Anda di halaman 1dari 9

Tektonik dan stratigrafi

Bentukan pulau tidak lepas dari aadanya system tektonik yang terjadi akibat adanya setting tektonik

Wilayah Indonesia bagian brat disiusun oleh beberapa keeping lempeng sehingga sangat kompleks

Gejala tektonik dapat diketahui dengan adanya beberapa ketidak selarasan yang terbentuk

Gunung api diindonesia

Sumatra

Komposisi batuan gunung api dsumatra cenderung bersifat lebih asam karena magmanya
bearasimilasi dan disperse dengan kerak benua yang bersifat lebih asam.

Samudra – samudra membentuk magma yang bersfat interediet

Benua – benua menghasilkan tinggian yang memiliki ciri butiran yang kasar (granit)

Collision

 Continen x continen
 Diawali dengan subduksi

ciri khas foreland basin ; terdapat jajaran sesar dan lipatan (fault thrust belt)

Tektonik Sumatra

Aulacogen basin merupakan proses rifting yang gagal

Tektonostratigrafi : pengurutan urutan – urutan lapisan sedimen berdasarkan urutan tektoniknya.

 Pre rift  Pre orogenic / collision


 Syn rift  Syn orogenic / collision
 Post rift  Post orogenic / collision
 Passive margin depositional
P Timor disebut juga sebagai “inversi passive margin”

Syn rift : wungkal gamping – nanggulan (eosin)

 Merupakan bukaan cekungan sedimen yang dimana influx material sedimen dengan laju
kecepatan land subsidence

Post rift : extension selesai – inversi – kemudian terendapkan sedimen diatas cekungan (trap)

Sumatra

Sesar Sumatra – great Sumatra fault zone

Tsunami aceh 2004 – merupakan akibat dari adanya pergerakan lempeng megathrust – merupakan
gempa yang terdapat pada jalur subduksi/ tunjaman

Terdapat deretan pulau – pulau yang terdapat disebelah barat pulau Sumatra yang merupakan
prisma akresi

Petroleum basin (north, center, south Sumatra basin)


Deretan danau – danau dan pegunungan yang terdapat di Sumatra merupakkann akibat adanya
sesar mendatar yang membentuk deretan bukit barisan

Batuan paleozoikum (karbon - perm) – mesozoikum (trias – jura - kapur) yang berumur lebih tua dari
pulau jawa

F. bahorok : endapan glasial (paleozoikum) kemungkinan terbawa dari kutub (allochton)

Continental terrane ; berasal dari pecahan gondwana

Amalgamasi ; merupakan penyatuan pecahan – pecahan dar kerak benua (acrretionary orogen)

Pulau Sumatra merupakan tempat berkumpulnya continental terrane yang berasal dari pecahan
gondwana

Sundaland

 Selalu mengalami subduksi


 Terdiri dari berbagai litologi
 Terdapat suture (diketahui dari umur batuan)

Sundaland merupakan active margin (collision, subduksi, obduksi) yang terjadi sampai saat ini

Adanya continental terraine – gabungan 2 terrain yang menyatu yang dimana diantaranya terdapat
suture

Terrain berasal dari pecahan godwana (australia) – semakin selatan semakin muda

Sejarah pembentukan paparan sunda

Paparan sunda terbentuk dari hasil amalgamasi mikrokontinen’’yang bergerak kearah utara akibat
adanya pergerakan benua india kearah utara yang kemudian docking dengan benua Eurasia. Akibat
dari proses docking ini mengakibatkan continental terrain dan suture’’ yang terdapat pada
sundaland.

