Lasol
Topik: Eklampsia
Tanggal Presentasi: 24 Mei 2016 Nama Pendamping: dr. Desi Kristina Utami
Obyektif Presentasi:
Presentasi
Cara membahas: Diskusi Pos
dan diskusi Email
1
1. Diagnosis:
G3P2A0 Hamil 32-33 minggu dengan eklampsia,belum inpartu dengan Riwayat kejang
berulang dan riwayat sc 1x.
Gambaran Klinis:
Kejang hilang timbul sejak +1 minggu SMRS, kejang pertama dialami pada saat 3 bulan
yang lalu. Keluar air – air (-). Keluar Bloody Show (-). Keluhan mules – mules (-). Riwayat
perdarahan pervaginam (-). Gerakan janin (+). Sakit kepala (+).Mual(+), Muntah (+),
Pandangan kabur (+). Nyeri ulu hati (+).
2. Riwayat Pengobatan:
Belum ada
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Hipertensi sejak kelahiran anak 1. Kejang seperti ini juga pernah terjadi pada kehamilan
sebelumnya yaitu kelahiran anak pertama dan kedua, dengan gejala yang mirip dengan
kehamilan yang sekarang. Riwayat operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.
4. Riwayat keluarga:
Ayah pasien menderita Hipertensi dan DM.
5. Riwayat pekerjaan:
Ibu rumah tangga
7. Riwayat KB :
KB suntik di puskesmas
2
8. Lain-lain:
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis : KU / Kes : SS / CM, TD : 170/100 mmHg, F. Nadi : 100 x/mnt, Suhu
: 36,7 °C, RR : 20 x/mnt
Ekstremitas : Edema +/+, akral hangat
Status Obstetri :
Inspeksi : Simetris, membesar sesuai dengan kehamilan, striae gravidarum (+),
scar / bekas operasi (+)
Palpasi : Leopold I : TFU 29 cm, teraba satu bagian besar, bulat, lunak, tidak
melenting.
Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin.
Kiri: teraba bagian keras seperti papan.
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras dan melenting
Leopold IV : kepala belum masuk PAP
TFU 29 cm, HIS (-), DJJ 134 dpm, teratur.
VT : Portio kaku, tebal 2 cm, Pembukaan (-), Ketuban(+), Kepala Hodge I.
Pemeriksaan Laboratorium:
LED : 94 mm(↑) , Leukosit : 12.100 /µl, Hb : 14,3 gr/dl (↑), Ht : 43,2 %, Trombosit :
195.000 /µl
3
Daftar Pustaka:
4
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. SUBYEKTIF:
Keluhan Utama : Kejang hilang timbul sejak +1 minggu SMRS.
Keluhan Tambahan : Sakit kepala, mual dan muntah sejak + 1 minggu SMRS.
Pasien datang dengan keluhan kejang hilang timbul sejak +1 minggu SMRS.
Pasien mengatakan bahwa dirinya mengalami kejang pada saat 3 bulan yang lalu.
Kejang seperti ini juga pernah terjadi pada kehamilan sebelumnya yaitu kelahiran anak
pertama dan kedua, dengan gejala yang mirip dengan kehamilan yang sekarang. Pasien
juga mengatakan dirinya saat ini sedang hamil 8 bulan. HPHT : 17 September 2012. TP :
24 Juni 2013. Pasien tidak mengetahui dirinya menderita darah tinggi, ia mengetahui
dirinya menderita darah tinggi ketika pasien hamil anak pertama. Keluar air – air
disangkal. Keluar lendir darah disangkal. Adanya mules – mules yang menjalar sampai
ke pinggang disangkal. Adanya riwayat keluar darah secara tiba – tiba dari kemaluan
juga disangkal. Gerakan janin masih dirasakan pasien. Pasien saat ini mengeluhkan
adanya sakit kepala, mual dan muntah sejak ± 1 minggu SMRS. Adanya pandangan
kabur sejak hamil. Nyeri ulu hati. Riwayat operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.
2. OBJEKTIF :
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,7 oC
RR : 20 x/mnt
Kepala : Normochepali, rambut hitam tebal, sukar dicabut.
Mata : CA -/-, SI -/-
THT : Faring Hiperemis (-), Tonsil T1 – T1 tenang
Leher :KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak membesar
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh-/-, Wh-/-
Mammae : Simetris, hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-), retraksi
puting (-).
Abdomen : Lihat status obstetrikus.
Ekstremitas : Edema +/+, akral hangat
Genitalia : Labia Mayor oedema -/-, Bloody Show ( - )
Status Obstetri
Inspeksi :Simetris, membesar sesuai dengan kehamilan, striae
gravidarum (+), scar / bekas operasi (+)
Palpasi :Leopold I : TFU 29 cm, teraba satu bagian besar, bulat,
lunak, tidak melenting.
Leopold II : Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin.
Kiri: teraba bagian keras seperti papan.
Leopold III : teraba satu bagian besar, bulat, keras dan
melenting
5
Leopold IV : kepala belum masuk PAP
His :-
Auskultasi : DJJ : 134 dpm
Pemeriksaan Dalam :
Inspeksi : v/u tenang.
Inspekulo : tidak dilakukan
Vaginal Toucher :
Portio kaku, tebal 2 cm, Pembukaan (-), Ketuban(+), Kepala Hodge I.
Pemeriksaan Laboratorium:
LED : 94 mm(↑) , Leukosit : 12.100 /µl, Hb : 14,3 gr/dl (↑), Ht : 43,2 %, Trombosit :
195.000 /µl
PRE-EKLAMPSIA
Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeclampsia-eklampsia adalah adanya
hipertensi proteinuria dan kejang. Kriteria lebih lengkap digambarkan oleh Working
Group of the NHBPEP ( 2000 ) seperti digambarkan dibawah ini: (1,8,9,11)
Headache - +
6
Visual Disturbance - +
Decreased Platelets - +
Increased Bilirubin - +
Elevated Creatinine - +
PENATALAKSANAAN
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita preeklampsia di rumah sakit ialah:
(1,2,4,5)
Untuk preeklampsia yang berat, dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
Aktif berarti kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan terapi
medikamentosa. Konservatif berarti kehamilan dipertahankan bersamaan dengan
terapi medikmentosa.
1. Penanganan aktif
Ditangani aktif bila terdapat satu atau lebih kriteria berikut: ada tanda-tanda
impending eklampsia, HELLP syndrome, tanda-tanda gawat janin, usia janin 35 minggu
7
atau lebih dan kegagalan penanganan konservatif. Yang dimaksud dengan impending
eklampsia adalah preeklampsia berat dengan satu atau lebih gejala: nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan
darah progresif.
Terapi medikamentosa: (1,4,5)
a. Diberikan anti kejang MgSo4 dalam infus 500 cc dextrose 5% tiap 6 jam. Cara
pemberian: dosis awal 2 gr iv dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus. Syarat pemberian MgSO4:
frekuensi nafas > 16x/menit, tidak ada tanda-tanda gawat nafas, diuresis
>100 ml dalam 4 jam sebelumnya dan refleks patella positif. Siapkan juga
antidotumnya, yaitu: Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NACL 0,9% IV,
dalam 3 menit).
b. Antihipertensi: nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2
jam belum turun, dapat diberikan 10 mg lagi.
c. Siapkan juga oksigen dengan nasal kanul 4-6 L /menit.
Terminasi kehamilan dapat dilakukan bila penderita belum inpartu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter foley atau prostaglandin E2.
Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi
persalinan pervaginam.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia dengan kondisi janin baik, dilakukan penanganan konservatif. (1,4,5,6)
Medikamentosa sama dengan penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila tidak
ada tanda-tanda preeklampsia berat, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah
24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini harus dianggap sebagai kegagalan
pengobatan dan harus segera diterminasi. Jangan lupa diberikan oksigen dengan nasal
kanul 4-6 L/menit.
EKLAMPSIA
8
kejang atau segera sesudahnya akibat perdarahan otak massif. Perdarahan sub luteal
dapat menyebabkan hemiplegia.
PENATALAKSANAAN
Sebagian regimen eklampsia yang digunakan mempunyai dasar fisiologi yang sama,
prinsip-prinsipnya mencakup :
1. Pengendalian kejang dengan magnesium sulfat intravena dosis bolus. Terapi
magnesium sulfat ini di lanjutkan dengan infuse kontinu atau dosis bolus
intramuskular dan diikuti oleh suntikan intramuskular berkala
2. Pemberian obat antihipertensi oral atau intravena intermiten utnuk menurunkan
tekanan darah apabila tekanan diastolik dianggap terlalu berbahaya. Sebagian
dokter mulai mengobati pada saat tekanan diastolik mencapai 100 mmHg
3. Menghindari diuretik dan pembatasan cairan intravena kecuali apabila
pengeluaran cairan berlebihan
4. Pelahiran.
9
memerlukan ventilasi buatan, terjangkit pneumonia dan dirawat di ruang perawatan
intensif daripada mereka yang mendapat fenitoin.
Mencegah eklampsia
Terapi magnesium sulfat lebih baik daripada fenitoin dalam mencegah kejang
eklampsia. Masih terus terjadi silang pendapat mengenai apakah magnesium sulfat
profilakis perlu diberikan secara rutin kepada semua wanita bersalin yang mengalami
hipertensi. Perdebatan saat ini berpusat pada wanita preeklamptik mana yang perlu
diberi profilaksis. Manfaat magnesium sulfat profilaktik bagi wanita dengan
preeklampsia ringan masih diperdebatkan karena resiko eklampsia yang diperkirakan
adalah 1 dalam 100 atau kurang. Witlin dan Sibai baru-baru ini mengulas bukti
efektivitas magnesium sulfat untuk mengobati dan mencegah kejang akibat gangguan
hipertensi pada kehamilan. Mereka menyimpulkan bahwa walaupun magnesium
sulfat jelas bermanfaat bagi wanita preeklampsia berat dan eklampsia, perlu tidaknya
pemberian profilaktik bagi wanita dengan penyakit ringan masih belum jelas.
KOMPLIKASI
Komplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsi. Komplikasi yang biasa terjadi : (1,2,5)
1. Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
3. Nekrosis hati, akibat vasospasmus arteriol umum.
4. Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated liver enzymes dan low platelet.
5. Kelainan ginjal
6. DIC.
7. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterine
HELLP Syndrome
Sindroma hemolisis, elevated liver enzymes and low platelet adalah suatu
komplikasi pada preeklampsia – eklampsia berat. Kehamilan yang dikomplikasikan
dengan sindroma HELLP juga sering dikaitkan dengan keadaan – keadaan yang
mengancam terjadinya kematian ibu, termasuk DIC, oedema pulmonaris, ARF, dan
berbagai komplikasi hemoragik. Insiden terjadinya sindroma ini sebanyak 9,7 % dari
kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia – eklampsia. Sindroma ini dapat
muncul pada masa antepartum (70 %) dan juga post partum (30 %). Ciri – ciri dari
HELLP syndrome adalah: (1,8)
Nyeri ulu hati
Mual dan muntah
Sakit kepala
Tekanan darah diastolik 110 mmHg
Menampakkan adanya oedema
10
1. Mississippi, dibagi menjadi 3 kelas:
Thrombositopenia
- Kelas 1: ≤ 50.000 / μl
- Kelas 2: > 50.000 ≤ 100.000 / μl
- Kelas 3: > 100.000 ≤ 150.000 / μl
Disfungsi hemolisis - hepatis
- LDH 600 IU / L
- SGOT dan / atau SGPT 40 IU / L
- Ciri – ciri tersebut harus semua
terdapat
-
2. Tennessee, dibagi menjadi 2 kelas:
Complete
- Trombosit < 100.000 / μl
- LDH 600 IU / L
- SGOT 70 IU / L
Parsial
- Hanya satu dari ciri – ciri di atas
yang muncul
11
Penanganan sindroma HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan pada preeklampsia –
eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang secara teoritis dapat
berguna untuk : (12)
1. Dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan dengan memberikan temporarisasi
singkat dari status klinis maternal.
2. Dapat meningkatkan jumlah trombosit dan mempertahankannya secara konvensional agar
dapat dilakukan anestesi regional untuk persalinan vaginal maupun abdominal.
PROGNOSIS
Kriteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklampsia adalah kriteria Eden:
1. Koma yang lama.
2. Nadi > 120x/menit.
3. Suhu > 40 ° C
4. TD sistolik > 200 mmHg.
5. Kejang > 10 kali.
6. Proteinuria > 10 gr/dl.
7. Tidak terdapat oedem.
Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas. (1,2,6)
4. PLAN :
Diagnosis :
G3P2A0 Hamil 32-33 minggu dengan eklampsia,belum inpartu dengan Riwayat kejang berulang dan
riwayat sc 1x.
Pengobatan :
Observasi TTV setiap jam, DJJ setiap 30 menit, HIS, dan tanda – tanda perburukan PEB.
MgSO4 40% 4 gr diencerkan dalam 20 cc cairan i.v dilanjutkan dengan MgSO4 40% 1 gr/jam s/d
24 jam pasca persalinan, sebagai anti kejang.
Nifedipine 4 x 10 mg oral, sebagai anti hipertensi.
Vit C 2 x 400 mg i.v, sebagai anti oksidan.
Dexamethasone 2 x 6 mg i.v (2 hari), untuk pematangan paru.
Konsultasi :
Konsul Spesialis Obsgyn -> Pro Sectio Caesarea (terminasi kehamilan)
12