Anda di halaman 1dari 104

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN POLA MAKAN


DENGAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI POSYANDU
SAFIRA DESA LUMPATAN II KECAMATAN SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2017

OLEH :
M. ARIS AKBAR
NIM. 1409.0533

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN
TAHUN 2017

i
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN POLA MAKAN


DENGAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA DI POSYANDU
SAFIRA DESA LUMPATAN II KECAMATAN SEKAYU
KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai


Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
AHLI MADYA KEPERAWATAN

OLEH :
M. ARIS AKBAR
NIM : 1409.0533

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

TAHUN 2017

ii
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2017

M. ARIS AKBAR
NIM. 1409.0533

Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Pola Makan Dengan Hipertensi Pada
Lanjut Usia Di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017
xv + 61 halaman + 8 tabel + 2 gambar + 13 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi pada lansia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi.


Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal (Wahid,
2008).
Menurut (WHO) World Health Organization (2012) Secara global hampir satu
milyar orang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi, dua pertiganya adalah
Negara berkembang. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Safira Desa Lumpatan
II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan pola
makan dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II
Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian ini menggunakan
metode survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam
penelitian ini adalah 20% dari populasi yaitu sebanyak 45 orang. Pengumpulan
data dilakukan pada bulan Juni 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
simple random sampling.
Hasil penelitian ini dari 45 responden menunjukkan bahwa responden yang
hipertensi sebanyak 27 responden (60,0%) sedangkan responden yang tidak
hipertensi sebanyak 18 responden (40,0%) dan dari hasil uji Chi-Square ada
hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi pada lanjut usia dengan p value
0,0001 (p < α 0,05), dan juga ada hubungan antara pola makan dengan hipertensi
pada lanjut usia dengan p value 0,0001 (p < α 0,05). Dari masalah di atas penulis
menyarankan untuk memberikan informasi dan masukkan sebagai perencanaan di
dalam dunia kesehatan, khususnya Desa Lumpatan II. Dengan cara memberikan
penyuluhan atau kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi lansia di Desa maupun
di Posyandu Safira.

Daftar pustaka : 49 (2007-2016)


Kata kunci : Hipertensi, kualitas tidur, pola makan

iii
REGENCY GOVERMENT OF MUSI BANYUASIN
NURSING ACADEMY

STUDENT RESEACH, JUNY 2017

M. ARIS AKBAR
NIM.1409.0533

Relationship Between Sleep Quality And Eating Diet With Hypertension In


The Elderly At Posyandu Safira Lumpatan II Village Sekayu District Musi
Banyuasin Regency 2017
Xv + 61 pages + 8 tables + 2 images + 13 attachments

ABSTRACT

Hypertension in the elderly is largely isolated systolic hypertension. Isolated


systolic hypertension is hypertension that occurs when systolic pressure is more
than 140 mmHg but diastolic pressure is within normal limits (Wahid, 2008).
According to the World Health Organization (WHO) Globally almost one billion
people have high blood pressure or hypertension, two-thirds are developing
countries. This research was conducted at Posyandu Lansia Safira Desa Lumpatan
II Sekayu District Musi Banyuasin Regency 2017.
This study aims to determine the relationship between sleep quality and diet with
hypertension in the elderly at Posyandu Safira Desa Lumpatan II Sekayu District
Musi Banyuasin Regency. This research use analytical survey method with Cross
Sectional approach. The sample in this study is 20% of the population of 45
people. Data collection was conducted in June 2017. Sampling was done by
simple random sampling.
The result of this research from 45 respondents showed that hypertension
respondents were 27 respondents (60.0%) while non hypertensive respondents
were 18 respondents (40.0%) and from chi-square test there was a relationship
between sleep quality and hypertension in elderly With p value 0.0001 (p <α
0,05), and also there is relation between diet with hypertension in elderly with p
value 0.0001 (p <α 0,05). From the above problems the authors suggest to provide
information and enter as a planning in the world of health, especially Village
Lumpatan II. By providing counseling or activities beneficial to the elderly in the
village as well as at Posyandu Safira.

References: 49 (2007-2016)
Keywords: Hypertension, sleep quality, diet

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 “Ilmu itu ibarat hewan liar dan tali pengikatnya ialah catatan”
 “Tak ada yang tak bisa, jika dilakukan dengan kesungguhan, kesabaran, dan
keikhlasan”
 Ingat “Tiada kemampuan tanpa perjuangan, tiada sukses tanpa usaha”

PERSEMBAHAN
Dengan mengucap bismillahirohmanirrohim Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada
yang tercinta :
 Allah SWT terimah kasih atas berkat dan rahmat-nya sehingga karya tulis ilmiah
dapat diselesaikan dengan baik, semoga engkau tetap bersemayam dan menjaga
hatiku sampai akhir zaman.
 Ayahku (kamal) dan ibuku (Rina) tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
do’a, aku cinta kalian apapun akan ku lakukan untuk kalian.
 Dosen pembimbing ( pak Nurhasan Mujamsyah dan pak Indra Kustyanto ) yang
telah dengan sabar dan tak kenal lelah membimbing , meluangkan waktu dan
memberikan motivasi kepada penulis.
 Kakak-kakakku (rika kustina, oktaria, dan wawan syaputra) dan adiku (Amelia)
yang selalu memberi dukungan dan semangat untuk keberhasilanku aku sayang
kalian semua
 Orang yang selalu ada untukku dalam suka maupun duka Ndut (Fitri Suryani)
 Teman-teman seperjuangan angkatan xxi (DNA Dream And Action) akhirnya kita
selesai juga untuk menyelesaikan D III keperawatan, semoga kita semua menjadi
orang yang sukses dan mengamalkan semua ilmu yang didapat selama di bangku
kuliah.
 Teman-teman sebembimbingan (Ilfe Jandwi, Rosi Oktavianti, Yuliana Dwi Putri)
 Almamaterku

v
vi
vii
IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : M. Aris Akbar
Tempat/Tanggal Lahir : Lumpatan 20, Maret 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Kamalludin
Ibu : Amrina
Alamat : Dusun III Lumpatan II Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2002 – 2008 : SD Negeri 4 Lumpatan
Tahun 2008 – 2011 : SMP Negeri 4 Sekayu
Tahun 2011 – 2014 : SMA Negeri 3 Sekayu
Tahun 2014 – 2017 : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Musi Banyuasin

viii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat,

berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Pola Makan

Dengan Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posyandu Safira Desa Lumpatan II

Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017”. Tidak lupa

Sholawat dan Salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW beserta para keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai akhir

zaman.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Musi Banyuasin.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan maupun tulisan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. H. Taufik Rusydi, M.Kes selaku Direktur Akper Pemkab Muba

2. Ibu Asnani, Am.Keb selaku Pimpinan Poskesdes Lumpatan II Kecamatan

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

3. Bapak Nurhasan Mujamsyah, RN, S.Kep selaku pembimbing I dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Indra Kustyanto, SKM, M.Si selaku pembimbing II dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

ix
5. Bapak Jonadi, SKM, M.Kes selaku penguji dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen dan staff Akademi keperawatan Pemerintah Kabupaten

Musi Banyuasin.

7. Teman-teman sealmamater (DNA XII) Akademi keperawatan Pemerintah

Kabupaten Musi Banyuasin.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari kata sempurna, dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan yang

dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini agar

bermanfaat bagi kita semua dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

Aamiin.

