Anda di halaman 1dari 9

Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

1. Pendahuluan
Klasifikasi campuran beraspal sangat beragam dan luas. Agak sulit jika hanya membagi campuran
beraspal dalam beberapa kategori saja. Dari fungsinya pada struktur perkerasan, campuran beraspal
dapat dibagi atas lapisan permukaan, lapisan aus, lapisan penutup, lapis pondasi, asphalt treated base
dan sebagainya. Sedangkan dari sisi kemampuannya mendistribusikan beban, maka ada campuran
beraspal non struktural, yaitu campuran yang tidak memiliki atau dianggap tidak memiliki sifat
mekanis dan campuran beraspal struktural.

Campuran beraspal non struktural umumnya digunakan sebagai lapisan penutup atau lapisan aus.
Sifat yang diharapkan dari jenis campuran ini adalah terutama sifat kedap airnya (waterproofing) dan
terkadang daya tahannya terhadap cuaca (durabilitas). Sedangkan pada campuran beraspal struktural
yang dikehendaki adalah sifat mekanisnya, yaitu kekakuan (stiffness), daya tahan terhadap perubahan
bentuk (deformation), daya tahan terhadap keruntuhan akibat beban berulang (fatigue), dan juga
termasuk durabilitas.

Berdasarkan metoda pencampurannya maka terbagi atas segregasi dan pracampur, dimana
pracampur terbagi lagi atas campuran dingin (cold mix), hangat (warm mix) dan panas (hot mix).
Campuran beraspal dengan metoda segregasi adalah suatu campuran dimana proses pencampuran
antara agregat dan aspal dilakukan pada saat penghamparan. Jenis lainnya adalah pracampur, dimana
aspal dan agregat dicampur terlebih dahulu kemudian dihamparkan dan dipadatkan. Dibandingkan
dengan metoda segregasi, metoda pracampur memiliki campuran yang lebih merata, lebih padat, dan
memiliki daya tahan yang cukup baik.

Shell Bitumen Handbook membagi jenis campuran beraspal atas aspal (asphalt) dan makadam
(macadam). Perlu ada pemahaman sebelumnya bahwa terdapat perbedaan terminologi antara istilah
aspal pada literatur dari Inggris dan negara-negara bekas jajahannya dengan literatur dari Amerika
Utara, khususnya USA. Dalam literatur Inggris, aspal adalah salah satu jenis bituminous mixes atau
campuran beraspal sedangkan aspalnya adalah bitumen. Dalam literatur dari USA, bitumen disebut
aspal atau lebih spesifik dengan asphalt cement (AC). Indonesia umumnya menggunakan terminologi
yang sama dengan USA, tetapi tidak tegas sehingga sering pemahaman yang lebih baik tentang
pengertian antara aspal dan bitumen.

Menurut Shell Bitumen Handbook, asphalt adalah campuran yang memiliki single-sized agregat kasar
dengan proporsi agregat halus yang besar serta hampir tidak memiliki agregat ukuran sedang. Gradasi
campuran yang seperti ini disebut sebagai gradasi senjang (gap). Campuran macadam adalah
campuran dengan gradasi menerus.

Perbedaan karakteristik campuran bergradasi senjang dengan campuran bergradasi menerus secara
umum adalah:
 Kekuatan campuran bergradasi senjang tergantung pada kekakuan (stiffness) mortar, yaitu campuran antara
agregat halus (dan filler) dengan aspal. Untuk mendapatkan kekakuan mortar yang cukup besar, digunakan
jenis aspal yang relatif lebih keras (memiliki nilai penetrasi yang rendah) dan material filler yang lebih banyak.
Di sisi lain, kekuatan campuran bergradasi menerus terutama didapatkan dari sifat interlocking agregatnya
dan menggunakan aspal yang relatif lebih lunak (nilai penetrasi relatif lebih tinggi).
 Campuran bergradasi senjang memiliki lebih banyak agregat halus dan filler sehingga jumlah permukaan
agregat yang harus terselimuti oleh aspal menjadi lebih banyak. Hal ini berarti bahwa kadar aspal campuran
lebih besar dibandingkan dengan campuran bergradasi menerus. Aspal pada campuran bergradasi menerus
lebih berfungsi sebagai pelumas selama pemadatan untuk medapatkan kepadatan dan interlocking yang baik
serta mengikat agrgegat selama masa layan.
 Campuran dengan gradasi senjang memiliki volume rongga campuran yang lebih rendah dan relatif
impermeable serta memiliki daya tahan yang lebih baik untuk jenis lalu lintas berat. Sedangkan campuran
bergradasi menerus relatif memiliki jumlah rongga yang lebih banyak dan permeable serta relatif kurang
memiliki daya tahan terhadap jenis lalu lintas berat.

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 1


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

Tabel 3.1: Perbandingan komposisi antara campuran bergradasi senjang dan menerus

Coated Continuously
Gap-Graded Mastic
Macadam Graded
Agregat Kasar (%w) 86.0 52.0 30.0 30.0
Agregat Halus (%w) 7.0 38.0 53.0 26.0
Filler (%w) 3.0 5.0 9.0 32.0
Aspal (%w) 4.0 5.0 8.0 12.0
Agregat Kasar (%v) 64.5 44.1 25.7 27.5
Agregat Halus (%v) 5.1 32.2 46.0 18.9
Filler (%v) 2.1 4.2 7.8 27.0
Aspal (%v) 8.3 11.5 17.5 26.6
Void Content (%v) 20.0 8.0 3.0 < 1.0
Grade of Bitumen 100-300 100-200 35-100 15-25
(pen)
Sumber: Shell Bitumen Handbook

2. Campuran Hot Rolled Asphalt (HRA)


Hot Rolled Asphalt merupakan campuran beraspal bergradasi senjang yang cukup luas
penggunaannya, khususnya di Inggris dan negara-negara bekas jajahannya. HRA pertama
dikembangkan di Inggris pada tahun 1895. Sebagai campuran dengan gradasi senjang, maka
campuran ini memiliki sedikit agregat ukuran 10 mm sampai 2,36 mm tetapi HRA mengandung
banyak mortar, campuran bitumen dengan agregat halus serta filler, yang dicampur dengan agregat
kasar dengan ukuran sampai 14 mm. Pada dasarnya agregat kasar di dalam campuran HRA hanya
untuk meningkatkan kekakuan dan terutama adalah agar campuran lebih ekonomis. Dengan adanya
gap pada gradasi HRA mengakibatkan campuran HRA menjadi resistansi yang baik terhadap cuaca dan
daya tahan permukaan yang dapat mengakomodasikan heavy load retak.

Dalam BS 594:1992 pemakaian HRA dapat sebagai wearing course, roadbase yang dalam terminologi
struktur perkerasan jalan di Indonesia, khususnya dalam Metoda Analisa Komponen, adalah
merupakan lapisan permukaan dan lapisan pondasi, termasuk didalamnya adalah lapisan aus. Untuk
roadbase dan basecourse (lapisan di bawah wearing course), campuran HRA memiliki relatif 60%
agregat kasar. Pada lapisan ini tegangan yang terjadi didistribusikan melalui kombinasi antara kontak
agregat kasar dengan mortar. Kadar aspal (bitumen) dalam roadbase dan basecourse umumnya lebih
rendah dibandingkan dengan wearing course, karena memang kandungan agregat halus dan filler
yang lebih rendah. Demikian juga ukuran nominal dari kedua jenis lapisan tersebut pun lebih besar
dibandingkan dengan wearing course sehingga gradasi campurannya lebih kasar. Minimal tebal
lapisan yang disarankan, dalam hal ini adalah roadbase, adalah 150 mm.

