2.2.6 jenis Herinia dan teknik Instrumtasi Herniotomy


1) . Hernia Inguinalis
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Kondisi lokasi operasi
3. Kondisi fisik dan psikis
4. Kelengkapan dari instrumen
b. Persiapan pasien dan lingkungan
1. Persetujuan operasi.
2. Alat-alat dan obat-obatan.
3. Puasa

13
4. Lavement
5. Skiren 2.2.
6. Setelah penderita dilakukan anaesthesi mengatur posisi terlentang
7. Memasang plat diatermi di bawah paha penderita
c. Persiapan alat
1. Alat On Steril
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Mesin suction dan mesin coutter
 Tempat sampah
2. Alat Steril
a. Di Meja Linen
Nama Jumlah
Duk besar 2
Duk sedang
4
Duk kecil
Gaun steril 4
Handuk steril
4
Perlak
4
2

b. Di Baskom Steril
Nama Jumlah
Baskom besar 2
Bengkok
2
Kom
Cucing 2
Kabel coutter
1
1

c. Di Meja Mayo
Nama Jumlah
Handle Mess no. 3 1

14
Gunting Metzenbaum 1
Gunting jaringan
1
Pinset anatomis
Pinset cirurgis 2
Disinfeksi klem
2
Duk klem
Mosquito klem 1
Pean bengkok sedang
5
Kokher bengkok sedang
Kokher lurus 2
Needle holder
4
Gunting benang
Langenbeck 8
Krop sonde
3
Staples kulit
2
1
2
1
1

3. Bahan Habis Pakai


Nama Jumlah
Handscone steril 4
Mess no 10
1
Kassa
Deepers 2
Deepers ”kacang”
5
rol pita
Povidon iodine 10% 1
NS 0,9 %
30cm
Vicryl no 2-0
plain no 2-0 100cc
proline 2-0
500cc
Merslin mesh
klip kulit 1

15
1
1
1
Secukupnya

d. Teknik instrumentasi
1) Setelah pasien diberikan anestesi SAB dan diposisikan supinasi,
kemudian pasang bough di atas dada lalu pasang arde dibawah kaki.
2) Perawat sirkuler membersihkan lapang operasi dengan povidon iodine
10% dan kassa kering (antisepsis), perawat instrumen melakukan
surgical scrubing.
3) Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan handscone steril
kemudian membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun dan
handscone.
4) Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine 10% dalam
cucing pada asisten untuk melakukan disinfeksi pada lap operasi.
5) Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
b. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi dengan duk klem
(4).
c. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
6) Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan fiksasi
dengan duk klem (1).
7) Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lap
operasi dari povidon iodine.
8) Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai area insisi.
9) Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk dilakukan insisi
pada kulit dan berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat
perdarahan dengan coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10) Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi. Pada lapisan
fasia berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia
proximal dan distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan
incisi.

16
11) Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian di split
dengan stiil deepers (kacang yang dibasahi NS lalu dijepit dengan
kokher lurus)
12) Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk mencari
kantong dan menemukan preperitonial fat.
13) Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan gunting
metsembum, dengan memberikan kokher (2) + gunting metzenbaum
untuk memotong kantong.
14) Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan omentum dalam
kantong lalu di lakukan omintektomi dan di jahit dengan Slik 2-0,
Operator membebaskan perlengketan dengan pinset anatomis (1) dan
kassa basah pada kantong proximal.
15) Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan penjahitan.
Berikan needle holder dan vicryl 2-0 untuk melakukan jahitan
tabagzaknat pada kantong proximal, lalu potong sisa kantong dengan
coutter (herniotomy)
16) Kemudian Merselin mess di bentuk seperti contong / roll lalu di
masukan ke dalam lubang kantong dan di jahit proline 2-0 dikaitkan
dengan conjoint tendon (hernioraphy)
17) Setelah itu dilakukan jahitan dalam (musculus s/d fat) dengan vicryl 2-
0
18) Berikan pinset cirurgis (1) + staples kulit untuk menjepit kulit.
19) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup
dengan supratule + kassa kering + hipavik.
20) Operasi selesai, rapikan pasien. Perawat instrumen menginventaris
alat-alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi, kemudian mencuci
dan menata kembali alat-alat pada intrumen set (yang akan
disterilkan), serta merapikan kembali ruangan.

17
2. Hernia Nucleous Pulposus
a. Pesiapan alat

Nama Alat Jumlah


Letak: di Meja May
1) Handvat mess no.4 1
2) Pinset Chirurgis 2
3) Pinset Anatomis 2
4) Gunting Metzenbaum 1
5) Gunting Mayo 1
6) Gunting Benang 1
7) Desinfeksi Klem 1
8) Doek Klem 6
9) Mosquito Klem 1
10) Pean Lurus 2
11) Pean Bengkok 6
12) Kocher 5
13) Kocher Sonde 1
14) Kocher Besar 1
15) Naldvoeder 2

18
b. Alat habis pakai

Nama Alat Jumlah


1. Handscoen steril/on 7/7.5/8 3/3/2
2. Mess 10 1
3. Spuit 10cc 2
4. Kateter 16/ Urobag 1
5. NS twist 1 liter 1
6. Upad Steril 1
7. Deppers 5
8. Kassa steril 10 lembar
9. Povidone Iodine 10% 100cc
10. Sufratulle 1
11. Hipafix Secukupnya
12. Vycrill 2-0 2
13. Proline mess 15x15 1
14. Monosyn 3-0 1

c. Set Khusus
Instrumen Jumlah
1) Sterilization Case With Basket 1
2) Blade Retractor 2
3) Adson Cerebellar Retracto 1
4) Discectomy Retractor, Left 1
5) Discectomy Retractor, Right 1
6) Cervical Retractor Set, 5 Blades 1
7) Vertebra Spreader 1
8) Gelpi Retractor 2
9) Small Gelpi Retractor 2
10) Double Action Rongeur, Small Bite 1

19
11) Adson Ronger 1
12) Leksell Rongeur 3
13) Kerrison Rongeur, 1mm 1
14) Kerrison Rongeur, 2mm 1
15) Kerrison Rongeur, 3mm 1
16) Kerrison Rongeur, 4mm 1
17) Pituitary Rongeur, Up / Down / 6
18) Straight, 2mm & 3mm 1
19) Bruns Curette, Angled 3
20) Spinal Curette, Reverse Angled 1
21) Bipolar Forcep 2
22) Bayonett Dressing Forcep 2
23) Bayonett Tissue Forcep 2
24) Dressing Forcep 1
25) Tissue Forcep 1
26) Nerve Hook

20
d. Teknik Instrumentasi

1) Sign In
2) Klien dilakukan anestesi general
3) Klien diintubasi dengan ET No 7,5.
4) Klien Dipasang DC Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi
5) Dipasang negatif plate pada kaki kanan Klien dipasang monitor: TD 137/76
mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m, SaO2 97%
6) Pasien diposisikan tengkurap Instrumentator dan operator mencuci tangan
secara steril lalu mengenakan jas operasi dan sarung tangan.
7) Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi:
diolesi aseton → hibitan 0,5 % → alkohol 79 % → betadin 10 % → diberikan
anestesi lokal dengan lidokain 3 ampul + adrenalin Uuntuk mencegah
perdarahan)
8) Operator, asisten dan instrumentator memasang doek biasa pada 4 sisi,
difiksasi dengan doek klem selanjutnya ditutup/dipasang doek lubang besar.
9) Time Out
10) Instrumentator memberikan Hv mess no.3 Operasi dimulai dengan melakukan
insisi pada daerah L 3, 4, 5,
11) Instrumentator memberikan raspatorium Otot – otot pro spinal disisihkan
kelateral dengan raspatorium
12) Tampak 2 lumbal menekan nucleus pulposus, instrumentator mmeberikan
desektomy retractor untuk memlebarkan 2 tulang lumbal.
13) Instrumentator memberikan kerrison ronger untuk menarik nucleus pulposusu
perlahan lahak keluar hingga menempati pada tempat yg fisiologis.
14) Identifikasi alat dan kassa.
15) Control perdarahan
16) Lakukan sign out
17) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-0,
dilanjutkan sampai lemak.
18) Berikan monosyn 3-0 untuk menjahit kulit
19) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup dengan
supratule + kassa kering + hipavik.
20) Sign Out
Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat untuk
dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris alat-alat dan
bahan habis pakai pada depo farmasi.

21
3) Hernia Hiatus
a. Persiapan
1. Persiapan Pasien
 Persetujuan operasi
 Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan berpakaian khusus
operasi
 Pasien diposisikan di meja operasi (prone) dengan bagian kaki dan
dada diganjal bantal, sesuai posisi anatomis
 Memasang plat diathermi

2. Persiapan Lingkungan (Ruangan dan elektronik/ elektromedik)

Nama Alat Jumlah


1. Meja mayo 1
2. Meja instrument 1
3. Meja operasi 1
4. Mesin suction 1
5. Plat diathermi 1
6. Mesin ESU 1
7. Lampu Operasi 1
8. Tempat sampah medis 1
9. Gunting verband 1
10. Lampu baca radiologi 1
11. Trolly tempat waskom 2
12. Tiang infus 2

