Anda di halaman 1dari 9

Teorema 4.1 Jika j adalah bilangan asli dalam interval 0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1.

Terdapat bilangan asli u


dan v sebagai berikut.

(6) 0 ≤ 𝑢 ≤ 𝑛 − 1, 0 ≤ 𝑣 ≤ 𝑛 − 1, dan 𝑗 = 𝑣𝑛 + 𝑢

Bilangan asli tersebut ditentukan oleh (6) dan kondisi

𝑗
𝑗 ≡ 𝑢(𝑚𝑜𝑑 𝑛), [𝑛 ] = 𝑣

Bukti. Bilangan asli 𝑢 dalam interval bilangan 𝑛 0, 1, …, n-1 seperti berikut

𝑗 = 𝑢(𝑚𝑜𝑑 𝑛)

Sesuai dengan definisi kongruen, terdapat bilangan asli 𝑣 seperti

𝑗 = 𝑢 + 𝑛𝑣

karena

0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1, 0≤ 𝑢 ≤𝑛−1

Kita lihat

0−(𝑛−1) 𝑗−𝑢 (𝑛2 −1)−0


−1 < ≤ ≤ <𝑛
𝑛 𝑛 𝑛

𝑗−𝑢
Karena = 𝑣,
𝑛

−1 < 𝑣 < 𝑛

Tapi v adalah sebuah bilangan asli karena itu

0≤𝑣 ≤𝑛−1

Hal ini menujukkan jika pernyataan j pada teorema adalah tepat

Seandainya

𝑗 = 𝑣𝑛 + 𝑢

Dimana u dan v memenuhi pertidaksamaan (6). Karena itu

𝑗 ≡ 𝑢(𝑚𝑜𝑑 𝑛).
Bersama dengan pertidaksamaan

0≤𝑢 ≤𝑛−1

Ditentukan u. Dengan menggunakan pertidaksamaan, kita lihat jika

𝑗 − 𝑢 𝑗 𝑗 + (𝑛 − 𝑢)
𝑣= ≤ < =𝑣+1
𝑛 𝑛 𝑛

Jadi, menurut definisi dari fungsi bilangan bulat terbesar

𝑗
𝑣=[ ]
𝑛

Dengan demikian v ditentukan secara unik . Secara kebetulan, kita juga memecahkan bagian akhir
dari teorema.

pertidaksamaan 0 ≤ 𝑣 ≤ 𝑛 − 1 telah dibuktikan namun tidak pernah digunakan dalam


proses menyelesaikan teorema 4.1. pertidaksamaan tersebut akan berguna pada penerapan
teorema. Pada kasus 𝑛 = 10, seluruh teorema tidak ada yang lebih dari pernyataan yang mudah
dimengerti tentang gambaran dari notasi bilangan decimal. Kondisi 0 ≤ 𝑗 ≤ 102 − 1 mengatakan
jika j adalah maksimal dari 2 angka. pertidaksamaan (6) dan persamaan 𝑗 = 𝑣 ∙ 10 + 𝑢 berkata
jika u adalah angka satuan dan 𝑣 adalah angka puluhan. Suatu bilangan bulat positif adalah
kongruen untuk angka satuannya (mod 10) dan jika 𝑗 > 0, [𝑗/10] jelas apa yang tersisa ketika
angka satuannya dihapus (coba semua ini, sebagai contoh pada 𝑗 = 97). Dengan cara yang sama,
teorema ini adalah pernyataan tentang 2 digit angka tertulis dalam n.

Untuk j dalam interval 0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1, kita memasukkan j dalam bentuk yang telah


diberikan oleh teorema 4.1, lalu dengan metode yang sama memasukkan j kedalam (𝑥𝑗 , 𝑦𝑗 )
diberikan oleh

𝑥𝑗 ≡ 𝑎 + 𝑐𝑢 + 𝑒𝑣(mod 𝑛),

𝑦𝑗 ≡ 𝑏 + 𝑑𝑢 + 𝑓𝑣(mod 𝑛).