Tertiary Sumatra

 Sunda shelf
 Malgamasi
 Accretionary orogeny
 Active margine

Arah sesarnya sama, tetapi pulau’’ dibarat p sumatra tidak memiliki tinggi yang sama

 Akibat adanya sobekan sesar’’ kecil


 Lipatan
 Jauh dari supply sedimen yang banyak (nicobarr – Bengal fan)
 Tinggi karena fore arc basin

Woyla diperkirakan berumur sama dengan mikrokontinental jawa timur

Paleogen – daerah pinggiran sundalad merupakan daratan yang mengakibatkan tidak adanya
endapan paleogen diindonesia barat

Eosin – india docking kearah uerasia


Subduksi yang terdapat didepan india secara oerlahan berubah menjadi collision, yang
kemudian mengakibatkan release akibat adanya docking di Eurasia, kemudian akibat relese tersebut
mengakibatkan efek rotasi yangyang searah jarum jampada release yang terdapat di daerah asia
tenggara sehingga membentuk cekungan’’(eosin, paleosen- sebelum middle eosen)

Disebelah selatan jawa belum terjadi subduksi

Oligo – Australia bergerak ke utara – terjadi kompresi inversi – terbentuklah pulau – pulau Indonesia
(merupakan cekungan)

Oligo – miosen : sesar Sumatra bergerak dextral (miosen sdh menyambung jadi p sumatra)

Transgresif sequence pada semua cekunganindo – barat

Material pengisi cekungan disumatra berasal dari Malaysia berdasarkan kaduangan qurtznya

Jawa

Jawa bagian barat diperkirakan telah terbentuk pada akhir Zaman Kapur (145 hingga 65 juta tahun
lalu) dan menjadi bagian dari Paparan Sunda (Sundaland Core).

sementara Jawa bagian timur diyakini berasal pecahan kecil benua Australia (sejumlah peneliti
menyebutnya sebagai East Java Microcontinent). Bagian timur ini diperkirakan mulai ‘menabrak’ dan
bergabung dengan bagian barat sekitar 100-70 juta tahun yang lalu hingga menciptakan bentuk awal
Pulau Jawa yang ada saat ini.

Artinya, Pulau Jawa terbentuk dari gabungan dua lempeng benua dan bagian barat Pulau Jawa diyakini
memiliki umur yang lebih tua dibanding bagian timurnya. Batas di antara kedua bagian ini tertandai
dengan adanya sesar purba yang membentang dibawah Sungai Luk Ulo di Kebumen, Jawa Tengah,
menyeberangi Laut Jawa dan berakhir di Pegunungan Meratus yang membelah Kalimantan Selatan.

Secara struktural Jawa merupakan bagian dari busur pulau yang terletak pada tepian lempeng daratan
yang bertemu dengan kerak lempeng lautan yang bergerak ke utara dibawahnya yang lebih dikenal
dengan zona subduksi. Berikut sejarah terbentuknya Pulau Jawa berdasarkan perhitungan skala waktu
geologi :

1. Awal masa cretaceous, Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan Lempeng Pasifik bergerak ke
barat yang menabrak (subduksi) masuk ke bawah Lempeng Eurasia. Tumbukan Mikro Daratan Lolotoi
dengan Dataran Sunda bagian tenggara menghasilkan komplek batuan melange dengan pola arah

timur laut memotong Laut Jawa saat ini,( Daly et al 1991)

2. Akhir masa cretaceous, terbentuk basin yang teregang secara lokal dan dipengaruhi suatu
komponen wrench yang meluas secara lateral pada tumbukan tersebut.

3. Masa paleo-eocene belakang busur terbentuk suatu rangkaian struktur halus yang berarah timur
barat.

4. Awal-pertengahan masa miocene, beberapa bagian zona ini mengalami pengangkatan


menghasilkan suatu bentukan yang disebut dengan “Central High”.

5. Masa Miocene akhir terjadi kompresi utara selatan yang disebabkan pengangkatan dan pembalikan
di sepanjang patahan dari half graben sehingga membentuk struktur antiklin muda. Pengangkatan
berlanjut hingga sekarang dengan terbentuknya rangkaian pulau yang memotong dari timur ke barat.
Jika melihat kenampakan morfologi, Pulau Jawa dahulunya adalah lautan, hal ini dibuktikan di pesisir
selatan Pulau Jawa terdapat banyak gunung kapur dan batuan gamping (endapan marine/laut) yang
membujur dari barat hingga ke timur Pulau Jawa. Perlu di ketahui bahwa gunung/batuan gamping
merupakan endapan laut (bekas koral) yang seringkali ditemukan fosil-fosil binatang laut. Kemudian
sekitar 20 juta tahun SM, zona tumbukan lempeng Australia dengan lempeng Asia terkunci dan
menyebabkan menunjamnya lempeng Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini berlangsung
hingga sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api sebelah selatan Pulau

Jawa yang kemudian diikuti oleh proses pengangkatan lempeng Asia dan keluarnya material-material
dari gunung berapi, yang akhirnya terbentuklah Pulau Jawa sekarang.

Kalimantan

Paleosen – regional uplift – collision = mikrokontinen east java & sundaland (sumatra)

Kalimantan merupakan bagian dari sundaland

Umur endapan yang terdapat pada selat makassar berumur eosin, sebelum eosen west Sulawesi dan
sundaland masih menyatu

Adanya bukaan yang terdapat pada laut cina selatan yang diakibatkann oleh release yang
disebabkan oleh docking india menyebabkan terjadinya collisi di daerah barat laut kalimantan

Blok luconia menyebabkan berhentinya proses collisi yang terjadi di barat daya Kalimantan

Gunung kinabalu merupakan akibat dari hasil collisi yang memiliki susuna batuan ynag terdiri dari
granit dan garnodiorit

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut
Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang
melejit ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang
terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai
lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur adalah :
1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai dari Pulau Jawa dan
membentuk pegunungan Meratus sekarang;
2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara;
3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan Jalur Lupar.

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur
dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan
Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan. Di
bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa
batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian
Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-
asem. Tinggian Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito
dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.
Tatanan Tektonik Basement Pra-Eosen

Pulau Kalimantan pada bagian barat daya tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian
dari Lempeng Asia Tenggara meliputi barat daya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatera, dan
Semenanjung Malaya. Kalimantan merupakan pulau yang terletak di bagian ujung dari Paparan Sunda
(Sundaland). Pada bagian barat dan tengah Pulau Kalimantan tersusun oleh kompleks batuan dasar,
merupakan singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar ini terdiri dari sekis dan gneiss
yang keterdapatannya bersama dengan batuan granit. Kompleks batuan lainnya yang berasosiasi dengan
lempeng Pulau Kalimantan yaitu batuan ofiolit dan batuan bancuh (mélange). Batuan ofiolit merupakan
kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota basalt, gabro. Peridotit dan granit. Sedangkan batuan
bancuh (mélange), merupakan kompleks campuran batuan yang berasal dari lingkungan pembentukan
yang berbeda, dimana batuan tersebut terdesak ke atas lempeng ofiolit.

Permulaan Cekungan Eosen


Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut
Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier Awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges,
broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian
barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah
Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk
sejak Eosen.
Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi perkembangan
dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan
wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian
lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.

Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia Tenggara, termasuk Kalimantan dan bagian
utara lempeng Benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di
Pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit.,
Van de Weerd dan Armin, 1992) yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia
(New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea diubah dari batas konvergen pasif menjadi
oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen Benua
Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan
Oligosen.

Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya
(Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru dan Pigott, 1986; Letouzey dan
Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan
pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari
baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian
timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal (Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat penting. Pemekaran
lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan
Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi
ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan
marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van
de Weerd dan Armin, 1992).
Pulau Kalimantan saat ini, tidak terdapat gunung api aktif tetapi aktivitas vulkanik pernah terjadi ratusan
juta tahun yang lalu dan batuan vulkanik tua dapat dijumpai dibagian barat daya dan bagian timur Pulau
Kalimantan. Dibeberapa tempat batuan vulkanik tua yang telah terkikis, pada massa batuan intrusi
diduga sebagai batuan yang mengandung emas. Di bagian tengah, timur dan selatan tersusun oleh
batupasir dan batu sabak. Selain batuan vulkanik tua, terdapat batuan sedimen pada umur formasi yang
relatif lebih muda diantaranya tersusun oleh endapan gambut dan kipas aluvial yang mengandung
endapan batubara dan minyak bumi.

