Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulis di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih,
semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………..…………………………………….1
Tujuan Praktikum……………………………………………………..2
Kegunaan penulisan……………..….…………………………………2
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli Tr )………………3
Siklus Hidup Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )……………….4
Gejala Serangan Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )……………5
Pengendalian Hama Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr )………..5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis
liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbgai kedelai yang
kita kenal sekarang Glycine max (L) . Berasal dari daerah Manshukuo ( Cina Utara ).
Di Indonesia yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan
pupuk hijau . Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari Daerah
Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria : Jepang ( Asia Timur ) dank e Negara-
negara lain di Amerika dan Afrika ( Biro Pusat Statistik, 2006 ).
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat
dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein
kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai
bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan
daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair,
tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan
sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak
kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai
bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya.
Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika,
insectisida dan farmasi ( Hanway, 2007 ).
dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang
lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara
kedua tipe lainnya ( Bedjo, 2006 ).
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat
jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup
sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas
batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong
walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok
sebelum membentuk polong ( Davis , 2009 ).
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang
daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk
selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun
bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis,
dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas
atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun
menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang
(Singh, 2006 ).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untu menegtahui gejala serangan dan teknik
pengendalian hama Lalat Kacang ( Ophiomyia phaseoli Tr ) pada tanaman kedelai
(Glycine max ).
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian parktikum di Laboratorium Perlindungan Tanaman
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dan
sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pupa berwarna krem sampai coklat muda dan coklat kehitanaman sedangkan
pada bentuk anterior dan posterior pupa berwarna hitam. Tidak semua larva dapat
berkembang menjadi pupa yang dapat berkembang menjadi pupa adalah sebanyak 56
% dari banyaknya larva . Stadium pada pupa yaitu berkisar anatara 7-13 hari dengan
rata-rata 9 hari ( Singh, 2006 ).
Imago yang keluar dari pupa berwarna kelabu hitam , kemudian berubah
menjadi kelabu hitam meengkilat. Imago betina berukuran lebih besar dibandingkan
imago jantan. Imago Ophiomyia phaseoli Tr melakukan perkawinan anatara 1-5 hari
setelah muncul dari pupa. Seekor lalat betina mampu melakukan perkawinan berkali-
kali (Talekar, 2010 ).
Makanan Ophiomyia phaseoli berasal dari cairan tanaman yang keluar melalui
luka yang dibuat oleh lalat betina dengan peletak telurnya ( ovipositor ) pada daun.
Sedangkan ophiomyia phaseoli jantan menggunakan embun (titik air ) pada daun
sebagai makanannya. Ophimyia phaseoli bisa ditemukan di pertanman pada waktu
pagi dan sore hari ( Rusamsi, 2012 ).
Masa kawin Ophiomyia phaseoli terjadi pada 1-5 hari setelah imago muncul,
dan wkatu kawin atara pukul 7 hingga 10 pagi. Peletakkan telur terjadi [ada pafi dan
sore hari, namun telur lebih banyak diletakkan pada pagi hari. Ophiomyia pahseoli
betina banyak meletakkan telur pada keeping biji pertama . sekitar 75% telur
diletakkan pada keeping biji dan dari jumlah sekitar 62% diletakkan pada permukaan
biji bagian atas. Seekor Ophiomyia phaseoli betina dapat meletakkan telur berkiar 16-
183 butir dengan rata-rat 94 butir selama hidupnya ( Tengkano, 2014 ).
Serangan lalat kacang dapat terjadi segera setelah tanaman muncul di atas
permukaan tanah. Gejala serangan mula-mula berupa bintik-bitik putih pada keping
biji, daun pertamaatau daun kedua. Bintik-bintik tersebutadalah bekas tusukan alat
peletakan telur dan kemungkinan juga bekas luka mengisap cairan daun untuk
makanan imago. Telur yang telah menetas menjadi larva akan menyerang dan
meninggalkan bekas berupa alur atau garis lengkung berwarna coklat yaitu liang
gerekan larva yang berlangsung selama ±2 hari. Gejala serangan sudah tampak pada
tujuh hari setelah tanam (HST) bertelur ( Djuwarso, 2010 ).
Selanjutnya larva yang menggerek pada keping biji atau daun akan menuju ke
batang, terus ke pangkal batang dan pangkal akar melalui jaringan di bawah
5
epidermis kulit batang. Cara membuat liang gerek melengkung, sehingga terbentuk
seperti gambaran spiral mengelilingi batang. Sebagai akibat putusnya jaringan kulit,
maka akar tanaman menjadi mati. Akibat lebih lanjut adalah tanaman akan layu,
kering dan mati, hal ini disebabkan akar tidak dapat berfungsi normal untuk
menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah. Proses kematian tanaman mulai
tampak pada 14 HST dan saat tersebut larva telah memasuki stadia prepupa atau pupa
(Grethead , 2006 ).
Terdapat perbedaan beberapa karakter morfologi tanaman antara galur yang rentan
dan galur tahan yang dapat digunakan sebagai pedoman ketahanan tanaman kedelai
terhadap lalat kacang, antara lain diameter batang, ketebalan kotiledon, tinggi letak
kotiledon dan daun unifoliate, maupun kepadatan trikoma. Tidak terdapat hubungan
antara jumlah hama lalat kacang yang hinggap dengan jumlah telur yang
diletakkannya, hal ini menunjukkan bahwa dalam meletakkan telur hama lalat kacang
belum pasti menyukai tempatnya, ini juga menunjukkan ketahanan tanaman bersifat
antibiosis ( Ruhendi, 2017 ).
15,8%, sedangkan varietas Orba menderita kematian 65,9% . Pada pengujian lanjutan
pada MK 1990, varietas Kerinci mati sebanyak 26,1%, dan kematian tertinggi pada
varietas Petek sebesar 72,7% ( Djafar , 2008 ).
Pengurangan populasi ulat perusak daun kedelai dengan cara mekanik dapat
dilakukan dengan mengambil kelompok telur ataupun larva. Pengambilan larva
dilakukan pada sore hari, larva yang telah terkumpul kemudian dibakar agar tidak
menyebar lagi ke tanaman. Pemasangan lampu perangkap pada malam hari juga
dapat dilakukan untuk menurunkan populasi imago ulat perusak daun karena imago
sangat tertarik dengan cahaya lampu. Penerapan pengendalian mekanik juga harus
dilandasi pengetahuan tentang ekologi hama, karena dengan mengetahui ekologi
serangga hama sasaran kita dapat mengetahui kapan, dan tindakan mekanik apa yang
harus dilakukan agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien ( Iqbal, 2009 ).
Keping biji merupakan tempat utama lalat kacang meletakkan telurnya. bahwa
umur tanaman yang paling disukai adalah tanaman umur 5 HST. Diketahui pula
bahwa hama ini datang di pertanaman sejak kedelai berumur 4 HST untuk
meletakkan telur dan fase pertumbuhan kedelai yang kritis terhadap serangannya
adalah sejak tumbuh sampai 10 HST Oleh sebab itu penutupan tanah dengan jerami
atau barier berupa tunggul-tunggul jerami dapat menurunkan proporsi tanaman
terserang. Preferensi imago untuk meletakkan telur lebih tinggi pada tanaman muda .
Pada saat itu, keeping biji kedelai masih tertutup oleh jerami beberapa hari, sehingga
8
waktu terjadi infestasi menjadi berkurang dan proporsi tanaman terserang menjadi
lebih rendah ( Hassan, 2007 ).
Apabila telah diperoleh varietas berpotensi hasil tinggi dan tahan lalat kacang,
maka aplikasi insektisida tidak perlu dilakukan. Pemantauan tetap perlu dilakukan
9
terutama kedelai yang ditanam awal pada suatu hamparan meskipun tanam serentak,
pergiliran tanaman, dan sanitasi telah dilakukan. Apabila petani melakukan
penanaman tanaman perangkap, maka pemantauan populasi atau tingkat serangan
lalat kacang dilakukan hanya pada tanaman perangkap, demikian pula aplikasi
insektisidanya ( Marwoto, 2013 ).
1. Tidak semua larva dapat berkembang menjadi pupa yang dapat berkembang
menjadi pupa adalah sebanyak 56 % dari banyaknya larva . Stadium pada
pupa yaitu berkisar anatara 7-13 hari dengan rata-rata 9 hari.
2. Imago Ophiomyia phaseoli Tr melakukan perkawinan anatara 1-5 hari setelah
muncul dari pupa. Seekor lalat betina mampu melakukan perkawinan berkali-
kali.
3. Siklus hidup Ophiomyia phaseoli sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh
suhu dan iklim setempat.
4. Serangan lalat kacang dapat terjadi segera setelah tanaman muncul di atas
permukaan tanah
5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseol Tr ) tersebar luas di berbagai negara yaitu,
di Indonesia, Australia, Selandia Baru, Filipina, Malaysia, Singapura,
Thailand, Cina, Korea, Jepang, India dan lainnya.
6. pengendalian hama secara kultur teknis pada tanaman kedelai maupun
pengendalian lalat kacang pada khususnya adalah melaksanakan bertanam
serentak dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, dan sanitasi.
7. Pengurangan populasi ulat perusak daun kedelai dengan cara mekanik dapat
dilakukan dengan mengambil kelompok telur ataupun larva
8. Untuk dapat memanfaatkan musuh alami sebagai faktor pengendali populasi
diperlukan penelitian cara-cara pembiakan musuh alami dan cara aplikasi
yang efektif dan efisien.
9. Apabila telah diperoleh varietas berpotensi hasil tinggi dan tahan lalat kacang,
maka aplikasi insektisida tidak perlu dilakukan. Pemantauan tetap perlu
dilakukan terutama kedelai yang ditanam awal pada suatu hamparan meskipun
tanam serentak, pergiliran tanaman, dan sanitasi telah dilakukan.
10. Berdasarkan gejala serangan, bioekologi lalat kacang, fase kritis tanaman
terhadap serangan lalat kacang dianjurkan supaya aplikasi insektisida
dilakukan pada 8 HST.
DAFTAR PUSTAKA
Abul. 2008. Studies on the biological processes of the bean fly, Melanagromyza
phaseoli (Tryon) (Diptera : Agromyzidae). Bull.Soc. Entomol. Egypte. 52:
283–295.
Bedjo. 2006. Potensi Rhinocoris sp. sebagai pemangsa hama utama kedelai. (belum
diterbitkan). 10 hlm.
Biro Pusat Statistik. 2006. Survei Pertanian Luas dan Intensitas Serangan Organisme
Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam Padi, Palawija dan Sayuran di Jawa.
BPS, Jakarta-Indonesia. 250 hlm.
Davis, 2009. Beanfly and its control. Queensl. Agric. J. 95:101–106.
Djafar, 2008. Serangga hama pada tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) di
Sumatera Selatan. Kongres Entomologi II, Jakarta. 11 hlm.
Djuwarso, 2010. Dinamika populasi lalat kacang Ophiomyia phaseoli Tr. pada
tanaman kedelai. Makalah studi khusus, Cisarua 13–15 Mei 1991. Proyek
Pengembangan Penelitian Pertanian Terapan, Badan Litbang Pertanian
danDirektorat
Greathead, 2006. A study in East Africa of The Bean Flies (Dipt, Agromyzidae)
affecting Phaseolus vulgaris and of Their Natural Enemies, with The
Description of New Species of Melanagromyza Hend. Bull. Entomol. Res. 59 :
541–561.
Kalshoven. 2011. Dominasi dan Tingkat Serangan Hama Kedelai. hlm 29–36. Dalam
Marwoto et al. (Penyunting). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu
Tanaman Kedelai. Puslitbangtan, Balittan Malang.
Hanway, 2007. How soybean plant develops. Special Report No.55. Iowa State Univ.
17 p.
Harnoto. 2006. Perawatan benih dengan insektisida dan pengaruhnya terhadap
Ophiomyia phaseoli Tryon dan Argomiza sojae pada tanaman kedelai. hlm
298–303.
12
Rusamsi, 2012. Pola Sebaran dan Penarikan Contoh Telur dan Larva Agromyza
phaseoli Coq. Pada Kedelai. Tesis MS Fakultas Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. 95 hlm.
Sembiring. 2010 . Studies of some Agromyzidae in Queensland. Queensland Journal
of Agricultural and Animal Sci. 27 : 341–384.
Singh. 2006. Seminar Balittan Bogor tahun 1986. Vol. 1. Padi - Palawija.
Talekar, 2016. Mechanism of resistance to bean fly (Diptera : Agromyzidae) in
Soybean. J. Econ. Entomol. 86: 981–985.
Tengkano, 2014. Varietal screening for resistance to Agromyza phaseoli Coq. In
Soybean. 170–171 pp. In Agricultural Cooperation, Indonesia, Bogor,
Indonesia.
HAMA LALAT KACANG ( Ophiomyia Phaseoli Tr ) PADA TANAMAN
KEDELAI ( Glycine max (L) ) DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
PAPER
OLEH:
FRISCA ANGGRIANI MANULLANG
170301095
AGROTEKNOLOGI- IIB
PAPER
OLEH:
FRISCA ANGGRIANI MANULLANG
170301095
AGROTEKNOLOGI- IIB
Paper Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian
di laboratorium Botani program studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara