Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “ Hama Lalat Kacang


(Ophiomyia phaseoli Tr ) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) ) Dan Teknik
Pengendaliannya “ yang adalah salah satu syarat untuk memenuhi komponen
penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen


penanggung jawab Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman yaitu
Dr. ir. Marheni, MP , serta kepada abang kakak asisten Laboratorium Perlindungan
Tanaman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulis di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih,
semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………..…………………………………….1
Tujuan Praktikum……………………………………………………..2
Kegunaan penulisan……………..….…………………………………2

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli Tr )………………3
Siklus Hidup Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )……………….4
Gejala Serangan Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )……………5
Pengendalian Hama Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )………..5

HAMA LALAT KACANG ( Ophiomyia phaseoli Tr ) PADA TANAMAN


KEDELAI (Glycinr max L. ) DAN TEKNIK PENGENDALIAANNYA
Teknik Pengendalian Secara Kultur Teknis ………………………….6
Teknik Pengendalian Secara Mekanis / Fisik ………………………...7
Teknik Pengendalian Secara Biologi …………………………………8
Teknik Pengendalian Secara Kimiawi………………………………...9

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman pangan semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis
liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbgai kedelai yang
kita kenal sekarang Glycine max (L) . Berasal dari daerah Manshukuo ( Cina Utara ).
Di Indonesia yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan
pupuk hijau . Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari Daerah
Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria : Jepang ( Asia Timur ) dank e Negara-
negara lain di Amerika dan Afrika ( Biro Pusat Statistik, 2006 ).

Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat
dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein
kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai
bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan
daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair,
tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan
sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak
kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai
bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya.
Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika,
insectisida dan farmasi ( Hanway, 2007 ).

Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6


cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak
bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-
indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri
pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama
besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang
tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas
2

dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang
lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara
kedua tipe lainnya ( Bedjo, 2006 ).

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat
jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup
sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong
walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok
sebelum membentuk polong ( Davis , 2009 ).

Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang
daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk
selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun
bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis,
dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas
atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun
menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang
(Singh, 2006 ).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untu menegtahui gejala serangan dan teknik
pengendalian hama Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr ) pada tanaman kedelai
(Glycine max ).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian parktikum di Laboratorium Perlindungan Tanaman
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan
sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama Lalat Kacang (Ophiomyia Phaseoli Tr )

Telur diletakkan dengan ovipositor pada kotiledon dan daun pertama.


Ovipositor ditusukkan sehingga bagian tanaman berlubang dan telur dimasukkan.
Tetapi tidak semua lubang tusukan berisi telur. Telur berbentuk oval dan berwarna
putih susu . stadium telur barlangsung sekitar 2-4 Hari. Dilapangan telur mulai di
temukan pada tanaman berumur 5-7 hari . puncak populasi telur pada keeping biji
terjadi pada tanaman berumur enam hari ( Abdul, 2008 ).

Larva berbentuk silindris memanjang dan berwarna bening. Panjang larva


mencapai 2,82 mm – 4,25 mm dan lebarnya 0,56 mm . stadium larva terdiri dari 3
instar yang ditandai dengan perubahan ukuran panjang dan lebar serta perubahan
warna. Larva yang baru muncul aktif membuang liang kotoran melingkar panjang
pada kotiledon atau pada daun menuju pangkal daun. Korokan dilanjutkan pada
tangkai daun kemudian masuk kedalam batang sampai pangkal akar. Larva yang
berada di tangkai daun biasanya telah mencapai instar 3. Lama stadium larva anatra
7-10 hari ( Tengkano, 2014 ).

Pupa berwarna krem sampai coklat muda dan coklat kehitanaman sedangkan
pada bentuk anterior dan posterior pupa berwarna hitam. Tidak semua larva dapat
berkembang menjadi pupa yang dapat berkembang menjadi pupa adalah sebanyak 56
% dari banyaknya larva . Stadium pada pupa yaitu berkisar anatara 7-13 hari dengan
rata-rata 9 hari ( Singh, 2006 ).

Imago yang keluar dari pupa berwarna kelabu hitam , kemudian berubah
menjadi kelabu hitam meengkilat. Imago betina berukuran lebih besar dibandingkan
imago jantan. Imago Ophiomyia phaseoli Tr melakukan perkawinan anatara 1-5 hari
setelah muncul dari pupa. Seekor lalat betina mampu melakukan perkawinan berkali-
kali (Talekar, 2010 ).

Siklus Hidup Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )


4

Siklus hidup Ophiomyia phaseoli sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh


suhu dan iklim setempat. Di derah bogor dibutuhkan waktu sekitar 17-26 hari, dengan
rat-rata 21 hari dari mulai meletakkan telur ampai menjadi lalat dewasa. Untuk daerah
pegunungan dengan suhu yang lebih rendah yaitu sekitar 14C-23C berkisar antara
39-47 hari dengan rata-rat 43 hari ( Sembiring, 2010 ).

Makanan Ophiomyia phaseoli berasal dari cairan tanaman yang keluar melalui
luka yang dibuat oleh lalat betina dengan peletak telurnya ( ovipositor ) pada daun.
Sedangkan ophiomyia phaseoli jantan menggunakan embun (titik air ) pada daun
sebagai makanannya. Ophimyia phaseoli bisa ditemukan di pertanman pada waktu
pagi dan sore hari ( Rusamsi, 2012 ).

Masa kawin Ophiomyia phaseoli terjadi pada 1-5 hari setelah imago muncul,
dan wkatu kawin atara pukul 7 hingga 10 pagi. Peletakkan telur terjadi [ada pafi dan
sore hari, namun telur lebih banyak diletakkan pada pagi hari. Ophiomyia pahseoli
betina banyak meletakkan telur pada keeping biji pertama . sekitar 75% telur
diletakkan pada keeping biji dan dari jumlah sekitar 62% diletakkan pada permukaan
biji bagian atas. Seekor Ophiomyia phaseoli betina dapat meletakkan telur berkiar 16-
183 butir dengan rata-rat 94 butir selama hidupnya ( Tengkano, 2014 ).

Gejala Serangan Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )

Serangan lalat kacang dapat terjadi segera setelah tanaman muncul di atas
permukaan tanah. Gejala serangan mula-mula berupa bintik-bitik putih pada keping
biji, daun pertamaatau daun kedua. Bintik-bintik tersebutadalah bekas tusukan alat
peletakan telur dan kemungkinan juga bekas luka mengisap cairan daun untuk
makanan imago. Telur yang telah menetas menjadi larva akan menyerang dan
meninggalkan bekas berupa alur atau garis lengkung berwarna coklat yaitu liang
gerekan larva yang berlangsung selama ±2 hari. Gejala serangan sudah tampak pada
tujuh hari setelah tanam (HST) bertelur ( Djuwarso, 2010 ).
Selanjutnya larva yang menggerek pada keping biji atau daun akan menuju ke
batang, terus ke pangkal batang dan pangkal akar melalui jaringan di bawah
5

epidermis kulit batang. Cara membuat liang gerek melengkung, sehingga terbentuk
seperti gambaran spiral mengelilingi batang. Sebagai akibat putusnya jaringan kulit,
maka akar tanaman menjadi mati. Akibat lebih lanjut adalah tanaman akan layu,
kering dan mati, hal ini disebabkan akar tidak dapat berfungsi normal untuk
menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah. Proses kematian tanaman mulai
tampak pada 14 HST dan saat tersebut larva telah memasuki stadia prepupa atau pupa
(Grethead , 2006 ).

Terdapat perbedaan beberapa karakter morfologi tanaman antara galur yang rentan
dan galur tahan yang dapat digunakan sebagai pedoman ketahanan tanaman kedelai
terhadap lalat kacang, antara lain diameter batang, ketebalan kotiledon, tinggi letak
kotiledon dan daun unifoliate, maupun kepadatan trikoma. Tidak terdapat hubungan
antara jumlah hama lalat kacang yang hinggap dengan jumlah telur yang
diletakkannya, hal ini menunjukkan bahwa dalam meletakkan telur hama lalat kacang
belum pasti menyukai tempatnya, ini juga menunjukkan ketahanan tanaman bersifat
antibiosis ( Ruhendi, 2017 ).

Penyebaran Hama Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )

Lalat kacang (Ophiomyia phaseol Tr ) tersebar luas di berbagai negara yaitu,


di Indonesia, Australia, Selandia Baru, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Cina,
Korea, Jepang, India, Sri Lanka, Irak, Israel, Mesir, Tanzania, Uganda, dan beberapa
Negara di Afrika . Penyebaran O. phaseoli sangat luas. Di Indonesia, lalat kacang
dijumpai di beberapa daerah, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. . Menurut
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman pada tahun 1992 , lalat kacang tersebar di 26
propinsi kecuali DKI Jakarta ( Rahardjo, 2013 ).
HAMA LALAT KACANG ( Ophiomyia Phaseoli Tr ) PADA TANAMAN
KEDELAI ( Glycine max (L) ) DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Teknik Pengendalian Secara Kultur teknis

Indonesia berada di sekitar garis khatulistiwa sehingga hanya memiliki dua


musim dalam setahun. Keadaan ini memungkinkan berbagai makhluk hidup dapat
berkembang biak dengan baik sepanjang tahun terutama jika tersedia pakan berupa
tanaman terus menerus dan berlimpah jumlahnya. Lalat kacang memiliki beberapa
jenis tanaman inang baik tanaman budidaya maupun tumbuhan liar. Oleh karena itu,
salah satu kunci keberhasilan pengendalian hama terpadu (PHT) kedelai maupun
pengendalian lalat kacang pada khususnya adalah melaksanakan bertanam serentak
dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, dan sanitasi ( Prasaja, 2010 )

Untuk menentukan jangka waktu pelaksanaan bertanam serentak, harus


didasarkan pada bioekologi hama, preferensi hama terhadap berbagai tahap
pertumbuhan tanaman kedelai, periode kritis tanaman terhadap serangan hama
kedelai, dan tanaman inang. Maksud bertanam serentak adalah supaya hama yang
datang pada pertanaman yang ditanam lebih awal tidak menjadi sumber hama untuk
pertanaman yang ditanam berikutnya pada hamparan yang sama. Selain itu,
dimaksudkan agar terjadi pengenceran populasi hama yang berasal dari alam sekitar
hamparan sehingga kerugian yang ditimbulkan terbagi rata bagi masing-masing
petani ( Kalshoven, 2011 ).

Mekanisme ketahanan terhadap serangga ada tiga kelompok, yaitu


nonpreference, antibiosis, dan tolerance. Untuk mendapatkan varietas tahan terhadap
lalat kacang sejak tahun 1973 sampai 1979, telah diuji 172 varietas tetapi semua
rentan terhadap lalat kacang. Pengujian tahun 1980 menemukan 6 varietas yang
menderita kematian rendah, tetapi masih perlu diuji lebih lanjut. Tahun 1987 telah
dilakukan pengujian ketahanan lebih dari 100 galur/varietas kedelai terhadap
serangan lalat kacang dan diperoleh bahwa kematian pada varietas Kerinci hanya
7

15,8%, sedangkan varietas Orba menderita kematian 65,9% . Pada pengujian lanjutan
pada MK 1990, varietas Kerinci mati sebanyak 26,1%, dan kematian tertinggi pada
varietas Petek sebesar 72,7% ( Djafar , 2008 ).

Apabila pada suatu areal pertanaman kacangkacangan misalnya kedelai


dengan pola tanam tidak teratur dan serangan lalat kacang terlambat diketahui
sehingga aplikasi insektisida pada 8 HST tidak dapat dilakukan, maka sanitasi perlu
dilakukan untuk menurunkan sumber infestasi. Saat yang tepat untuk melakukan
pencabutan tanaman inang terserang lalat kacang adalah pada 13 HST. Tanaman
terserang tersebut sebaiknya dikubur atau dibakar ( Hastuti, 2004 ).

Pengendalian Secara Mekanik / Fisik

Pengurangan populasi ulat perusak daun kedelai dengan cara mekanik dapat
dilakukan dengan mengambil kelompok telur ataupun larva. Pengambilan larva
dilakukan pada sore hari, larva yang telah terkumpul kemudian dibakar agar tidak
menyebar lagi ke tanaman. Pemasangan lampu perangkap pada malam hari juga
dapat dilakukan untuk menurunkan populasi imago ulat perusak daun karena imago
sangat tertarik dengan cahaya lampu. Penerapan pengendalian mekanik juga harus
dilandasi pengetahuan tentang ekologi hama, karena dengan mengetahui ekologi
serangga hama sasaran kita dapat mengetahui kapan, dan tindakan mekanik apa yang
harus dilakukan agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien ( Iqbal, 2009 ).

Keping biji merupakan tempat utama lalat kacang meletakkan telurnya. bahwa
umur tanaman yang paling disukai adalah tanaman umur 5 HST. Diketahui pula
bahwa hama ini datang di pertanaman sejak kedelai berumur 4 HST untuk
meletakkan telur dan fase pertumbuhan kedelai yang kritis terhadap serangannya
adalah sejak tumbuh sampai 10 HST Oleh sebab itu penutupan tanah dengan jerami
atau barier berupa tunggul-tunggul jerami dapat menurunkan proporsi tanaman
terserang. Preferensi imago untuk meletakkan telur lebih tinggi pada tanaman muda .
Pada saat itu, keeping biji kedelai masih tertutup oleh jerami beberapa hari, sehingga
8

waktu terjadi infestasi menjadi berkurang dan proporsi tanaman terserang menjadi
lebih rendah ( Hassan, 2007 ).

Pengendalian fisik adalah tindakan yang dilakukan dengan tujuan secara


langsung dan tidak langsung dengan (1) mematikan hama untuk mengurangi populasi
hama, (2) mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal, dan (3) mengubah
lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama.
Pengendalian secara fisik dan mekanik adalah tindakan mengubah lingkungan untuk
mematikan atau menghambat kehidupan hama. Penerapan pengendalian secara fisik
juga harus dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi serangga
hama, karena setiap jenis serangga memiliki batas toleransi terhadap factor
lingkungan fisik seperti suhu, kelembaban, bunyi, sinar, spektrum elektromagnetik
(Iman, 2011 ).

Teknik Pengendalian Secara Biologi

Penggunaan musuh alami sebagai agens pengendalian hama lalat kacang


belum pernah dilaksanakan di Indonesia meskipun bahwa lalat kacang memiliki
parasitoid pupa sebanyak empat jenis yaitu: Trigonogastra agromyzae Dodd.,
Cynipoide sp., Eurytoma poloni Grault, dan Eurytoma sp., yang mempunyai
kemampuan memarasit berturutturut 59,1; 40,5; 0,2; dan 0,2% ( Okada, 2008 ).

Untuk dapat memanfaatkan musuh alami sebagai faktor pengendali populasi


diperlukan penelitian cara-cara pembiakan musuh alami dan cara aplikasi yang efektif
dan efisien. Tersedianya informasi adanya musuh alami lalat kacang, memberi
petunjuk bahwa musuh alami penting diperhitungkan dalam penggunaan insektisida
untuk pengendalian lalat kacang ( Padbage, 2008 ).

Teknik Pengendalian Secara Kimiawi

Apabila telah diperoleh varietas berpotensi hasil tinggi dan tahan lalat kacang,
maka aplikasi insektisida tidak perlu dilakukan. Pemantauan tetap perlu dilakukan
9

terutama kedelai yang ditanam awal pada suatu hamparan meskipun tanam serentak,
pergiliran tanaman, dan sanitasi telah dilakukan. Apabila petani melakukan
penanaman tanaman perangkap, maka pemantauan populasi atau tingkat serangan
lalat kacang dilakukan hanya pada tanaman perangkap, demikian pula aplikasi
insektisidanya ( Marwoto, 2013 ).

Berdasarkan gejala serangan, bioekologi lalat kacang, fase kritis tanaman


terhadap serangan lalat kacang dianjurkan supaya aplikasi insektisida dilakukan pada
8 HST (= 4 hari setelah tumbuh) Pengambilan keputusan apakah suatu pertanaman
kedelai berumur 8 HST perlu mendapat aplikasi insektisida atau tidak, harus
didasarkan pada ambang kendali. Ambang kendali lalat kacang berdasarkan populasi
imago adalah 14 ekor imago/500 tanaman umur 6 HST atau 2,5% tanaman terserang
pada saat tanaman kedelai atau kacang hijau berumur 7 atau 8 HST. Insektisida yang
digunakan adalah yang bersifat sistemik ( Harnoto, 2006 ).
KESIMPULAN

1. Tidak semua larva dapat berkembang menjadi pupa yang dapat berkembang
menjadi pupa adalah sebanyak 56 % dari banyaknya larva . Stadium pada
pupa yaitu berkisar anatara 7-13 hari dengan rata-rata 9 hari.
2. Imago Ophiomyia phaseoli Tr melakukan perkawinan anatara 1-5 hari setelah
muncul dari pupa. Seekor lalat betina mampu melakukan perkawinan berkali-
kali.
3. Siklus hidup Ophiomyia phaseoli sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh
suhu dan iklim setempat.
4. Serangan lalat kacang dapat terjadi segera setelah tanaman muncul di atas
permukaan tanah
5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseol Tr ) tersebar luas di berbagai negara yaitu,
di Indonesia, Australia, Selandia Baru, Filipina, Malaysia, Singapura,
Thailand, Cina, Korea, Jepang, India dan lainnya.
6. pengendalian hama secara kultur teknis pada tanaman kedelai maupun
pengendalian lalat kacang pada khususnya adalah melaksanakan bertanam
serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, dan sanitasi.
7. Pengurangan populasi ulat perusak daun kedelai dengan cara mekanik dapat
dilakukan dengan mengambil kelompok telur ataupun larva
8. Untuk dapat memanfaatkan musuh alami sebagai faktor pengendali populasi
diperlukan penelitian cara-cara pembiakan musuh alami dan cara aplikasi
yang efektif dan efisien.
9. Apabila telah diperoleh varietas berpotensi hasil tinggi dan tahan lalat kacang,
maka aplikasi insektisida tidak perlu dilakukan. Pemantauan tetap perlu
dilakukan terutama kedelai yang ditanam awal pada suatu hamparan meskipun
tanam serentak, pergiliran tanaman, dan sanitasi telah dilakukan.
10. Berdasarkan gejala serangan, bioekologi lalat kacang, fase kritis tanaman
terhadap serangan lalat kacang dianjurkan supaya aplikasi insektisida
dilakukan pada 8 HST.
DAFTAR PUSTAKA

Abul. 2008. Studies on the biological processes of the bean fly, Melanagromyza
phaseoli (Tryon) (Diptera : Agromyzidae). Bull.Soc. Entomol. Egypte. 52:
283–295.
Bedjo. 2006. Potensi Rhinocoris sp. sebagai pemangsa hama utama kedelai. (belum
diterbitkan). 10 hlm.
Biro Pusat Statistik. 2006. Survei Pertanian Luas dan Intensitas Serangan Organisme
Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam Padi, Palawija dan Sayuran di Jawa.
BPS, Jakarta-Indonesia. 250 hlm.
Davis, 2009. Beanfly and its control. Queensl. Agric. J. 95:101–106.
Djafar, 2008. Serangga hama pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) di
Sumatera Selatan. Kongres Entomologi II, Jakarta. 11 hlm.
Djuwarso, 2010. Dinamika populasi lalat kacang Ophiomyia phaseoli Tr. pada
tanaman kedelai. Makalah studi khusus, Cisarua 13–15 Mei 1991. Proyek
Pengembangan Penelitian Pertanian Terapan, Badan Litbang Pertanian
danDirektorat
Greathead, 2006. A study in East Africa of The Bean Flies (Dipt, Agromyzidae)
affecting Phaseolus vulgaris and of Their Natural Enemies, with The
Description of New Species of Melanagromyza Hend. Bull. Entomol. Res. 59 :
541–561.
Kalshoven. 2011. Dominasi dan Tingkat Serangan Hama Kedelai. hlm 29–36. Dalam
Marwoto et al. (Penyunting). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu
Tanaman Kedelai. Puslitbangtan, Balittan Malang.
Hanway, 2007. How soybean plant develops. Special Report No.55. Iowa State Univ.
17 p.
Harnoto. 2006. Perawatan benih dengan insektisida dan pengaruhnya terhadap
Ophiomyia phaseoli Tryon dan Argomiza sojae pada tanaman kedelai. hlm
298–303.
12

Hassan, 2007. The beanfly, Agromyza phaseoli Coq. in Egypt (Diptera


Agromyzidae). Bull. Soc. Fouad I Entomol, 31: 217–224.
Hastuti. 2004. Pengaruh jenis kacang-kacangan terhadap kematian telur, larva, dan
pupa Ophiomyia phaseoli Tryon (Agromyzidae: Diptera). Jurusan Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan. Fak. Pertanian, IPB, Tesis. 60 hlm.
Iman, 2011 M., K. Arifin, dan E. Surachman Survey hama-hama kedelai di Jawa
Timur. LP3 Bogor. Dept. Pertanian. 13 hlm.
Iqbal, 2009. Pengamatan hama penting pada pertanaman kedelai di Kecamatan
Jatibarang, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Laporan
Praktek Lapang. 49 hlm.
Marwoto. 2013. Pengaturan waktu tanam dan penggunaan jerami untuk pengendalian
alat bibit kacang Ophiomyia phaseoli Tryon. hlm 281–287. Dalam S.
Okada, 2008. An Outline on Soybean Pest in Indonesia in Faunistic Aspects. Seminar
Balittan Bogor, 6 Dec. 1988. 37
Padbage, 2008. Pengaruh tata letak dan banyaknya telur pada dua tingkat umur
tanaman terhadap daya bertahan hidup larva Ophiomyia phaseoli Tryon
(Diptera: Agromyzidae) serta kematian dan hasil tanaman kedelai Orba. Tesis,
FPS, IPB. 75 hlm.
Prasaja, 2010. Effect of rice stubble managament on beanfly infestation of soybean
cultivated after transplanted rice. Intern Seminar No. 12, June 28, CRIA.
Division of Pests and Diseases. 12 p.
Rahardjo, 2013. Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap Hama Lalat Kacang
Ophiomyia phaseoli Tryom (Diptera Agromyzidae). Disertasi Program St Ilmu-
ilmu Pertanian Kekhususan Perlindungan Tanaman. Program Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya, Malang. 123 hlm.
Ruhendi. 2017. Insect suppressing effect of rice stubble height,tillage practices, and
straw mulch in wetland rice cowpea croping pattern. International Rice
Research Newsletter, June 1979. p. 26– 27.
13

Rusamsi, 2012. Pola Sebaran dan Penarikan Contoh Telur dan Larva Agromyza
phaseoli Coq. Pada Kedelai. Tesis MS Fakultas Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. 95 hlm.
Sembiring. 2010 . Studies of some Agromyzidae in Queensland. Queensland Journal
of Agricultural and Animal Sci. 27 : 341–384.
Singh. 2006. Seminar Balittan Bogor tahun 1986. Vol. 1. Padi - Palawija.
Talekar, 2016. Mechanism of resistance to bean fly (Diptera : Agromyzidae) in
Soybean. J. Econ. Entomol. 86: 981–985.
Tengkano, 2014. Varietal screening for resistance to Agromyza phaseoli Coq. In
Soybean. 170–171 pp. In Agricultural Cooperation, Indonesia, Bogor,
Indonesia.
HAMA LALAT KACANG ( Ophiomyia Phaseoli Tr ) PADA TANAMAN
KEDELAI ( Glycine max (L) ) DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

PAPER

OLEH:
FRISCA ANGGRIANI MANULLANG
170301095
AGROTEKNOLOGI- IIB

L A B O R A T O R I U M DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
HAMA LALAT KACANG ( Ophiomyia Phaseoli Tr ) PADA TANAMAN
KEDELAI ( Glycine max (L) ) DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

PAPER

OLEH:
FRISCA ANGGRIANI MANULLANG
170301095
AGROTEKNOLOGI- IIB

Paper Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian
di laboratorium Botani program studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh


Asisten Koordinator Asisten Korektor II

( Dicky Kurniawan ) ( Windi Pratiwi )


NIM : 140301041 NIM: 150301135

L A B O R A T O R I U M DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Anda mungkin juga menyukai