Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “ Interaksi Gen (Epistatis, Kliopteri )
Pada Tanaman Tomat (Lycopercycum escullentum Mill ) “ yang adalah salah satu
syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan
Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen


penanggung jawab Laboratorium Budidaya Tanaman Unit Dasar Agronomi yaitu
Ir. Eva sartini Baya , M.P ; Prof. Ir. Rosmayati, MS ; Dr. Diana sofiah Hanafiah,
S.P ; Ir. Revandy Iskandar Muda Damanik, M.SC. Ph.D ;
Ir. Lollie Agustina Putri, M.Sc ; Dr. Khairunisa Lubis, SP,M.P ;
Ir. Emmy Harso Khardinata M.SC ; Ir. Hot Setiado,M.S ;
lutfi Aziz Mahmud Siregar S.P M.Sc Ph.D , serta kepada abang kakak asisten
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penulis di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………..……………………………….1
Tujuan Praktikum………………………………………………..2
Kegunaan penulisan……………..….……………………………2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman …………………………………………………3
Syarat Tumbuh………………………………………..…………4
Iklim……………………………………………...………5
Tanah………………………………………………...……5

INTERAKSI GEN ( EPISTATIS , KLIPTOMERI ) PADA TANAMAN


TOMAT ( Lycoperycum escullentum Mill )
Sejarah Pemuliaan….…...............................………………………6
Metode Pemuliaan…………………..... ………………………...7
Jenis-jenis Interaksi Gen…….. …………………………………8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Gen……...………….9
Pengertian Epistatis dan Kliptomeri……………………………10
Pengertian Fenotipe dan Genotipe...……………………………10

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum Mendel II menyatakan adanya pengelompokkan gen secara bebas.


Seperti telah diketahui, persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda
(monohibrid) akan menghasilkan rasio genotipe 1:2:1 dan rasio fenotipe 3:1.
Sementara itu, persilangan dengan dua sifat beda ( dihibrid) menghasilkan rasio
fenotipe 9:3:3:1, hanya berlaku apabila kedua pasang gen yang mewarisi kedua
pasang sifat tersebut masing-masing terletak pada 2 kromosom yang berlainan,
dan masing-masing mengekspresikan sifatnya sendiri.
Pada 1906, W.Batenson dan R.C Punnet menemukan bahwa pada
persilangan F2 dihasilkan rasio fenotipe 14 : 1 : 1 : 3. Mereka menyilangkan
kacang kapri berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong dengan kacang kapri
berbunga mearah yang serbuk sarinya bundar. Rasio fenotipe dari keturunan ini
menyimpang dari hukum mendel yang seharusnya pada keturunan kedua (F2),
perbandingan fenotipenya 9 : 3 : 3 : 1.
Hubungan antara ciri-ciri pada suatu sifat tidak selalu hubungan dominan
resesif. Terdapat kasus bahwa ciri yang muncul pada tanaman F1 ternyata bukan
merupakan ciri dari salah satu tetuanya, melainkan campuran dari kedua tetuanya.
Kasus seperti ini disebut hubungan kodominan. Pada kasus ini tidak terdapat alel
dominan dan resesif, kedua alel berinteraksi dan akan berekspresi menghasilkan
fenotipe baru yang berbeda dari kedua tetuanya. Perbandingan fenotipe F2 adalah
sama dengan perbandingan genotipenya yaitu 1 : 2 : 1.
Sebagai contoh, terdapat pada bunga “snapdragon”. Dalam keadaan
homozigot, terdapat dua warna yaitu merah tua (RR) dan putih (rr). Hasil
persilangannya (F1), kedua alel R dan r berinteraksi menghasilkan warna bunga
merah muda. Pada F2, diperoleh perbandingan fenotipe merah tua (RR) : merah
muda (Rr) : putih (rr) sama dengan 1 : 2 : 1.
Apabila dua gen atau lebih yang berbeda lokus berinteraksi dalam
menghasilkan suatu penampilan atau fenotipe. Aksi gen dari satu lokus dapat
menutupi aksi dari gen-gen pada lokus yang lain. Penampilan suatu karakter atau
fenotipe adalah hasil suatu proses metabolisme yang pada setiap tahapannya
melibatkan kerja suatu gen.

( Biro Pusat Statistik, 2006 ).