Kita akan menggunakan bentuk metode yang sama dalam pembuktian kita.

Theorema 4.2. Metode yang sama mengisi persegi 𝑛 x 𝑛 jika (𝑐𝑓 − 𝑑𝑒, 𝑛)=1
(Pernyataan: Kebalikannya juga benar; jika perseginya terisi, maka (𝑐𝑓 − 𝑑𝑒, 𝑛)=1. Namun
pembuktiannya lebih susah dan tidak akan diberikan)

Bukti. metode yang sama menempatkan bilangan 𝑛2 dalam 𝑛2 sel. Jadi satu-satunya jalan
jika perseginya tidak akan terisi adalah jika beberapa sel mengandung lebih dari satu masukan.
Jadi jika kita dapat menunjukkan jika tidak ada sel yang mengandung 2 masukan yang sama, hal
itu akan mengikuti jika persegi terisi. Kita beri bukti dengan kontradiksi.

Misalkan 𝑗1 dan 𝑗2 (𝑗1 ≠ 𝑗2dan keduanya dalam rentang 0 sampai kepada 𝑛2 − 1) ditempatkan
dalam satu sel maka

𝑥𝑗1 = 𝑥𝑗2 , 𝑦𝑗1 = 𝑦𝑗2 .

Oleh teorema 4.1, kita dapat memasukkan 𝑗1 dan 𝑗2 dalam bentuk

𝑗1 = 𝑣1 𝑛 + 𝑢1 , 𝑗2 = 𝑣2 𝑛 + 𝑢2

Dimana 𝑢1 , 𝑣1 , 𝑢2 , 𝑣2 adalah dalam rentang 0 melalui n-1. Jadi

𝑎 + 𝑐𝑢1 + 𝑒𝑣1 ≡ 𝑎 + 𝑐𝑢2 + 𝑒𝑣2 (mod 𝑛)

𝑏 + 𝑑𝑢1 + 𝑓𝑣1 ≡ 𝑏 + 𝑑𝑢2 + 𝑓𝑣2 (mod 𝑛)

Atau

𝑐𝑢1 + 𝑒𝑣1 ≡ 𝑎 + 𝑐𝑢2 + 𝑒𝑣2 (mod 𝑛)

(8)

𝑑𝑢1 + 𝑓𝑣1 ≡ 𝑏 + 𝑑𝑢2 + 𝑓𝑣2 (mod 𝑛)

Persamaan (8) mungkin dianggap sebagai 2 persamaan kongruen dalam 2 𝑢1 dan 𝑣1 yang
tidak diketahui. Dari hipotesis, penentu koefisien 𝑐𝑓 − 𝑑𝑒, adalah relative prime kepada n dam
menurut teorema 3.9, terdapat solusi untuk 𝑢1 dan 𝑣1 (mod n). Namun jelas

𝑢1 ≡ 𝑢2 (mod 𝑛), 𝑣1 ≡ 𝑣2 (mod 𝑛)

Merupakan sebuah solusi untuk dan karenanya haruslah merupakan solusi unik untuk (8). Karena
𝑢1, 𝑢2 , 𝑣1 , dan 𝑣2 semuanya dalam rentang 0 melalui n-1, seharusnya seperti ini

𝑢1 = 𝑢2 , 𝑣1 = 𝑣2
Jadi

𝑗1 = 𝑗2

Ini merupakan kontradiksi dan dengan demikian bilangan yang berbeda menuju ke sel yang
berbeda.

Sevagai contoh, ketika 𝑐 = 1, 𝑑 = 1, 𝑒 = −1, 𝑓 = −2 (metode Loubere), kita lihat jika (𝑐𝑓 −
𝑑𝑒, 𝑛) = 1 untuk setiap n, dengan demikian metode Loubere mengisi setiap persegi n x n. Teorema
berikutnya memberikan kunci untuk mencari kondisi yang menjamin persegi ajaib.