Sekayu, …… Juni 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i


HALAMAN JUDUL ........................................................................................ii
ABSTRAK .........................................................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................v
PERNYATAANPERSETUJUAN ...................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN KTI ......................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hipertensi ........................................................................................... 10
2.2 Kualitas Tidur .................................................................................. 21
2.3 Pola Makan ...................................................................................... 25
2.4 Lansia ............................................................................................... 28
2.5 Posyandu Lansia ................................................................................ 33
2.6 Kerangka Teori ................................................................................. 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 38
3.2 Definisi Oprasional .......................................................................... 39
3.3 Hipotesis .......................................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Disain Penelitian .............................................................................. 41
4.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 41
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 42
4.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 42
4.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 43
4.6 Alat Pengumpulan Data .................................................................... 43
4.7 Analisis Data ..................................................................................... 44

xi
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 45
5.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 47

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 52
6.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 52

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 59
7.2 Saran .................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH ........................................ 17

Tabel 2.2 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa diatas


18 tahun menurut The Sixth Report Of The Joint National
Committee On Prevetion Detection, And Treatment Of
High Blood Preassure: ......................................................................17

Tabel 3.2 Definisi Oprasional Penelitian ........................................................ 39

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Hipertensi Pada Lanjut Usia di Posyandu Safira
Desa Lumpatan II kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2017 .......................................................................................47

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia di Posyandu
Safira Desa Lumpatan II kecamatan Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2017 .....................................................................48

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Lanjut Usia di Posyandu
Safira Desa Lumpatan II kecamatan Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2017 .....................................................................48

Tabel 5.4 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Pada Lanjut
Usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017 ..........................................49

Tabel 5.5 Hubungan Antara Pola Makan Dengan Hipertensi Pada Lanjut Usia
di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Tahun 2017 ........................................................... 50

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Halaman

2.1 Kerangka Teori ............................................................................................... 37

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................... 38

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pernyataan Peneliti

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner dan Checklist Penelitian

Lampiran 4 : Master Data Responden

Lampiran 5 : Lembar Hasil Analisa Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal di DINKES MUBA

Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Data Awal di Puskesmas Lumpatan

Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data & Sampel di Poskesdes Lumpatan II

Lampiran 9 : Surat Penyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 10 : Lembar Rekomendasi KTI

Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Judul

Lampiran 12 : Lembar konsultasi

Lampiran 13 : Lembar Perbaikan KTI

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan terutama di bidang kesehatan menjadi

sorotan penting untuk pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Timbulnya

berbagai penyakit di masyarakat membawa dampak yang besar bagi

kesejahteraan hidup mereka. Salah satu jenis penyakit yang terus berkembang

dan mengalami peningkatan adalah penyakit hipertensi atau yang lebih

dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi umumnya yang lebih dikenal dengan penyakit darah

tinggi adalah peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah

sistolik maupun tekanan darah diastolik. Hipertensi merupakan tekanan darah

tinggi persisten dimana, tekanan darah sistolik (saat jantung memompakan

darah) di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (saat

jantung istirahat). Seseorang yang mengalami penyakit hipertensi ini biasanya

berpotensi untuk mengalami penyakit lain seperti stroke dan penyakit jantung

(Hartono, 2012).

Hipertensi pada lansia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik

terisolasi. Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika

tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas

normal (Wahid, 2008).

1
2

Menurut (WHO) World Health Organization (2012) Secara global

hampir satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi, dua

pertiganya adalah Negara berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta

orang setiap tahun di seluruh dunia. Masalah ini akan terus berkembang,

ditahun 2025 diperkirakan 1,56 milyar orang dewasa akan hidup dengan

hipertensi. Di Asia tenggara sekitar sepertiga dari populasi memiliki tekanan

darah tinggi dari hampir 1,5 juta orang meninggal setiap tahun karenanya

(Ningtyas, 2016).

Menurut Kemenkes RI (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia

yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%,

tertinggi di Bangka Belitung 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan 30,8%,

Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4%. Prevalensi hipertensi di

Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan

sebesar 9,4%, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat

sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum obat sendiri. Responden yang

mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi

sebesar 0,7%. Jadi, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% (25,8%

+ 0,7%).

Sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di

Indonesia. Hal ini merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang

tinggi, yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan data. Berdasarkan data di atas dapat

dilihat bahwa jumlah pasien hipertensi pada lansia masih tinggi (Marsinta,

2016).
3

Kemenkes RI (2013), beberapa kegiatan yang telah dikembangkan

oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk mengendalikan penyakit

tidak menular pada tahun 2013, yaitu Posyandu (Pos Pembinaan Terpadu)

yang merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam deteksi dini,

monitoring dan tindak lanjut, meningkatkan upaya pengendalian di

puskesmas dan posyandu dengan upaya peningkatan promosi kesehatan yang

dilakukan melalui gaya hidup sehat, sepereti kualitas tidur, dan pola makan

yang benar.

Pada lansia kualitas tidur menjadi berubah, yaitu 6 jam perhari. Pada

lansia episode tidur REM cenderung memendek, terdapat penurunan yang

progresif pada tahap tidur NREM 3 dan NREM 4, dan beberapa lansia tidak

memiliki tahap NREM 4 yaitu tahap tidur terdalam (Potter & Perry, 2012).

Ketidakcukupan kualitas dan kuantitas tidur dapat merusak memori dan

kemampuan kognitif. Bila hal ini berlanjut hingga bertahun-tahun, akan

berdampak pada tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke. Hingga

masalah psikologis seperti depresi dan gangguan perasaan lain. Apabila hal

ini berlangsung dalam waktu yang lama, akan menyebabkan individu tersebut

mengalami kurang tidur yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit

yang dideritanya ( Riska, 2014).

Peningkatan tekanan darah (hipertensi) pada lanjut usia hendaknya

diimbangi dengan pola hidup sehat, yaitu pola makan, istirahat yang cukup,

manajemen stress yang positif dan rajin berolaraga. Pola makan memegang
4

peranan penting dalam peningkatan tekanan darah pada usia lanjut

(Kemenkes RI, 2008, dalam Pujianta, 2015)

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap

ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi

fisiologis organ tubuhnya. Sedangkan batasan lanjut usia menurut UU No.13

tahun 1998 adalah 60 tahun. Pada lanjut usia akan terjadi proses

menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang tejadi

(Constantinides, 1994, dalam Fitriani, 2014).

Hipertensi pada lanjut usia sebenarnya dapat dikontrol dengan

membudayakan prilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi makanan

dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya

serat, rendah lemak dan rendah natrium (kurang dari 6 gr natrium perhari),

berolaraga secara teratur, istirahat yang cukup, berfikir positif, tidak merokok,

dan tidak mengkonsumsi alkohol karena rokok dan alkohol dapat

meningkatkan resiko hipertensi. Namun karena kurangnya pemahaman lansia

terhadap kualitas tidur dan pola makan yang baik dan benar sehingga

meningkatkan angka kejadian hipertensi (Wahid, 2008)

Posyandu lansia yaitu pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

lanjut usia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati dan digerakkan

oleh masyarakat dimana mereka mendapat pelayanan kesehatan.


5

Upaya pertama yang bisa di lakukan skrining (penapisan) problem

yang ada, menyediakan kegiatan dan sarana seperti, tensimeter, timbangan,

edukasi tentang hipertensi dan pembekalan keterampilan kepada kadernya

mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika ada gejala penyakit yang

berbahaya (Siswono, 2008, dalam Fitriani, 2014).

Prevalensi hipertensi di Provinsi Sumatra Selatan berdasarkan

pengukuran sebesar 35,5% pada tahun 2007 dan turun menjadi 26,1% pada

tahun 2013. Prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara yang terdiagnosis

oleh tenaga kesehatan dengan riwayat minum obat hanya 6,3% pada tahun

2007 meningkat menjadi 7,0% pada Tahun 2013. (Riskesdas, 2013).

Menurut data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin

diketahui bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit ketiga dari sepuluh

penyakit terbanyak dengan jumlah kasus 13.335 jiwa pada tahun 2014. Dan

menempati urutan kesatu pada tahun 2015 sebesar 26%. (Dinas Kesehatan

Kabupaten Musi Banyusin 2015).

Dari data yang didapat di Poskesdes Desa Lumpatan II pada Tahun

2016. Adapun yang menjadi binaan Posyandu Safira terdapat jumlah usila

214 orang terdiri dari 78 laki-laki dan 136 orang perempuan. Berdasarkan

observasi di Posyandu Safira yang dilakukan dengan cara pengukuran TD

(Tekanan darah) menggunakan Sphygmomanometer, bahwa 6 dari 10 lanjut

usia di Posyandu Safira masih mengalami hipertensi.


