HASIL PEMBELAJARAN:
Pengetahuan tentang diagnosis dan penatalaksanaan kegawatdaruratan kejang demam
pada anak.
1. SUBJEKTIF
RPS :
Pasien An. R ♂, 2tahun, datang dengan keluhan kejang. Kejang terjadi
saat perjalanan ke Rumah Sakit sekitar 30 menit yang lalu. Kejang terjadi 1x
selama ± 3 menit. Menurut orang tua pasien, kejang terjadi di seluruh tubuh,
pasien tidak sadar, mata melirik ke atas, tangan dan kaki kaku. Setelah kejang
berhenti pasien menangis.
Kurang lebih 3 hari yang lalu, pasien demam. Demam terus menerus
sepanjang hari, tidak menggigil. Pasien belum meminum obat panas. Hanya
dikompres dengan air hangat namun panas tidak turun. Batuk (+) berdahak.
Dahak berwarna putih. Pilek (-). Diare (-). Mual (-). Muntah (-). BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Pasien sebelumnya pernah mengalami kejang saat demam.
RPD : - Pasien sebelumnya pernah mengalami kejang saat demam.
- Riwayat tertusuk benda tajam dan kotor disangkal.
- Riwayat kepala terbentur disangkal.
- Riwayat keluar cairan dari telinga yang didahului demam disangkal.
- Riwayat alergi disangkal.
RPK : Riwayat kejang dalam keluarga disangkal
2. OBJEKTIF
Keadaan Umum : Pasien nampak sakit sedang, gizi baik, kejang (-)
Berat Badan/Panjang Badan : 12kg/88cm
Vital sign
o Nadi : 110X/ menit
o Nafas : 24X/ menit
o Suhu : 39,5oC
Kulit : ikterik (-), pucat (-), ptechiae (-), sianosis (-)
Turgor : normal
Tonus : normotonus
Kepala : mesocephal, rambut rontok (-)
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), edema
palpebra (-/-)
Telinga : discharge (-/-), nyeri (-/-).
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)
Tenggorokan : tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (+)
Mulut : sianosis (-),bibir pucat (-), bibir kering (-), gigi geligi (+), caries gigi (-),
mukosa hiperemis (-), lidah deviasi (-), lidah kotor (-)
Leher : simetris, deviasi trakea (-) pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran tyroid
(-), kaku kuduk (-), distensi vena leher (-), skrofuloderma (-)
Axilla : pembesaran kelenjar limfe (-/-)
Thorax :
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas kiri : ICS IV, linea midclavicula sinistra
Batas atas : ICS II, linea parasternal sinistra
Batas kanan : ICS IV, linea parasternal dextra
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru – paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba dextra dan sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler di seluruh lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, simetris, umbilicus menonjol (-)
Palpasi : Supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran
Auskultasi : Bising usus (+) N
Ekstremitas : Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Ptekie -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Clubing finger -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik < 2 detik
Status Neurologis
Pemeriksaan Refleks Fisiologis :
o Bisep (+)
o Trisep (+)
o Patella (+)
o Achiles (+)
Pemeriksaan Refleks Patologis :
o Babinski (-)
o Cadock (-)
o Gordon (-)
o Openheim (-)
o Rosolimo (-)
o Bing (-)
o Mendel Bechtrew (-)
o Schaefer (-)
o Gonda (-)
Pemeriksaan Rangsang Meningeal
o Kaku kuduk : (-) tidak terdapat tahanan
o Brudzinsky I : (-) ke 2 tungkai tidak Fleksi
o Brudzinsky II : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak terdapat hambatan
Klonus
o Paha : (-)
o Kaki : (-)
Motorik
o Tonus : Normotonus pada ekstremitas superior dan inferior
o Kekuatan : 5 (normal) pada ekstremitas superior dan inferior
o Gerakan : Simetris
3. ASSESSMENT
Kejang Demam Simpleks e.c Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
ditarik kesimpulan diagnosis berupa Kejang Demam Simpleks karena ISPA. Kejang
pada pasien didahului demam akibat adanya infeksi saluran napas atas (batuk). Kejang
terjadi sebanyak 1x dan kurang dari 5 menit. Dan dari data pemeriksaan fisik ditemukan
bahwa suhu pasien 39,5oC dan ditemukan pula tanda-tanda infeksi saluran napas atas
berupa mukosa faring hiperemis. Pada pemeriksaan status neurologis tidak ditemukan
tanda-tanda defisit neurologis. Dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya
leukositosis.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.5 Definisi
ini mengeksklusi anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam.5 Kejang disertai
demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang
demam. Pada pasien ini, kejang sesuai dengan gambaran kriteria Livingston sebagai
kejang demam simpleks, yaitu kejang bersifat umum, lamanya kejang berlangsung
singkat (kurang dari 15 menit), usia waktu kejang demam pertama muncul kurang dari 6
tahun, frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun, serta pemeriksaan EEG normal
(dimana pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan EEG).
Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan
suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan
dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadilah
kejang.
Serangan kejang pada kejang demam biasanya berkaitan dengan peningkatan
suhu pusat (core temperature) yang tinggi (39°C atau lebih) dan cepat.1 Sebagian besar
serangan kejang demam berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) dengan sifat
bangkitan kejang berbentuk umum.3 Umumnya kejang tidak berulang dalam 24 jam.3
Bangkitan kejang dapat berupa postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh),
gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama), ataupun kejang
fokal.3 Saat kejang anak tidak sadar.3 Selain itu, mata dapat berputar-putar (sehingga
hanya sklera yang terlihat), mulut berbusa, lidah atau pipinya dapat tergigit, gigi atau
rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar
kesadarannya), gangguan pernafasan, apnea atau henti nafas, dan kulitnya menjadi
kebiruan.3 Pada fase setelah kejang (fase post-iktal), anak sadar kembali, namun
biasanya tampak kelelahan atau tertidur. Hal ini dapat terjadi hingga 15 menit atau
lebih.7 Semua proses tersebut juga ditemukan dalam pasien ini, sehingga pasien ini
didiagnosis dengan kejang demam simpleks.
4. PLAN
Penatalaksanaan di IGD :
O2 3 lpm
Infus asering 15 tpm
Inj. Cefotaxim 2x300mg
Diazepam per rectal 10 mg atau Inj. Diazepam 6 mg IV (bila kejang)
Paracetamol syr 3x15cc
Ambroxol syr 3x5cc
Monitoring : Pemeriksaan KU, tanda-tanda vital, klinis pasien, tanda-tanda kejang,
respon terhadap obat (tanda-tanda depresi pernafasan)
Edukasi terhadap Orangtua pasien :
Masih terdapat kemungkinan kejang berulang
Sedia obat penurun demam di rumah
Sedia termometer dan obat anti kejang (diazepam/stesolid) per rektal
Bila anak demam, segera beri obat penurun demam dan dikompres dengan air
hangat di bagian dahi, ketiak dan lipat paha
Bila anak kejang, jangan panik longgarkan pakaian anak, beri
diazepam/stesolid melalui dubur anak dengan posisi anak berbaring miring.
Bila kejang tidak berhenti, segera bawa ke rumah sakit
5. DISKUSI
Definisi
Menurut National Institute of Health (NIH), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi
atau anak, yang biasanya terjadi pada usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun, berhubungan
dengan demam, namun tanpa bukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu dari
kejang.4 Definisi ini mengeksklusi kejang dengan demam pada anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam.4
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam adalah
bangkitan kejang yang berhubungan dengan demam, tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
atau ketidakseimbangan elektrolit akut, pada anak berusia lebih dari 1 bulan, yang tidak
pernah mengalami kejang tanpa demam sebelumnya.4
Menurut Konsensus Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(UKK Neurologi IDAI ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.5
Definisi ini mengeksklusi anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam.5 Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang
demam.
