Saat ini pembelajaran matematik hendaknya lebih mengutamakan pada pengembangan daya
matematika siswa yang meliputi kemampuan menemukan kembali (reinvention), menyusun
konjektur dan menalar secara logic (mathematical reasoning), menyelesaikan soal yang tidak rutin
dan menyelesaikan masalah (mathematical problem solving), berkomunikasi secara matematik
(mathematical communication), dan mengaitkan idea matematik dengan kegiatan intelektual
lainnya(mathematical connection ).
a. Standar Prosess (Process Standard) , yaitu tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran
matematika, meliputi: kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
berargumentasi (reasoning), kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan membuat
koneksi (connection), dan kemampuan representasi ( representation);
b. Ruang lingkup materi (Content Strand), adalah kompetensi dasar yang terdapat dalam
kurikulum sesuai tingkat pembelajaran siswa, bagi Indonesia ruang lingkup mata pelajaran
matematika pada satuan pendidikan SMA/MA meliputi aspek-aspek Logika, Aljabar, Geometri,
Trigonometri, Kalkulus, Statistika, dan Peluang;
Tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan Indonesia tersirat dengan jelas
keinginan yang ingin dicapai yaitu: (1)Kemampuan pemecahan masalah (problem
solving);(2)Kemampuan berargumentasi atau bernalar (reasoning);(3)Kemampuan berkomunikasi
(Communication);(4)Kemampuan membuat koneksi (Connection); (5)Kemampuan representasi
(Representation).
Kelima hal tersebut oleh NCTM (1989:1) dikenal dengan standar proses daya matematik
(mathematical power procces standards ). NCTM mendefinisikan daya matematik sebagai,
“ Mathematical power includes the ability to explore, conjecture, and reason logically, to solve non-
routin problems, to communicate about and through mathematics, and to connect ideas within
mathematics and between mathematics and other intellectually activity”. Daya matematik
merupakan kemampuan matematik untuk menggali pengetahuan dalam matematik, menyusun
konjengtur, berpikir secara logis, dan menyelesaikan masalah yang tidak rutin, serta mampu
berkomunikasi dan membuat koneksi serta representasi dari topik dalam matematik maupun
dengan ilmu pengetahuan lain.
NCTM dalam Principle and Standard for School Mtahematics tahun 2000 mengungkapkan
bahwa penalaran, pemecahan masalah, koneksi matematik, komunikasi matematik dan representasi
matematik, serta sikap positif terhadap matematik adalah merupakan aspek-aspek utama dari daya
matematik (Mathematical Power). Curriculum Framework Achieving Mathematical
Power (Yaniawati, R. Poppy,2003:36) mengemukakan bahwa pengembangan daya matematik akan
membentuk perolehan penting dalam belajar matematika, yaitu kebiasaan berpikir matematik.
Kebiasaan berpikir matematik ini merupakan sikap yang diharapkan dan menjadi bagian integral
dalam diri siswa setelah belajar matematik.
Paparan mengenai aspek-aspek atau indikator daya matematik sebagai standar proses
(Process Standard) adalah sebagai berikut :
3) Mengenali dan memformulasikan masalah tentang situasi matematika dan diluar matematika
Laksanakan rencana, dan lihat apakah rencana yang dilaksanakan langkah-langkahnya sudah benar.
1) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk menyelidiki dan mengerti isi matematik
dengan percaya diri yang meningkat;
3) Mengenalkan dan merumuskan permasalahan dari situasi dalam dan luar matematika;dan
4) Menerapkan proses dari model matematik untuk situasi masalah dunia nyata.
Indikator pemecahan masalah pada penelitian ini merupakan indikator pemecahan masalah
yang dikemukakan oleh Polya.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan. Penalaran digunakan
untuk memecahkan soal-soal matematik, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
baik di dalam maupun di luar sekolah. Kusumah, Yaya S. (1986:2) “penalaran merupakan pola pikir
yang tepat, akurat, rasional, dan objektif, serta kritis dalam logika matematika”.
4) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, menarik analogi dan
generalisasi
Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Sumarmo, Utari (Yaniawati, R. Poppy, 2003:42) menyatakan “ jenis lain dari penalaran
induksi adalah apa yang disebut dengan analogi atau lengkapnya analogi induktif”. Inferensi analogi
adalah inferensi keserupaan dua atau lebih benda dalam satu atau dua hal, kepada keserupaan
benda-benda itu dalam hubungan lain.
Indikator penalaran yang diteliti pada penelitian ini yaitu indikator menyusun pembuktian
langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi matematik.
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan
pesan yang berlangsung dalam komunitas dan konteks budaya (Ansari, Bansu Irianto, 2003:15).
NCTM (Ansari, Bansu Irianto, 2003:16) mengemukakan bahwa :
Komunikasi matematik terjadi ketika siswa belajar dalam kelompok, ketika siswa menjelaskan
algoritma untuk memecahkan masalah, ketika siswa mengkonstruk dan menjelaskan suatu
representasi grafik terhadap fenomena dunia nyata, atau ketika siswa memberikan suatu konjektur
tentang gambar-gambar geometri.
2) Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan, dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
Matematika merupakan bahasa, untuk itu komunikasi merupakan salah satu dari daya
matematika (Lindquizt dalam Yaniawati, R. Poppy, 2003:40). Komunikasi matematika akan
memberikan gambaran pada guru tentang pemahaman siswa terhadap konsep matematika, selain
itu menunjukan pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika.
Indikator komunikasi yang diteliti pada penelitian ini yaitu menghubungkan benda nyata,
gambar, dan diagram ke dalam idea matematik dan menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik,
secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
Sumarmo, Utari (2003:1) mengemukakan bahwa kegiatan yang termasuk ke dalam koneksi
matematika yaitu :
5) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen
6) Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik luar
matematika.
Sumarmo, Utari (2000:15) menyatakan bahwa tujuan koneksi matematika di sekolah adalah :
2) Memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang padu bukan sebagai materi yang
berdiri sendiri-sendiri.
3) Mengenai relevansi dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah.
3) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu lain.
NCTM mengemukakan bahwa kurikulum standar ini menekankan pada dua jenis koneksi,
yaitu model koneksi antara situasi masalah yang mungkin muncul dalam dunia nyata, atau dalam
disiplin ilmu lain, dan representasinya, dan model koneksi matematika antara dua representasi yang
ekivalen dan antara proses korespondensi masing-masing.
Indkator koneksi matematik yang diteliti pada penelitian ini adalah mencari hubungan
berbagai representasi konsep dan prosedur dan mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur
lain dalam representasi yang ekuivalen.
3) Menggunakan representasi sebagai model dan menginterpretasikan fisik, sosial, dan fenomena
matematik.