Teorema 4.3 Jika 𝑞, 𝑟 dan 𝑠 adalah bilangan bulat dan

(𝑞, 𝑛) = (𝑟, 𝑛) = 1

Maka terdapat bilangan bulat n dalam rentang

0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1

Yang memenuhi kongruen

𝑗
𝑞𝑗 + 𝑟 [ ] ≡ 𝑠(mod 𝑛)
𝑛

𝑛(𝑛2 −1)
Dan jumlah bilangan bulat n adalah 2

Bukti. Untuk setiap j dalam rentang 0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1, oleh teorema 4.1 bilangan bulat unik 𝑢 dan 𝑣
sebagai berikut

0 ≤ 𝑢 ≤ 𝑛 − 1, 0 ≤ 𝑣 ≤ 𝑛 − 1, 𝑗 = 𝑣𝑛 + 𝑢

Sebaliknya, diberikan bilangan bulat 𝑢 dan 𝑣 yang memenuhi diatas pertidaksamaan, bilangannya

𝑗 = 𝑣𝑛 + 𝑢

Memenuhi pertidaksamaan

0 = 0 ∙ 𝑛 + 0 ≤ 𝑣𝑛 + 𝑢 ≤ (𝑛 − 1)𝑛 + (𝑛 − 1) = 𝑛2 − 1

Jadi setiap j dalam rentang 0 sampai 𝑛2 − 1 menentukan 𝑢 dan 𝑣 yang unik dalam rentang 0 sampai
𝑛2 − 1 dan sebaliknya, dalam istilah 𝑢 dan 𝑣, kongruen adalah
(10)𝑞𝑢 + 𝑟𝑣 ≡ 𝑠(mod 𝑛)

Tugas pertama kita adalah menunjukkan jika terdapat n pasangan bilangan 𝑢, 𝑣 yang mana
memenuhi (9) dan (10)

Sejak (𝑟, 𝑛)=1. Teorema 3.6 memberitahu kita jika setiap diberikan 𝑢, 𝑣 merupakan solusi unik
kepada

𝑟𝑣 ≡ 𝑠 − 𝑞𝑢(mod 𝑛)

Terdapat nilai n dari u dalam rentang 0 ≤ 𝑢 ≤ 𝑛 − 1, dan semuanya menentukan 𝑣 unik


dalam rentang yang sama seperti halnya pasangan 𝑢, 𝑣 memenuhi (10). Karena itu terdapat nilai j
dalam rentang
0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1 yang memenuhi

𝑗
𝑞𝑗 + 𝑟 [ ] ≡ 𝑠(mod 𝑛)
𝑛

Beri nilai 𝑛 dari 𝑗 menjadi 𝑗0 , 𝑗1 , … , 𝑗𝑛−1 , dan biarkan nilai yang sesuai dari 𝑢 dan 𝑣 menjadi
𝑢0 , 𝑣0 , 𝑢1 , 𝑣1 , … , 𝑢𝑛−1 , 𝑣𝑛−1 . Kita telah mencatat jika 𝑢𝑘 diasumsikan setiap nilai dalam rentang 0
sampai 𝑛 − 1 tepat satu. Begitu juga dapat dikatakan 𝑣𝑘 . Diberi nilai 𝑟, terdapat 𝑢 unik yang
memenuhi persamaan sejak (𝑞, 𝑛) = 1. Karena itu, setiap bilangan 𝑣 dalam rentang 0 sampai n-1
sesuai dengan 𝑢 dalam rentang itu sehingga pasangan 𝑢 dan 𝑣 memenuhi (10). Jadi 𝑣𝑘 juga
memberi nilai dalam rentang 0 sampai 𝑛 − 1 tepat satu. Dilain kata bilangan 𝑢0 , 𝑢1 , … , 𝑢𝑛−1
hanyalah penataan ulang bilangan 0,1, … , 𝑛 − 1 dan hal yang sama juga berlaku untuk bilangan
𝑣0 , 𝑣1 , … , 𝑣𝑛−1 penataan ulang tidak diragukan lagi merupakan penataan ulang yang berbeda,
tetapi ini tidak masalah. Karena itu

