Anda di halaman 1dari 7

KOMPETENSI MATEMATIKA

Kemampuan untuk menghadapi permasalahan dalam permasalahan matematik maupun


permasalahan dalam kehidupan nyata disebut kemampuan daya matematik (Mathematical Power).
Menurut Wardani, Sri ( 2005:1)

Saat ini pembelajaran matematik hendaknya lebih mengutamakan pada pengembangan daya
matematika siswa yang meliputi kemampuan menemukan kembali (reinvention), menyusun
konjektur dan menalar secara logic (mathematical reasoning), menyelesaikan soal yang tidak rutin
dan menyelesaikan masalah (mathematical problem solving), berkomunikasi secara matematik
(mathematical communication), dan mengaitkan idea matematik dengan kegiatan intelektual
lainnya(mathematical connection ).

Menurut Pinellas County Schoolls, Division of Curriculum And Instruction Secondary


Mathematics daya matematis meliputi :

a. Standar Prosess (Process Standard) , yaitu tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran
matematika, meliputi: kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
berargumentasi (reasoning), kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan membuat
koneksi (connection), dan kemampuan representasi ( representation);

b. Ruang lingkup materi (Content Strand), adalah kompetensi dasar yang terdapat dalam
kurikulum sesuai tingkat pembelajaran siswa, bagi Indonesia ruang lingkup mata pelajaran
matematika pada satuan pendidikan SMA/MA meliputi aspek-aspek Logika, Aljabar, Geometri,
Trigonometri, Kalkulus, Statistika, dan Peluang;

c. Kemampuan matematis (mathematical abilities), yaitu pengetahuan dan keterampilan dasar


yang diperlukan untuk dapat melakukan manipulasi matematika meliputi pemahaman konsep dan
pengetahuan prosedural.

Tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan Indonesia tersirat dengan jelas
keinginan yang ingin dicapai yaitu: (1)Kemampuan pemecahan masalah (problem
solving);(2)Kemampuan berargumentasi atau bernalar (reasoning);(3)Kemampuan berkomunikasi
(Communication);(4)Kemampuan membuat koneksi (Connection); (5)Kemampuan representasi
(Representation).

Kelima hal tersebut oleh NCTM (1989:1) dikenal dengan standar proses daya matematik
(mathematical power procces standards ). NCTM mendefinisikan daya matematik sebagai,
“ Mathematical power includes the ability to explore, conjecture, and reason logically, to solve non-
routin problems, to communicate about and through mathematics, and to connect ideas within
mathematics and between mathematics and other intellectually activity”. Daya matematik
merupakan kemampuan matematik untuk menggali pengetahuan dalam matematik, menyusun
konjengtur, berpikir secara logis, dan menyelesaikan masalah yang tidak rutin, serta mampu
berkomunikasi dan membuat koneksi serta representasi dari topik dalam matematik maupun
dengan ilmu pengetahuan lain.

Daya matematik menurut Sumarmo, Utari (2000:4) “Daya matematik (Mathematical


Power) meliputi kemampuan menggali, menyusun konjengtur, dan menalar secara logik,
menyelesaikan soal yang tidak rutin, berkomunikasi secara matematik, dan mengaitkan idea
mtematik dengan kegiatan intelektual lainnya”.

NCTM dalam Principle and Standard for School Mtahematics tahun 2000 mengungkapkan
bahwa penalaran, pemecahan masalah, koneksi matematik, komunikasi matematik dan representasi
matematik, serta sikap positif terhadap matematik adalah merupakan aspek-aspek utama dari daya
matematik (Mathematical Power). Curriculum Framework Achieving Mathematical
Power (Yaniawati, R. Poppy,2003:36) mengemukakan bahwa pengembangan daya matematik akan
membentuk perolehan penting dalam belajar matematika, yaitu kebiasaan berpikir matematik.
Kebiasaan berpikir matematik ini merupakan sikap yang diharapkan dan menjadi bagian integral
dalam diri siswa setelah belajar matematik.

Kebiasaan berpikir matematik dapat dibentuk melalui pembelajaran yang menuntun


kerangka dari kemampuan daya matematik melalui problem solving, communication, reasoning,
connection, dan representation yang menjadi dasarMathematical Framework.

Paparan mengenai aspek-aspek atau indikator daya matematik sebagai standar proses
(Process Standard) adalah sebagai berikut :

a. Pemecahan Masalah Matematik ( Mathematical Problem Solving )

Kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari masalah matematik. Kemampuan untuk


menyelesaikan permasalahan matematik di dalam kehidupan sehari-hari disebut kemampuan daya
matematik. Untuk itu, fokus utama dalam pembelajaran matematik adalah pemecahan masalah.

Sumarmo, Utari (2000:8) manyatakan matematika sebagai pemecahan masalah yaitu :

1) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk menemukan dan memahami materi


matematika dengan kepercayaan diri yang makin meningkat.

