Anda di halaman 1dari 21

TEORI-TEORI PERKEMBANGAN DAN PRINSIP-PRINSIP

PERKEMBANGAN
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik


Pendidikan Dasar

Dosen Pengampu :
Dr. Awalya, M.Pd. Kons.
Dr. Amin Yusuf, M.Si.

Oleh :
Kelompok 2
1. Indriana Eko Armaidi 0103517077
2. Koirida Hardini Kurniani 0103517101

Rombel10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan(skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang
berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Aspek–aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum
lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir
merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau
lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan
lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan
tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa
merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Untuk efisiensi waktu , maka penulis membatasi penulisan ini pada
perkembangan anak khususnya siswa fase remaja. Karena masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat.
B. RUMUS MASALAH
1. Apakah definisi teori perkembangan ?
2. Apakah definisi prinsip perkembangan?
3. Apa saja aspek-aspek yang terdapat dalam teori perkembangan?
C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan definisi perkembangan
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip perkembangan.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat dalam teori perkembangan

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
praktis maupun secara teoritis antara lain adalah
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
pengembangan teori dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
perkembangan peserta didik.
2. Manfaat Praktis
Untuk pelajar dapat menambah wawasan tentang perkembangan peserta didik
dan untuk masyarakat dapat mengetahui lebih dalam tentang apa itu
perkembangan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI PERKEMBANGAN
Teori adalah keyakinan umum yang membantu kita menjelaskan apa yang
kita amati dan membuat prediksi. Teori yang baik memiliki hipotesis, yang
merupakan asumsi yang harus diuji. Perkembangan merupakan perubahan
secaraa progressif dalam diri manusia sebagai organisme dalam pola-pola yang
memungkinkan teradi fungsi-fungsi baru.
Jadi, teori perkembangan adalah Sejumlah ide yg koheren, mengandung
hipotesis-hipotesis dan asumsi-asumsi yang dapat diuji kebenarannya, dan
berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi perubahan -
perubahan perilaku dan proses mental manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Macam-macam teori perkembangan:
1. Teori-teori Psikoanalitis
Freud mengatakan kepribadian terdiri dari tiga struktur id, ego dan
superego dan bahwa kebanyakan pemikiran anak-anak bersifat tidak disadari.
Tuntutan struktur kepribadian yang saling bertentangan menyebabkan
kecemasan. Mekanisme pertahanan, khususnya represi, melindungi ego dan
mengurangi kecemasan. Freud yakin bahwa masalah berkembang karena
pengalaman masa anak-anak sebelumnya. Ia mengatakan bahwa individu
melampaui lima tahap psikoseksual - oral, anal, phallic, latency dan genital.
Selama tahap phallic, Oedipus Complex merupakan sumber utama konflik.
Erikson mengembangkan suatu teori yang menekankan delapan tahap
perkembangan psikososial: kepercayaan versus ketidakpercayaan; otonomi
versus rasa malu dan ragu-ragu; prakarsa versus rasa bersalah; tekun versus
versus rasa rendah diri; identitas versus kebingungan identitas; keintiman
versus keterkucilan; bangkit versus mandeg; kepuasaan versus kekecewaan
(keputusasaan).
2. Teori-teori Kognitif
Piaget mengatakan bahwa anak-anak melampaui empat tahap
perkembangan kognitif, yaitu : sensorimotor, praoperasional, operasional
konkrit, dan operasonal formal. Teori pemrosesan informasi mengenai
bagaimana individu memproses informasi tentang dunianya, yang meliputi:
bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, bagaimana informasi disimpan
dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk
memungkinkan kita berpikir dan memecahkan masalah.
3. Teori-teori Ekologi
Teori etologis menempatkan tekanan yang kuat pada landasan
perkembangan biologis. Berbeda dengan teori etologi, Urie Bronfenbrenner
(1917) mengajukan suatu pandangan lingkungan yang kuat tentang
perkembangan yang sedang menerima perhatian yang meningkat. Teori
ekologi adalah pandangan sosiokultular Bronfenbrenner tentang
perkembangan, yang terdiri dari 5 sistem lingkungan mulai dari masukan
interaksi langsung dengan gen-gen sosial (social agent) yang berkembang baik
hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas. Ke 5 sistem dalam teori
ekologis Bronfenbrenner ialah mikrosystem, mesosyem, ekosistem,
makrosistem dan kronosistem.
a. Mikrosistem : Situasi dimana remaja hidup, meliputi keluarga, kawan-
kawan sebaya, sekolah dan lingkungan sekitar.
b. Mesosistem : Relasi antara dua mikrosistem atau lebih.
c. Eksosistem : Situasi sosial di mana remaja tidak memilki peran aktif
namun mempengaruhi pengalaman remaja.
d. Makrosistem : Budaya di mana remaja hidup.
e. Kronosistem : Pola dari peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari
rangkaian kehidupan dan keadaan sosio-historis.

