Kurnia Eka B
No. ID dan Nama Wahana : RSUD dr. Soeprapto Cepu Pendamping : dr. Heru Setiyono
TOPIK : Tetanus
Tanggal (kasus) : 3 Januari 2013
Nama Pasien : Tn. T No. RM : 0752xx
Tanggal Presentasi : 18 Januari 2014 Pendamping : dr. Heru Setiyono
Tempat Presentasi : RSUD dr. Soeprapto Cepu
OBJEKTIF PRESENTASI
o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen o Masalah o Istimewa
o Neonatus o Bayi o Anak o Remaja √ Dewasa o Lansia o Bumil
o Deskripsi :
Tn. T 58 th datang ke IGD RSUD dr.Soeprapto Cepu dengan keluhan kejang dan badan
kaku sejak ± 1 hari SMRS. Sekitar ± 10 hari SMRS pasien tertusuk paku di telapak kaki
kanan saat bekerja. Pasien mencabut sendiri paku yang menusuk kakinya, lalu membeli
obat di warung. Sekitar ± 3 hari SMRS pasien merasa kakinya kaku dan sulit
digerakkan. Lama kelamaan pasien merasa perutnya kaku dan sakit. Kemudian ± 2 hari
SMRS pasien tidak dapat membuka mulutnya sehingga sulit makan.
o Tujuan:
Mengetahui penatalaksanaan Tetanus.
Bahan Bahasan √ Tinjauan Pustaka o Riset √ Kasus o Audit
Cara Membahas √ Diskusi √ Presentasi o E-mail o Pos
dan Diskusi
DATA PASIEN Nama : Tn. T No Registrasi : 0752xx
Nama klinik : IGD Telp : - Terdaftar sejak : 3 Januari 2013
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis : Tetanus
2. Gambaran Klinis :
Tn. T 58 th datang ke IGD RSUD dr.Soeprapto Cepu dengan keluhan kejang dan badan
kaku sejak ± 1 hari SMRS. Sekitar ± 10 hari SMRS pasien tertusuk paku di telapak kaki
kanan saat bekerja. Pasien mencabut sendiri paku yang menusuk kakinya, lalu membeli
obat di warung. Sekitar ± 3 hari SMRS pasien merasa kakinya kaku dan sulit
digerakkan. Lama kelamaan pasien merasa perutnya kaku dan sakit. Kemudian ± 2 hari
SMRS pasien tidak dapat membuka mulutnya sehingga sulit makan. Pasien mengalami
kejang ± 1 hari SMRS dan kaku badan yang dialami semakin parah. Pasien juga
mengaku badannya lemas karena tidak bisa makan sehingga akhirnya dibawa ke RS.
Pasien belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Pasien belum memeriksakan diri
ke dokter. Setelah tertusuk paku pasien hanya membeli obat di warung. Menurut pasien
obatnya bernama supertetra.
3. Riwayat Pengobatan : super tetra
4. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
5. Riwayat Keluarga : Riwayat epilepsy disangkal. Keluarga tidak ada yang sakit seperti
ini
6. Riwayat Pekerjaan : swasta
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien dibiayiai oleh jamkesmas
8. Lain-lain : (-)
DAFTAR PUSTAKA:
·Sumiardi Karakata, Bob Bachsinar; Bedah Minor, edisi 2,Jakarta : Hipokrates,1995.
Ismael Chairul. Pencegahan dan Pengelolaan Tetanus dalam Bidang Bedah : UNPAD, 2000.
Ismanoe, Gatot. llmu Penyakit Dalam. Jilid III Ed IV. Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2006.
Mardjono, Mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta:2004.
Http://emedicine.medscape.com/article/786414-overview
Buku Ajar Ilmu Bedah. De Jong dkk. Ed 2 , Jakarta, 2004.