Klasifikasi
Penggolongan kejang demam dikemukakan oleh berbagai pakar. Penggolongan tersebut
didasari oleh jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung,
gambaran elektroensefalografi, dan lainnya.
Klasifikasi kejang demam menurut Prichard dan McGreal3
Prichard dan McGreal membagi kejang demam menjadi:
Kejang demam sederhana
Kejang demam tidak khas
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang memenuhi semua kriteria berikut ini.
Kejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut digolongkan sebagai kejang demam tidak
khas.
Kejang bersifat simetris
Usia penderita antara 6 bulan - 4 tahun
Suhu 100°F (37,78°C) atau lebih
Lama kejang kurang dari 30 menit
Keadaan neurologis sebelum dan setelah kejang adalah normal
Elektroensefalografi setelah kejang normal
Klasifikasi kejang demam menurut Livingston3
Livingston membagi kejang demam menjadi:
Kejang demam sederhana
o Kejang bersifat umum
o Lama kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
o Kejang demam pertama terjadi pada usia kurang dari 6 tahun
o Frekuensi serangan kejang 1-4 kali dalam setahun
o Elektroensefalografi normal
Epilepsi yang dicetuskan oleh demam
o Kejang bersifat fokal
o Kejang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
o Kejang demam pertama terjadi pada usia lebih dari 6 tahun
o Frekuensi serangan kejang lebih dari 4 kali dalam setahun
o Elektroensefalografi setelah anak tidak demam abnormal
Klasifikasi kejang demam menurut Fukuyama3
Fukuyama membagi kejang demam menjadi:
Kejang demam sederhana
Kejang demam kompleks
Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut ini. Kejang demam yang
tidak memenuhi kriteria tersebut digolongkan sebagai kejang demam kompleks.
Tidak ada riwayat epilepsi dalam keluarga
Tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
Serangan kejang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
Lama kejang kurang dari 20 menit
Kejang bersifat umum (tidak bersifat fokal)
Tidak ada gangguan atau abnormalitas pasca-kejang
Tidak ada abnormalitas neurologis atau perkembangan sebelumnya
Klasifikasi kejang demam menurut Konsensus UKK Neurologi IDAI5
Berdasarkan Konsensus UKK Neurologi IDAI, kejang demam diklasifikasikan menjadi:
Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan
atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
o Kejang lama. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak
tidak sadar.
o Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
o Kejang berulang. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1
hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun.5 Kejang demam sederhana
merupakan 80% diantara seluruh kejang demam, sedangkan 20% lainnya merupakan kejang
demam kompleks.5 Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam, sedangkan kejang berulang
terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.5 Kejang demam lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 1,4:1.7
Etiologi
Etiologi kejang demam digambarkan dalam diagram berikut ini.
Manifestasi klinis
Anak dengan kejang demam memiliki perkembangan yang baik dan sehat secara neurologis
sebelum dan setelah kejang demam.7 Serangan kejang pada kejang demam biasanya berkaitan
dengan peningkatan suhu pusat (core temperature) yang tinggi (39°C atau lebih) dan cepat.1
Umumnya serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama timbulnya demam.3 Sebagian besar
serangan kejang demam berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) dengan sifat bangkitan
kejang berbentuk umum.3 Umumnya kejang tidak berulang dalam 24 jam.3
Bangkitan kejang dapat berupa postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh),
gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama), ataupun kejang fokal. 3
Saat kejang anak tidak sadar.3 Selain itu, mata dapat berputar-putar (sehingga hanya sklera
yang terlihat), mulut berbusa, lidah atau pipinya dapat tergigit, gigi atau rahangnya terkatup
rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan
pernafasan, apnea atau henti nafas, dan kulitnya menjadi kebiruan.3
Pada fase setelah kejang (fase post-iktal), anak sadar kembali, namun biasanya tampak
kelelahan atau tertidur. Hal ini dapat terjadi hingga 15 menit atau lebih.7
Disusun Oleh :
dr. Gabriel Arni Sabbatina
Pembimbing :
dr. Heru Setyono
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping