Anda di halaman 1dari 3

Tiga Operator Tertimbun Longsor

Tambang Batubara, Kata Perusahaan


Sudah Antisipasi
Tebing 150 Meter di Konsesi Tambang Samboja Runtuh

TANAH LABIL: Tebing di konsesi milik PT Lembuswana Perkasa, Kelurahan Bukit Merdeka ini yang
longsor. Tiga korban masih di bawah reruntuhan. (PAKSI SANDANG PRABOWO/KP)
PROKAL.CO, style="text-align: justify;">SAMBOJA - Duka dari pertambangan batu bara jadi cerita tak
berujung. Terbaru, Kamis (28/1) subuh di Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar) tebing setinggi 150 meter di
kawasan konsesi PT Lembuswana Perkasa, RT 9, Kelurahan Bukit Merdeka, Samboja, runtuh. Dalam
peristiwa itu, lima karyawan tambang menjadi korban “amukan” tanah dari bukit. Tiga orang diperkirakan
tewas karena tertimbun longsor dan dua lainnya berhasil menyelamatkan diri. Korban selamat sempat
menjalani perawatan di RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti (Abadi) Samboja.
Sementara lima alat berat yang terdiri dua haul dump truck (HD), dua ekskavator, dan satu buldoser turut
terbenam di reruntuhan tanah dan terdapat bebatuan. Dari informasi yang dihimpun Kaltim Post di lokasi
kejadian, tiga orang yang tertimbun longsoran tersebut bernama Sanur (31) sebagai operator ekskavator, Novit
Hermawan (34) operator HD, dan Nasiran (31) operator buldoser. Sedangkan dua pekerja lainnya selamat dari
maut, yaitu Selamet Aroni (37) operator HD dan Abdul Rahman (41) operator ekskavator.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 04.30 Wita. Ketika itu, lima orang operator alat berat melakukan
pemindahan tanah di sebuah tebing di konsesi milik PT Lembuswana Perkasa. Lima korban bekerja di PT
REP, subkontraktor PT Lembuswana Perkasa. Mereka bekerja sejak pukul 19.00 Wita, Rabu (27/1), hingga
keesokan harinya. Pekerja ini memindahkan limbah tanah sebelum mencari titik penggalian batu bara. Lokasi
kejadian biasanya disebut sebagai Pit A0.
Saat itu, dalam hitungan menit longsoran terjadi dan menyebabkan jutaan ton tanah menimbun lima alat berat
yang berada di pinggir tebing. Lima alat berat itu sedang melakukan iring-iringan di pinggir tebing tertimpa
longsoran tebing. Dalam sekejap, alat berat tenggelam ke danau bekas galian tambang yang berada di dekat
tebing. Dua operator, Selamet dan Abdul Rahman, luput dari maut lantaran berhasil keluar dari alat berat yang
sudah tenggelam ke dasar danau. Tiga rekan mereka diduga tak sempat menyelamatkan diri dan tenggelam ke
kolam tambang.
Di lokasi kejadian, Kepala Teknik Tambang PT Lembuswana Perkasa Safwan Syarwani menjelaskan, sebelum
kejadian, aktivitas tambang seperti biasa. Kejadian tak terduga itu membuat dia terkejut. Tapi, dia sekaligus
turut berbelasungkawa terhadap keluarga korban. Ia menyebut, longsor terjadi jelang pergantian sif yang
biasanya dilakukan pukul 06.00 Wita. Jam segitu, biasanya para karyawan mulai meninggalkan lokasi
tambang. Sehingga dipastikan, saat terjadinya reruntuhan tanah, tidak banyak karyawan yang berada di lokasi.
“Data yang kami miliki hanya lima orang itu yang jadi korban. Tapi, tiga masih dalam pencarian,” ucap
Safwan.
Menurutnya, meski tak menduga peristiwa tersebut, pihaknya sudah mengantisipasi longsor. Tapi alam
berkehendak lain. “Kami memastikan alat aman. Begitu juga lokasi tambang. Kalau tidak aman, biasanya tim
pengawas memberi tahu,” bebernya.
Safwan mengungkapkan, memang ada beberapa titik yang tidak direkomendasikan untuk ditambang. Tapi
tidak termasuk Pit AO.
Kini pihaknya masih fokus dengan evakuasi korban. Setelah kelar menemukan korban yang tertimbun, pemilik
izin usaha pertambangan (IUP) ini akan melakukan investigasi internal. Investigasi ini dilakukan demi
kepentingan evaluasi. Sehingga ke depan kejadian serupa tak terulang. “Juga untuk kepentingan Distamben
(Dinas Pertambangan dan Energi),” sebutnya.
Ia memastikan, setelah longsor, segala aktivitas pertambangan lumpuh total. Pihaknya sengaja menyetop
penambangan demi fokus terhadap evakuasi. Aktivitas kembali dimulai setelah ditemukan korban dan
investigasi selesai.