HASIL PEMBELAJARAN:
Pengetahuan tentang penatalaksanaan tetanus
1. SUBJEKTIF
- RPS : Tn. T 58 th datang ke IGD RSUD dr.Soeprapto Cepu dengan keluhan kejang
dan badan kaku sejak ± 1 hari SMRS. Sekitar ± 10 hari SMRS pasien tertusuk paku di
telapak kaki kanan saat bekerja. Pasien mencabut sendiri paku yang menusuk kakinya,
lalu membeli obat di warung. Sekitar ± 3 hari SMRS pasien merasa kakinya kaku dan
sulit digerakkan. Lama kelamaan pasien merasa perutnya kaku dan sakit. Kemudian ±
2 hari SMRS pasien tidak dapat membuka mulutnya sehingga sulit makan. Pasien
mengalami kejang ± 1 hari SMRS dan kaku badan yang dialami semakin parah.
Pasien juga mengaku badannya lemas karena tidak bisa makan sehingga akhirnya
dibawa ke RS.
Pasien belum pernah mengalami kejang sebelumnya. Pasien belum memeriksakan diri
ke dokter. Setelah tertusuk paku pasien hanya membeli obat di warung. Menurut
pasien obatnya bernama supertetra.
2. OBJEKTIF
- Composmentis
- GCS : E4V5M6
1. Tanda vital
- Tekanan darah : 160/90 mmHg
- Nadi : 71 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36 oC
2. Pemeriksaan fisik
- Kepala : mesochepal
- Mata : konjunctiva anemis - /-, sclera ikterik -/-
- Mulut : trismus (+), kering (+)
- Leher : kaku kuduk (+), JVP tidak meningkat
- Thorax : Cor S1-S2 murni, irama regular, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo simetris, suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-) wheezing (-/-),retraksi (-)
- Abdomen : peristaltic (+) normal, timpani, supel, defens muskular (+),
turgor kulit jelek
- Ekstremitas : akral dingin, nadi kuat, edema tungkai (-), terdapat vulnus
punctum pada telapak kaki kanan, kejang (+)
4. Saraf cranial
- N I (olfactorius) : normal
- N II (optikus) : normal
- N III (okulomotorius) : gerak bola mata (+) normal, pupil isokor 3mm, reflek
(+)
- N IV (troklearis) : gerak bola mata (+) normal
- N V (trigeminus) : normal
- N VI (abdusen) : gerak bola mata (+) normal
- N VII (fasialis) : risus sardonicus (+)
- N VIII (vestibulo-koklearis) : normal
- N IX (glosofaringeus) : normal
- N X (vagus) : normal
- N XI (assesorius) : normal
- N XII (hipoglosus) : normal
7. Fungsi vegetative
- Miksi : inkontinensia urin (-), retensi urin (-), anuria (-), poliuria (-)
- Defekasi : inkontinensia alvi (-)
2. Tanda vital
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 18 x/menit
- Suhu : 36,5 oC
3. Pemeriksaan fisik
- Kepala : mesochepal
- Mata : konjunctiva anemis - /-, sclera ikterik -/-
- Mulut : trismus (+)
- Leher : kaku kuduk (+), JVP tidak meningkat
- Thorax : Cor S1-S2 murni, irama regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo simetris, suara dasar vesikuler, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), retraksi (-)
- Abdomen : peristaltic (+) normal, timpani, supel, defens muskular (+)
- Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat, edema tungkai (-), terdapat vulnus
punctum pada telapak kaki kanan, kejang (+)
3. ASSESSMENT
Tetanus
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang menunjukkan diri dengan gangguan
neuromuskular akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotosin
spesifik dari kuman anaerob Clostridium tetani. Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi
luka, baik luka besar maupun kecil, luka nyata maupun luka tersembunyi. Jenis luka yang
mengundang tetanus adalah luka-luka seperti Vulnus laceratum (luka robek), Vulnus punctum
(luka tusuk), combustion (luka bakar), fraktur terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka
tali pusat.
Diyakini bahwa penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu sejenis
kuman gram positif yang dalam keadaan biasa berada dalam bentuk spora dan dalam suasana
anaerob berubah menjadi bentuk vegetatif yang memproduksi eksotoksin antara lain
neurotoksin tetanospasmin dan tetanolysmin. Toksin inilah yang menimbulkan gejala – gejala
penyakit tetanus.
