Anda di halaman 1dari 9

PENCEMARAN UDARA

Mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan

Dosen : Drs. Gautama Wisnubudi, MSi.

Oleh

Annisa Haryanti Nurhasanah

163112620150012

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2016
Pendahuluan

Meningkatnya populasi manusia dan pertumbuhan aktivitas manusia dalam memenuhi


kebutuhan hidupnya, berpotensi besar dalam peningkatan konsumsi energi yang
menghasilkan limbah. Konsentrasi limbah yang dihasilkan manusia sudah tidak sebanding
lagi dengan laju proses daur ulang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang
semakin membesar. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia
adalah pencemaran udara.

Udara ambien atau udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang
berada di wilayah yuridis Republik Indonesia mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk
hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya. Udara sebagai komponen lingkungan penting
dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan
daya dukung bagi makhluk hidup untuk dapat hidup secara optimal. Pencemaran udara
umumnya diartikan sebagai udara yang mengandung suatu atau lebih bahan kimia dalam
konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap
makhluk hidup dan harta benda (Sugianto, 2005).

Berlebihnya tingkat konsentrasi zat pencemar hingga melampaui ambang batas


toleransi yang diperkenankan akan menimbulkan dampak negatif yang berbahaya terhadap
lingkungan, baik pada makhluk hidup dan rusaknya benda-benda serta berpengaruh pada
kualitas air hujan yang menyebabkan hujan asam berakibat pada mata rantai berikutnya yaitu
pada ekosistem.

Menurut Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations Environmental Program


pada ahun 1992, Indonesia berada di urutan ketiga negara terpolusi di dunia setelah Mexico
dan Bangkok (UNEP, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa kota – kota di Indonesia
mengindikasikan pencemaran udara yang cukup tinggi.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang pencemaran udara,
proses terjadinya, dan identifikasi sumber pencemaran udara serta menganalisis besarnya
dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara. Hal ini dikarenakan dampak pencemaran
udara yang begitu luas bagi kehidupan manusia termasuk terhadap material dan tanaman.
Pengertian

Di dalam Undang-undang No.23 tahun 1997 yang dimaksud dengan pencemaran


udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya satu atau lebih


kontaminan/polutan seperti debu, asap, bau, gas, dan uap ke atmosfer dalam jumlah tertentu
dan karakteristik tertentu serta dalam waktu tertentu pula yang dapat membahayakan
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan menggangu kenyamanan dalam kehidupan.
Selain polutan – polutan tersebut, aktivitas manusia juga berperan besar dalam polusi udara
(Peavy, 1985).

Miller, G. Tyler (1982), mendefinisikan pencemaran udara adalah sebagian udara


yang mengandung satu atau lebih bahan kimia konsentrasi yang cukup tinggi untuk
membahayakan manusia, hewan, vegetasi atau material. Secara skematik Pencemaran udara
dapat diuraikan dalam tiga komponen dasar seperti diagram di bawah ini (Seinfeld, 1975):

Sumber emisi Atmosfer Reseptor


Polutan Transformasi kimia

Menurut Warner (1981) pencemaran udara berdasarkan sumbernya, dikelompokkan menjadi


2 golongan, yaitu:
a. Polutan primer, terbentuk langsung dari emisi yang terdiri dari partikulat berukuran <
10 mikron (PM 10), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Karbon
monoksida (CO) dan Timbal.
b. Polutan sekunder, merupakan bentuk lanjut dari pencemar primer yang telah
mengalami reaksi kimia di lapisan atmosfer yang lebih rendah. Yang termasuk kepada
kategori pencemar sekunder adalah ozon yang dikenal sebagai oksidan fotokimia,
garam sulfat, nitrat dan sebagainya.
Sementara Peavy (1985) menyatakan bahwa bahan pencemar udara dapat dibagi menjadi
polutan alami, campuran kimia, dan partikel. Sementara polutan partikel dapat digolongkan
sebagai partikulat seperti debu, asap dan gas (polutan gas organik dan inorganik).
Sumber area dan titik

Sumber Pembakaran Emisi dari Tempat Pembakaran pada


transportasi pada sumber proses pada pembuangan sumber tetap
tetap industri sampah
padat
 Kendaraan  Rumah  Industri  On Site  Kebakaran
bermotor tangga kimia  Insenera hutan
 Pesawat  Komersial dan  Industri si  Pembakaran
terbang institusi makanan  Pembaka batu bara
 Kereta api  Industri  Industri ran  Pembakaran
 Kapal laut perminyaka terbuka perkebunan
n

Klasifikasi sumber emisi (Sumber : Colls,2002)

Wujud fisik pencemaran udara


1. Partikulat
Keberadaan partikulat di atmosfer sebagian besar bersumber dari kendaraan bermotor
dan industri, selain itu partikulat juga dapat terbentuk di atmosfer dari polutan gas.
Efek partikulat terhadap kesehatan dan pengurangan jarak pandang tergantung pada
ukuran partikel dan komposisi kimia yang terkandung didalamnya. Partikulat dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik (ukuran, bentuk formasi, tempat terbentuknya,
kecepatan mengendap, dll) dan sifat kimia berupa komposisi organik atau anorganik
(Hinds C. W, 2000).
2. Polutan gas
Beberapa kategori polutan adalah SO2, NO2, NO, dan CO. SO2 dihasilkan dari
pembakaran sulfur atau materi lain yang mengandung sulfur. Sumber utama gas SO2
adalah pembakaran bahan bakar fosil dari instalasi pembangkit listrik serta beberapa
industri lainnya. NOx terbentuk karena ada pembakaran di udara bebas. Sumber
berasal dari transportasi (sumber bergerak) serta sumber stasioner seperti instalasi
pembangkit tenaga listrik. Gas CO bersifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa yang disebabkan adanya pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan
yang mengandung karbon. Instalasi pembangkit tenaga listrik dan industri peleburan
yang besar pada umumnya mampu mengoptimalkan setiap pembakaran yang ada
sehingga dapat mengurangi emisi CO (Cooper & Aley, 1986).
Peraturan pencemaran udara di Indonesia
Peraturan yang ada di Indonesia yang mengatur tentang pencemaran udara diantaranya yaitu
(Tamin,2004) :
1. UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
2. PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
3. KepMen KLH No.45/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara
4. Kep Kepala Bappedal No.107/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan Informasi PSI
5. KepMen KLH No.KEP/MENLH/1995 tentang Emisi Sumber Tidak Bergerak
6. Kep Kepala Bappedal No. 205/1997 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak
7. KepMen KLH No.129/2003 tentang Standar Emisi untuk Kegiatan Minyak dan Gas
8. KepMen KLH No.35/93 tentang Standar Emisi untuk Kendaraan Bermotor
9. KepMen KLH No.141/2003 tentang Standar Emisi untuk Tipe Baru dan Produksi
Masa Kini Kendaraan Bermotor
10. KepMen KLH No.252/2004 tentang Keterbukaan Informasi baik Sumber Tidak
Bergerak dan Sumber Bergerak
11. KepMen KLH No. 50/96 tentang Standar Tingkat Kebauan

Meteorologi dan sebaran pencemaran udara


Pencemar udara akan dipancarkan oleh sumbernya dan kemudian mengalami transportasi,
dispersi, atau pengumpulan karena kondisi meteorologi maupun topografi.
1. Proses penyebaran (adveksi)
Penyebaran zat pencemar yang diemisikan dari sumbernya ke udara diakibatkan oleh
adanya pengaruh down wind. Dalam perhitungan harga kecepatan dan arah angin
diperlukan sebagai indikasi pergerakan udara di suatu daerah. Bahkan untuk jarak
yang pendek, profil pergerakan udara biasanya akan sangat kompleks.
2. Proses pengenceran (dilusi)
Pengenceran dan pencampuran zat pencemar di udara diakibatkan oleh adanya
gerakan turbulen. Kondisi udara pada umumnya mempunyai kecepatan pengenceran
yang diakibatkan oleh pencampuran (turbulensi).
3. Proses perubahan (difusi)
Zat pencemar selama berada di udara akan mengalami perubahan fisik dan kimia,
sehingga membentuk zat pencemar sekunder. Smog sebagai contoh, merupakan hasil
interaksi di udara antara oksida nitrogen, hidrokarbon, dan energi matahari, peristiwa
ini dikenal dengan reaksi fotokimia.
4. Proses penghilangan (dispersi)
Zat pencemar di atmosfer akan mengalami penghilangan atau pengurangan karena
adanya proses-proses meteorologi, seperti hujan. Fenomena ini dapat dipelajari
dengan atau dari numerical atmospheric diffusion model. Pola gerakan atmosfer atau
dinamika atmosfer sangat berperan dalam penyebaran polutan pencemar yang masuk
ke dalam atmosfer (udara ambien).
Beberapa konsep meteorologi yang sangat berkaitan dengan pencemaran udara yaitu :
1. Sirkulasi angin
Angin merupakan udara yang bergerak sebagai akibat perbedaan tekanan antara
daerah yang satu dan lainnya. Distribusi frekuensi dari arah angin menunjukkan
daerah mana yang paling tercemar oleh polutan. Salah satu hal penting dalam
meramalkan penyebaran zat pencemar adalah mengetahui arah dan besarnya
kecepatan angin.
2. Turbulensi
Secara garis besar, pola gerakan atmosfer dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
aliran laminar dan aliran turbulen. Difusi turbulen terjadi pada aliran turbulen,
menyebabkan terjadinya percampuran dalam atmosfer, baik arah horisontal maupun
vertikal. Komponen penentu tingkat turbulensi di atmosfer adalah stabilitas atmosfer
atau stabilitas udara. Secara umum, polutan-polutan di atmosfer terdispersi dalam 2
cara yaitu melalui kecepatan angin dan turbulensi atmosfer.
3. Temperatur
Perubahan temperatur pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar pada
pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Perubahan temperatur ini disebut lapse
rate. Turbulensi yang terjadi tergantung pada temperatur. Di atmosfer sendiri
diharapkan akan terjadi penurunan temperatur dan tekanan sesuai dengan
pertambahan tinggi.
4. Kestabilan atmosfer
Pada saat udara bergerak turun akan terbentuk aliran udara vertikal dan turbulensi
terbentuk. Keadaan atmosfer dalam kondisi di atas dikatakan tidak stabil (unstable).
Gerakan ke bawah akan menghasilkan sekumpulan udara yang lebih hangat dan akan
kembali ke elevasi semula. Dalam kondisi atmosfer seperti ini, gerakan vertikal akan
diabaikan oleh proses pendinginan adiabatik atau pemanasan, dan atmosfer akan
menjadi stabil (stable).

