Kista Ovarium Wira
Kista Ovarium Wira
KISTA OVARIUM
Disusun oleh:
Dharmaning Estu Wirastyo
1102013081
Pembimbing:
dr. Husny B. Sismawan, Sp.OG
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
presentasi kasus dengan judul “Kista Ovarium” sebagai tugas kepanitraan
Kebidanan RSUD Arjawinangun. Tidak lupa shalawat serta salam kami panjatkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, izinkan kami selaku penulis untuk mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan
presentasi kasus ini, terima-kasih kepada dr. K.A. Halim Lutfi, Sp.OG, MH.Kes
selaku kepala kepanitraan Kebidanan yang telah meluangkan waktu dalam
membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis mengenai
presentasi kasus ini dan kepada dr. Isnaena Perwira, Sp.OG dan dr. Husny B.
Sismawan, Sp.OG dan dr. Trubus Priyoko, Sp.OG yang turut membantu dan
membimbing penulis, dan juga kepada seluruh dokter, staf bagian kebidanan,
orang tua kami yang telah mendukung secara moril maupun materil demi
terwujudnya cita-cita kami, dan teman-teman sejawat lainnya yang turut
membantu penyusun selama kepanitraan di bagian Ilmu Kebidanan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan presentasi kasus ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan saran serta kritik
yang dapat membangun dalam laporan presentasi kasus ini untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga presentasi kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua baik sekarang maupun dihari yang akan datang. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
2
PENDAHULUAN
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang
jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker. Perjalanan penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara
diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya
sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat
teraba dari luar atau membesar. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar,
seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut
disebut juga kista fungsional karena terbentuk selama siklus menstruasi normal
atau setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ovarium yang bersifat ganas
disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-
diam, karena memang seringkali pasien tidak merasakan apa-apa, kalapun terjadi
keluhan biasanya sudah lanjut (Benson, R. & Pernoll, M. L., 2008). The American
Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru
kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena
kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi
ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000 kecuali di Jepang
(6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila
dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2010). Angka
kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena
pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di RSU Dharmais,
ditemukan kira-kira 30 pasien setiap tahun. Menurut data hasil penelitian di
Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 ada 428
kasus pasien kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65%
diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun
2009 terdata 768 kasus pasien kista endometriosis, dan 25% diantaranya
meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah
tangga (Nasdaldy, 2009).
3
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan kista ovarium
adalah dengan pemberian obat hormonal dan pembedahan. Pada pasien paska
pembedahan kista ovarium akan mengalami masalah yang berhubungan dengan
nyeri, resiko infeksi, kurang perawatan diri serta sebagai masalah yang
mengganggu kebutuhan dasar lainnya.
4
BAB I
STATUS PASIEN
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Desa jambe
Tanggal masuk RS : 09 Februari 2018 pukul 07.45
II. Anamnesis
Keluhan utama:
Pasien datang dirujuk dari klinik dengan keluhan terdapat benjolan pada perut kiri
bawah.
Riwayat menstruasi:
Menarkhe : 12 tahun
Siklus : Teratur, 28 hari
Lama haid : 7 hari
Keluhan saat haid : Disangkal, 3 kali ganti pembalut
HTP : 29 januari 2018
5
Riwayat obstetri:
Pasien tidak pernah hamil sebelumnya
Riwayat KB:
Tidak ada
Riwayat Pernikahan:
1 kali, usia pernikahan 9 tahun
Pemeriksaan Fisik
Status Pasien
Keadaan Umum : Tampak Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 560kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Thorax :
Jantung : BJ 1 & 2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : VBS kanan=kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)
Iktus kordis : 2 cm di lateral linea mid clavicula sinistra.
Abdomen : normal
Genitalia : normal
6
Ekstremitas : Edema ekstremitas bawah -/-, akral hangat +/+
Pemeriksaan Bimanual
Vulva: tidak ada nyeri, tidak terdapat pembesaran kgb, bartholin dan skene
Perineum: elastisitas dan ketegangan perineum baik, tidak terdapat sikatrik
Vagina: dinding vagina teraba rugae, tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri
tekan pada cavum douglasi pada forniks posterior
Portio: bentuk bulat, konsistensi lunak, oue tidak terbuka, tidak berbenjol dan
nyeri.
Corpus uteri: posisi uterus anterofleksi, sebesar telur ayam, konsistensi
kenyal lunak, permukaan rata dan mobile
Perimetrium dan adneksum: pada sebelah kiri Teraba masa berukuran 8cm,
Konsistensi padat, Mobile, Nyeri tekan (+), Permukaan licin
Pada sebelah kanan tidak teraba massa dan nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 12,6 gr/dl
Hematokrit : 37,4 %
Leukosit : 5000 /ul
Trombosit : 228000 /ul
Eritrosit : 4.57 mm3
Index Eritrosit
MCV : 80,6 fl
MCH : 27.2 pg
MCHC : 33,7 g/dl
RDW : 15.6 %
7
MPV : 8,8 fl
PDW : 17.3 %
Koagulasi
Waktu pembekuan (CT) : 3 menit
Waktu perdarahan (BT) :1 menit
Imunologi
HBsAg : 0,01
Anti HIV : Non reaktif
Kimia klinik
Glukosa sewaktu :88
Ureum : 12.5
Creatin : 0.60
SGOT : 31
SGPT : 19
Albumin :3.24
Serologi
Ca 12-5 11 U/ml
8
USG (dokter Sp.OG)
Tampak kista berasal dari ovarium sinistra pada sebelah kiri fundus uteri
berukuran 10 cm
Uterus dalam keadaan normal
Diagnosis Klinis
P0A0 dengan Kista Ovarium
Penatalaksanaan
IVDN 500 cc RL 20 tetes/ menit
Cefotaxime Inj 3 x 1
Inj Kalnex 3x 500 mg
Ketorolac Inj 3 x 1
Ranitidin 3 x 1
Rencana
Obeservasi
Rencana Laparotomi
Laporan Operasi
Ovarium sinistra membesar permukaan rata, lunak berisi cairan serous
berwarna jernih kekuningan ukuran 10 x 8 x 9 cm. Ovarium dekstra normal.
Kesan: Kista Serous Neoplasia Ovarium
Diputuskan untuk: Kistektomi Sinistra
9
Follow up ruangan
Waktu Follow Up
10/02/2018 S : Mengluhkan benjolan yang terasa semakin besar
O : TD: 110/80 mmHg P: 84x/menit RR: 24x/menit S:36,30C
KU: sedang
Kesadaran : compos mentis
Kepala : CA -/- SI -/-
Leher : JVP tidak meningkat
Thoraks :
cardio : BJ I-II reguler m (-), g (-)
Ictus cordis teraba 2 cm lateral dari MCS
Paru : VBS ka=ki ronkhi (-), weezhing (-)
Ekstremitas : udem – akral hangat
Abdomen : teraba massa pada perut kiri bawah
10
Inj Cefotaxime 3 x 1 gr
Inj Kalnex 3x 500 mg
Ketorolac Inj 3 x 1
Ranitidin 3 x 1
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui gejala klinis dan pemeriksaan
fisik. Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis
kista ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :
1. Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan
atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material
padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.5,6
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval)
dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin,
dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih
dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di
dalam kista.
12
2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang
umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk
screening awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan
ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan,
dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB,
HT juga dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada
kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada
keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun
CEA kurang spesifik karena marker ini juga mewakili keganasan
kolorektal, uterus dan ovarium.
13
fundus uteri. Dilakukan pemeriksaan pp-test dengan hasil negatif dan
serologi tumor marker ca-125 dengan hasil 11 U/ml yang mengarah pada
sifat jinak dari massa tersebut. Pemeriksaan darah lengkap dan rutin
seluruhnya dalam batas normal.
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non
neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-
tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan
pengangkatan tuba. Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke
bagian patologi anatomi untuk diperiksa.
Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak
membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita
postmenopause, kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125
dalam batas normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus
dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita
premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk
tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten
yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi
digunanan pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau
simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada
pasien dengan resiko keganasan dan panda pasien dengan kista benigna
yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan
konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium
tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.
14
Pada pasien ini dilakukan laparotomi mengingat ukuran massa >
5cm dan sudah menimbulkan gejala berupa nyeri yang hilang timbul.
Kistektomi dilakukan berdasarkan pertimbangan keadaan pasien yang
sampai saat ini belum memiliki anak. Jaringan hasil kistektomi tersebut
dilanjutkan untuk pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan secara
pasti sifat dan jenis kista pada pasien agar dapat diberikan terapi lebih
lanjut.
15
BAB III
KESIMPULAN
Diagnosis pada pasien ini sudahlah tepat. Pasien di diagnosa kista ovarium
dikarenakan
- Keluhan terhadap massa pada perut bagian bawah kiri
- Teraba massa berukuran 8cm pada adneksa kiri dalam pemeriksaan fisik
- Terdapat massa kista berasal dari ovarium kiri berukuran 10cm dalam
pemeriksaan USG
Penatalaksanaan pada pasien diatas sudahlah tepat yaitu berupa operatif
laparotomi berdasarkan ukuran massa >5cm. Hasil jaringan pun dilanjutkan
pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan jenis dan sifat massa
tersebut agar pasien mendapatkan terapi lanjutan yang sesuai.
16
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Rouse, D.J., Spong,
C.Y., 2010. Williams Obstetrics. 23rd ed. USA: The McGraw-Hills
Companies, Inc.
Norwitz, ER.Schorge, JO. 2001. Obstetrics and Gynecology at a Glance.
Blackwell science. p 102-103
Prawirohardjo s, et all, ILMU KEBIDANAN, P.T BINA PUSTAKA SARWONO
PRAWIROHARDJO, jakarta, 2014.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1999. 357-8, 785-
790.
17