6

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

lebih jauh mengenai hubungan antara kualitas tidur dan pola makan dengan

hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang pada penelitian ini, hipertensi pada

lanjut usia masih merupakan masalah yang cukup serius, baik ditingkat

Dunia, wilayah Asia Tenggara, termasuk juga di Indonesia. Begitu juga di

Provinsi Sumatra Selatan hipertensi pada lanjut usia juga masih menjadi

masalah termasuk di Kabupaten Musi Banyuasin.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana hubungan antara kualitas tidur dan pola makan dengan hipertensi

pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan pola makan

dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II

Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2017.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur pada lanjut usia

di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2017.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pola makan pada lanjut usia

di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2017.

4. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi

pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.

5. Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan hipertensi

pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lanjut Usia

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong lanjut usia agar lebih

aktif dalam berbagai kegiatan Posyandu lanjut usia.

1.4.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai wadah penerapan ilmu pengetahuan yang

didapat selama kuliah dalam rangka mengembangkan dan menambah

pengalaman ilmu khususnya untuk mengatur kualitas tidur dan pola

makan terhadap hipertensi.

1.4.3 Bagi Posyandu Lanjut Usia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi sumber data untuk kepentingan bagi petugas kesehatan serta

pihak terkait dalam pemantauan dan evaluasi bagi Posyandu Safira

Desa Lumpatan II.

1.4.4 Bagi Institusi

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitian tentang kualitas tidur dan pola makan

dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II

Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.


9

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu Safira Desa Lumpatan II

Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin. Adapun objek penelitian ini

adalah para lanjut usia yang menjadi binaan posyandu Safira Desa Lumpatan

II Tahun 2017 sebanyak 214 orang. Penelitian akan diadakan pada bulan Juni

2017. Penelitian ini dibatasi hanya membahas mengenai hubungan antara

kualitas tidur dan pola makan dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu

Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2017.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-

menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi apabila arteriole-

arteriole kontruksi. Kontruksi arteriole membuat darah darah sulit

mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi

merupakan suatu kelainan yang sangat sering terjadi pada manusia

(Udjiandi, 2010).

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka

waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan

otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang

memadai (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan

sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah

hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang

sekunder karena sebab-sebab yang diketahui (Yogiantoro, 2009).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan

menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari

10
11

separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung

dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan atau tekanan diastolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg

dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho, 2008).

2.1.2 Etiologi

Menurut Muhammadun (2010), Penyebab hipertensi pada orang


dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun hipertensi

primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.


12

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

d. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

yaitu :

a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)

b. Kegemukan atau makan berlebihan

c. Stress

d. Merokok

e. Minum alkohol

f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah

penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis,

Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,

Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli

kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,

Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga

diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral,

Kortikosteroid.
13

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan

tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume

cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam

aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat

tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan

arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal

(stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus otot

simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan arteri

sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri

sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa

kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk

menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan

meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada

(Sherwood, 2011).

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik.

Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat

melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena

ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal

berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan

diuresis dan penurunan tekanan darah. kondisi patologis yang mengubah


14

ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan

meningkatkan tekanan arteri sistemik (Sherwood, 2011).

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan

tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang

bertindak sebagai substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin

I, yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi

bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II

dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah

dan merupakan makanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.

Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada

aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf

simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau

penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan

tekanan darah (Sherwood, 2011).

Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya

tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah

tinggi, kadar renin harus tinggi diturunkan karena peningkatan tekanan

arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian,

sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin

normal. Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada penderita

hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada

organ-organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial

(penebalan) arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka


15

perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal

ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal

(Sherwood, 2011).

Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat

dalam hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang

mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran

berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular

dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi

vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan

hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air (Sherwood, 2011).

Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang

berkembang secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna

biasanya memiliki gejala-gejala morning headaches, penglihatan kabur,

sesak napas dan dispnea, atau gejala uremia. Tekanan darah diastolik

>115mmHg, dengan rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg.

Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung

kiri,dan stroke (Sherwood, 2011).


16

2.1.4 Manisfetasi Klinis Hipertensi

Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringtan untuk

hipertensi dan sering disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi berat

gejala yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat di tengkuk),

palpitas, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan,

tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus

(telinga berdenging), serta kesulitan tidur (Udjiandi, 2010).

2.1.4.1 Menurut Udjiandi, (2010), manifestasi klinis dibedakan menjadi

2 yaitu :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain

penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini

berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika

tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.

Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.
17

2.1.5 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi berdasarkan WHO/ISH :

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normotensi <140 <90

Hipertensi Ringan 140-180 90-105

Hipertensi Perbatasan 140-160 90-95

Hipertensi Sedang dan Berat >180 >150

Hipertensi Sistolik Terisolasi >180 <90

Hipertensi Sistolik Perbatasan 140-160 <90

(Arif Mansjoer dkk, 2000)

Tabel 2.2 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan


Usia di atas 18 tahun menurut The Sixth Report Of The Joint
National Committee On Prevetion Detection, And Treatment Of
High Blood Preassure:
Klasifikasi Tekanan Sistolik Dan Diastolik (mmHg)

Normal <120dan<80

Prehipertensi 120-139 dan 80-89

Hipertensi Studium I 140-159 dan 90-99

Hipertensi Studiaum II >160 dan>100

Hipertensi Studium III <180 dan >110

(Arif Mansjoer dkk, 2000)

Hipertensi sistolik terisolasi adalah dimana tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih sedangkan tekanan diastolik kurang dari

90 mmHg. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan

tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian


18

berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi sistolik

terisolasi merupakan jenis hipertensi yang sering terjadi pada lansia

(Nugroho, 2008).

2.1.6 Komplikasi

Menurut Marsinta (2016), beberapa komplikasi diantaranya

sebagai berikut yaitu :

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi

di otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang

mempengaruhi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga

aliran darah ke daerah-daerah yang perdarahan menjadi berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah,

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark Miokardium apabila arteri koroner yang mengalami

aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran

darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik

dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak

dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel,


19

sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan darah.

c. Gagal Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler glomerulus. Dengan rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,

neuron akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan

keluar melalui urine, sehingga tekanan asmotik koloid plasma

berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai pada

hipertensi kronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertesium di seluruh

susunan saraf pusat. Akibatnya, neuron-neuron disekitarnya menjadi

kolaps dan terjadi koma serta kematian. Wanita dapat mengalami

kejang. Bayi yang lahir mungkin berat lahir rendah akibat perfusi

plasenta yang tidak memadai. Bayi juga dapat mengalami hipoksia

dan asidosis apabila ibu menalami kejang selama atau sebelum

proses persalinan.
20

2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Dewi (2010), Penatalaksaan Hipertensi dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu secara Farmakologis dan Non-farmakologis

a. Farmakologi

Terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu

obat berikut:

1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis tunggal

pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan

bila disertai hemokonsentrasi/oedema paru).

2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.

3) Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan 20

mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).

4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari

(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita

asma).

5) Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua

kali sehari.

b. Non-farmakologis

Pengobatan Non-Farmakologis merupakan salah satu cara alternatif

yang sering digunakan untuk mengontrol tekanan darah. Namun karena

hal ini, pengobatan secara Medis menjadi kurang diminati. Padahal

sebenarnya pengobatan Non-medis ini juga dapat digunakan sebagai

pelengkap dari pengobatan Medis. Artinya dari kombinasi pengobatan


21

Medis dan Non-medis ini diharapkan dapat diperoleh hasil pengobatan

yang lebih baik

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam pengobatan non-

farmakologis ini, diantaranya:

1) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh kurang dari 2,3 gram

natrium, magnesium dan kalium yang cukup.

2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kadar kolesterol

darah tinggi

3) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

4) Relaksasi

5) Olahraga.

2.2 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat

kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas

tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur, dan keluhan –

keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis bangun tidur. Kebutuhan

tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas

tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Beberapa faktor

yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis,

faktor psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis

berdampak dengan penurunan aktivitas sehari–hari, rasa lemah, lelah, daya

tahan tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda tanda vital, sedangkan dari
22

faktor psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi

(Potter dan Perry, 2007).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang meliputi kedalaman

aspek tidur, kemampuan untuk tetap tidur dan mudahnya tertidur sehingga

menghasilkan kesegaran disaat terbangun (Aisyah, 2013) Secara fisiologi,

kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rasa kantuk di siang hari,

menurunnya kesehatan pribadi dan menyebabkan kelelahan selain itu, hal

ini terkait dengan beberapa penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi,

diabetes dan penyakit kardiovaskuler (Wavy, 2008).

2.2.1 Tahapan Tidur

Tahapan dalam tidur normal dibagi menjadi 2 (Asmadi, 2008), yaitu :

2.2.1.1 Rapid Eye Movement (REM)

Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat

dan menjadi intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun.

Pola tidur REM ditandai dengan adanya gerakan bola mata yang

cepat, tonus otot yang sangat rendah.

2.2.1.2 Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4

studium, lalu diikuti fase REM terjadi secara bergantian antara 4-7

kali siklus semalam.Pada orang dewasa 7-7,5 jam/hari


23

Menurut Asmadi, (2008), tahapan tidur tipe NREM dan

REM dibagi dalam 4 tahap yaitu :

a. Tahapan tidur tipe NREM

1. NREM tahap I

Tingkat transisi Mersepon cahaya Berlangsung beberapa menit

2. NREM tahap II

Periode suara tidur Mulai relaksasi otot Berlangsung 10-20

menit Fungsi tubuh berlangsung lambat Dapat dibangunkan

dengan mudah

3. NREM tahap III

Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak Sulit dibangunkan-

Relaksasi otot sebagian Tekanan darah menurun Berlangsung

selama 15-30 menit

4. NREM tahap IV

Tidur nyenyak Sulit untuk dibangunkan Untuk restorasi dan

istirahat Sekresi lambung menurun Gerak bola mata cepat

b. Tahapan tidur tipe REM

1. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM

2. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidurnya

3. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya

terjadi mimpi

4. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga

berperan dalam belajar, memori dan adaptasi


24

2.2.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda – beda, ada

yang yang dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang

bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

diantaranya sebagai berikut, (Asmadi, 2008).

a. Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia

dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang

kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri, makan kebutuhan

tidurnya akan tidak nyenyak (Asmadi. 2008).

b. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang

untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang

tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu terang akan

membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak, begitupun

sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu panas, susana yang ramai

dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi kualitas

tidurnya (Asmadi, 2008).

c. Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada

frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas akan

meningkatkan norepineprin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat

ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008).


25

d. Diet

Makanan yang banyak menandung L – Triptofan seperti keju,

susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah

tidur. Sebaliknya minuman yang menandung kafein maupun alkohol

akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).

e. Gaya hidup

Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula

memengaruhi kualitas tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah

orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang

berlebih akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek

(Asmadi, 2008).

2.3 Pola Makan Lansia

2.3.1 Pola makan

Pola makan berarti suatu cara atau usaha untuk melakukan

kegiatan makan yang sehat. Kegiatan makan yang sehat meliputi

pengaturan jumlah kecukupan makanan, jenis makanan dan jadwal

makan, didalam fungsinya untuk mempertahankan kesehatan (Maryam,

2008).

2.3.2 Jumlah Asupan Makanan

Pola makan pada lansia dalam pengaturan jumlah makanan

sebagai sumber energi hendaknya harus mengandung semua unsur gizi,

seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, air dan serat


26

dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan lansia serta harus

seimbang dalam komposisinya (Maryam, 2008).

Jumlah kebutuhan energi per hari disesuaikan dengan berat

badan dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan. Dalam keadaan sakit

kebutuhan energi semakin meningkat sesuai dengan keadaan sakit.

Kebutuhan energi tersusun atas karbohidrat 60-70% yang terbagi atas

karbohidrat sederhana 10-15% berupa gula serta karbohidrat kompleks

berupa nasi, kacang, buah dan sayur. Protein 15-20% dari total.

kebutuhan energi tersusun atas protein lengkap berupa protein

hewani sebaiknya dari daging tanpa lemak, ikan dan putih telur atau

kombinasi antara nasi dan kacangkacangan (Maryam, 2008).

Jumlah lemak dalam makanan adalah 15-20% dari total energi,

kurang dari 10% berasal dari lemak hewani. Jumlah asupan kolesterol

<300mg/hari, harus dihindari makanan dengan kolesterol tinggi yang

bersumber dari kuning telur, jeroan, otak, kulit, udang, keju, sop buntut

dan sop kaki. Dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung

serat yang larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan

kedelai. Karena selain sebagai sumber serat, buah dan sayur juga

sebagai sumber vitamin dan mineral serta air. Kebutuhan lansia akan air

adalah 2-3 liter/ hari (10-15 gelas) (Maryam, 2008).

Pemberian makanan pada lansia menurut Nugroho (2008)

adalah makanan yang hendak disajikan harus memenuhi kebutuhan

gizi, makanan yang disajikan diberikan pada waktu yang teratur dan
27

dalam porsi yang kecil saja, berikan makanan secara bertahap dan

bervariasi, sesuaikan makanan dengan diet yang dianjurkan oleh dokter

dan berikan makanan yang lunak untuk menghindari konstipasi serta

memudahkan mengunyah, seperti nasi tim atau bubur.

2.3.3 Jenis Menu Makanan

Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan

pada waktu makan. Menu seimbang bagi lansia adalah susunan

makanan yang mengandung cukup semua unsur zat gizi dibutuhkan

lansia. Pedoman untuk makanan bagi lansia adalah makan makanan

yang beraneka ragam dan mengandung zat gizi yang cukup, makanan

mudah dicerna dan dikunyah, sumber protein yang berkualitas seperti

susu, telur, daging dan ikan. Sebaiknya mengkonsumsi sumber

karbohidrat kompleks, makanan sumber lemak harus berasal dari lemak

nabati, mengkonsumsi makanan sumber zat besi seperti bayam, kacang-

kacangan dan sayuran hijau (Maryam, 2008).

Dalam menu seimbang bagi lansia juga harus membatasi

makanan yang diawetkan dan anjurkan pada lansia untuk minum air

putih 6-8 gelas sehari karena kebutuhan cairan meningkat dan untuk

memperlancar proses metabolisme serta makanan sehari disajikan

dalam keadaan masih panas (hangat), segar dan porsi kecil (Maryam,

2008).
28

2.3.4 Jadwal Makan

Maryam (2008) menyatakan menu yang disusun untuk lansia

dalam pemberiannya sebaiknya terbagi atas 7-8 kali pemberian, yang

terdiri dari 3 kali makanan utama (pagi, siang dan malam) serta 4-5 kali

makanan selingan. Sebagai contoh pukul 05.00 minum susu atau jus,

pukul 07.00 makanan utama, pukul 09.30 makan minum selingan,

pukul 12.00 makanan utama, pukul 15.00 makan minum selingan,

pukul 18.30 makanan utama dan sebelum tidur makan minum selingan.

2.4 Lansia

2.4.1 Pengertian Lansia

Penuaan (proses terjadinya tua) adalah suatu proses alami yang

tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan

berkesinambungan. Selanjutnya akan perubahan anatomis, fisiologis,

dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan

kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, 2008). Seiring dengan

proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah

kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif. Usia

lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Keliat, 1999).

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami

suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa

dekade (Notoatmodjo, 2007 )


29

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Menurut Maryam (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi

ketuaan meliputi :

1. Hereditas

2. Keturunan/Genetik

3. Nutrisi Makanan

4. Status kesehatan

5. Pengalaman hidup

6. Lingkungan

7. stres

2.4.3. Batasan Lansia

2.4.3.1 Menurut World Health Organization (WHO) dalam Nugroho,

2008 ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

b. Usia lanjut (fiderly) : 60-74 tahun

c. Lansia tua (old) : 75-90 tahun

d. Lansia sangat tua (very old) : > 90 tahun


30

2.4.3.2 Menurut Smith dan Smith (2007), menggolongkan lansia

menjadi tiga yaitu:

a. Young old : 67-74 tahun

b. Middle old : 75-84 tahun

c. Old-old : 75-84 tahun

2.4.4 Klasifikasi Lansia

Menurut Rosidawati, ( 2008), dalam Maryam, 2008. Ada

lima klasifikasi pada lansia sebagai berikut :

1. Pralansia Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun

2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial

Menghasilkan barang/jasa, lansia yang mampu melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatannya.

5. Lansia tidak potensial

lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada orang lain.


31

2.4.5 Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam, 2008 lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.

13 tentang Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari

kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.4.6 Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan

ekonominya (Nugroho, 2000, dalam Maryam, 2008). Tipe tersebut

dijabarkan sebagai berikut.

1. Tife arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi

panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi

undangan.
32

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,

dan banyak menuntut

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,

dan melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe binggung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,

menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

2.4.7 Masalah-Masalah Kesehatan Yang Terjadi Pada Lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia

akibat perubahan system (Maryam, 2008), masalah kesehatan tersebut

antara lain:

a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara

lain : Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan

Pneumonia.

b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler,

antara lain : Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart

Failure.

c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti

Cerebro Vaskuler Accident.


33

d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal,

antara lain : Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout

Artritis, Osteporosis.

e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti

DM.

f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain :

Katarak, Glaukoma, Presbikusis.

g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara

lain : Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.

h. Lansia dengan masalah kesehatan pada system reproduksi dan

perkemihan , antara lain : Menoupose, BPH , Inkontinensia.

i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara

lain: Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster,

Ulkus Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.

2.5 Posyandu Lansia

2.5.1 Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk

masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan. Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut di

masyarakat, dimana diproses pembentukan danpelaksanaanya dilakukan

oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas


34

sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dan

lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan

preventif (Notoatmodjo, 2007). Posyandu lansia merupakan

pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan

bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas,

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat

dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

2.5.2 Tujuan Posyandu Lansia

2.5.2.1 Tujuan umum dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan

kesejahteraan Lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia yang

mandiri dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

2.5.2.2 Tujuan khsusus Posyandu Lansia

Menurut Notoatmodjo, (2007). Tujuan khsusus posyandu

lansia ada tiga, yaitu :

1. Meningkatnya kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

2. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan lansia, khususnya

aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek

pengobatan dan pemulihan.

3. Perkembangan Posyandu Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan

dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan.


35

2.5.3 Manfaat Posyandu Lansia

Manfaat dari posyandu lansia adalah pengetahuan lansia

menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat

menorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegaiatan

posyandu lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya

(Notoatmodjo, 2007).

2.5.4 Sasaran Posnyadu Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam, 2008 sasaran posyandu

lansia dibagi 2 yaitu :

1. Sasaran Langsung :

a. Kelompok pra lansia (45-59 tahun), kelompok lansia (60 tahun

keatas)

b. Kelompok lansia dengan risiko tinggi (70 tahun keatas)

2. Sasaran Tidak Langsung :

Keluarga dimanalansia berada, organisasi sosial yang bergerak

dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat luas.

2.5.5 Tingkat Perkembangan Kelompok Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam, 2008 Tingkat

perkembangan kelompok lansia dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan

yaitu ;

1. Kelompok lansia pratama adalah kelompok yang belum mantap,

kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi

< 8 kali, jumlah kader aktif terbatas.


36

2. Kelompok lansia madya adalah kelompok yang telah berkembang

dan melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan paling sedikit 8 kali

setahun, jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program ≤

50% serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.

3. Kelompok lansia purnama adalah kelompok yang sudah mantap dan

melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun

dengan beberapa kegiatan tambahan diluar kesehatan.

4. Kelompok lansia mandiri adalah kelompok purnama dengan kegiatan

tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya

dengan dana sendiri.


37

2.6 Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

1. Kualitas tidur
(Asmadi, 2010)
2. Pola makan
(Maryam, 2008)

Hipertensi Pada Lanjut Usia

1. Usia
2. Stress
3. Medikasi
4. Variasi diurnal
5. Jenis kelamin

(Potter & Peryy, 2007)

: Diteliti

: Tidak diteliti
BAB III

KERANGKA KONSEP, DFINISI OPRASIONAL,

DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah hubungan antara konsep-konsep

yang diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel yang satu dengan yang

lainnya, variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen atau

variabel terkait dan variabel independen atau variabel bebas. (Notoatmodjo,

2012). Berdasarkan tinjauan pada kualitas tidur dan pola makan dengan

hipertensi pada lanjut usia maka kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Tidur
Hipertensi Pada Lanjut Usia
Pola Makan
Hipertensi

38
39

3.2 Definisi Oprasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variabel Hipertensi Observasi Sphygmo- 1.Hipertensi, Nominal
Dependen adalah Tekanan manometer jika sistolik
Hipertensi hipertensi pada Darah > 140,
lanjut usia di diastolik >
Posyandu 90
Safira Desa 2. Tidak
Lumpatan II hipertensi,
Kecamatan jika sistolik
Sekayu ≤ 140,
Kabupaten diastolik ≤
Musi 90
Banyuasin
Tahun 2017
Variabel Kualitas tidur Wawancara Kuesioner 1. Baik , jika Nominal
Independen adalah ≥ Median
Kualitas Kualitas tidur (25)
tidur pada lanjut 2. Kurang
usia di baik, jika
Posyandu < Median
Safira Desa (25)
Lumpatan II
Kecamatan
Sekayu
Kabupaten
Musi
Banyuasin
Tahun 2017
Variabel Pola makan Wawancara Kuesioner 1. Benar, jika Nominal
Independen adalah pola . ≥ Median
Pola makan makan pada (20)
lanjut usia di 2. Kurang
Posyandu benar, jika
Safira Desa < Median
Lumpatan II (20)
Kecamatan
Sekayu
Kabupaten
Musi
Banyuasin
Tahun 2017
40

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.3.1 Ada hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi pada lanjut usia

di posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2017.

3.3.2 Ada hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lanjut usia di

posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2017.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

survey analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (point time apporoach) (Notoatmodjo, 2012).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau wilayah

generalisi yang terdiri dari subyek maupun obyek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan, populasi bukan hanya orang

tetapi semua benda yang memiliki sifat atau ciri yang bisa diteliti

(Hasdianah dkk, 2015). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah semua penduduk lanjut usia yang menjadi binaan di posyandu

Safira sebanyak 214 orang di Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin pada bulan Juni Tahun 2017.

41
42

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Hasdianah dkk, 2015). Pada penelitian

ini teknik sampling yang digunakan adalah Teknik Simple Random

Sampling, dengan mengundi seluruh populasi untuk diambil sebagai

sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari populasi

yaitu sebanyak 45 orang (Siswanto, 2015).

4.3 Waktu & tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017. Penelitian ini

dilaksanakan di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi banyuasin Tahun 2017.

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

4.4.1.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung yang berpedoman pada

kuesioner yang telah dipersiapkan.

4.4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku, internet, dan profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin, serta sumber lainya.


43

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara

melakukan wawancara dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat

pada lembar kuesioner.

4.6 Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan instrumen

penelitian berupa lembar kuesioner yang diberikan kepada responden.

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti didukung oleh bimbingan dan

arahan yang diberikan oleh pembimbing.

4.7 Teknik Pengolahan Data

4.7.1 Pengeditan Data (editing)

Memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula

seperti yang diinginkan.

4.7.2 Pengkodean (coding)

Memberi kode jawaban atau hasil pertanyaan pada lembar

kuesioner dengan mengubah kata-kata menjadi angka.

4.7.3 Pemasukan Data (processing/ Entry)

Data yang telah selesai diberi kode kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

4.7.4 Pembersihan Data (cleaning)

Pembersihan data, data diperiksa kembali sehingga benar-benar

bebas dari kesalahan.


44

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian untuk memperlihatkan gambaran distribusi frekuensi yaitu,

kualitas tidur dan pola makan dan hipertensi pada lanjut usia.

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap yang berhubungan atau

berkolerasi, antara variabel independen yaitu kualitas tidur dan pola

makan dengan variabel dependen yaitu hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2017. Dianalisis dengan uji statistic Chi Square

dengan derajat kemaknaan (α)=0,05. Jika p value ≤ α, artinya ada

hubungan yang bermakna (signifikan) antara variabel independen

dengan variabel dependent, Jika p value > α, artinya tidak ada

hubungan yang bermakna.


BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Secara Geografis

Poskesdes Lumpatan II terletak di Desa Lumpatan tepatnya di

jalan raya Palembang-Sekayu Lumpatan II dengan luas wilayah kerja 8

Km persegi dan terdiri dari 4 dusun, Batas Wilayah kerja Poskesdes

Lumpatan II adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Lumpatan IV

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Bailangu

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Danau Cala

- Sebalah Barat berbatasan dengan : Desa Bailangu Barat

5.1.2 Jarak Tempuh Dan waktu Ke Puskesmas Induk

Poskesdes Lumpatan II berjarak tempuh ± 3 Km dari

Puskesmas Lumpatan dan ± 10 Km dari ibu kota Kabupaten Musi

Banyuasin. Adapun transportasi yang digunakan untuk mencapai

Poskesdes Lumpatan II dengan menggunakan kendaraan roda dua dan

empat. Adapun tujuan umum dan khusus dari Poskesdes ialah:

1. Tujuan umum

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap

terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya.

45
46

2. Tujuan khusus

 Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan

pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.

 Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan

 Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya

dibidang kesehatan.

 Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan

oleh masyarakat dan tenaga profesional lainnya.

 Terkoordinasi penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di Desa

siaga.

5.1.3 Demografis

Jumlah penduduk Desa Lumpatan II merupakan penduduk asli,

mayoritas beragama islam, dengan berbagai jenis profesi dari seorang

petani, nelayan, dagang, hingga pegawai negeri sipil (PNS). Desa ini

merupakan salah satu jalan lintas Provinsi. Dengan jumlah Penduduk

pada tahun 2016 berjumlah ± 2.667 jiwa dengan jumlah kepala keluarga

(KK) sebanyak 651 dan jumlah rumah sebanyak 529 yang terbagi

dalam II Dusun. Adapun jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 1.202 orang dan perempuan sebanyak

1.465 orang sedangkan jumlah usila laki-laki 78 orang dan perempuan

136 orang. (Profil Poskesdes Lumpatan II Tahun 2016).


47

5.1.4 Visi Poskesdes Lumpatan II

“Melalui pemberdayaan masyarakat desa tercipta desa sehat dan

sumber daya manusia yang propesional serta tercipta pola hidup

masyarakat sehat yang mandiri”

5.1.5 Misi Poskesdes Lumpatan II

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa

2. Meningkatkan pemerataan sumber daya manusia yang propesional

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berpola mandiri dan sehat

5.2 Hasil Penelitian

Responden penelitian ini adalah lanjut usia yang ada di Posyandu

Safira Desa Lumpatan II yang berjumlah 45 responden, dari hasil penyebaran

kuesioner didapat karakteristik responden tersebut.

5.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

persentase dari variabel independen (kualitas tidur dan pola makan) dan

variabel dependen (hipertensi).

1. Hipertensi Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Hipertensi pada Lanjut Usia


di Posyandu Safira Desa Lumpatan II kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Tahun 2017.
Tekanan Darah n %
Hipertensi 27 60,0
Tidak Hipertensi 18 40,0
Total 45 100
48

Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa responden

yang hipertensi sebanyak 27 responden (60,0%) sedangkan responden

yang tidak hipertensi sebanyak 18 responden (40,0%).

2. Kualitas Tidur Responden

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia di


Posyandu Safira Desa Lumpatan II kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.
Kualitas Tidur n %
Baik 21 46,7
Kurang Baik 24 53,3
Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa responden

yang kualitas tidurnya baik sebanyak 21 responden (46,7%)

sedangkan responden yang kualitas tidurnya kurang baik sebanyak 24

responden (53,3%).

3. Pola Makan Responden

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Lanjut Usia


di Posyandu Safira Desa Lumpatan II kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Tahun 2017.
Pola Makan n %
Benar 20 44,4
Kurang Benar 25 55,6
Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa responden

yang pola makan benar sebanyak 20 responden (44,4%) sedangkan

responden yang melakukan pola makan kurang benar sebanyak 25

responden (55,6%).
49

5.2.2 Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen kualitas tidur dengan variabel dependen hipertensi

pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II dengan Uji

Bivariat.

1. Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Pada


Lanjut Usia Di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017

Tabel 5.4 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Pada


Lanjut Usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017
Tekanan Darah Uji Statistik
Tidak Total (p value)
Kulaitas Tidur Hipertensi
Hipertensi
N % N % N %
Baik 6 28,6 15 71,4 21 100
0.0001
Kurang Baik 21 87,5 3 12,5 24 100

Hasil analisis hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi

pada lansia diperoleh bahwa responden yang mempunyai kualitas tidur

baik tidak hipertensi di Posyandu Safira sebanyak 71,4% lebih tinggi

dibandingkan dengan yang kualitas tidur kurang baik tidak hipertensi

sebanyak 12,5,%, dengan selisih persentase 58,9% (71,4% - 12,5,%),

selisih ini relatif besar menunjukan secara deskriptif ada hubungan antara

kualitas tidur dengan hipertensi.

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square

diperoleh p value 0,0001 (p < α 0,05), dengan demikian artinya secara

statistik ada hubungan bermakna antara hubungan kualitas tidur dengan


50

hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II. Jadi

hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur

dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II

terbukti. Dengan melihat 𝑥 2 hitung 13,843 lebih besar dari 𝑥 2 tabel 3,481

hal ini menunjukan ada hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi.

Serta dengan melihat contingency coefficient 0,515 menunjukan keeratan

hubungan kuat.

2. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Hipertensi Pada Lanjut


Usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017

Tabel 5.5 Hubungan Antara Pola Makan dengan Hipertensi Pada Lanjut
Usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017
Tekanan Darah Uji Statistik
Tidak Total (p value)
Pola Makan Hipertensi
Hipertensi
N % N % N %
Benar 4 21,1 15 78,9 19 100
0.0001
Kurang Benar 23 8888,5 3 11,5 26 100

Hasil analisis hubungan antara pola makan dengan hipertensi

pada lansia diperoleh bahwa responden yang mempunyai pola makan

benar tidak hipertensi di Posyandu Safira sebanyak 78,9% lebih tinggi

dibandingkan dengan yang mempunyai pola makan kurang benar tidak

hipertensi sebanyak 11,5,%, dengan selisih persentase 67,4% (78,9% -

11,5,%), selisih ini relatif besar menunjukan secara deskriptif ada

hubungan antara pola makan dengan hipertensi.


51

Dari hasil analisis uji statistik menggunakan uji Chi Square

diperoleh p value 0,0001 (p < α 0,05), dengan demikian artinya secara

statistik ada hubungan bermakna antara hubungan pola makan dengan

hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II. Jadi

hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan

dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II

terbukti. Dengan melihat 𝑥 2 hitung 18,071 lebih besar dari 𝑥 2 tabel 3,481

hal ini menunjukan ada hubungan antara pola makan dengan hipertensi.

Serta dengan melihat contingency coefficient 0,562 menunjukan keeratan

hubungan kuat.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini manggunakan metode survey analitik dengan

pendekatan cross sectional, dan hanya terbatas mencari hubungan antara

variabel independen (kualitas tidur dan pola makan) dan variabel dependen

(hipertensi pada lansia) dengan menggunakan uji Chi-Square.

Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara dan

kuesioner yang bersifat subjektif sehingga kebenaran informasi tergantung

kejujuran dan kesungguhan responden pada saat menjawab pertanyaan.

Selain metode dan instrumen penelitian di atas, dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya adalah

keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya saat penelitian yang memungkinkan

hasil penelitian kurang akurat.

6.2 Hasil Penelitian

6.2.1 Hipertensi Pada Lanjut Usia

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hipertensi pada

lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2017 bahwa dari 45 responden yang

hipertensi sebanyak 27 responden (60,0%) sedangkan responden yang

tidak hipertensi sebanyak 18 responden (40,0%).

52
53

Secara biologis penuaan menjadikan manusia rentan terhadap

berbagai penyakit, demikian pula dengan lansia yang kesehatannya

rentan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh dan pada

umumnya penyakit pada lanjut usia mempunyai karakteristik seperti

komplikasi, saling terkait dan kronis, degeneratif, dan sering

menimbulkan kecacatan dan kematian salah satunya adalah hipertensi

(Istiany, 2008).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Riza Ummami di Desa Pasuruhan Kecamatan Mortoyudan Kabupaten

Magelang Tahun 2014, hipertensi pada lansia sebanyak 47 (67,1%) dan

yang tidak hipertensi sebanyak 24(34,3%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dapat

disimpulkan bahwa lanjut usia yang mempunyai tekanan darah tinggi

(hipertensi) masih cukup banyak di Posyandu Safira Desa Lumpatan II

Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2017, maka harus

dilakukan penyuluhan-penyuluhan lagi tentang kualitas tidur dan pola

makan yang benar terhadap lanjut usia agar dapat mengurangi penderita

hipertensi.
54

6.2.2 Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Hipertensi Pada Lanjut Usia
Di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Tahun 2017

Secara deskriptif hasil analisis hubungan antara kualitas tidur

dengan hipertensi pada lanjut usia diperoleh bahwa responden yang

mempunyai kualitas tidur baik tidak hipertensi di posyandu safira sebanyak

71,4% lebih tinggi dibandingkan dengan yang kualitas tidur kurang baik

tidak hipertensi sebanyak 12,5,%, dengan selisih persentase 58,9% (71,4% -

12,5,%), selisih ini relatif besar menunjukan secara deskriptif ada hubungan

antara kualitas tidur dengan hipertensi. Adapun secara statistik bahwa, hasil

uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh p value 0,0001 (p < α

0,05), dengan demikian artinya secara statistik ada hubungan bermakna

antara hubungan kualitas tidur dengan hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa

ada hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II terbukti. Dengan melihat nilai 𝑥 2 hitung

13,843 lebih besar dari nilai 𝑥 2 tabel 3,481 hal ini menunjukan ada

hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi. Serta dengan melihat nilai

contingency coefficient 0,515 menunjukan keeratan hubungan kuat.

Secara umum gangguan tidur menjadi lebih sering dialami dan

sangat mengganggu seiring dengan bertambahnya usia. Setelah berusia

diatas 40 tahun tubuh lansia menjadi lebih rentan terkena gangguan tidur,

jadi orang tua sering mengalami tidur yang tidak berkualitas ( Noviani,

2011).
55

Menurut Epstein (2008), menurunnya aktivitas dalam konteks akan

membiarkan otot-otot menjadi semakin rileks, begitu rangsangan antara

pikiran dan otot menurun, sehingga seseorang akan mengantuk dan tertidur.

Pada saat seseorang tertidur jantung akan berdetak lebih lamban dan

tekanan darah akan menurun dan pembuluh darah akan melebar. Begitu juga

sebaliknya, jika seseorang mengalami gangguan dalam tidurnya atau kurang

tidur akan beresiko terjadi peningkatan tekanan darah atau hipertensi,

dimana pembuluh darah mengalami vasokonstriksi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Riza Umammi (2014) hubungan kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan

tekanan darah pada lansia, menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada lanjut usia

dengan nilai p value = 0,009 (𝑝 ≤ 𝛼0,05).

Hasil penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan

oleh Riska (2014) hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada usia

lanjut Posyandu lansia di dusun jepalan sindumartani ngemplak sleman

Yogyakarta, menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara

kualitas tidur dengan tekanan darah pada lansia dengan nilai p value = 0,049

(𝑝 ≤ 𝛼0,05).

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa perlu adanya

penyuluhan tentang kualitas tidur yang baik. Agar lanjut usia bisa

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari supaya kemungkinan untuk

terkena hipertensi lebih kecil.


56

6.2.3 Hubungan Antara Pola Makan Dengan Hipertensi Pada Lanjut Usia Di
Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten
Musi Banyuasin Tahun 2017

Secara deskriptif hasil analisis hubungan antara pola makan dengan

hipertensi pada lanjut usia diperoleh bahwa responden yang mempunyai

pola makan benar tidak hipertensi di Posyandu Safira sebanyak 78,9% lebih

tinggi dibandingkan dengan yang mempunyai pola makan kurang benar

tidak hipertensi sebanyak 11,5,%, dengan selisih persentase 67,4% (78,9% -

11,5,%), selisih ini relatif besar menunjukan secara deskriptif ada hubungan

antara pola makan dengan hipertensi. Adapun secara statistik, hasil uji

statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh p value 0,0001 (p < α

0,05), dengan demikian artinya secara statistik ada hubungan bermakna

antara hubungan pola makan dengan hipertensi pada lanjut usia di Posyandu

Safira Desa Lumpatan II. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara kualitas tidur dengan hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira lansia Desa Lumpatan II terbukti. Dengan melihat nilai 𝑥 2

hitung 18,071 lebih besar dari nilai 𝑥 2 tabel 3,481 hal ini menunjukan ada

hubungan antara pola makan dengan hipertensi. Serta dengan melihat nilai

contingency coefficient 0,562 menunjukan keeratan hubungan kuat.

Menurut Sutanto (2010), lansia seringkali mengadopsi perilaku tidak

sehat seperti pola makan tidak seimbang, sehingga menyebabkan kelebihan

berat badan, depresi dan rendahnya status kesehatan. Faktor lainnya adalah

gaya hidup yang kurang sehat.


57

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Ramayulis (2010) yang

mengatakan pola makan yang salah dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak terutama

pada asupan lemak jenuh dan kolesterol.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh

Sangadji & Nurhayati (2014) menunjukkan bahwa proporsi kejadian

hipertensi lebih tinggi pada responden yang sering mengkonsumsi lemak

lebih besar dibandingkan responden yang jarang mengkonsumsi lemak.

Berbeda dengan hasil penelitian ini, penelitian yang dilakukan oleh

Adiningsih (2012) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Solehatul Mahmudah (2015) mengenai hubungan gaya hidup dan pola

makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di kelurahan sawang

menunjukan ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan

kejadian hipertensi dengan nilai p value=0,001 (p≤ 𝛼 0,05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2010)

konsumsi natrium yang berlebih akan meningkatkan ekstraseluler dan cara

untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat dan akibat dari meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah yang

berdampak pada timbulnya hipertensi.


58

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh

Mamoto dkk. (2012) hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Maria, dkk. (2012) hasil penelitian

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan natrium dengan

hipertensi, hasilnya menunjukkan nilai p = 0,625 (>0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh (Indrawati dkk. 2009) yang

menemukan hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan asin,

mengandung sodium glutamat (vetsin, kecap dan saus) dengan kejadian

hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa perlu adanya

pemahaman yang benar oleh lanjut usia tentang pola makan yang benar.

Oleh karena itu, jika lanjut usia tidak didasari dengan pemahaman dan cara

yang benar tentang pola makan tidak menutup kemungkinan akan

berdampak terhadap tekanan darah (hipertensi).


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti mengenai hubungan

antara kualitas tidur dan pola makan dengan hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2017 Dengan jumlah responden 45 orang, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis univariat didapat bahwa hipertensi pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2017, menunjukkan bahwa responden yang hipertensi

sebanyak 27 responden (60,0%) sedangkan responden yang tidak

hipertensi sebanyak 18 responden (40,0%).

2. Dari hasil analisis univariat didapat bahwa kualitas tidur pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2017, menunjukkan bahwa responden yang kualitas

tidur baik sebanyak 21 responden (46,7%) dan responden yang kualitas

tidurnya kurang baik 24 responden (53,3%).