Pemantauan pencemaran udara


Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sumber pencemar, medium tempat
pencemaran berdispersi dan berdifusi, maupun jenis zat pencemar yang telah diuraikan di
atas, pemantauan udara ambien. Pemantauan sumber emisi dilakukan terutama untuk
mengetahui tingkat emisi dan unsur pencemar spesifik, sedangkan pemantauan udara ambien
dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang didasarkan atas pencemar
indikatif yang umum.
Aspek penting dalam pemantauan kualitas udara adalah bagaiman data dapat dinilai
andal, dapat dipercaya dan memiliki rentang toleransi keakuratan pengukuran. Polutan yang
dipantau secara garis besar dikelompokkan menjadi pencemar indikatif dan spesifik.
Jaringan stasiun pengamat dapat dirancang melalui pendekatan kurva serta perhitungan.
Frekuensi sampling kualitas udara dan metode-metode pengukuran menjadi hal yang
diperhitungkan dalam pemantauan kualitas udara.

Pengendalian pencemaran udara


Pendekatan dilakukan untuk melakukan pengendalian terhadap sumber pencemar udara.
Secara umum pendekatan dilakukan dengan melihat siklus pencemaran udara berikut ini :

Aktivitas ekonomi Pengukuran penurunan emisi

Pemakaian energi untuk industri,


Standar kualitas udara dan
pebangkit listrik dan kendaraan
emisi

Energi berbagai sumber


Kualitas udara

Distribusi spasial polutan


Strategi penurunan
emisi
Deposisi di bumi Monitoring

Dampak pada kesehatan dan Analisis Bahaya?


ekosistem Resiko

Tanpa penambahan peralatan

Pola pikir pengendalian pencemaran udara


Secara umum pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 3 alternatif
pendekatan, yaitu (Cooper & Aley, 1986) :
1. Modifikasi pada tingkat penyebarannya
Dasar pendekatan ini adalah memberikan modifikasi alat/desain pada proses akhir
sehingga konsentrasi pencemar yang terpapar ke lingkungan tidak melebihi baku
mutu.
2. Pengendalian emisi dengan perubahan pada proses
Pendekatan ini lebih ditekankan pada konsep pencegahan polusi (cleaner production),
yaitu melakukan modifikasi pada poses sedemikian rupa sehingga kuantitas maupun
kualitas udara yang diemisikan di bawah baku mutu udara.
3. Menggunakan alat pengendali pencemaran udara
Penggunaan alat pengendali pencemaran udara yaitu pemasangan unit eksternal pada
bagian akhir proses sebelum udara diemisikan. Terdapat beberapa peralatan kontrol
partikulat yang digunakan.
Dampak pencemaran udara
1. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan resiko pada kesehatan manusia
3. Hujan asam
4. Pemanasan global
5. Penipisan lapisan ozon
6. Penyakit pada pernafasan misalnya bronkitis, asthma, dan kanker paru-paru
7. Kerusakan sel tumbuhan, daun menjadi lebih pucat dan berwarna gading
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, A. (Maret 2001). Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara pada Lingkungan. Berita
Dirgantara vol 2, no. 1.

Huboyo, H. S., & Budiharjo, M. (2008). Pencemaran Udara. Dipetik May 4, 2017, dari
https://www.scribd.com/doc/181136053/Buku-Ajar-Pencemaran-Udara.pdf

ITB, P. S. (2009). Pengantar Pencemaran Udara.

Nurdin Z, A. (2013). Analisis Pencemaran Udara (SO2), Keluhan Iritasi Tenggorokan dan Keluhan
Kesehatan Iritasi Mata pada Pedagang Makanan di Sekitar Terminal Joyoboyo Surabaya. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health Vol.2, No.1, 75-81.

Pencemaran Udara. ( Dipetik May 4, 2017, dari http://repository.usu.ac.id

Pencemaran Udara Ambien. Dipetik May 4, 2017, dari


dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Prediksi_Pencemaran_udara.pdf

Polusi Udara. Dipetik May 4, 2017, dari


pollutiononmyearth.weebly.com/uploads/1//7/5/6/17565209/polusi-udara.pdf

Anda mungkin juga menyukai