𝑛−1 𝑛−1 𝑛−1 𝑛−1

∑ 𝑗𝑘 = ∑(𝑛𝑣𝑘 + 𝑢𝑘 ) = 𝑛 ∑ 𝑣𝑘 + ∑ 𝑢𝑘
𝑘=0 𝑘=0 𝑘=0 𝑘=0

𝑛−1 𝑛−1

= 𝑛∑𝑘+∑𝑘
𝑘=0 𝑘=0

𝑛−1

= (𝑛 + 1) ∑ 𝑘
𝑘=0
(𝑛 − 1)(𝑛)
(𝑛 + 1)
2

𝑛(𝑛2 − 1)
2

Mari gambarkan bagian akhir dari pembuktian teorema 4.3. Ambil n=5 dan biarkan persamaan
kongruen menjadi

𝑗
(11) 2𝑗 + 3 [5] = 2(mod 5)

Atau, istilah dari 𝑢 dan 𝑣

2𝑢 + 3𝑣 ≡ 2(mod 5)

Lima solusi kepada (11) dengan 0 ≤ 𝑗 ≤ 24 adalah j = 1, 7, 13, 19, dan 20. 𝑢 dan 𝑣 mewakili
bilangan dibawah ini

1 = 5 ∙ 0 + 1,

7 = 5 ∙ 1 + 2,

13 = 5 ∙ 2 + 3

19 = 5 ∙ 3 + 4

20 = 5 ∙ 4 + 0

Jumlahnya adalah

1 + 7 + 13 + 19 + 20 = 5 ∙ (0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 0)

= 5 ∙ (0 + 1 + 2 + 3 + 4) + (0 + 1 + 2 + 3 + 4)

= 6(0 + 1 + 2 + 3 + 4)

= 60

Persamaan (11) sebenarnya baris atas dalam persamaan persegi dalam Figure 4.2. baris atas yang
diberikan oleh persamaan

𝑦𝑗 = 5,
Dan 𝑦𝑗 diberikan oleh

𝑗
𝑦𝑗 ≡ 3 + 2𝑗 + 3 [ ] (mod 5)
5

Dua persamaan ini memberikan persamaan (11). Jumlah elemen pada baris pertama dalam Figure
4.2 adalah 60. Kita lihat jika ini seharusnya benar dari baris lainnya juga; persamaannya sama
seperti (11) kecuali jika bolangannya berubah dari barus ke baris namun penjumahannya tetaplah

5(0 + 1 + 2 + 3 + 4) + (0 + 1 + 2 + 3 + 4) = 60

Kita mungkin bisa lebih menghargai bukti pada teorema sebelumnya dan penerapannya kepada
persegi ajaib jika kita mengambil persegi ajaib Figure 4.2 dan menulisnya tidak dalam sistem
desimal tetapi dalam basis 5 (Figure 4.5). (Biasanya sebuah bilangan seperti hanya 4 dapat ditulis
4 bukan 04, kita menambahkan 0 untuk mmebentuk suatu pola. Pembaca dapat melihat sekilas
bahwa di setiap baris atau kolom, angka satuan (𝑢 dalam teorema 4.3) selalu 0, 1, 2, 3, 4, dan 5
angka (𝑣 teorema 4.3) juga selalu 0, 1, 2, 3, 4. Jadi jumlah bilangan dalam setiap baris atau kolom
selalu (basis 10)

5(0 + 1 + 2 + 3 + 4) + (0 + 1 + 2 + 3 + 4) = 60

Hasilnya, persegi ajaib

34 12 40 23 01

20 03 31 14 42

11 44 22 00 33

02 30 13 41 24

43 21 04 32 10

Figure 4.5 Persegi dari Figure 4.2 dengan masukan basis 5 (sebagai contoh, bulangan di sudut kiri
atas adalah (basis 10) 3 ∙ 5 + 4 = 19
Kita tidak bisa mendefinisikan apa yang dimaksud dengan ajaib; kita memperbaiki ini
sekarang.