Bentuk spora Clostridium tetani terdapat di sekitar kita seperti pada tanah, rumput –
rumput, kayu, kotoran hewan dan manusia. Kuman ini untuk pertumbuhannya membutuhkan
suasana anaerob yang akan terjadi apabila luka dengan banyak jaringan nekrotik di dalamnya,
atau luka dengan pertumbuhan bakteri lain terutama bakteri pembuat nanah seperti
Staphyloccus aureus.
Istilah “ tetanus prone wound ” yaitu luka yang cenderung menyebabkan penyakit
tetanus antara lain luka dengan patah tulang terbuka, luka tembus, luka dengan berisi benda
asing, terutama pecahan kayu, luka dengan infeksi pyogenic, luka dengan kerusakan jaringan
yang luas, luka bakar luas grade II dan III, luka superfisial yang nyata berkontaminasi dengan
tanah atau pupuk kotoran binatang di mana luka itu terlambat lebih dari 4 jam baru mendapat
topical desinfektansia atau pembersihan secara bedah, abortus dengan septis, melahirkan
dengan pertolongan persalinan yang tidak adekuat, pemotongan dan perawatan tali pusat
tidak adekuat, gigitan binatang dengan banyak jaringan nekrotik, ulserasi kulit dengan
jaringan nekrotik, segala macam tipe gangrena, operasi bedah pada saluran cema mulai dari
mulut sampai anus, otitis media puralenta. Masa inkubasi penyakit tetanus tidak selalu sama
tapi pada umumnya 8 – 12 hari, akan tetapi dapat juga 2 hari atau beberapa minggu bahkan
beberapa bulan. Bertambah pendek masa inkubasi bertambah berat penyakit yang
ditimbulkannya.
Penyakit tetanus tidak menimbulkan kekebalan pada orang yang telah diserangnya.
Angka kematian penderita tetanus sangat tinggi sekitar 50 %, angka itu akan bertambah besar
pada rumah sakit yang belum lengkap peralatan perawatan intensifnya, mungkin lebih rendah
pada rumah sakit dengan perawatan intensif yang sudah lengkap.
Oleh sebab itu pencegahan penyakit ini sangat penting dan perlu mendapat perhatian
yang utama. Usaha yang ditempuh mengatasi penyakit ini adalah :
a. Memberikan kekebalan aktif kepada semua orang
b. Melakukan tindakan profilaksis tetanus terhadap orang yang luka secara benar dan tepat.
c. Mengobati penderita tetanus dengan perawatan intensif secara multidisipliner.
Ciri khas kejang pada tetanus yaitu kejang tanpa penurunan kesadaran. Dan awitan
penyakit (waktu dari timbulnya gejala pertama sehingga terjadi kejang) adalah 24 – 72 jam.
Karakteristik Penyakit
Kejang – kejang bertambah berat selama tiga hari pertama, menetap selama 5 – 7 hari.
Setelah 10 hari, frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang menghilang. Dan
kaku otot hilang paling cepat mulai minggu ke-4.
Stadium Tetanus
Berdasarkan gejala klinisnya maka stadium klinis tetanus dibagi menjadi stadium klinis pada
anak dan stadium klinis pada orang dewasa.
Stadium klinis pada anak
Stadium 1 : dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang rangsang,
dan belum ada kejang spontan.
Stadium 2 : dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang, dan
belum ada kejang spontan.
Stadium 3 : dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang, dan
kejang spontan.
Stadium klinis pada orang dewasa
Stadium 1 : trismus
Stadium 2 : opisthotonus
Stadium 3 : kejang rangsang
Stadium 4 : kejang spontan
Prinsip – prinsip Umum Profilaksis
Pertimbangan individual penderita.
Pada setiap penderita luka harus ditentukan apakah perlu tindakan profilaksis terhadap
tetanus dengan mempertimbangkan keadaan atau jenis luka, dan riwayat imunisasi.