Dikatakan, dengan berhentinya operasi penambangan, PT Lembuswana Perkasa dipastikan merugi. Namun,
pihaknya belum ingin menghitung itu. “Kerugian materi itu sudah pasti. Tapi, rasanya saya tidak etis bila
menyebut kerugian itu. Karena kerugian nonmaterial sebenarnya jauh lebih besar,” urainya.
Menurutnya, di Pit AO ini sebenarnya masih dalam perencanaan. Yaitu untuk mencari titik potensial emas
hitam. Diyakini jika sebelumnya tidak ada tanda-tanda longsor. Dia juga membantah jika pengerjaan tersebut
dilakukan tanpa pengawasan atau tidak melalui tahapan yang tidak tepat.
Konsesi PT Lembuswana Perkasa memiliki luas 1.851 hektare. Sedangkan izin produksinya sejak 2008 hingga
2026. Sementara itu, Project Manager PT REP Bambang menyebut, pihaknya sudah bekerja sesuai prosedur.
Terkait kerugian yang ditimbulkan, ia menolak berkomentar. Namun, dia memastikan kejadian serupa tidak
pernah dialami oleh perusahaannya. “Kami upayakan secepatnya melakukan evakuasi korban terlebih dahulu,”
tutur Bambang.
EVAKUASI
Dari pantauan Kaltim Post di lokasi kejadian, tanah di tebing memang masih terus bergerak. Bahkan
pergeseran tanah itu tak sedikit membuat longsor susulan di sekitar reruntuhan. Potensi longsor susulan dalam
skala besar pun masih dimungkinkan terjadi.
Proses evakuasi juga masih terus berlangsung. Rombongan kepolisian, TNI, Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kaltim, BPBD Kukar, dan Basarnas sudah terlihat sejak pagi.
Proses pencarian korban dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengerahkan anjing pelacak
milik Unit Satwa Polda Kaltim yang dipimpin Brigpol Budi Supardi. “Petugas akan membuat pori-pori untuk
mengeluarkan aroma jasad,” katanya. Satwa terlatih itu bernama Smeagle dibawa oleh personel K-9. Yakni,
Brigpol Budi ditemani Brigpol Septian, Bripda Samodara dan Bripda Bobby. Mereka menyebar, sambil
mengikuti arah anjing mengendus.
Kapolres Kukar AKBP Handoko juga turut mendatangi lokasi kejadian bersama Kapolsek Samboja AKP Dika
Yosef. Handoko mengatakan, pihaknya segera melakukan pemeriksaan kepada sejumlah saksi. Termasuk
perusahaan dan mengumpulkan dokumen terkait proses pengerjaan pertambangan di wilayah tersebut.
Menurutnya, bila tahap penyelidikan nanti terdapat unsur kelalaian, maka akan ada sanksi yang diberikan ke
pemilik IUP maupun subkontraktor. Adapun pemeriksaan dua korban selamat, belum dilakukan lantaran
mereka masih syok. “Kami fokus evakuasi korban. Dua korban selamat belum banyak kami mintai
keterangan,” jelasnya.
Handoko juga enggan berspekulasi terhadap peristiwa ini. Tapi dipastikan, saat penambangan berlangsung,
kondisi cuaca sedang mendukung alias cerah. “Tidak ada hujan saat itu,” ungkapnya.
Ia mengingatkan kepada seluruh karyawan perusahaan tambang untuk tidak dekat dengan lokasi longsor.
Pasalnya, tanah dianggap masih labil. Tebing bisa sewaktu-waktu kembali longsor susulan. “Pantauan kami,
tanah masih terus bergerak. Tapi, kami sudah siapkan 15 personel untuk berjaga-jaga. Tim SAR Brimob Polda
Kaltim juga turun,” bebernya.
TURUNKAN PENYELAM
Kepala Seksi Operasi Basarnas Balikpapan Mujiono memaparkan, dalam proses evakuasi ada tiga opsi. Opsi
pertama telah dilakukan dengan menurunkan sembilan penyelam. Mereka bekerja sejak pukul 13.00 Wita
hingga 17.30 Wita, kemarin.
Setelah dilakukan penyelaman, korban dan alat berat yang tenggelam di kolam tak ditemukan. Diduga selain
tenggelam, alat berat beserta korban tertimbun tanah. “Kedalaman lubang tambang ini sekitar 15 meter sampai
25 meter,” katanya. Setelah opsi pertama belum membuahkan hasil, Basarnas memakai opsi kedua. Yakni, PT
Lembuswana Perkasa menyedot air di kolam seluas sekitar 1 hektare tersebut.
Sementara pencarian korban dihentikan kemarin sore sambil menunggu air surut. Rencananya pencarian akan
dilakukan kembali pagi ini (29/1). Bila opsi kedua tak kunjung menemukan korban, maka Basarnas dibantu
dengan alat berat milik PT REP akan menggali reruntuhan tanah. Cara terakhir ini untuk mengangkat bangkai
alat berat dan korban dari timbunan tanah. (qi/aim/rom/far/k15)

Anda mungkin juga menyukai