2) Menerapkan strategi pemecahan masalah matematika secara terintegrasi

3) Mengenali dan memformulasikan masalah tentang situasi matematika dan diluar matematika

4) Menerapkan proses pemodelan matematika ke dalam situasi dunia nyata.

Sumarmo, Utari (2006:4) merumuskan aktivitas-aktivitas pemecahan masalah meliputi :


mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, membuat model matematik dari suatu
situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, memilih dan menerapkan strategi untuk
menyelesaikan masalah matematika dan atau diluar matematika, menjelaskan atau
menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban,
menerapkan matematika secara bermakna.
Sedangkan pemecahan masalah menurut Polya, G. dalam Problem Solving, Reasoning, and
Communicating Helping Children Think Mathematically (Baroody, Arthur J., 1993:2-17) meliputi
empat tahapan yang dapat dilakukan, yaitu :

1) Langkah memahami masalah (Understanding the problem )

a) Nyatakan masalah dalam bahasa sendiri

b) Tentukan apa yang diketahui

c) Tentukan informasi apa yang dibutuhkan berkaitan dengan kondisi soal

2) Langkah merencanakan penyelesaian ( Devising a plan )

a) Buat gambar atau notasi yang sesuai

b) Pernahkah ada contoh soal sejenis dalam bentuk lain

c) Susunlah data dalam tabel, diagram atau bentuk yang lain

d) Sederhanakan masalah dan lihat apakah pernah ada soal serupa.

e) Hubungkan soal tersebut dengan soal yang serupa, selesaikan.

3) Melakukan perhitungan ( carrying out the plan )

Laksanakan rencana, dan lihat apakah rencana yang dilaksanakan langkah-langkahnya sudah benar.

4) Memeriksa kembali hasil ( Looking Back )

a) Selidiki apakah penyelesaian sudah benar dengan cara melihat sekilas;atau

b) Selidiki dengan menggunakan cara yang berbeda;atau

c) Menyelesaikan soal yang serupa menggunakan cara tersebut;atau

d) Menggunakan negasi dari jawaban yang dianggap benar.

Pemecahan masalah merupakan pendekatan yang lebih mengutamakan proses daripada


hasil. Permasalahan matematik harus mampu mengakses pengetahuan matematik siswa dalam
pemecahan masalah. NCTM(1991:95) “Student should be given opportunities to formulate problems
for givens situations and create new problems by modifying the conditions of a given
problem”. Maksudnya adalah siswa harus diberi kesempatan untuk memformulasikan sendiri
masalah yang muncul dari situasi yang diberikan dan menciptakan masalah baru yang mungkin
timbul dari masalah yang diberikan.

Wardani, Sri (2008:31) mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan kegiatan


mengidentifikasi unsur yang diketahui dan ditanyakan serta kecukupan unsur yang
dipilih;merumuskan masalah dan membuat model matematika yang relevan dengan situasi
masalah;memilih strategi dalam menyelesaikan soal;menerapkan strategi dalam menyelesaikan soal
baik yang sejenis maupun masalah baru;menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai
permasalahan asal atau memeriksa jawaban.
Lebih lanjut, NCTM(1989:145) memberikan standar matematika sebagai sebagai problem
solving pada tingkat 9-12, kurikulum matematika harus memasukkan perbaikan dan perluasan
metode dari pemecahan masalah matematik sehingga siswa dapat :

1) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk menyelidiki dan mengerti isi matematik
dengan percaya diri yang meningkat;

2) Menerapkan penggabungan strategi pemecahan masalah matematika untuk memecahkan


masalah dari dalam dan luar matematika ;

3) Mengenalkan dan merumuskan permasalahan dari situasi dalam dan luar matematika;dan

4) Menerapkan proses dari model matematik untuk situasi masalah dunia nyata.

Indikator pemecahan masalah pada penelitian ini merupakan indikator pemecahan masalah
yang dikemukakan oleh Polya.

b. Penalaran Matematik ( Mathematical Reasoning )

Penalaran merupakan suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan. Penalaran digunakan
untuk memecahkan soal-soal matematik, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
baik di dalam maupun di luar sekolah. Kusumah, Yaya S. (1986:2) “penalaran merupakan pola pikir
yang tepat, akurat, rasional, dan objektif, serta kritis dalam logika matematika”.

Menurut Ratnaningsih, Nani (2008:6) Penalaran dan pembuktian matematik meliputi


indikator:

1) Menarik kesimpulan logik

2) Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan

3) Memperkirakan jawaban dan proses solusi

4) Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, menarik analogi dan
generalisasi

5) Menyusun dan menguji konjektur, memberikan lawan contoh (Counter examples)

6) Mengikuti aturan inferensi

7) Memeriksa validitas argumen

8) Menyusun argumen yang valid

9) Menyusun pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi matematika.

NCTM (1991:97) mengemukakan tujuan diberikannya kemampuan penalaran


matematik adalah untuk memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengambil kesimpulan dan
menetapkan pernyataan berdasarkan pemikiran siswa sendiri daripada hanya berdasarkan
keterangan dari guru atau buku sumber. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu berpikir kritis dan
logis serta mampu membuat kesimpulan logis berdasarkan premis-premis yang ada berupa fakta
dan sumber yang relevan.

Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Sumarmo, Utari (Yaniawati, R. Poppy, 2003:42) menyatakan “ jenis lain dari penalaran
induksi adalah apa yang disebut dengan analogi atau lengkapnya analogi induktif”. Inferensi analogi
adalah inferensi keserupaan dua atau lebih benda dalam satu atau dua hal, kepada keserupaan
benda-benda itu dalam hubungan lain.

Indikator penalaran yang diteliti pada penelitian ini yaitu indikator menyusun pembuktian
langsung, tak langsung, dan menggunakan induksi matematik.

c. Komunikasi Matematik ( Mathematical Communication )

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan
pesan yang berlangsung dalam komunitas dan konteks budaya (Ansari, Bansu Irianto, 2003:15).
NCTM (Ansari, Bansu Irianto, 2003:16) mengemukakan bahwa :

Komunikasi matematik terjadi ketika siswa belajar dalam kelompok, ketika siswa menjelaskan
algoritma untuk memecahkan masalah, ketika siswa mengkonstruk dan menjelaskan suatu
representasi grafik terhadap fenomena dunia nyata, atau ketika siswa memberikan suatu konjektur
tentang gambar-gambar geometri.

Komunikasi matematik meliputi indikator (Ratnaningsih, Nani, 2008:5) sebagai berikut :

1) Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam idea matematika

2) Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan, dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.

3) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

4) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis

5) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi, dan generalisasi

6) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Matematika merupakan bahasa, untuk itu komunikasi merupakan salah satu dari daya
matematika (Lindquizt dalam Yaniawati, R. Poppy, 2003:40). Komunikasi matematika akan
memberikan gambaran pada guru tentang pemahaman siswa terhadap konsep matematika, selain
itu menunjukan pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika.

Komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam membuat hubungan antara


situasi dunia nyata ke dalam bahasa matematika berupa simbol, diagram, tabel, grafik, dan notasi
matematik lainnya secara tertulis. Selain itu kemampuan membaca idea-idea matematika misalnya
membaca grafik merupakan salah satu kemampuan dalam komunikasi matematik secara lisan.
Kemampuan komunikasi matematika dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan diskusi
baik antar individu atau dengan kelompok kecil di kelas. Komunikasi matematika merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh pengguna matematika, karena kemampuan
berkomunikasi matematik dengan baik membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematik
dan menginterpretasikannya.

Indikator komunikasi yang diteliti pada penelitian ini yaitu menghubungkan benda nyata,
gambar, dan diagram ke dalam idea matematik dan menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik,
secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

d. Koneksi Matematik ( Mathematical Connection )

Sumarmo, Utari (2003:1) mengemukakan bahwa kegiatan yang termasuk ke dalam koneksi
matematika yaitu :

1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur

2) Memahami hubungan antar topic matematika

3) Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari

4) Memahami representasi ekuivalen suatu konsep

5) Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen

6) Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik luar
matematika.

Sumarmo, Utari (2000:15) menyatakan bahwa tujuan koneksi matematika di sekolah adalah :

1) Memperluas wawasan pengetahuan siswa

2) Memandang matematika sebagai suatu keseluruhan yang padu bukan sebagai materi yang
berdiri sendiri-sendiri.

3) Mengenai relevansi dan manfaat matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Menurut NCTM(1989:146) kurikulum standar matematika untuk kelas 9-12, harus


mencakupi koneksi dan pengaruh antara berbagai topik matematika dan penerapannya, sehingga
siswa mampu :

1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari konsep yang sama;

2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen;

3) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu lain.

NCTM mengemukakan bahwa kurikulum standar ini menekankan pada dua jenis koneksi,
yaitu model koneksi antara situasi masalah yang mungkin muncul dalam dunia nyata, atau dalam
disiplin ilmu lain, dan representasinya, dan model koneksi matematika antara dua representasi yang
ekivalen dan antara proses korespondensi masing-masing.

Indkator koneksi matematik yang diteliti pada penelitian ini adalah mencari hubungan
berbagai representasi konsep dan prosedur dan mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur
lain dalam representasi yang ekuivalen.

e. Representasi Matematik (Mathematical Representation)

Representasi Matematik (Ratnaningsih, Nani, 2008:6) meliputi:

1) Menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan


mengkomunikasikan ide-ide matematik.

2) Memilih, mengaplikasikan dan mengubah representasi untuk memecahkan masalah.

3) Menggunakan representasi sebagai model dan menginterpretasikan fisik, sosial, dan fenomena
matematik.

Anda mungkin juga menyukai