Anda di halaman 1dari 8

A.

TUBERKULOSIS

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi


bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh
tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR), prevalensi
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu),
dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat
tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
KBRN, Makassar : Tuberculosis (TBC) bukanlah penyakit baru di
Indonesia, tapi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di
Indonesia. Bahkan Indonesia sebagai penyumbang TB di dunia tertinggi ke-3
setelah Cina dan India. "Sebagaian besar penderita tubercolosis menyerang usia
produktif berasal dari masyarakat tidak mampu, bermukim di kawasan kumuh
sehingga beban ekonominya semakin besar," ungkap Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Selatan dr Rahmat Latief dalam Briefing Media Tentang
Penanggulangan TB berlangsung di Makassar, Kamis (10/12/2015).

1. Kasus Baru BTA Positif (BTA+)

Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA+ sebanyak 176.677
kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2013
yang sebesar 196.310 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi tersebut sebesar 40% dari jumlah
seluruh kasus baru di Indonesia. Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-
laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+
pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus
BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Disparitas
paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Kep. Bangka Belitung,
kasus pada laki-laki hampir dua kali lipat dari kasus pada perempuan.
Menurut kelompok umur, kasus baru paling banyak ditemukan pada kelompok
umur 25-34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti kelompok umur 45-54 tahun
sebesar 19,57% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,24%. Proporsi
kasus baru BTA+ menurut kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut
ini.
GAMBAR 6.1
PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2014

Kasus baru BTA+ pada kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi
yang paling rendah. Dengan demikian terlihat bahwa kasus baru BTA+ rata-rata
terjadi pada kelompok umur dewasa.

2. Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus TB

Proporsi pasien baru BTA+ di antara semua kasus TB menggambarkan


prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru
yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi
pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang
rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular
(pasien BTA+).
GAMBAR 6.2
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2008-2014

Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2014 proporsi


pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus belum mencapai target yang
diharapkan. Hal itu mengindikasikan mutu diagnosis yang rendah dan kurangnya
prioritas menemukan kasus BTA+ di Indonesia. Namun, sebanyak 63,6%
provinsi telah mencapai target tersebut. Papua Barat merupakan provinsi dengan
proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus yang terendah yaitu 38%.
GAMBAR 6.3
PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
MENURUT PROVINSI TAHUN 2014

3. Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien


baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah
tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan
kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka
ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Gambar 6.4 menunjukkan angka notifikasi kasus baru TB paru BTA+ dan
angka notifikasi seluruh kasus TB per 100.000 penduduk dari tahun 2008-2014.
Angka notifikasi kasus BTA+ pada tahun 2014 di Indonesia sebesar 70 per
100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 81 per
100.000 penduduk. Begitu juga dengan angka notifikasi seluruh kasus TB per
100.000 penduduk yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 113
per 100.000 penduduk.
GAMBAR 6.4
ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2014

Gambar 6.5 berikut memperlihatkan besarnya angka notifikasi atau case


notification rate (CNR) BTA+ menurut provinsi tahun 2014.

GAMBAR 6.5
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2014
Provinsi dengan CNR BTA+ tertinggi yaitu Sulawesi Utara (219), Sulawesi
Tenggara (163), dan Gorontalo (133). Sedangkan CNR BTA+ terendah yaitu DI
Yogyakarta (34), Bali (38), dan Banten (40). CNR dianggap baik jika terjadi
peningkatan minimal 5% dibandingkan dengan sebelumnya.

4. Angka Keberhasilan Pengobatan

Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator


yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan
pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari
angka kesembuhan (cure rate) dan angka pengobatan lengkap. Berikut ini
digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2008-2014.

GAMBAR 6.6
ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+
DI INDONESIA TAHUN 2008-2014
Pada Gambar 6.6 terlihat penurunan angka keberhasilan pengobatan pada
tahun 2014 dibandingkan 6 tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 angka
keberhasilan pengobatan sebesar 81,3%. WHO menetapkan standar angka
keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2014,
Indonesia tidak mencapai standar tersebut.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target Renstra minimal
88% untuk angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014. Berdasarkan hal
tersebut, capaian angka keberhasilan pengobatan tahun 2013 yang sebesar 81,3%
juga tidak memenuhi target Renstra tahun 2014.

5. Prevalensi tuberkulosis
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi TB berdasarkan diagnosis sebesar 0,4%
dari jumlah penduduk. Menurut provinsi, prevalensi TB paru tertinggi
berdasarkan diagnosis yaitu Jawa Barat sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua
masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan Provinsi Riau, Lampung, dan Bali
merupakan provinsi dengan prevalensi TB paru terendah berdasarkan diagnosis
yaitu masing-masing sebesar 0,1%.
Sedangkan menurut Global Tuberculosis Control, estimasi insidens semua tipe TB
tahun 2013 yang sebesar 183 per 100.000 penduduk mengalami penurunan
dibandingkan tahun 1990 yang sebesar 343 per 100.000 penduduk. Begitu juga
dengan prevalensi TB dan mortalitas yang mengalami penurunan pada tahun 2013
seperti yang terlihat pada Tabel 6.1. Hal tersebut memperlihatkan bahwa program
pengendalian TB di Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalensi,
dan mortalitas akibat penyakit TB.
TABEL 6.1
ESTIMASI INSIDENS, PREVALENSI, DAN MORTALITAS TB PER 100.000
PENDUDUK
TAHUN 1990 DAN 2013

Menurut jenis kelamin, prevalensi TB paru pada laki-laki lebih tinggi yaitu
sebesar 0,4% dibandingkan pada perempuan yang sebesar 0,3%. Sedangkan
menurut tipe daerah, prevalensi TB paru pada penduduk di perkotaan sebesar
0,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di perdesaan yang sebesar
0,3%. Informasi mengenai tuberkulosis menurut indikator, jenis kelamin, dan
provinsi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.1-6.4.
Daftar pustaka :
 http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-
biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html#sthash.ABAO7Vnm.dpuf
 Profil Kesehatan Indonesia 2014 Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

NAMA : Dela Putri Andartiwi


NIM : 1401460013
PRODI : DIV Keperawatan Malang

Anda mungkin juga menyukai