Debridemen.
Tanpa memperhatikan status imunisasi, eksisi jaringan yang nekrotik dan benda asing harus
dikerjakan untuk semua jenis luka.
Imunisasi aktif.
Tetanus toksoid (TFT = VST = vaksin serap tetanus) diberikan dengan dosis sebanyak 0,5 cc
IM, diberikan 1 x sebulan selama 3 bulan berturut – turut.
DPT (Diphteri Pertusis Tetanus) terutama diberikan pada anak. Diberikan pada usia 2 – 6
bulan dengan dosis sebesar 0,5 cc IM, 1 x sebulan selama 3 bulan berturut – turut. Booster
diberikan pada usia 12 bulan, 1 x 0,5 cc IM, dan antara umur 5 – 6 tahun 1 x 0,5 cc IM.
Tetanus toksoid.
Imunisasi dasar dengan dosis 0,5 cc IM, yang diberikan 1 x sebulan selama 3 bulan berturut –
turut. Booster (penguat) diberikan 10 tahun kemudian setelah suntikan ketiga imunisasi dasar,
selanjutnya setiap 10 tahun setelah pmberian booster di atas.
Setiap penderita luka harus mendapat tetanus toksoid IM pada saat cedera, baik sebagai
imunisasi dasar maupun sebagai booster, kecuali bila penderita telah mendapatkan booster
atau menyelesaikan imunisasi dasar dalam 5 tahun, terakhir.
Imunisasi Pasif.
ATS (Anti Tetanus Serum), dapat merupakan antitoksin bovine (asal lembu) maupun
antitoksin equine (asal kuda). Dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah 1500 IU per
IM, dan untuk anak adalah 750 IU per IM.
Human Tetanus Immunoglobuline (asal manusia), terkenal di pasaran dengan nama Hypertet.
Dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah 250 IU per IM (setara dengan 1500 IU
ATS), sedang untuk anak – anak adalah 125 IU per IM. Hypertet diberikan bila penderita
alergi terhadap ATS yang diolah dari hewan.
Pemberian imunisasi pasif tergantung dari sifat luka, kondisi penderita, dan status imunisasi.
Pasien yang belum pernah mendapat imunisasi aktif maupun pasif, merupakan keharusan
untuk diimunisasi. Pemberian imunisasi secara IM, jangan sekali – kali secara IV.
Kerugian hypertet adalah harganya yang mahal, sedangkan keuntungannya pemberiannya
tanpa didahului tes sensitivitas.
TINDAKAN PROFILAKSIS
Belum IA atau Mendapat IA yang lengkap
Jenis Luka
sebagian 1 – 5 tahun 5 – 10 tahun > 10 tahun
Ringan, bersih Mulai atau - Toks. 0,5 cc Toks. 0,5 cc
melengkapi IA
toks. 0,5 cc hingga
lengkap
Berat, bersih, atau ATS 1500 IU Toks. 0,5 cc Toks. 0,5 cc ATS 1500 IU
cenderung tetanus Toks. 0,5 cc Toks. 0,5 cc
Cenderung tetanus, ATS 1500 IU Toks. 0,5 cc Toks. 0,5 cc ATS 1500 IU
debrimen Toks. 0,5 cc ABT Toks. 0,5 cc
terlambat, atau Hingga lengkap ABT
tidak bersih ABT
Keterangan :
ATS 1500 IU setara dengan HTIG (Humane Tetanus Immunoglobuline) 250 IU.
Pada anak – anak dosis ATS = dosis dewasa
IA = Imunisasi aktif (dengan toksoid)
Toks = Toksoid (vaksin serap tetanus)
ABT = antibiotika dosis tinggi yang sesuai untuk Clostridium tetani
Penatalaksanaan tetanus
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
Penatalaksanaan luka.
Eksisi dan debridemen luka yang dicurigai harus segera dikerjakan 1 jam setelah terapi serum
(pemberian antitoksin tetanus). Jika memungkinkan dicuci dengan perhydrol. Luka dibiarkan
terbuka untuk mencegah keadaan anaerob. Bila perlu di sekitar luka dapat disuntikan ATS.
Pemberian antibiotika.
Obat pilihannya adalah Penisilin, dosis yang diberikan untuk orang dewasa adalah sebesar 1,2
juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk anak – anak adalah sebesar 50.000 IU/kg
BB/hari, dilanjutkan hingga 3 hari bebas panas.
Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan tetrasiklin. Dosis pemberian
tetrasiklin pada orang dewasa adalah 4 x 500 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis.
Pengobatan dengan antibiotika ditujukan untuk bentuk vegetative clostridium tetani, jadi
sebagai pengobatan radikal, yaitu untuk membunuh kuman tetanus yang masih ada dalam
tubuh, sehingga tidak ada lagi sumber eksotoksin.
ATS atau HTIG ditujukan untuk mencegah eksotoksin berikatan dengan susunan saraf pusat
(eksotoksin yang berikatan dengan susunan saraf pusat akan menyebabkan kejang, dan sekali
melekat maka ATS / HTIG tak dapat menetralkannya. Untuk mencegah terbentuknya
eksotoksin baru maka sumbernya yaitu kuman clostridium tetani harus dilumpuhkan, dengan
antibiotik.
Penanggulangan Kejang.
Dahulu dilakukan isolasi karena suara dan cahaya dapat menimbulkan serangan kejang. Saat
ini prinsip isolasi sudah ditinggalkan, karena dengan pemberian anti kejang yang memadai
maka kejang dapat dicegah.
Bila kejang belum juga teratasi, dapat digunakan pelemas otot (muscle relaxant) ditambah
alat bantu pernapasan (ventilator). Cara ini hanya dilakukan di ruang perawatan khusus (ICU
= Intensive Care Unit) dan di bawah pengawasan seorang ahli anestesi.
Perawatan penunjang.
Yaitu dengan tirah baring, diet per sonde, dengan asupan sebesar 200 kalori / hari untuk
orang dewasa, dan sebesar 100 kalori/kg BB/hari untuk anak – anak, bersihkan jalan nafas
secara teratur, berikan cairan infus dan oksigen, awasi dengan seksama tanda – tanda vital
(seperti kesadaran, keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi, kecepatan pernapasan),
trismus (diukur dengan cm setiap hari), asupan / keluaran (pemasukan dan pengeluaran
cairan), temperatur, elektrolit (bila fasilitas pemeriksaan memungkinkan), konsultasikan ke
bagian lain bila perlu.
Pencegahan komplikasi.
Mencegah anoksia otak dengan (1) pemberian antikejang, sekaligus mencegah
laringospasme, (2) jalan napas yang memadai, bila perlu lakukan intubasi (pemasangan tuba
endotrakheal) atau lakukan trakheotomi berencana, (3) pemberian oksigen.
Mencegah pneumonia dengan membersihkan jalan napas yang teratur, pengaturan posisi
penderita berbaring, pemberian antibiotika. Mencegah fraktur vertebra dengan pemberian
antikejang yang memadai.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah : pneumonia, terutama karena aspirasi : asfiksi,
terutama pada saat kejang, status konvulsivus, fraktur vertebra.
Beberapa pertimbangan
Pengobatan dengan ATS hingga saat ini belum jelas hasilnya, karena itu ada ahli yang
menggunakan dan ada yang tidak menggunakannya. Bila digunakan, keberatannya adalah
mengenai harga, tetapi bila digunakan pun tidak berbahaya kecuali pada penderita yang
hipersensitif. Kemampuan perlindungan ATS ini hanya berlangsung selama 2 – 3 minggu
saja.
4. PLAN
Follow Up tiap hari di bangsal
Penatalaksanaan di UGD
IVFd assering 2L/2 jam --> evaluasi tanda-tanda dehidrasi --> IVFd
assering+2A diazepam>>28 tpm
Inf. Metronidazol 4 x 500 mg
Inj. tetagam 250iu 1x4amp/hari dalam 4 hari (4000iu)