B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending
Process).
Proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan. Menurut Huelock (1980), proses merupakan perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
changes). Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock proses perkembangan
berlangsung secara berkelanjutan dan berhenti ketika jiwa terpisah dengan
raga. Karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam
berbagai aspek, baik yang bersifat biologis maupun psikologis dan
perkembangan dipengaruhi oleh lingkungan.
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi.
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi
maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan
atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak
dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan, misalnya sering sakit-
sakitan, maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek
lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan
emosional.
3. Perkembangan mengikuti pola tertentu.
Contohnya, pola-pola teratur dari perkembangan fisik, motorik, bicara,
dan perkembangan intelektual. Pola perkembangan fisik dan motorik
menggunakan hukum Cephalocaudal yang menetapkan bahwa perkembangan
menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki, dan hukum Proximodistal
yang menetapkan bahwa perkembangan menyebar keluar dari titik poros
sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh.
Jika kondisi lingkungan tidak menghambat, perkembangan akan mengikuti
pola yang berlaku umum, misalnya bayi akan merangkak sebelum berjalan
dan minat terhadap seks akan muncul ketika masa pubertas.
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
Setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan fisik dan mental
pada waktu yang berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Misalnya,
otak mencapai bentuk ukuran sempurna pada umur 6-8 tahun. Teori
perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, menunjukkan kelainan
yang relatif sangat jarang terjadi.
5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
Setiap tahapan perkembangan mempunyai pola perilaku yang khas yang
ditandai dengan periode equilibrium. Apabila individu dengan mudah
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, baik penyesuaian pribadi
maupun sosial, maka pola-pola tersebut ditandai dengan periode
disequilibrium, apabila mereka mengalani kesulitan dalam penyesuaian yang
mengakibatkan penyesuaian pribadi dan sosial menjadi buruk.
6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase
perkembangan.
Dalam menjalani hidup yang normal dan berusia panjang individu akan
mengalami fase-fase perkembangan yaitu mulai dari bayi, kanak-kanak, anak,
remaja, dewasa hingga masa tua.