Campuran HRA untuk wearing course dapat mengandung 0%, 15%, 30%, 40%, atau 55% agregat
kasar. Wearing course dengan 30% agregat kasar dan tebal penghamparan 40 mm merupakan jenis
komposisi yang banyak digunakan. Demikian juga campuran dengan kandungan agegat kasar 40% dan
tebal 50 mm (Shell, 1990). Peningkatan ketebalan lapisan secara nyata menaikan waktu yang
diperlukan untuk mendapat kepadatan yang diharapkan, yang berarti mempengaruhi tingkat
workability. Wearing course dengan kandungan agregat kasar sampai 40% umumnya dapat membuat
lapisan perkerasan menjadi halus dan untuk meningkatkan kekasaran permukaan dihamparkan pada
permukaan perkerasan agregat batu pecah ukuran 14 mm atau 20 mm (surface chipping). Untuk
campuran dengan kandungan agregat kasar lebih dari 45% cukup sulit untuk melakukan surface
chipping pada campuran.

Fungsi pada tiap komponen campuran HRA yaitu:


 Agregat kasar, adalah agar campuran lebih ekonomis dan meningkatkan stabilitas campuran
 Agregat halus, material utama pembentuk mortar, dimana karakteristiknya dapat mempengaruhi
kinerja campuran
 Filler, fungsi pertama adalah untuk memperbaiki gradasi agregat halus sehingga menghasilkan
campuran yang lebih padat. Fungsi kedua adalah bersamaan dengan bitumen melumasi dan
Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 2
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

mengikat lebih baik agregat halus. Dalam hal ini jumlah dan kerakteristik filler serta viskositas
campuran sangat menentukan.
 Bitumen, berfungsi sebagai pelumas selama pemadatan dan sebagai pengikat yang viskoelastis
dengan viskositas yang tinggi selama masa layan.

Tabel 3.2: Komposisi Perencanaan untuk campuran Base (Roadbase), Binder Course dan Regulating
Course

Nomor Kolom 2/1 2/2 2/3 2/4 2/5


% Ag.Kasar/Ukuran Nominal 50% 0/10 50% 0/14 50% 0/20 60% 0/20 60% 0/32
Agregat
Tebal Nominal Lapisan (mm) 25 sampai 35 sampai 45 sampai 45 sampai 60 sampai
50 65 85 85 100
Ukuran Saringan % lolos saringan
40 mm - - - - 100
31,5 mm - - 100 100 90 – 100
20 mm - 100 90 – 100 90 – 100 50 – 80
14 mm 100 90 – 100 65 – 100 30 – 65 30 – 65
10 mm 90 – 100 65 – 100 35 – 75 - -
6,3 mm - - - - -
2 mm 35 – 55 35 – 55 35 – 55 30 – 44 30 – 44
0,5 mm 13 – 55 13 – 55 13 – 55 8 – 44 8 – 44
0,25 mm 10 – 35 10 – 35 10 – 35 5 – 30 5 – 30
0,063 mm 1–8 1–8 1–8 1–7 1–7
% Kadar Aspal terhadap Campuran
Batu pecah atau slag baja 6.5 6.5 6.5 5.7 5.7
Gravel 6.3 6.3 6.3 5.5 5.5
Blastfurnance slag: bulk density
1444 kg/m3 6.6 6.6 6.6 5.7 5.7
1360 kg/m3 6.7 6.7 6.7 5.9 5.9
1280 kg/m3 6.8 6.8 6.8 6.0 6.0
1200 kg/m3 6.9 6.9 6.9 6.1 6.1
1120 kg/m3 7.1 7.1 7.1 6.3 6.3
Sumber: BS 594-1:2005

Tabel 3.3: Komposisi Perencanaan untuk campuran Surface Course Tipe F

Nomor Kolom 3/1 3/2 3/3 3/4 3/5


% Ag.Kasar/Ukuran Nominal 0% 0/2 30% 0/14 35% 0/14 55% 0/10 55% 0/14
Agregat
Tebal Nominal Lapisan (mm) 25 40 45 atau 50 40 45
Ukuran Saringan % lolos saringan
20 mm - 100 100 - 100
14 mm - 85 – 100 87 – 100 100 90 – 100
10 mm - 60 – 90 55 – 88 90 – 100 35 – 70
6,3 mm 100 - - 35 – 70 -
2 mm 90 – 100 58 – 72 55 – 67 35 – 47 35 – 47
0,5 mm 70 – 100 45 – 72 40 – 67 25 – 47 25 – 47
Sumber: BS 594-1:2005