22
3. Persiapan Alat (Basic dan Esktra Set):
 Basic Set

Nama Alat Jumlah


18. Letak: di Meja May
19. Handvat mess no.4 1
20. Pinset Chirurgis 2
21. Pinset Anatomis 2
22. Gunting Metzenbaum 1
23. Gunting Mayo 1
24. Gunting Benang 1
25. Desinfeksi Klem 1
26. Doek Klem 6
27. Mosquito Klem 1
28. Pean Lurus 2
29. Pean Bengkok 6
30. Kocher 5
31. Kocher Sonde 1
32. Kocher Besar 1
33. Naldvoeder 2
34. Langenback 2

23
4. Persiapan Linen

Nama Jumlah
1. Duk Besar 2
2. Duk Panjang 5
3. Duk Kecil 3
4. Sarung Meja Mayo 1
5. Handuk 4
6. Gown 4

5. Persiapan Alat Habis Pakai


Nama Alat Jumlah
1. Handscoen steril/on 7/7.5/8 3/3/2
2. Mess 10 1
3. Spuit 10cc 2
4. Kateter 16/ Urobag 1
5. NS twist 1 liter 1
6. Upad Steril 1
7. Deppers 5
8. Kassa steril 10 lembar
9. Povidone Iodine 10% 100cc
10. Sufratulle 1
11. Hipafix Secukupnya
12. Vycrill 2-0 2
13. Proline mess 15x15 1
14. Monosyn 3-0 1

6. Pelaksanaan (Teknik Instrrumentasi)


1) Sign In
24
2) Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan handscone steril
kemudian membantu operator dan asisten untuk mengenakan gaun dan
handscone.
3) Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine 10% dalam
cucing pada asisten untuk melakukan disinfeksi pada lap operasi.
4) Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk kecil (1) dan underpad steril dibawah scrotum
b. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
c. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi dengan duk klem
(4).
d. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
5) Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan fiksasi
dengan duk klem
6) Time out
7) Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lap
operasi dari povidon iodine.
8) Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai area insisi.
9) Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk dilakukan insisi pada
kulit dan berikan kassa kering+mosquito pada asisten dan rawat
perdarahan dengan coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10) Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi. Pada lapisan
fasia berikan hanvat mess (1) dan kokher lurus (2) untuk menjepit fasia
proximal dan distal, dan berikan gunting jaringan untuk melebarkan
incisi.
11) Berikan langen beck untuk memperlebar lapang operasi
12) Berikan pinset anatomis untuk mencari gastroesophageal yang masuk
ke cavum toraks, Gastroesophageal junction dikembalikan ke posisi
intraabdominal.
13) Lakukan putaran 360º dari cardiac gaster yang mengelilingi esofagus
intra abdominal.
14) Berikan handle needle dengan vikril 2.0 untuk memfiksasi gaster yang
sudah direposisi
15) Berikan handle needle dengan benang monosyn 3.0 untuk repair
diafragma
16) Rawat perdarahan dan cuci area operasi dengan spulling menggunakan
spuit 10 cc berisi NaCl, dan lakukan suctioning.

25
17) Berikan vicryl 3.0 untuk menjahit peritoneum, dan rawat perdarahan.
18) Sign Out
19) Identifikasi alat dan kassa.
20) Berikan kocher 2 untuk memegang facia, kemudian dijahid dg vicryl 2-
0, dilanjutkan sampai lemak.
21) Berikan monosyn 3-0 untuk menjahit kulit
22) Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering lalu tutup
dengan supratule + kassa kering + hipavik.
23) Operasi selesai, rapikan pasien dan mengangkat pasien ke brankat
untuk dikembalikan ke ruangan. Perawat instrumen menginventaris
alat-alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Hernia merupakan suaru penyakit produksi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian-bagian lemah dari
lapisan muscular aponeurotik dinding perut.
Salah satu penatalaksanaan hernia adalah operasi herniotomy, yang mana
operasi yang dilakukan berdasarkan jenis hernia yang dialami pasien. Herniotomi

26
adalah pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Sehigga perlunya kemapuan perawat
dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat instrumen sebaik mungkin.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat ruang operasi tentu sudah menjadi tugas kita
melaksanakan operasi bersama dokter bedah dengan baik. Seorang perawat
instrumet ruang operasi, tentu kita harus memahami instrument serta teknik
instrumentasi dalam melaksanakan operasi herniotomy agar operasi dapat
berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi dari operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta:
EGC.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Volume 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Admin. 2014. Hernia. (http://alodokter.com/hernia), diakses pada 30 September
2017.

27
Admin. 2015. Instrumen Appendix dan Hernia.
(https://dokumen.tips/documents/instrumen-apendik-dan-herniadoc.html), diakses
pada 30 September 2017.
Sjamsuhidayat, R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai