Anda di halaman 1dari 13

1

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT JANJANG KOSONG KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.)

MAKALAH

OLEH:

SILVIRA SUHARDI
170301107
AGROTEKNOLOGI 2

MATA KULIAH BIOTEKNOLOGI


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul paper ini adalah “Pemanfaatan Limbah Padat Janjang

Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)” merupakan salah satu

komponen penilaian di Mata Kuliah Bioteknologi Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Prof. Ir. T. Sabrina., M. Agr.Sc., Ph.D selaku dosen mata kuliah Bioteknologi

serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang

sifatnya membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga

paper ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Mei 2019

Penulis
1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................1
Tujuan Penulisan.......................................................................................2
Kegunaan Penulisan..................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) .........................3
Syarat Tumbuh ........................................................................................4
Iklim .............................................................................................4
Tanah ............................................................................................5

ISI DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit di datangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada

tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,

sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli,

Sumatera Utara pada tahun 1870 -an. Pembukaan perkebunan kelapa sawit

terus meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di

berbagai belahan dunia.Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak

makan, margarin,sabun,dan kosmetika (Lubis 1992).

Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaankarena keunggulan

sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanantinggi, mampu

melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarutlainnya, mempunyai

daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi padatubuh dalam bidang

kosmetik (Ketaren, 2006).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor yang sangat besar

di Indonesia bahkan untuk di Provinsi Riau saat ini

Termasuk pengekspor Crude Palm Oil (CPO) terbesar. Bahkan di Provinsi Riau

menjadisalah satu daerah yang memiliki perkebunan sawit terluas. Banyak

PerusahaanKelapa Sawit (PKS) swasta maupun milik negara yang luasnya

mencapai ribuanhektar. Seperti di Kabupaten Kuantan Singingi banyak berdiri

perusahaan kelapasawit. Salah satunya adalah Perusahaan PT. Duta palma

Nusantara (Ditjen Perkebunan, 2004).

PT. Duta palma Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dengan program pengembangan


2
1

dan pembangunan kebun kelapa sawit dilaksanakan dengan pola kemitraan.PT.Du

tapalma Nusantara, Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. DivisiVII A

terletak di Sei. Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, KabupatenKuantan

Singingi. Untuk itu, penulis tertarik melaksanakan magang di PT.Dutapalma

Nusantara dikarenakan perusahaan tersebut pengembangan teknologi budidanya

cukup bagus, sehingga penulis bisa mengalih ilmu-ilmu

mengenai budidaya tanaman kelapa sawit (Ditjen Perkebunan, 2004).

Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini, baik yang

dilakukan perkebunan kelapa besar maupun masyarakat Cukup baik. Hal ini dibuk

tikan, bertambahnya luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga

mencapai 8 Juta hektar lebih dan tersebar dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan

pulau ini menjadi daerah penghasil kelapa sawit cukup besar dan juga penghasil

CPO terbesar di Indonesia (Hambali et.al., 2007).

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang

pemanfaatan limbah padat Tandan kosong tanaman Kelapa Sawit

(Elaeis guineensis Jacq.) dalam berbagai bidang.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

komponen penilaian di mata kuliah Bioteknologi Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara , Medan dan sebagai sumber

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


1

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman

Tanaman kelapa sawit dapat diklasifikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae;

Divisi: Spermatophyta; Sub divisi: Angiospermae; Kelas:Monocotyledonae;

Famili: Palmaceae; Genus: Elaeis; dan Spesies: Elaeis guineensis Jacq.

(Maksi, 2008).

Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan

membentuk akar sekunder, tertier dan kuarter. Akar serabut tanaman kelapa sawit

mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas

yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20-75 cm.

Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang

sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman

diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah

yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk penyirip. Susunan ini

menyerupai susunan daun pada tanama kelapa. Daun berwarna hijau tua dan

pelepah berwarna sedikit lebih muda. Panjang pelepah daun sekitar 7,5-9 m.

Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Produksi

pelepah daun selama satu tahun mencapai 20-30 pelepah.

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan

betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki

waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.

Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.


4
1

Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat

lebih besar dan mekar.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah

sesuai kematangan buah. Setelah dilewati fase matang, kandungan asam lemak

bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan

sendirinya (Susilawati dan Supijatno, 2015).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kelapa sawit merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan lalu

dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik

agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal (Maksi, 2008)

Kelapa sawit adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis

lintang 130° LU dan 120°LS, terutama di kawasan Afrika, Asia dan Amerika.

Curah hujan yang dibutuhkan adalah 1500-4000 mm pertahun atau optimalnya

2000-3000 mm per tahun (Susilawati dan Supijatno, 2015).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum 28°C.

Selain itu syarat iklim yang dibutuhkan oleh tanaman kelap sawit adalah

ketinggian tempat. Kelembaban rata-rata yang dibutuhkan adalah 75%

(Maksi, 2008).

Tanah

Ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan serta

baik untuk perakaran kelapa sawit adalah 0-500 meter di atas permukaan laut.
5
1

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada

karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan.

Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik

merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis. Kesesuaian

tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat

fisis dan kimia tanah (Darmosarkoro, et.al., 2005).

Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring,

solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,

permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan

tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang

cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang

kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam

menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara

tipe-tipe tanah memang relatif sulit (Lubis, 1992).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH

optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai

pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut

mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan

organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah

(Darmosarkoro, et.al., 2005).


1

ISI DAN PEMBAHASAN

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu seluas 4 520

600 ha dan terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2010 yaitu menjadi 8

430 027 ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Luas perkebunan kelapa sawit yang

besar akan diiringi dengan volume ekspor yang tinggi pula, hal tersebut

dikarenakan permintaan dunia akan minyak sawit terus meningkat sehingga

pasaran ekspornya selalu terbuka lebar dan dapat menghasilkan keuntungan yang

besar. Volume ekspor CPO pada tahun 2006 sebesar 11 745 954 ton mencapai

nilai US$ 4 139 286 000 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 615 958 ton

atau senilai US$ 12 626 595 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Indonesia terus memperluas lahan perkebunan kelapa sawit dan meningkatkan

produksi CPO. Berdasarkan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen

Perkebunan, pada Tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha

dengan produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya

milik rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas

areal, milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas areal,

milik swasta seluas 5,66 juta Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua)

yaitu swasta asing seluas 0,17 juta Ha atau 1,54% dan sisanya lokal

(Fuadi dan Heri, 2016)

Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi

pertambahan jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang

dihasilkan semakin banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah

pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah. Limbah yang

dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit akan menimbulkan dampak


7
1

negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber daya alam, kualitas sumber daya

alam, maupun lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014).

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat terbesar yang

dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton TBS

(Tandan Buah Segar) dihasilkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebanyak

22 – 23% TKKS atau sebanyak 220 – 230 kg TKKS. Jika PKS (pabrik kelapa

sawit) berkapasitas 100 ton/jam maka dihasilkan sebanyak 22 – 23 ton TKKS

(Fuadi dan Heri, 2016).

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah utama dari industri

pengolahan kelapa sawit. Basis satu ton tandan buah segar (TBS) yang diolah

akan dihasilkan minyak sawit kasar (CPO) sebanyak 0,21 ton (21%) serta minyak

inti sawit (PKO) sebanyak 0,05 ton (5%) dan sisanya merupakan limbah dalam

bentuk tandan buah kosong, serat, dan cangkang biji yang jumlahnya masing-

masing 23%, 13,5%, dan 5,5% dari tandan buah segar (Anwar, 2008).

Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah berlignoselulosa yang belum

termanfaatkan secara optimal. Selama ini pemanfaatan tandan kosong hanya

sebagai bahan bakar boiler, kompos dan juga sebagai pengeras jalan di

perkebunan kelapa sawit. Padahal tandan kosong kelapa sawit berpotensi untuk

dikembangkan menjadi barang yang lebih berguna, salah satunya menjadi bahan

baku bioetanol. Hal ini karena tandan kosong kelapa sawit banyak mengandung

selulosa yang dapat dihirolisis menjadi glukosa kemudian dengan dilanjutkan

difermentasi menjadi bioetanol (Fuadi dan Heri, 2016).

Tandan kosong kelapa sawit merupakan sumber bahan organik yang kaya

unsur hara N, P, K, dan Mg. jumlah tandan kosong kelapa sawit diperkirakan
8
1

sebanyak 23% dari jumlah tandan buah segar yang di olah. Dalam setiap ton

tandan kosong kelapa sawit mengandung hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3%, dan Mg

0,9% yang dapat digunakan sebagai substitusi pupuk pada tanaman kelapa sawit

(Sarwono, 2008).

Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit di lapangan cukup besar dengan

peningkatan jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit untuk menyerap tandan

buah segar yang dihasilkan. Pada saat ini tandan kosong kelapa sawit digunakan

sebagai bahan organik bagi pertanaman kelapa sawit secara langsung maupun

tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menggunakan tandan

kosong sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan

terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik. Bagaimanapun juga

pengembalian bahan organik kelapa sawit ke tanah akan menjaga kelestarian

kandungan bahan organik lahan kelapa sawit dan kandungan hara dalam tanah.

Selain itu, pengembalian bahan organik ke tanah akan mempengaruhi populasi

mikroba tanah secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan

dan kualitas tanah (Widiastuti dan Panji, 2007).

Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik

karena memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tandan

kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit

tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari

sisi ekonomi. Petani perkebunan sawit dapat menghemat penggunaaan pupuk

sintesis sampai dengan 50% dari pemanfaatan pupuk organik (Fauzi et al., 2002).
1

KESIMPULAN

1. Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada


tahun 1848
2. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam famili palmaceae dan merupakan
tumbuhan monokotil
3. Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan antara 1500- 4000
mm per tahun, dengan kelembaban 75%
4. Umumnya kelapa sawit tumbuh pada ketinggian tempat 0-500 meter di atas
permukaan laut.
5. Pada tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan
produksi 29,3 juta ton CPO
6. Tandan kosong kelapa sawit memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya
dapat digunakan sebagai pupuk organik bahan baku bioetanol.
1

DAFTAR PUSTAKA

Darmosarkoro, W., I. Y. Harahap, E. Syamsudin, H. H. Siregar, dan E. S. Sutarta.


2005. Antisipasi dan Penanggulangan Pengaruh Kekeringan pada Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapua Sawit. Medan.

Direktorat Jenderal Perkebunan.. 2011. Volme dan nilai ekspor, impor Indonesia.
http://ditjenbun.deptan.go.id. [2 Mei 2011].

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia.
http://ditjenbun.deptan.go.id. [2 Mei 2014].

Ditjen Perkebunan.2004.Prospek Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit.


Direktorat Jenderal Perkebunan:Jakarta

Fauzi, S., Mahmud G.B., Lidya M., dan Iqbal S.H.2002.Kelapa Sawit dan
Berbagai Produk Sampingannya.Majalah Trubus:Jakarta

Fuadi, A.M dan Heri P.2016.Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Glukosa.Universitas Muhammadiyah
Surakarta:Surakarta

Hambali, E, S.Mujdalipah, .H. Tambunan, A. W. Pattiwiri, dan R. Hendroko.2007.


Teknologi Bioenergi.Agromedia Pustaka:Jakarta

Ketaren, S.2006.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.UI


Press:Jakarta

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeisguineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat


Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.

Maksi, A. 2008.Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).Jurnal Agrovigor. 2 (45):


Vol 3

Sarwono, B.A.2008. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.


Kanisius:Yogyakarta

Widiastuti, M dan Panji L. M.2007.Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Kelapa


Sawit Sebagai Pupuk Organik. PT. Agromedia Pustaka: Jakarta

Yudi, S. 1999.Kajian Teoritik Perhitungan Efisiensi PLTU Unit I Kapasitas 400


MW di Paiton. Penerbit Petra.

Anda mungkin juga menyukai