Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUCEMIA (ALL)

Oleh :
Hj. Latifah
1614901110081

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUCEMIA (ALL)

Konsep ALL
1.1 Definisi
Leukemia lymphoblastic akut (ALL) atau juga disebut leukemia limfositik akut
adalah kanker darah dan sumsum tulang. Kanker jenis ini biasanya semakin
memburuk dengan cepat jika tidak diobati. ALL adalah jenis kanker yang paling
umum pada anak-anak (National Cancer Institute, 2014). Akut limfoblastik
leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masih diatur dalam jaringan
pembentuk darah (Suriadi, 2007).

Akut limfoblastik leukimia adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit


(Cecily, 2008). Akut limfoblastik leukimia dianggap sebagai suatu proliferasi
ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan puncak insideasi
pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang terjadi (Brunner, 2007). Akut
limfoblastik leukimia adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat
sistematik dan biasanya berakhir fatal (Ngastiyah, 2009).

Akut limfoblastik leukimia adalah proliferasi maligna/ganas limphoblast dalam


sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik
(Reeves & Lockart, 2008).

Penelitian yang dilakukan pada ALL menunjukkan bahwa ALL mempunyai


homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Hal ini memberi
dugaan bahwa populasi sel leukimia itu berasal sari sel tunggal. Oleh karena
homogenitas itu menurut Pornomo, 2009 dibuat klasifikasi LLA secara
morfologik sebagai berikut:
1.1.1 L – 1 terdiri dari sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin homogen,
anak inti umumnya tidak nampak dan sitoplasma sempit.
1.1.2 L – 2 pada jenis ini limfoblas adalah besar tetapi ukurannya bervariasi,
kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
1.1.3 L – 3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin
berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan
berfakualisasi.
1.2 Etiologi
Penyebab akut limfoblastik leukimia sampai saat ini belum jelas, diduga
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin
berperan, yaitu:
1.2.1 Faktor eksogen
a. Sinar x, sinar radioaktif.
b. Hormon.
c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol,
anti neoplastic agent).

1.2.2 Faktor endogen


a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam)
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom
Down).
c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).

1.3 Tanda dan gejala


Manifestasi klinik dari akut limfoblastik leukimia antara lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam, anoreksia, mual, muntah
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6. Nyeri tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
10. Nyeri kepala

Manifesti Klinis menurut Cecily 2008:


1.3.1 Bukti anemia, pendarahan dan infeksi:
a. Demam
b. Keletihan
c. Pucat
d. Anoreksia
e. Petekia dan pendarahan
f. Nyeri sendi dan tulang
g. Nyeri abdomen yang tidak jelas
h. Berat badan menurun
i. Pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotieal hati limfa
dan Limfonudus.

1.3.2 Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges:


a. Nyeri dan kaku duduk
b. Sakit kepala
c. Iritabilitas
d. Letargi
e. Muntah
f. Koma

1.3.3 Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem
yang terkena:
a. Kelemahan ekstremitas bawah
b. Kesulitan berkemih
c. Kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping
lanjut dari terapi).

1.4 Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur/abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum
tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu
perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat,
akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa,
limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian.

Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit


mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis).
Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel
kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2007; Suriadi dan
Rita Yuliani, 2007, Betz & Sowden, 2008).
1.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc
leukemia adalah:
1.5.1 Pemeriksaan sumsum tulang (BMP/Bone Marrow Punction) :
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
1.5.2 Pemeriksaan darah tepi
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam
bentuk sel blast / sel primitif
1.5.3 Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi
sel kanker ke organ tersebut
1.5.4 Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
1.5.5 Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis
bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar
sampai yang sangat kecil

1.6 Komplikasi
1.6.1 Anemia dan perdarahan
Terjadi gangguan pada eritrosit dan plasma disebabkan pengaturan
pada sumsum tulang belakang tidak berjalan secara normal.
Akibatnya, leukosit berproliferasi secara tidak teratur dan
mengganggu fungsi dari eritrosit dan plasma ketika berada
dalam keadaan normal.

1.6.2 Hiperleukositosis
Hiperleukositosis adalah peningkatan jumlah sel leukosit darah tepi
melebihi 100.000 / µl. H i p e r l e u k o s i t o s i s d a p a t menyebabkan
iskositas darah meningkat, terjadi agregasi serta thrombus sel
blas pada mikrosirkulasi. Selain itu akibat ukuran sel blas yang
lebih besar dibanding sel leukosit matur, serta tidak mudah
berubah bentuk menyebabkan sel blas akan mudah terperangkap
dan menimbulkan oklusi pada mikrosirkulasi. Keadan ini disebut
dengan leukostasis. Organ tubuh yang paling sering mengalami
leukostasis adalah:
a. Susunan saraf pusat: sakit kepala, gangguan penglihatan, mudah lesu,
pingsan.
b. Paru: takipne, dispne, hipoksia dan gagal nafas.

1.6.3 Sindrom lisis tumor


Menyebabkan gangguan metabolisme berupa hyperkalemia,
hiperurisemia dan hiperfosfatemia. Lisis sel tumor
menyebabkan terjadinya pelepasan kalium secara cepat , asam
urat yang berasal dari asam nukleat dan fosfat intraseluler ke
ekstraseluler.

1.6.4 Gangguan Imunitas


Terjadi karena ketidakstabilan sel darah putih dalam menjalankan fungsi
normalnya, misalnya pada keadaan neutropenia. Pada neutropenia
dalam leukimia, neutrofil banyak namun gagal menjalankan
fungsinya disbabkan lebih banyaknya sel blas yang beredar. Gangguan
imunitas juga bisa merupakan efek samping dari kemoterapi yang
terjadi pada masa remisi, karene efek obat dalam kemoterapi tidak hanya
membunuh sel kanker tetapi juga membunuh sel normal.

1.6.5 Asidosis laktat


Hal ini terjadi karena adanya peningkatan glikogenolisis pada jaringan
perifer dan klirens laktat dan piruvat pada hepar yang tidak s e m p u r n a .
A k i b a t n ya b i s a t e r j a d i h i p o k s i a j a r i n g a n d a n a s i d o s i s
metabolic.

1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.

1.7.2 Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya).


Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
1.7.3 Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp,
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin,
arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering
terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi
sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah
leukosit kurang dari 2.000/mm3.

1.7.4 Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam


kamar yang suci hama).

1.7.5 Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai


remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi
mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar
terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik
terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan
sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.

1.7.6 Cara pengobatan.


Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya.
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan
tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
1.7.6.1 Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian
berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun
intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
1.7.6.2 Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
1.7.6.3 Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu
masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian
sitostatika separuh dosis biasa.
1.7.6.4 Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya
dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti
pada induksi selama 10-14 hari.
1.7.6.5 Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Untuk hal ini diberikan intratekal pada waktu induksi untuk
mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak
2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan
leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
1.7.6.6 Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama
sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh
sempurna.
1.8 Pathway
1.9 Perawatan pada Anak dengan ALL
1.9.1 Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas:
a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah,
kadar Hb rendah.
b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis
c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas
g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi
h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC

1.9.2 Mencegah terjadinya infeksi


a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika
suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x /
menit.
b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko
infeksi meningkat, maka:
c. Tampatkan pasien dalam ruangan khusus
d. Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian
pelindung, masker dan sarung tangan.
e. Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi
f. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasive
g. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam)
h. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering.
i. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat
dengan minum 3 liter / hari
j. Berikan terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
k. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi.

1.9.3 Mencegah cidera (perdarahan)


a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut,
hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus.
b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit
c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan
tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik.
d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak
e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan
yang dapat melukai kulit.

1.9.4 Memberikan nutrisi yang adekuat


a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan
pandangan dan bunyi.
d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien
dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari.
e. Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat.
f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral
dan NPT yang diprogramkan.

1.9.5 Mencegah kekurangan cairan


a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang
mual / muntah.
d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi
sesuai indikasi

1.9.6 Antisipasi berduka


a. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga
b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptive
c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express
feeling.
d. Fasilitasi express feeling melalui permainan

1.9.7 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang:


a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan.
b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll.
c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi
d. Mengatasi kecemasan
e. Pemberian nutrisi
f. Pengobatan dan efek samping pengobatan
1.9.8 Meningkatkan peran keluarga
a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik
b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf
SR.
c. Dorong keluarga untuk express feelings
d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si
anak

1.9.9 Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri


a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya
b. Berikan informasi yang mendukung pasien (misal; rambut akan
tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai).
c. Dukung interaksi sosial / peer group
d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala.

II. Rencana Asuhan Klien dengan ALL


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di
bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 – 4 tahun. Rasio
lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
a. Keluhan Utama: Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba
adalah demam, lesu dan malas makan atau nafsu makan berkurang,
pucat (anemia) dan kecenderungan terjadi perdarahan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu: Pada penderita ALL sering ditemukan
riwayat keluarga yang terpapar oleh chemical toxins (benzene dan
arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV-1), kelainan kromosom dan
penggunaan obat-obatan seperti phenylbutazone dan khloramphenicol,
terapi radiasi maupun kemoterapi.
c. Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan
berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi
kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang
riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
d. Pola Nurisi: Anak sering mengalami penurunan nafsu makan,
anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan
gangguan menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan
adanya distensi abdomen, penurunan bowel sounds, pembesaran limfa,
pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi
secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oral, dan adanya
pembesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic
leukemia).
e. Pola Eliminasi: Anak kadang mengalami diare, penegangan pada
perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar, darah dalam urin,
serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses
perianal, serta adanya hematuria.
f. Pola Tidur dan Istrahat: Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan
lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena
mudah mengalami kelelahan.
g. Pola Kognitif dan Persepsi: Anak penderita ALL sering ditemukan
mengalami penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot, adanya
keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang
abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
h. Pola Mekanisme Koping dan Stress: Anak berada dalam kondisi yang
lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian
dapat ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah, dan
iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
i. Pola Hubungan Peran: Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan
kesempatan bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta
belajar.
j. Pola Keyakinan dan Nilai: Anak pra sekolah mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah.
k. Pengkajian tumbuh kembang anak
Penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
keterlambatan akibat nutrisi yang didapat kurang karena penurunan
nafsu makan, pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada berat
badan anak tersebut.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus


1. Kepala dan Leher
a). Rongga mulut :
- Apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri).
Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, dan
bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur
- Perdarahan gusi
- Pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
- Ada atau tidaknya karies gigi
b) Mata:
- Konjungtiva : anemis atau tidak.
- Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP
- Sclera: kemerahan, ikterik
- Perdarahan pada retina
c) Telinga : ketulian
d) Leher: distensi vena jugularis
e) Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan
tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan
saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal.