3. Dari hasil analisis univariat didapat bahwa pola makan pada lanjut usia di

Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin Tahun 2017, menunjukkan bahwa responden yang pola makan

59
60

benar sebanyak 20 responden (44,4%) sedangkan responden yang

melakukan pola makan kurang benar sebanyak 25 responden (55,6%).

4. Ada hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan hipertensi pada

lanjut usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu

Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017.

5. Ada hubungan bermakna antara pola makan dengan hipertensi pada lanjut

usia di Posyandu Safira Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu Kabupaten

Musi Banyuasin Tahun 2017.

7.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis

dalam menyelsaikan penulisan ini, maka dapat diungkapkan saran yang

mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut yaitu:

1. Bagi Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi kepustakaan untuk dapat meningkatkan kualitas bagi mahasiswa/i

Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin

2. Bagi Poskesdes Desa Lumpatan II

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

berguna sebagai masukan dalam merencanakan, mengevaluasi serta

menentukan kebijakan program kesehatan dan diharapkan di Desa

Lumpatan II dapat dibentuk lagi posyandu lansia yang lebih aktif,


61

khususnya dalam meningkatkan upaya promotif dan preventif terhadap

hipertensi serta penyakit lain yang ada di Desa Lumpatan II Kecamatan

Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin.

3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Diharapkan hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan dasar atau

metode bagi peneliti dalam melakukan suatu penelitian sesuai metodologi

ilmiah yang benar untuk memenuhi tugas akhir pada Akademi

Keperawatan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Untuk penelitian

selanjutnya di sarankan agar melakukan penelitian dengan aspek lain yang

berhubungan dengan hipertensi, seperti (prilaku, pendidikan, serta

dukungan lingkungan) dalam upaya pencegahan hipertensi.


62

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, ER. (2012), Hubungan Status Gizi, Asupan Makan, Karakteristik,


Responden dan Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada guru-guru
Sman di Kota Tanggerang Tahun 2012, Jurnal Skripsi Pasca Sarjana,
Universitas Indonesia Depok.

Aisyah, W, 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada


Mahasisiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unsyiah Menjelang
Ujian Akhir Blok. (etd.unsyiah .ac.id.Diakses pada 17 Mei 2017.)

Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Musi Banyuasin , 2017, Buku


Panduan Karya Tulis Ilmiah Diploma III Keperawatan, Sekayu.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA


Press.

Arif M, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta :MediaAes


culapius.

Asmadi, 2008, Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Salemba Medika,
Jakarta.

Dewi, S & Digi Familia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi.


Yogyakarta:A+ Plus Books.

(2015). Data Penyakit Hipertensi pada usia lanjut tahun 2015. Dinas
Kesehatan Musi Banyuasian.

Efstain, 2008, Cognitive Enhancements: Methods, Ethics, Regulatory Challenges,


Sci Eng Ethics (2009), 15: 311-341.

Fitriani, (2014). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Cara Pencegahan


Hipertensi Pada Lanjut Usia di Posyandu Desa Ulak Paceh Kecamatan
Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, Jurnal Keperawatan Akper
Pemkab Muba.

Hartono, B. 2012. Hipertensi. Diakses dari http ://ardika-zeinfst08.


web.unair.ac.id/artikel.detail-46061- teknobiomedik-HIPERTENSI.html.
diases pada tanggal 26 desember 2012.

Hasidianah, dkk, 2015, Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Hastono, 2010, Statistik Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta.


63

Indrawati, L, dkk, (2009), Hubungan pola kebiasaan konsumsi makanan


masyarakat miskin dengan kejadian hipertensi di Indonesia, Media Peneliti
dan Pengembangan Kesehatan. vol.XIX no.4 Tahun 2009.

Istiany, S. 2008. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi keempat.
Jakarta: Balai Pustaka.

Keliat, BA. 1999. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2013. Laporan Kemenkes RI 2013. Diakses: 23 november 2015.


http://www.k4health.org/system/files/laporanKemenkesRI/20% 2015.

Kristina, dkk. (2008). Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada


Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman.
Jakarta: Majalah Farmasi Indonesia.

Kuswardhani, Tuty RA. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia.


Dibuka 8 September 2009 dari
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penatalaksanaan%20hipertensi%20pad%2
0lanjut%20usia%20(dr%20ra%20tuty%20k).pdf.

Levine & Fodor. (2003). Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang
Pustaka Media.

Mamoto, F, Kandou, GC, Pijoh, VD (2012), „Hubungan Antara Asupan Natrium


Dan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Poli Klinik Umum
Di Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa,
hlm.1-6.

Maria, G, dkk, (2012), „Hubungan Asupan Natrium Dan Kalium Dengan


Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Unit Rawat Jalan di Rumah
Sakit Guido Valadares Dili Timor Leste‟, hlm.1-15.

Marsinta, (2016), Pengaruh Pemberian Jus Semangka Terhadap Tekanan Darah


Pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti Asuhan Tresna Werdha Teratai
Palembang. Jurnal Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah‟ Palembang.

Maryam, dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Salemba


Medika.

Maryam, dkk, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
64

Muhammadun As.(2010).Hidup Bersama Hipertensi. Jogjakarta:In-Books.


Junaidi, I. (2010).Hipertensi. Jakarta:Gramedia.

Ningtyas, A, (2016). Penerapan Pola Hidup Pada Pasien Hipertensi di Wilayah


Kerja Puskesmas Nagaswidak Palembang. Jurnal Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan‟ Bina Husada Palembang.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoadmojo, S, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noviani, 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian. Jakarta:
Salemba Medika.

Potter, perry. (2007). fundamental of Nursing Edisi 7. Selemba Medika. Jakarta.

(2016), Profil Poskesdes Desa Lumpatan Tahun 2016. Poskesdes Desa


Lumpatan.

(2013). Profil Dinkes Sumsel Data Penyakit Hipertensi Tahun 2013.


Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel.

Pujianta, (2015). Hubungan Pola Makan Dengan Tingkat Hipertensi Lanjut Usia
di Posyandu Pucanganom Rongkop Gunung Kidul Yogyakarta. Jurnal
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan‟ Aisyah Yogyakarta.

Rizka, H. (2014). Hubungan antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada
Usia Lanjut di Posyandu Lansia Dusun Jerapan Sindumartani Ngemplak
Sleman Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan‟Aisyah Yogyakarta.

Riza, U. (2014). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Fungsi Kognitif Dan Tekanan
Darah Pada Lansia Di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan
Kabupaten Magelang. Jurnal Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang.

Ramayulis, R 2010, Menu dan resep untuk penderita hipertensi, Penebar Plus+,
Jakarta.
65

Sangadji, NW & Nurhayati 2014 „Hipertensi Pada Pramusaji Bus Transjakarta Di


Pt.Bianglala Metropolitan Tahun 2013‟ BIMKMI, Vol.2 no.2, Januari-Juni
2014, hlm.1-10.

Sherword, L. (2011). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi Kedelapan


Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Siswanto, dkk. 2015. Metodelogi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.


Yogyakarta: Bursa Ilmu Karangkajen.

Smith, Jefrey k, Karen Hwang dan Mark Johnton 2007. Romantic Attacment in
Individuals With Physical Disabilities Jurnal Reahbilitasion Psyhcology
Vol 52 No.2. Hal 184.

Solehatul, M, (2015). Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan Sawangan baru Kota Depok tahun
2015. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta.

Sutanto, 2010, Cekal (cegah & tangkal) penyakit modern, ANDI, Yogyakarta

Udjiandi, Juni, Wajan, 2010 Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika

Wavy, W, 2008, The relationship between time management, perceived stress,


sleep quality and aceademic performance among university student.
(http://libproject.hkbu.edu.hk/trsimage/hp/06636306.pdf. Diakses pada 21
Mei 2017).

Wahid, Ibnu Dian. (2008). Hipertensi pada Lansia. Dibuka 20 Februari 2017 dari
http://diyoyen.blog.friendster.com/2008/09/hipertensi-pada-lansia.

Yogiantoro, M. (2009). Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: FK UI.
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89

Anda mungkin juga menyukai