Kalimantan terdiri atas teras kontinen berbentuk segitiga (baji) di bagian selatan dan timur yang dibatasi
oleh Basin Tersier. Hanya dibagian barat Kalimantan berupa segitiga yang dibentuk oleh Pegunungan
Muller dari Ujung Tanjung Datuk – Sambas yang sebenarnya merupakan massa kontinen, selanjutnya
pada sisi bagian timur terbentuk Basin Melawi dengan fasies air payau Tersier Bawah. Menurut Fen
(1933), hanya Kalimantan Barat daya yang boleh disebut daratan tua (alte rumpfebene).

Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan sunda tua. Bagian utaranya dibentuk oleh
kelompok pegunungan yang membentang dari wilayah Ujung Tanjung Datuk melalui Gunung Niut dan
Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Pada tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan
pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Pada bagian utara massa kontinen Kalimantan
Barat, jalur basalt kuarter terdapat disekeliling Gunung Niut dan sepanjang ujung barat daya terdapat
beberapa volkanik kuarter yang telah padam.

Disebelah barat lautnya terdapat pegunungan besar setinggi 1000-2000 m yang cekung ke arah barat
laut yang terdiri dari Pegunungan Kapuas Hulu. Rangkaian pegunungan ini tersusun oleh batuan marin
berumur Pra Tersier dan Tersier Bawah. Rangkaian pegunungan tersebut dipisahkan oleh Lembah
Rejang dari sebuah punggungan (igir ularbulu) yang tingginya berangsur-angsur berkurang.
Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan tersier, dipisahkan
dari Pantai Sarawak dan Brunai.

Pegunungan Kapuas Hulu dan Pegunungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan tersier yang
termasuk ke dalam sistem Pegunungan Sunda. Disebelah tenggara dan timur kerangka sturktural Pulau
Kalimantan, basement kompleks Pra Tersier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur,
selanjutnya ditempat ini terendapkan sedimen tersier. Kemudian basement kompleks itu muncul
kembali ke arah pantai timur menurun membentuk Palung di Selat Makasar, dan muncul lagi sebagai
Pulau Laut dan Sebuku. Pada bagian tepi ini basin tersier Kalimantan tenggara dan timur berupa
pegunungan membujur. Pegunungan tersebut berawal dari Meratus bagian selatan terdiri dari batuan
pra tersier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda (Satyana, 1994). Dari antiklinorium
Samarinda pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam. Rangkaian Pegunungan
Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesa tersier, membentuk bagian yang berlawanan dari
rangkaian Pegunungan tersier Sarawak.

Struktur di Pulau Kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologi yaitu :
1. Inti Benua (continental core)
Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna Selatan yang dikenal dengan Chinese district sampai
Pegunungan Schwaner olen Van Bemmelen (1949) dibagi menjadi :
1) Bagian utara terletak di sebelah utara sungai Kapuas;
2) Zona Pegunungan Schwaner yang membujur dari Pontianak sampai ke Kalimantan Tengah;
3) Bagian selatan, Daerah Ketapang yang terletak antara Pegunungan Schwaner dan Laut Jawa.

Perkembangan geologi daerah ini dapat disimpulkan :


1) Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan pembentukan geosinklinal
yang diikuti oleh intrusi dan ekstrusi ofiolit.
2) Akhir Pleozoik terjadi pembubungan geoantiklinal dan disertai oleh terobosan Batholit.
3) Permo Trias, pengangkatan di wilayah utara dan selatan.
4) Trias Atas, terjadi penurunan dan menyebabkan terbentuknya endapan sedimen.
5) Jaman Jura, gejala perlipatan dan pengangkatan diseluruh wilayah, diikuti oleh intrusi Batholit dan
Granitis.

2. Geosinklin Borneo Utara


Zaman kapur terjadi penurunan dan pembentukan geosinklin di wilayah utara yang berlangsung hingga
zaman paleogen.Singkapan-singkapan dari geosinklin tersebar mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga
ke Semenanjung Kudat di Kalimantan Utara.

Anda mungkin juga menyukai