Definisi. misalkan 𝑛2 bilangan bulat yang berbeda dimasukkan ke dalam berbagai sel dari n x n
persegi (tidak harus mengisinya). Jika jumlah masukan setiap baris selalu sama, kita katakana jika
persegi tersebut baris ajaib. Jika jumlah masukan setiap kolom selalu sama, kita katakana jika
persegi tersebut adalah kolom ajaib. Jika persegi keduanya baik kolom atau baris adalah ajaib, kita
dapat menyebutnya persegi ajaib. Jumlah hasil dalam setiap kasus disebut penjumlahan ajaib.

Teorema 4.4 Misalkan bilangan 0, 1, …, 𝑛2 − 1. Dimasukkan dalan persegi n x n oleh identitas


dalam persamaan (5)

Jika (𝑐, 𝑛) = (𝑒, 𝑎) = 1, maka perseginya kolom ajain

jika(𝑑, 𝑛) = (𝑓, 𝑛) = 1, maka perseginya adalah baris ajaib

jika(𝑐, 𝑛) = (𝑑, 𝑛) = (𝑒, 𝑛) = (𝑓, 𝑛) = 1, maka perseginya adalah ajaib, dalam setiap kasus
𝑛(𝑛2 −1
jumlah ajaib adalah 2

Catatan: kondisi di atas sebenarnya diperlukan dan memadai dalam setiap kasus, tetapi kami
membuktikan teorema tersebut dinyatakan

Bukti. Seharusnya (c, n) = (e, n) = 1. Nomer J dimasukkan ke dalam kolom kth jika dan hanya jika
xi = k. Sejak

𝑗
𝑥𝑖 ≡ 𝑎 + 𝑐𝑗 + 𝑒 [ ] (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛

Kita lihat bahwa j dimasukkan ke kolom kth jika dan hanya jika

𝑗
𝑐𝑗 + 𝑒 [ ] ≡ 𝑘 − 𝑎(𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛

Dari Teorema 4.3, jumlah j dalam kisaran yang kita pertimbangkan 0 ≤ 𝑗 ≤ 𝑛2 − 1.. adalah
𝑛(𝑛2 − 1)
2

Jadi jumlah elemen di setiap kolom adalah 𝑛(𝑛2 − 1)⁄2. Karena itu, persegi adalah kolom ajaib
dengan jumlah ajaib 𝑛(𝑛2 − 1)⁄2.

Seharusnya sekarang bahwa (𝑑, 𝑛) = (𝑓, 𝑛) = 1. Nomor j ditempatkan di baris kth jika
dan hanya jika 𝑦𝑖 = 𝑘. Since

𝑗
𝑦𝑖 ≡ 𝑏 + 𝑑𝑗 + 𝑓 [ ] (𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛

Kita lihat bahwa j dimasukkan ke baris kth jika dan hanya jika

𝑗
𝑑𝑗 + 𝑓 [ ] ≡ 𝑘 − 𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑛)
𝑛

Demikian dengan Teorema 4.3, jumlah dari nomer di baris kth adalah

𝑛(𝑛2 − 1)
2

Karena persegi adalah baris magic dan jumlah magicnya adalah 𝑛(𝑛2 − 1)⁄2. Bagisn ketiga
teorema mengikuti dari dua bagian pertama.

Contoh dari Teorema 4.2 dan 4.4 dapat dilihat pada Figure 4.2, 4.3, dan 4.4. perhatikan
bahwa kebalikan dari Taeorema 4.2 tidak berlaku pada Figure 4.3 dan kebalikan dari Teorema 4.4
tidak berlaku pada Figure 4.4.

Anda mungkin juga menyukai