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 3


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

Tabel 3.3: Komposisi Perencanaan untuk campuran Surface Course Tipe F (Lanjutan)

Nomor Kolom 3/1 3/2 3/3 3/4 3/5


% Ag.Kasar/Ukuran Nominal 0% 0/2 30% 0/14 35% 0/14 55% 0/10 55% 0/14
Agregat
Tebal Nominal Lapisan (mm) 25 40 45 atau 50 40 45
Ukuran Saringan % lolos saringan
0,25 mm 80 – 75 15 – 55 12 – 50 5 – 35 5 – 35
0,063 mm 12 – 16 7 – 11 6 – 10 4–8 4–8
Maks. % Agg. Lolos 2 mm dan
- 15 14 10 10
tertahan pada 0,5 mm
Minimum target binder content 9,0 6,5 6,4 5,5 5,5
(%) dari total campuran
Sumber: BS 594-1:2005

Tabel 3.4: Komposisi Perencanaan untuk campuran Surface Course Tipe C

Nomor Kolom 4/1 4/2 4/3 4/4 4/5


% Ag.Kasar/Ukuran Nominal 0% 0/2 30% 0/14 35% 0/14 55% 0/10 55% 0/14
Agregat
Tebal Nominal Lapisan (mm) 25 40 45 atau 50 40 45
Ukuran Saringan % lolos saringan
20 mm - 100 100 - 100
14 mm - 85 – 100 87 – 100 100 90 – 100
10 mm - 60 – 90 55 – 88 90 – 100 35 – 70
6,3 mm 100 - - 35 – 70 -
2 mm 90 – 100 60 – 72 50 – 68 32 – 47 32 – 47
0,5 mm 30 – 65 25 – 45 20 – 45 15 – 35 15 – 35
0,25 mm 15 – 45 15 – 40 12 – 30 5 – 35 5 – 35
0,063 mm 12 – 16 7 – 11 6 – 10 4–8 4–8
Minimum target binder content 9,0 6,5 6,4 5,5 5,5
(%) dari total campuran
Sumber: BS 594-1:2005

3. Stone Matrix Asphalt / Split Mastic Asphalt


(SMA)
Jenis Aspal Mastik yang pertama dibangun adalah pada pembangunan jalan di Paris pada tahun 1835,
yang kemudian satu tahun dilakukan pula untuk pembangunan jalan di London. Komposisi utama
aspal mastik adalah agregat kasar, agregat halus, filler dan bitumen. Kinerja aspal mastik sangat
tergantung pada karakteristik mortarnya. Dibandingkan dengan campuran beraspal bergradasi
senjang yang lain, mortar aspal mastik lebih banyak mengandung filler dan menggunakan jenis
bitumen yang relatif lebih keras (umumnya pen 15 atau pen 25).

Pembuatan aspal mastik cukup kompleks. Umumnya mortar aspal mastik dibuat terpisah, dimana
bitumen dicampur dengan agregat halus dan filler, yang kemudian hasilnya dalam bentuk mortar
dikemas dalam bentuk balok dengan berat sekitar 25 kg dan kemudian didinginkan sampai suhu
ruang. Balok mortar ini dapat disimpan dan dikirim ke lokasi proyek jika diperlukan. Untuk
penggunaannya, balok mortar ini dipanaskan dalam mixer khusus dan kemudian dicampur dengan
agregat kasar yang dibutuhkan. Suhu pencampuran aspal mastik adalah 175°C sampai 230°C dengan
tebal padat sekitar 20 mm sampai 50 mm.

Dengan kandungan filler yang sangat tinggi, maka kadar rongga (void content) campuran aspal mastik
sangat rendah (kurang dari 1%) sehingga campuran ini merupakan campuran yang impermeable.

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 4


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

Selain itu kandungan filler yang tinggi akan memberikan tekstur permukaan yang halus dengan
kekesatan yang kurang baik (poor skid resistance).

Tabel 3.5: Gradasi Agregat Gabungan Campuran SMA

Ukuran Ayakan % Berat yang lolos


ASTM (mm) SMA Kasar SMA Halus
(Tebal rancangan min. 5,0 cm) (Tebal rancangan min. 4,0 cm)
1" 25 100
3/4" 19 90 - 100 100
1/2" 12,5 50 - 88 90 - 100
3/8" 9,5 25 - 60 50 -80
No.4 4,75 20 - 28 20 -35
No. 8 2,36 16 - 24 16 - 24
No. 200 0,075 8 - 11 8 - 11
Sumber: Spesifikasi stone matrix asphalt (SMA) SNI 8129:2015

4. Asphalt Concrete (AC)


Lapisan Aspal Beton (Laston) atau yang sering disebut juga dengan asphalt concrete adalah suatu
lapisan pada konstruksi aspal keras dan agregat, dicampur dan dihampar dalam keadaan panas serta
dipadatkan pada suhu tertentu. Laston memiliki sedikit rongga dalam struktur agregatnya, saling
mengunci satu dengan yang lainnya, oleh karena itu aspal beton memiliki sifat stabilitas tinggi dan
relatif kaku. Fungsi dari campuran Laston dapat digunakan sebagai lapisan aus (AC-WC, Asphalt
Concrete-Wearing Course) dengan tebal minimum 4 cm, lapisan antara (AC-BC, Asphalt Concrete-
Binder Course) dengan tebal minimum 6 cm, dan lapisan pondasi (AC-Base, Asphalt Concrete-Base)
dengan tebal minimum 7,5 cm. Selain itu, perbedaan utama pada campuran antara lapisan tersebut
adalah pada gradasi agregatnya.
Kekuatan dan kestabilan asphalt concrete ditentukan oleh interlocking (sifat saling mengunci) antar
agregat. Perencanaan campuran asphalt concrete dikembangkan dalam prosedur Marshall dalam
perencanaan campuran dari Asphalt Institute. Tujuan utama dalam prosedur perencanaan ini adalah
untuk mendapatkan jumlah aspal yang optimum untuk kondisi stabilitas dan kepadatan maksimum.
Fungsi utama aspal dalam campuran adalah sebagai pelumas agar terjadi interlocking agregat yang
maksimum. Jumlah aspal yang optimum sangat penting dalam campuran ini karena jumlah yang
kurang atau berlebih akan mengakibatkan tidak tercapainya interlocking dan kepadatan campuran
yang maksimum.

Sebagai lapis permukaan perkerasan jalan, Laston (AC) mempunyai nilai struktur, kedap air, dan
mempunyai stabilitas tinggi. Ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas menurut Spesifikasi Bina
Marga 2010 untuk Laston (AC) bergradasi kasar, tertera pada Tabel dibawah ini.

Tabel 3.6: Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lapis Aspal Beton (Laston)

% Berat yang Lolos terhadap Total Agregat


Ukuran Ayakan
dalam Campuran Laston (AC)
(mm)
WC BC BASE
37,5 100
25 100 90 – 100
19 100 90 – 100 76 – 90
12,5 90 – 100 75 – 90 60 – 78
9,5 77 – 90 66 – 82 52 – 71
4,75 53 – 69 46 – 64 35 – 54
2,36 33 – 53 30 – 49 23 – 41
1,18 21 – 40 18 – 38 13 – 30
0,600 14 – 30 12 – 28 10 – 22
Sumber: Divisi 6 Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)
Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 5
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

Tabel 3.6: Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lapis Aspal Beton (Laston) (Lanjutan)

