Puji syukur penulis panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa karena atas berkat dan
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “ ASKEP KULTURAL
PADA LANSIA”
Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk mendukung perbaikan makalah ini agar
lebih baik lagi kedepanya.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dari beberapa pihak dalam
penyusunan makalah ini, akhir kata penulis ucapkan wasallam…
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
Masalah yang penulis analisa yaitu:
1. Apa pengaruh masalah sosial budaya pada lansia ?
2. Apa itu perubahan peran diri pada lansia ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah sosial budaya ?
C. Tujuan penulisan
Tujuan dalam penulisan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh masalah sosial budaya pada lansia
2. Untuk mengetahui tentang perubahan peran diri pada lansia
3. Untuk mengetahui asuhan keperwatan pada lansia dengan masalah sosial budaya
BAB II
PEMBAHASAN
Apakah kebudayaan itu Mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu ,
tapi tidak setiap orang dapat menjelaskannya . Sebagian orang menjelaskan bahwa
kebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari
secara turun temurun , tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang resiko bagi
timbulnya suatu penyakit . Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang
sempit , tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari
masyarakat itu sendiri.
Hubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan pada lansia
sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi
kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada masyarakat haruslah di barengi dengan
mengetahui terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam
masyarakat tersebut.
Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk
di rubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan
informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan di berikan kepada
masyarakat . Ada banyak cara yang bisa dilakukan , mulai dari perkenalan program
kerja, menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan secara
personal .
Sikap budaya terhadap warga usia lanjut mempunyai implikasi yang dalam
terhadap kesejahteraan fisik maupun mental mereka. Pada masyarakat tradisional warga
usia lanjut ditempatkan pada kedudukan yang terhormat, sebagai Pinisepuh atau Ketua
Adat dengan tugas sosial tertentu sesuai adat istiadatnya, sehingga warga usia lanjut
dalam masyarakat ini masih terus memperlihatkan perhatian dan partisipasinya dalam
masalah - masalah kemasyarakatan. Hal ini secara tidak langsung berpengurah kondusif
bagi pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental mereka. Sebaliknya struktur
kehidupan masyarakat modern sulit memberikan peran fungsional pada warga
usia lanjut, posisi mereka bergeser kepada sekedar peran formal, kehilangan pengakuan
akan kapasitas dan kemandiriannya. Keadaan ini menyebabkan warga usia lanjut dalam
masyarakat modern menjadi lebih rentan terhadap tema - tema kehilangan dalam
perjalanan hidupnya.Era globalisasi membawa konsekuensi pergeseran budaya yang
cepat dan terus – menerus , membuat nilai-nilai tradisional sulit beradaptasi.
Warga usia lanjut yang hidup pada masa sekarang,seolah-olah dituntut untuk
mampu hidup dalam dua dunia yakni : kebudayaan masa lalu yang telah membentuk
sebagian aspek dari kepribadian dan kekinian yang menuntut adaptasi perilaku. Keadaan
ini merupakan ancaman bagi integritas egonya, dan potensial mencetuskan berbagai
masalah kejiwaan
Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial budaya lansia secara umum
yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin
melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan
keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya
kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada
individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan
efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya
kuantitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana
pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan
melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
Karena sikap sosial yang tidak menyenangkan bagi kaum lansia, pujian yang
mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan keberhasilan mereka.
Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lansia menumbuhkan perasaan
rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang tidak menunjang proses
penyesuaian sosial seseorang.
Pria atau wanita yang telah terbiasa dengan peran sebagai kepala
keluarga akan menemukan kesulitan untuk hidup bergantung dirumah anaknya.
Seperti juga halnya dengan pria yang memperoleh kedudukan dan prestise serta
tanggung jawab dalam dunia kerjanya, merasa akan sulit menghadapi fakta
sebagai pembantu istrinya apabila sudah pensiun. Peran ini dirasakan akan
menghilangkan otoritas dan kejantanannya.
2. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu dalam
memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular.
3. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi sel atau jaringan
menurun.
3. Intervesi
a. Diagnosa keperawatan: ketidakseimbangan nutrisi :nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam,diharapkan
asupan nutrisi pasien tidak bermasalah, asupan makanan dan cairan tidak
bermasalah berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan, dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
Intervensi:
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
Rasional: mengidentifikasi nutrisi yang diberikan dan juga untuk intervensi
selanjutnya.
Observasi dan catat masukan makanan klien.
Rasional: mengawasi masukan kalori.
Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien.
Rasional: agar pasien mengetahui bagaimana konsep nutrisi yang baik.
Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan
kenaikan atau pemeliharaan berat badan.
Rasional: agar nutrisi pasien dapat terpenuhi.
b. Diagnosa keperawatan: Inkontinensia urin fungsional b.d
keterbatasanneuromuskular.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan pada lansia
sangatlah penting untuk di pelajari khususnya bagi tenaga kesehatan.
Bila suatu informasi kesehatan yang baru akan di perkenalkan kepada
masyarakat haruslah di barengi dengan mengetahui terlebih dahulu tentang latar
belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat tersebut.
Dalam kebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan
kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan orang lansia sering dianggap
tidak ada gunanya lagi. Karena mereka tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang
lebih muda dalam berbagai bidang tertentu dimana kriteria nilai sangat diperlukan, dan
sikap sosial terhadap mereka tidak menyenangkan.
B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa dalam mempelajari askep gerontik khususnya yang berhubungan dengan
masalah social budaya pada lansia yang berhubungan dengan perubahan peran pada
lansia.