2. Pemeriksaan Dada dan Thorax


a) Inspeksi: bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada,
penggunaan otot bantu pernapasan
b) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
d) Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi
(terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I,
II, dan III jika ada.

3. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar
limfe, ginjal, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltik usus,
palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa
b) Perkusi adanya asites atau tidak.
4. Pemeriksaan Genetalia
5. Pembesaran pada testis : hematuria
6. Pemeriksaan integument
Kulit :
a) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam)
b) Nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah,
diaforesis (gejala hipermetabolisme)
c) Peningkatan suhu tubuh
d) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Adakah sianosis, kekuatan otot
b) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel
leukemia

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


a. Hitung darah lengkap (CBC) anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm saat didiagnosa memiliki prognosis paling baik, jumlah
leukosit lebih dari 50.000/mm adalah tanda prognosis kurang baik
pada anak sembarang umur.
b. Pungsi lumbal – untuk mengkaji keterlibatan SSP
c. Foto toraks – mendeteksi keterlibatan mediastinum
d. Aspirasi sumsum tulang – ditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis.
e. Pemindahan tulang atau survei kerangka – mengkaji keterlibatan
tulang.
f. Pemindahan ginjal, hati dan limpa – mengkaji infiltrasi leukemik
g. Jumlah trombosit – menunjukkan kapasitas pembekuan

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Risiko infeksi
2.2.1 Definisi : berisiko terhadap invasi organisme pathogen
2.2.2 Faktor risiko
a. Penyakit kronis
b. Penekanan sistem imun
c. Ketidakadekuatan imunitas dapatan
d. Pertahanan primer tidak adekuat ( misalnya: kulit luka, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, statis cairan tubuh, perubahan pH
sekresi, dan gangguan peristaltis).
e. Pertahanan lapis kedua yang tidak memadai ( misalnya: hemoglobin
turun, leukopenia, dan supresi respon inflamasi).
f. Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
g. Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan pathogen
h. Prosedur invasive
i. Malnutrisi
j. Agens farmasi (misal: obat imunosupresi)
k. Pecah ketuban
l. Kerusakan jaringan
m. Trauma
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
2.2.3 Definisi : ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau
harus dilakukan

2.2.4 Batasan Karakteristik


Subyektif :
Ketidaknyamanan atau dipsnea saat beraktivitas
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

Obyektif :
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons
terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

2.2.5 Faktor yang berhubungan


Tirah baring dan imobilitas
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gaya hidup kurang gerak

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Risiko infeksi
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): setelah dilakukan tindakan
keperawatan faktor risiko infeksi akan hilang dengan kriteria hasil:
NOC :
Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
Immune dalam batas normal

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional :


NIC:
- Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
(misalnya usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, malnutrisi).
Rasional: mengidentifikasi faktor penyebab infeksi
- Instruksikan untuk menjaga hygiene personal untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi
Rasional: meminimalkan pajanan pada organisme infektif
- Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit,
absolute, hitung jenis, protein serum dan albumin)
Rasional: mengetahui perkembangan hasil laboratorium
- Kolaborasi dalam pemberian obat bila diperlukan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

Diagnosa 2: Intoleransi aktivitas


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien menunjukkan toleransi aktivitas dengan kriteria hasil:
NOC:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari dengan beberapa bantuan

2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:


NIC:
a. Kaji kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi dan melakukan aktivitas
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi.
b. Kaji penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri dan pengobatan)
Rasional: menentukan penyebab keletihan
c. Bantu pasien untuk mengubah posisi atau dalam melakukan aktivitas
Rasional: memudahkan pasien dalam melakukan aktivitas
d. Pantau respon oksigen pasien (misalnya denyut nadi dan pernapasan)
terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan.
Rasional: mengetahui perubahan denyut nadi dan pola pernapasan
pasien
DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/askep-leukemia-limfositik-akut.html

https://www.scribd.com/doc/142283860/Laporan-Pendahuluan-Anak-Dengan-
Leukemia-Limfositik-Akut

https://www.scribd.com/document/328146891/Komplikasi-Dan-Prognosis-
ALL

Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta,


CV Sagung Seto.

Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta,


Salemba Raya.

Wilkinson Judith M & Nancy R Ahem. (2011). Buku Saku Diagnosis


Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC
Edisi 9. Jakarta: EGC.
Banjarmasin, April 2017
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Diah Retno Wulan. S. Kep.,Ns) (……………..….……………..)

Anda mungkin juga menyukai