( Hanway, 2007 ).

( Bedjo, 2006 ).

( Davis , 2009 ).

(Singh, 2006 ).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Interaksi Gen (
Epistatis , Klioptemer ) Pada Tanaman Tomat ( Lycopercycum escullentum Mill ).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian parktikum di Laboratorium Dasar Pemuliaan
Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi tanaman Tomat ( Lycopercycum escullentum Mill ) sebagai


berikut : Kingdom : Plantae ; Subkingdom : Tracheobionia ;Divisi :
Magnoliophyta ;Kelas : Magnoliopsida ; Subkelas : Asteridae ; Ordo : Solanales
;Famili : Solaneceae ; Genus : Solanum ; Spesies : Lycopersicum esculentum
( Abdul, 2008 ).

Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima mahkota.
Daun tomat berwarna hijau dan berbulu. Bunga tanaman tomat berwarna kuning.
Buahnya berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih, atau oval. Buah yang masih
muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua
berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuning-kuningan, atau merah
kehitaman ( Tengkano, 2014 ).

Buah tomat memiliki beberapa varietas. Buah tomat menurut bentuknya,


dapat digolongkan menjadi: (1) Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum Mill,
var. Cerasiforme (Dun) Alef), bentuknya seperti kelengkeng; (2) Tomat Tegak
(Lycopersicon esculentum Mill, var.validim Bailey); (3) Tomat Kentang atau
Tomat Daun Lebar (Lycopersicon esculentum Mill, var.grandifolium Bailey); (4)
Tomat Apel atau Pir (Lycopersicon esculentum Mill, var.pyriforme Alef); (5)
Tomat Biasa (Lycopersicon esculentum Mill, var.commune). Jenis tomat yang
digunakan dalam penelitiaan ini adalah tomat biasa ( Singh, 2006 ).

Akarnya berserabut dan dangkal, biasanya terbatas pada kedalaman 1,0 m


dari tanah. Tanaman ini umumnya berumbi satu dan memiliki variasi dalam
ukuran maupun bentuk, yakni: berlekuk ataupun menjari. Kulit umbi berwarna
coklat sampai hitam sedangkan daging umbi berwarna putih, krem atau keunguan
(sedikit ataupun keseluruhan). Ciri khas lainnya yaitu batangnya membelit ke arah
kanan (Talekar, 2010 ).

Daun tomat umumnya lebar-lebar, bersirip dan berbulu, panjangnya anatar


20-30 cm atau lebih, lebar sekitar 15-20 cm, dan biasanya tumbuh dekat ujung
dalam (cabang ). Tangkai daun bulat panjang sekitar 7-10 cm dan tebalnya anatara
0,3 – 0,5 cm. dan tanmana tomat merupakan tanman tipe setahun yang berarti
umur tanaman ini hanya satu periode ( Sembiring, 2010 ).

Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat.
Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan
batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama dibagian yang berwarna
hijau. Diantara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada
bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian
bawah terdapat akar-akar yang pndek.

Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman tomat adalah 700 mm- 1250
mm/tahun . keadaan ini berhubungan erat dengan ketersedian air bagi tanaman
terutama di derah yang tidak terdapat irigasi teknis . curah hujan yang tinggi (
banyak hujan ) juga dapat menyebabkan menghambat persarian pada tanmana
tomat ( Rusamsi, 2012 ).

Fase ke dua, 6–12 minggu setelah perkecambahan, ditandai dengan


perkembangan akar yang terbatas namun perkembangan tunas dan daunnya
meluas diiringi dengan permulaan pembentukan umbi. Fase ke tiga adalah fase
pertumbuhan terakhir sampai akhir musim, dicirikan dengan perkembangan umbi
dan umur masak. Pada tahap ini perkembangan akar dan tunas sangat
( Tengkano, 2014 ).