C. ORIENTASI DALAM TEORI PERKEMBANGAN


1. Teori yang berorientasi Biologis
Teori ini menitik beratkan pada apa yang yang disebut bakat, jadi faktor
keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir, perkembangan anak dilihat
sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat
endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja
melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah
ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi (genotype). Pengaruh
lingkungan hanya sekedar menyedikan kesempatan yang baik saja, misalnya
pengaruh suhu, penerangan, pemupukan, dan pangairan yang menguntungkan.
Dalam hal ini maka merupakan suatu proses yang spontan, yang oleh piaget
(1971) disebut sebagai kelanjutanganesa-embryo. Pengaruh lingkungan, yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan ikut menentukan sifat apa yang
terwujud yang dimiliki organisme dalam periode tertentu (fenotype).
Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak
kembar yang identik (satu telur) yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan)
yang berbeda, mengalami proses perkembangan yang beda pula.
Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada
waktu anak dalam satu kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku
operasi, yaitu melakukan tingkah laku intelektual pada waktu yang lebih awal
dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak bisa membaca pada
waktu yang sangat awal.
2. Teori yang berorientasi pada Lingkungan
Dalam kelompok teori lingkungan (teori milieu) termasuk teori belajar
dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu
sebetulnya sama karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar
sosial. Hal ini juga berlaku bagi enkulturasi, yaitu memperolehnya tingkah
laku kebudayaan sendiri yang banyak di tulis oleh antropologi budaya, seperti
Benedict (1934), Kardiner (1945) mead (a.l.1953).
Teori-teori belajar mempunyai sifat yang berlainan (knoers,1973). Persamaan
yang ada di antara berbagai teori belajar itu ialah bahwa mereka semua
memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan dalam disposisi seseorang
yang bersifat relatif tetap, sedangkan perubahan tersebut tidak di sebabkan
oleh pertumbuhan. Disposisi disini di artikan sebagai potensi untuk bertingkah
laku, untuk bersikap. Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama,
potensi untuk bertingkah laku yang lebih tinggi tidak tergantung daripada
perubahan spontan pada struktur dari organisme, melainkan tergantung pada
apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi bila anak hidup
dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola
tingkah laku yang khas lingkungannya tadi.
Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan bahasa, begitu
juga keberhasilan disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas lingkungan
(overmann, 1971). Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa kemungkinan
besar ada semacam watak (rolff, 1970). Watak social ini menurut fromm
(1941) adalah inti struktur watak yang dimiliki oleh semua anggota satu
budaya atau sub-budaya tertentu. Watak sosial berlainan dengan watak
individual yang menunjuk pada perbedaan yang ada diantara orang-orang dari
suatu budaya yang sama. Berbagai teori lingkungan ini kurang memperhatikan
akan pengaruh pembawaan yang ada relatif kaut dalam perkembangan
seseorang.
3. Teori yang berorientasi pada Psikodinamika
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal
pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan
primer, terhadap perkembangan. Teori psikodinamika memandang komponen
yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan
perkembangan seseorang. Menurut teori ini, maka komponen yang besifat
sosio-afektif yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang, sebagai penentu
dinamikanya.
Menurut Sigmund Freud, seorang anak dilahirkan dengan dua macam
kekuatan biologis, yaitu libido dan nafsu mati. Kekuatan atau energi ini
“menguasai” semua orang atau semua benda yang berarti bagi anak, melalui
proses yang disebut kathexis. Kathexis berarti konsentrasi energi psikis
terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik atau terhadap suatu person
yang spesifik.
Menurut Freud (Alwisol, 2005:17), kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak
sadar (unconscious). Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu
sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu Id, Ego, dan SuperEgo.
a. Id (Das Es)
Menurut Freud, Id berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan
(pleasure principle), munculnya dorongan-dorongan yang merupakan
manifestasi Id, adalah dalam rangka membawa individu ke dalam keadaan
seimbang. Jika ini terpenuhi maka rasa puas atau senang akan diperoleh. Id
merupakan aspek kepribadian yang dimiliki individu sejak lahir. Jadi Id
merupakan faktor pembawaan. Id merupakan aspek biologis dari
kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instintif yang fungsinya untuk
mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan
haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman.
b. Ego (Das Ich)
Ego merupakan aspek kepribadian yang diperoleh sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud, das Ich
merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan
individu pada realitas atas dasar prinsip realitas (reality principle).
c. SuperEgo (Das Ueber Ich)
SuperEgo adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya
berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normatif. Menurut
Freud, SuperEgo terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur
yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Fungsi SuperEgo
adalah:
1) Sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan
dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat;
2) Mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip moral;
3) Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya SuperEgo dilengkapi dengan conscientia
atau nurani dan ego ideal. Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang
melalui internalisasi dari peringatan dan hukuman, sedangkan ego ideal
berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-
anak. Id dan ego tidak mempertimbangkan moralitas keduanya tidak
mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego adalah
struktur kepribadian yang mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau
salah. Superego sering kali kita juluki sebagai “hati nurani”. Freud
berpendapat bahwa kehidupan remaja dipenuhi dengan ketegangan dan
konflik. Remaja berusaha meredakan ketegangan yang dialami dengan cara
memendam konflik tersebut kedalam pikiran yang tidak sadar.
Dalam pandangan Freud, ego harus menyelesaikan konflik antara
tuntutan realitas, harapan id, dan pembatasan dari superego melalui
mekanisme pertahanan. Ada dua hal penting tentang mekanisme pertahanan,
pertama mereka tidak disadari; remaja tidak sadar bahwa mereka
menggunakan mekanisme pertahanan untuk melindungi ego mereka dan
mengurangi rasa cemas. Kedua, jika digunakan secara moderat atau sementara
waktu, mekanisme pertahanan tidak berakibat negatif. Akan tetapi, individu
sebaiknya tidak membiarkan mekanisme pertahanan mendominasi tingkah
laku mereka dan mencegah mereka menghadapi tuntutan realitas.
Ketika Freud mendengarkan, menggali dan menganalisis pasien-
pasiennya, ia menjadi yakin bahwa masalah mereka bersumber dari
pengalaman-pengalaman di masa awal kehidupan. Menurut Freud manusia
akan melalui lima tahap permulaan dari perkembangan psikoseksual dan di
setiap tahap perkembangan individu memperoleh kenikmatan di suatu bagian
tubuh tertentu.
1) Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18
bulan pertama, dimana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.
2) Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara
usia 1,5 dan 3 tahun, di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau
fungsi pembuangan yang berhubungan dengan anus.
3) Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara
usia 3 sampai 6 tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki.
Artinya kesenangan berpusat pada alat kelamin karena anak menemukan
bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan kesenangan.
4) Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi
antara usia 6 tahun dan pubertas, anak menekan semua minat seksual da
mengembangkan keterampilan inteletual dan social.
5) Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada
masa pubertas. Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan
seksual, sumber kesenangan seksual yang adalah dari orang lain yang
bukan keluarganya (Santrock, 2007).
Kekurangan Pendekatan Psikodinamika yakni:
1) Bentuk yang lebih singkat dan kurang intensif
2) Klien dan treapis umunya duduk berhadapan
3) Terapis tidak memberikan interpretasi secara berkala, melainkan terlibat
dalam pertukaran verbal yang lebih sering dengan klien.
Kelebihan psikodinamika (psikoanalitik/terapi psikodinamika)baru:
1) Bentuk penanganan yang lebih singkat dan murah atau lebih intensif
2) Bertujuan mengungkapkan motif-motif bawah sadar dan menghancurkan
resistansi dan pertahanan psikologis
3) Fokusnya lebih pada hubungan klien
4) Terpinya membutuhkan dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung
dari pertahanan klien dan transference disbanding bentuk tradisional.
4. Teori yang berorientasi pada Interaksionisme
Beberapa teori yang dibicarakan sebelumnya agak bersifat menyimpang,
maka dari itu membutuhkan suatu sintesa. Sintesa tersebut didapatakan di
dalam teori interaksionisme yang sekarang banyak dianut oleh banyak ahli
psikologi perkembangan dibarat. William stern dapatn dipandang sebagai
pelopor teori konvergensi yang beranggapan bahwa setiap tingkah laku
merupakan hasil pertemuan (konvergensi) antara faktor lingkungan.
Teoretikus terkenal dalam interaksionisme adalah piaget (1947). Pendapatnya
agak menyimpang karena piaget hanya mamentingkan perkembangan
intelektual dan perkembangan moral yang berhubungan dengan itu. Disini
moral dipandang sebagai berhubungan dengan intelektual anak. Konsep dalam
teori perkembangan Piaget:
a. Intelegensi, suatu bentuk ekuilibrium kearah mana semua struktur yang
menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensiomotor diarahkan.
b. Organisasi, suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan
guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis dalam
suatu sistem yang lebih tinggi.
c. Skema, suatu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan
berubah selama perkembangan kognitif seseorang.
d. Asimilasi, proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya.
e. Akomodasi, suatu pembentukan skema baru atau mengubah skema lama
sehingga cocok dengan rangsangan yang baru
f. Ekuilibrasi, keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi,ekuilibrasi dapat
membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.

D. Interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan


Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor
bawaan/warisan dan faktor lingkungan. Dengan faktor bawaan tertentu dan
disertai dengan faktor lngkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan
pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula.
Masing-masing individu lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti
bahwa, karakteristik individu diperoleh melalui orang tuanya. Di samping itu
individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya, baik
lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan sosial. Setiap
pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakann hasil interaksi dari
hereditas dan lingkungan.
1. Faktor Hereditas
Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir yang berasal dari
kedua orang tuanya dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa
berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Misalnya:
a. Ada anak yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti
bapaknya, rambut kering dan warna kulit putih seperti ibunya. Bila anak
yang pembawaan gemuk seperti ini, ia sukar menjadi kurus, tapi akan
mudah menjadi gemuk. Demikian juga rambut keriting, bagaimanapun
berusaha untuk meluruskannya akhirnya akan kembali menjadi keriting.
b. Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang
diwarisi dari ibu, ayah, atau kakek dan nenek. Bermacam-macam sifat yang
dimiliki manusia, misalnya: Penyabar, pemarah, kikir, pemboros,hemat dan
lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir.
c. Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya
berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan
dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, dll.
Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat
umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak,
berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan
sebagainya.
Misalnya: seorang anak kecil berumur 4 tahun sedang bermain di taman
bunga. Ia melihat bunga-bunga berwarna-warni, lari mengejar kupu-kupu,
mencium bunga-bunga itu, dan sebagainya. Tindakan-tindakan itu masih
berkadar intelegensi yang rendah karena unsur rasionya juga rendah. Akan
tetapi anak yang lebih besar, misalnya sudah berumur tujuh tahun, ia
menghitung berapa macam bunga yang ada di taman itu dan apa saja
warnanya. Tindakan kedua ini sudah lebih berintelegensi daripada yang
pertama. Anak yang sudah SMP mungkin sudah dapat menyebutkan warna
bunga-bunga itu satu per satu, mengetahui golongan rumpun apa berikut nama
Latin mereka. Sementara itu, seorang insinyur pertanian mampu mengadakan
perkawinan silang antara bunga-bunga tersebut.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak,
sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain
sehari-hari. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta
jasmani dan rohaninya.
Misalnya:
a. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mapan, umumnya
sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak mampu. Demikian pula anak yang orang tuanya
berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
b. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir dan kecerdasan
anak. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan
pola pikir serta kepribadian anak.
Seorang ahli ada yang mengatakan:
a. Perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaanya, sedangkan
lingkungan tidak berpengaruh apa-apa.
Contohnya: jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya akan
melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan anak domba
b. Perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan
pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya ( menganggap manusia yang lahir itu
seperti lembaran kosong) tak punya kemampuan dan bakat apa-apa.
Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada
pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Contoh: Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk
mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi sorang politisi.
Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik, ia tak akan
pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati.
Memang sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh besar
terhadap proses perkembangan dan masa depan anak. Dalam hal ini,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti
menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang anak.
c. Hereditas dan pembawaan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia.
Faktor pembawaan tidak akan berarti apa-apa jika tanpa faktor
pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor lingkungan tanpa faktor
bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai
dengan harapan.
contohnya: Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri
tegak di atas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup di
lingkungan masyrakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah
hutan belantara dan tinggal bersama hewan, maka bakat berdiri yang ia
miliki secara turun-menurun dari orang tuanya itu akan sulit diwujudkan.
Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan
di atas kedua kaki dan tangannya. Dia akan merangkak seperti serigala
pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya
apabila lingkungan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
Jadi pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Setiap anak memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda satu sama lainnya. Anak dengan
pembawaan yang sama akan memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
yang berbeda jika diberikan lingkungan yang berbeda. Anak yang memiliki
pembawan yang berbeda akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
bisa sama bisa juga tidak, ini disesuaikan dengan lingkungan yang diberikan
kepada anak.
Hal ini menunjukkan pentingnya pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Keduanya tidak dapat berdiri dengan
sendirinya, diperlukan lingkungan yang kondusif demi
meningkatan/mewujudkan pembawaan.
Hereditas atau bawaan yang terpenting antara lain: bentuk tubuh, raut muka,
warna kulit, intelegensi bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit. Anak dengan
bawaan yang baik/bagus akan tumbuh dan berkembang jika diberikan lingkungan
yang baik/bagus (sesuai dengan bakat anak) pula, baik itu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan alam sekitar.
Sebagai contoh anak dengan bawaan berupa bakat menyanyi. Pembawaan
tersebut akan terwujud jika diberikan lingkungan berupa pengalaman dan latihan
menyanyi, tentunya kelak si anak bisa menjadi penyanyi. Namun, jika tidak
diberikan lingkungan, pendidikan, pengalaman berlatih menyanyi maka si anak
tidak akan menjadi penyanyi, hanya memiliki bakat terpendam yaitu menyanyi.
Dari gambaran di atas menjelaskan bahwa pembawaan dan lingkungan tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya memiliki pengaruh yang besar
terhadap pola pertumbuhan dan perkembangan anak. Keduanya memiliki
keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan cara berbeda-beda
sesuai dengan kondisi lingkungan. Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa
didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap bawaaan itu sendiri.
Jadi kesimpulan yang terkait dengan faktor hereditas dan lingkungan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah:
1) Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor hereditas dan
faktor lingkungan.
2) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya
sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, sifat-sifat, bakat,
intelegensi dan penyakit.
3) Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri anak yang
meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi
anak tersebut dengan lingkungan. Meliputi: Lingkungan (dapat berupa
pendidikan dan pengalaman yang diberikan).
4) Keduanya memiliki keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan
cara berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan.
5) Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan
yang kondusif terhadap bawaaan itu sendiri.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
Teori adalah keyakinan umum yang membantu kita menjelaskan apa yang kita
amati dan membuat prediksi. Perkembangan merupakan perubahan secaraa progressif
dalam diri manusia sebagai organisme dalam pola-pola yang memungkinkan teradi
fungsi-fungsi baru. Jadi, teori perkembangan adalah Sejumlah ide yg koheren,
mengandung hipotesis-hipotesis dan asumsi-asumsi yang dapat diuji kebenarannya,
dan berfungsi untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi perubahan -
perubahan perilaku dan proses mental manusia sepanjang rentang kehidupannya.
Macam-macam teori perkembangan:

1. Teori ekologi adalah pandangan sosiokultular Bronfenbrenner tentang


perkembangan, yang terdiri dari 5 sistem lingkungan mulai dari masukan
interaksi langsung dengan gen-gen sosial (social agent) yang berkembang baik
hingga masukan kebudayaan yang berbasis luas.
2. Teori-teori Kognitif: Piaget mengatakan bahwa anak-anak melampaui empat
tahap perkembangan kognitif, yaitu : sensorimotor, praoperasional, operasional
konkrit, dan operasonal formal.
3. Teori-teori Psikoanalitis: Freud mengatakan kepribadian terdiri dari tiga struktur
id, ego dan superego dan bahwa kebanyakan pemikiran anak-anak bersifat tidak
disadari. Tuntutan struktur kepribadian yang saling bertentangan menyebabkan
kecemasan.

Prinsip-prinsip perkembangan antara lain: Perkembangan merupakan proses yang


tidak pernah berhenti (Never Ending Process), Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi, Perkembangan mengikuti pola tertentu. Perkembangan terjadi pada
tempo yang berlainan, Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas, Setiap
individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase perkembangan.
ORIENTASI DALAM TEORI PERKEMBANGAN

1. Teori yang berorientasi Biologis

Teori ini menitik beratkan pada apa yang yang disebut bakat, jadi faktor
keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir, perkembangan anak dilihat
sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
2. Teori yang berorientasi pada Lingkungan
Dalam kelompok teori lingkungan (teori milieu) termasuk teori belajar dan
teori sosialisasi yang bersifat sosiologis.
3. Teori yang berorientasi pada Psikodinamika
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan
akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan primer, terhadap
perkembangan.
Interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan, dapat kita amati bawa
setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
Hal ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, yaitu faktor bawaan/warisan dan
faktor lingkungan. Dengan faktor bawaan tertentu dan disertai dengan faktor
lngkungan yang tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan
perkembangan tertentu pula.

SARAN
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih ada kekurangannya. Jadi
kami menyarankan agar pembaca makalah ini membaca referensi dari buku-buku
lain untuk melengkapi atau menambah pengetahuannya dalam bidang ini.
Pemahaman tentang orientasi perkembangan dan teori perkembangan bagi seorang
guru, dapat dijadikan bimbingan terhadap anak didiknya yang sedang mengalami
permasalahan. Dan permasalahan tersebut dapat menjadi terhalangnya
perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

jadibrilian.blogspot.com/2011/11/teori-teori-perkembangan.html
Surya, Mohamad. 2014. Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, Syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Bandung: Rosda.

Anda mungkin juga menyukai