Anda di halaman 1dari 4

2.3.

5 Tata Rias Penari Gandrung


Diantara kesenian khas Jawa Timur ada satu lagi tari
tradisional yang penuh nuansa mistis. Ternyata tidak cuma Reog
Ponorogo yang dalam pagelarannya harus menggerahkan kekuatan
gaib. Termasuk tarian Gandrung asal Banyuwangi. Konon para
penarinya terikat oleh aturan magis.
Dibalik gemerlap pagelaran tari Gandrung yang dibawakan
wanita-wanita bertubuh sintal dan langsing, ada prosesi magis yang
harus dilakukan oleh setiap penari sebelum memulai pertunjukan.
Ritual khusus bernuansa magis itu sebagai persiapan penari agar
dapat tampil menarik dan simpatik. Sebab, penari gandrung bukan
sekedar ingin dapat memuaskan penonton, di samping itu juga
berharap dapat uang tip dari orang-orang yang simpati padanya.
Ada beberapa persyaratan khusus bagi seorang penari gandrung
sebelum naik ke pentas. Pertama, adalah dalam soal merias, sang
penari harus melakukannya sendiri tanpa bantuan petugas rias.
Karena itu sebagai syarat utama seorang penari Gandrung yang
sudah profesional, dia harus bisa menata diri sendiri, terutama
memoles wajah agar dapat tampil sedemikian menarik
Alat make-up yang digunakan tidak sembarangan, sebelum
digunakan harus diberi mantera agar dapat membuat penari lebih
percaya diri saat berada di atas panggung, dan penonton yang
melihatnya akan terpesona setelah melihat wajah si penari. Prosesi
ini memang cukup memakan waktu, di samping persiapan khusus
yang harus dilakukan para penari.
Kadang dari persiapan ini saja, rombongan penari sebelum
tampil harus merogoh kocek hingga ratusan ribu hanya untuk bisa
tampil memukau penonton. Sebab selain itu masih ada persyaratan
lainnya, yakni disediakannya sesaji yang terdiri dari kelapa, pisang,
beras, gula, ayam dan alat kinang lengkap. Semua perlengkapan
tersebut kemudian diletakkan di kamar penari rias dan tempat yang
tidak jauh dari penabuh gong.
"Jangan heran kalau orang nanggap pagelaran Gandrung itu
mahal, lha wong untuk persiapan tampil saja biayanya sudah besar,"
ujar Marsudi, salah seorang anggota kelompok Gandrung di
Banyuwangi. Tata cara persiapan lainnya, penari saat akan
mengenakan kuluk (mahkota) maka terlebih dahulu membaca
sebuah mantera sesuai dengan keinginannya. Itu dengan pantangan
kuluk yang sudah dipakai tidak boleh dilepaskan hingga pementasan
berakhir.
Mitos cara mengenakan kuluk tersebut sangat disakralkan
lantaran berkaitan langsung dengan kejadian yang akan menimpa
penari. Karena itu kuluk harus dirawat dengan benar dan diletakkan
di tempat yang aman. Sebab, jika ada kejadian seperti kuluk terjatuh
atau terlepas sebelum pagelaran berakhir akan berakibat pada
penari yang mengalami musibah
Paling tidak selama menjadi penari dalam satu pagelaran
penari gandrung harus siap selama 24 jam penuh. Pasalnya,
rangkaian dari ritual mulai dari prosesi persiapan hingga akhir
pagelaran mereka tidak boleh melepas pakaian khasnya sebelum
dibacakan mantera dari "guru" atau orang yang dianggapnya lebih
pintar.
Karena itu untuk menjaga agar selama pagelaran penari tidak
terganggu oleh urusan lain, semisalkan ingin buang hajat atau
dirasuki rasa kantuk, mereka biasanya sudah memiliki amalan
masing-masing yang diberikan oleh gurunya. Amalan tersebut akan
dibaca sebelum penari naik ke pentas dan sesudah pertunjukan.

Read more: http://mengenalbudayajawa.blogspot.com/2013/11/tari-


gandrung-banyuwangi.html#ixzz3PYNjPRSX

Tata Rias PAES AGENG untuk Pengantin


Jawa
Posted by Triyanto Budi Utomo on 2:15 AM in Video Wedding | Comments : 0

Tata Rias PAES AGENG Yogyakarta pada awalnya hanya boleh dikenakan oleh kerabat
kerajaan saja. namun pada masa pemerintahan Sultan HB IX (1940) mengijinkan
masyarakat umum memakai busana ini dalam upacara pernikahan. dan sekarang tata
rias Paes Ageng menjadi salah satu Trend riasan Pengantin.

Upacara perkawinan pada dasarnya merupakan suatu peralihan


terpenting dalam daur hidup seseorang, yaitu peralihan dari tingkat
hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga. Inti dari upacara pernikahan,
tak hanya melulu pada ritual upacara yang dilakukan, namun juga detail
seperti riasan pengantin. Seperti yang dikemukakan Prof. Koentjaraningrat
Pemakaian busana paes ageng sangat rumit, memerlukan ketekunan dan ketelitian yang
di dalamnya terkandung kesakralan maupun makna filosofi dalam setiap detail rias
wajah, busana, dan aksesorinya. Untuk itu segala sesuatu yang berhubungan dengan
paes dipercayakan pada seorang juru rias paes pengantin. Baik perias maupun
pengantin putri yang dirias wajib berpuasa sebelum menjalankan acara. Tujuan
utamanya adalah mengendapkan perasaan untuk membersihkan jiwa dan menguatkan
batin agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan terhindar dari malapetaka.
Masyarakat Jawa percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru rias akan
menjadikan pengantin yang diriasnya cantik molek dan bersinar.

Berikut adalah tahapan merias wajah gaya paes ageng beserta makna dan
filosofinya yang terkandung di dalamnya :
Tahap 1: Ratusan
Proses pengasapan bahan ratus yaitu wewangian tradisional pada rambut agar harum

Tahap 2: Halup-Halupan
Lebih sering disebut prosesi cukur rambut. Di mana dilakukan pembersihan wajah
pengantin dengan cara mencukur rambut halus yang tumbuh di dahi atau memotong
rambut menjuntai ke dahi sehingga wajah tampak bersih dan siap untuk dibuat pola
wajah.

Tahap 3: Cengkorongan
Merupakanpembuatan pola wajah paes ageng gaya Yogyakarta. Penentuan bentuk dan
pembuatan cengkorong ini dikerjakan dengan pensil dan hasil akhirnya berupa gambar
samar-samar/tipis.

Sedangkan Proses Cengkorong meliputi:

1. Citak
pada dahi, yaitu bentuk belah ketupat kecil dari daun sirih pada pangkal hidung di antara
dua alis. Ada beberapa versi mengenai makna filosofinya, antara lain bahwa citak
sebagai refleksi mata Dewa Syiwa yang merupakan pusat panca indra sehingga menjadi
pusat keseluruhan ide. Pendapat lain mengatakan bahwa citak sebagai pemberi watak
pada keseluruhan ide paes.

2. panunggul, pangapit, panitis, godeg


Panunggul dibuat di atas citak, di tengah-tengah dahi, berbentuk meru melambangkan
Trimurti (tiga kekuatan dewa yang manunggal). Di tengah-tengah panunggul diisi hiasan
berbentuk capung atau kinjengan, yaitu seekor binatang yang selalu bergerak tanpa
lelah dengan harapan agar pengantin selalu ulet dalam menjalani hidup.
Panunggul berasal dari kata tunggal, yaitu terkemuka atau tertinggi, mengandung
makna dan harapan agar seorang wanita ditinggikan atau dihormati.
Pengapit terletak di kiri kanan panunggul berbentuk seperti meru (gunung) namun
langsing.
Penitis terletak di antara pengapit dan godheg.
Pengapit, panitis, godheg dibuat sebagai keseimbangan wajah, maka diletakkan simetris
dengan panunggul.

3. Alis dibuat berbentuk menjangan ranggah atau disebut juga tanduk rusa.
Rusa merupakan simbol kegesitan, dengan demikian kedua pengantin diharapkan dapat
bertindak cekatan, trampil, dan ulet dalam menghadapi persoalan rumah tangga. Daerah
sekeliling mata dibiarkan tidak terjamah oleh boreh, diberi gambaran yang disebut
jahitan. Untuk membentuk mata lebih tajam dan anggun sehingga orang-orang akan
mengaguminya.

Tahap 4: Kandelan
Setelah cengkorongan selesai dibuat sesuai pola dasar dan tampak pantas (layak), baru
kemudian paes wajah diselesaikan dengan menebalkan garis-garis yang samar menjadi
paesan dadi (paes jadi).

Tahap 5: Dados:
Selesai kandelan, dilanjutkan dengan dandos jangkep pengantin (pengantin berdandan
lengkap) yang meliputi sanggul pengantin, perhiasan pengantin, kain pengantin, baju
pengantin, dan dandosan (berbusana) lain selengkapnya.

http://uphillophee.blogspot.com/2013/08/tata-rias-paes-ageng-untuk-pengantin-
jawa.html

Anda mungkin juga menyukai