Tanah

Umumnya tomat ditanam di dataran rendah, namun di India dapat tumbuh


pada elevasi sampai 2500 m. Hari yang pendek (kurang dari 12 jam) dapat
mendukung proses pembentukan biji . Tomat lebih toleran terhadap tanah yang
miskin dibandingkan dengan tanaman sejenis dari satu familinya, namun
demikian hara tanaman ini sangat rentan terhadap keracunan aluminium dalam
tanah ( Djuwarso, 2010 ).
Terdapat beberapa tomat dengan varian sama tetapi ditemukan pada lokasi
yang berbeda. Penamaan varian tomat yang didapat saat eksplorasi berdasarkan
penamaan oleh warga sekitar. Penggalian informasi mengenai karakter tersebut
sangat diperlukan untuk menentukan varian-varian tomat yang kemungkinan
dapat dikembangkan lebih lanjut, yang dipengaruhi oleh unsure setiap tanah yang
ada pada sekitar areal penanaman (Grethead , 2006 ).
INTERAKSI GEN (EPISTATIS, KRIPTOMERI) PADA TANAMAN
TOMAT (Lycopercycum escullentum Mill )

Sejarah Pemuliaan

Dalam membudidayakan tanaman petani selalu memerlukan bahan tanam

berupa benih. Hasil tanaman yang diusahakan petani akan tergantung pada benih

yang ditanam dancara membudidayakannya. Dari benih yang baik akan

memungkinkan petani mendapatkan hasil yang baik pula. Dari sejak jaman dahulu

disadari atau tidak, petani telah memilih benih yang baik sebagai bahan tanam,

untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik serta hasil sebanyak mungkin. Usaha

tersebut sebenarnya merupakan kegiatan pemuliaan tanaman, oleh karena itu

perkembangannya tidak terlepas dari sejarah perkembangan pertanian

(Soetarso, 2001).

Bangsa Assyrians dan Babylonian pada permulaan tahun 700 sebelum

masehi,telah melakukan persilangan buatan pada tanaman sejenis palem. Bangsa

Indian Amerika telah melakukan kegiatan pemuliaan tanaman jagung, jauh

sebelum Bangsa Kulit Putih datang ke Amerika. Hooke (1635-1703), Grew

(1641-1712) dan Malpighi (1628-1694) merupakan pengguna mikrokup untuk

pertama kali, dan merupakan pelopor penelitian permulaan dari sel. Millington

(1676) mengemukakan fungsi tepung sari, sebagai organkelamin jantan

(Welsh, 2001).

Camerarius (1694) untuk pertama kali mendemontrasikan organ seks pada

tanaman. Cotton Mather (1716) menemukan persilangan alami pada tanaman

jagung. Sejak itu orang mulai melakukan persilangan pada tanaman untuk

memperoleh jenishibrida yang dipelopori oleh: Fairchild (1717), Joseph


Koelreuter (1760-1766) danAndrew Knight (1757-1835). Brown (1831)

menemukan inti sel. Schleiden danSchwann (1838-1839), mengemukakan teori

sel. Remak dan Vircow (1858) memberikan ketegasan bahwa semua sel itu terjadi

karena adanya pembelahan dari sel sebelumnya (Poespodarsono, 2008).

Schweigger-Seidel (1865), La Vallette St. George (1865), menyatakan

bahwa sel kelamin (gamet) merupakan sebuah sel. Newport (1854), Pringsheim

(1856), dan Thuret(1857) mengemukankan pertama kalinya istilah fertilisasi yaitu

bersatunya gamet-gamet.Charles Darwin (1858) mengemukakan teori Seleksi

Alam dan Evolusi. Gregor Mendel (1822-1884), mengumumkan hasil penelitian

dengan kacang polong,yaitu berupa penurunan sifat dari induk (parents) kepada

anak-anaknya (filials), dandikenal sebagai Hukum Mendel. Tetapi hasil penelitian

tersebut belum diakui oleh parailmuan pada saat tersebut. Strasburger (1875)

melaporkan gambaran inti sel secaralengkap. Hertwig (1875), menegaskan bahwa

gamet-gamet yang bersatu itu berasal dariinduknya masing-masing

(Poehlman, 2007).

Hertwig (1875) dan Strasburger (1877), menegaskan bahwa inti sel

(nucleus) mempunyai peranan penting pada fertilisasi maupun pembelahan sel.

Dengan demikianterciptalah konsep epigenesis yang menegaskan bahwa setiap

organisme baru itumerupakan kreasi baru yang dihasilkan oleh pertumbuhan

zigot. Waldeyer (1877), mengemukakan istilah gamet dan kromosom. Fleming

(1882), pertama kali memberikannama kromatin untuk bagian kromosom yang

mudah mengisap zat warna. Hjalman Nilson (1890), mengembangkan varietas

baru yang berasal dari seleksi turunantanaman menyerbuk sendiri, dengan cara
tersebut pemulia tanaman mulai menggunakan dasar ilmiah untuk pertama kali

(Mangoendijdojo. 2003).

Metode Pemuliaan

Akhirnya pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai suatu metode yang

secara sistematik merakit keragaman genetic menjadi suatu bentuk yang lebih

bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang artinya memilih dilakukan pada setiap

tahap program pemuliaan , seperti: memilih plasma nutfah yang akan dijadikan

tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat, memilih genotipe yang akan diuji,

memilih metode pengujian yang tepat, dan memilih galur yang akan dilepas

sebagai varietas (Azhari, 2001).

Seleksi dapat dilakukan secara efektif pada populasi tergantung pada

tempat danwaktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun

suatu populasi yang terdiri dari individu-individu dengan genetik berbeda. Seleksi

pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua/ parental, dan

mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi

perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu: a).

pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan b). seleksi

yang mengarah pada pengurangan keragaman (Zulfikar, 2004).

Selama beberapa tahun terakhir, seterategi pemuliaan telah berubah dari

pendekatan genetika klasik ke pendekatan baru. Pendekatan klasik dimaksudkan

sebagaiusaha memindahkan gen-gen pengatur sifat tertentu dari beberapa plasma

nutfah, kedalan galur/varietas yang ingin diperbaiki. Pendekatan baru

dimaksudkan sebagai pemuliaan populasi, dimana seluruh populasi tanaman


dipandang sebagai satuan pemuliaan, dan bukan individu-individu tanaman.

Varietas unggul baru dihasilkan darikomponen populasi asal yang beraneka.

Perndekatan baru merupakan evolusi terarah, yang tidak hanya memanfaatkan

pengaruh gen major saja, tetapi juga gen minor.Dengan pendekatan populasi,

pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai penguranganfrekuensi gen jelek dan

peningkatan prekuensi gen baik (Ningtias, 2003).

Pemilihan metode pemuliaan juga merupakan tanggung jawab penting dari

pemulia tanaman. Suatu metode telah diketahui efisien baik dengan percobaan

atauteoritis untuk tanaman tertentu, mngkin tidak berlaku untuk semua situasi.

Effisiensisuatu metode dapat di pengaruhi oleh linkage, intensitas seleksi,

besarnya populasi,heritabilitas, dan peran gen (gen action). Waktu yang

dibutuhkan untuk setiap siklus pemuliaan harus diperhitungkan (Zulfa, 2002).

Misalnya di daerah tropika, mungkin diperoleh duaatau tiga generasi

setiap tahun, sedang di daerah beriklim sedang mungkin hanya satu

kalisetahun.Pemulia perlu memiliki pengetahuan dasar yang amat penting

untukmelaksanakan program pemuliaan tanaman, yaitu genetika dan sitogenetika.

Sifattanaman yang akan diperbaiki, konsumen, perhitungan statistik untuk

menganalisis hasilseleksi, uji galur atau populasi ( Winarno, 2007).

Pengertian Interaksi Gen

Interaksi gen merupakan suatu penyimpanan semu terhadap hukum


mendel yang didalam nya tidak terlibat modifikasi nisbah fenotipe , melainkan
menimbulkan fenotipe-fenotipe yaitu hasil kerja sama dengan interaksi dua
pasang gen nonalelik

Interaksi juga dapat terjadi secara genetic mengalami berbagai modifikasi


rasio fenotipe peristiwa aksi gen, terdapat juga penyimpangan semu terhadap
hokum mendel yang tidak melibatkan modifikasi rasio fenotipe , tetapi
menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi
dua pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamanakan interaksi gen.
peristiwa ineraksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R. C Punnet
setelah mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam .

Jenis-jenis interaksi Gen

Gen-gen komplementer adalah peristiwa dimana gen-gen saling


berinteraksi dan saling melengkapi . jadi, gen yang satu melengkapi gen yang lain
dan jika masing-masing gen berada sendiria , pengaruhnya tidak dapat terlihat.
Rasio fenotipe F2 pada peristiwa gen-gen komplementer adalah 9:7

Pada

Anda mungkin juga menyukai