% Berat yang Lolos terhadap Total Agregat


Ukuran Ayakan
dalam Campuran Laston (AC)
(mm)
WC BC BASE
0,300 9 – 22 7 – 20 6 – 15
0,150 6 – 15 5 – 13 4 – 10
0,075 4–9 4–8 3–7
Sumber: Divisi 6 Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)

5. Campuran Beraspal di Indonesia


Jenis campuran beraspal yang telah dibahas sebelumnya adalah jenis-jenis yang dikembangkan di
Inggris dan Amerika Serikat. Pada dasarnya jenis campuran di Indonesia mengadopsi dari jenis-jenis
campuran yang dikembangkan di kedua negara tersebut, khususnya Amerika Serikat. Salah satu yang
cukup menonjol adalah umumnya campuran di Indonesia menggunakan jenis gradasi menerus. Selain
itu, sesuai dengan fungsi dan karakteristik bebannya maka campuran beraspal dibagi sedemikian rupa
sehingga setiap jenis campuran memiliki spesifikasi dan fungsi yang tertentu. Berikut ini beberapa
jenis campuran beraspal di Indonesia yang bagi berdasarkan bahan dan karakteristik lapisannya:

 LAPEN (Lapis Penetrasi Makadam)


 LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)
 BURAS (Laburan Aspal)
 BURTU (Laburan Aspal Satu Lapis)
 BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)
 LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin)
 LATASBUM (Lapis Tipis Asbuton Murni)
 LASTON (Lapis Aspal Beton)
 LASTON ATAS (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas)
 LASTON BAWAH (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah)
 LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet, HRS

LAPEN (Lapis Penetrasi Makadam)


Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN) merupakan lapis perkerasan yang terdiri atas agregat pokok
dan agregat pengunci bergradasi seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di
atas agregat pokok dan pemadatannya dilakukan lapis demi lapis. Bilamana akan digunakan
sebagai lapis permukaan maka setelah agregat pengunci dipadatkan, selanjutnya diberi
siraman aspal kemudian diberi agregat penutup dan dipadatkan. Agregat pokok terdiri atas
tiga macam ukuran butir maksimum dan penggunaannya dapat dipilih sesuai dengan tebal
yang diperlukan (SNI 6751:2016). LAPEN dapat dirancang sebagai lapis permukaan, lapis
fondasi atau lapis perata untuk jalan yang melayani lalu lintas rendah.

Tabel 3.7: Gradasi Agregat Pokok

Tebal LAPEN (cm)


Ukuran ayakan
9 - 12 7 - 10 5-8 4-5
ASTM mm % Berat yang lolos
4” 100
3 ½” 90 90 – 100
3” 75,0 - 100
2 ½” 62,5 25 – 60 90 - 100 100
2 50,0 - 35 – 70 90 – 100 100
1 ½” 37,5 0 – 15 0 – 15 35 – 70 95 – 100
1” 25,0 - - 0 – 15 -
¾” 19,0 0-5 0 -5 - 0-5
Sumber: Spesifikasi Bahan Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN) SNI 6751:2016

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 6


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)


Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis penutup permukaan perkerasan yang terdiri
atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya, dan aspal keras yang dicampur,
dihampar dan didapatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Spesifikasi Latasir
telah dikembangkan sejak tahun 1983 dan terus mengalami pengembangan SNI 6749-2008
untuk lebih menyempurnakan dan memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan pembangunan
jalan. Spesifikasi ini menetapkan persyaratan aspal, agregat dan sifat-sifat campuran aspal-
pasir yang digunakan sebagai lapis tipis aspal-pasir (latasir) untuk permukaan perkerasan. Jenis
campuran latasir terdiri atas dua kelas, Yaitu Kelas A atau SS – A (sand sheet-A) dengan ukuran
nominal agregat atau pasir 9,5 mm (³/8 inci ) dan latasir kelas B atau SS-B (Sand Sheet – B)
Dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 2,36 mm (No. 8 ).

Pada umumnya tebal nominal minimum untuk Latasir A dan Latasir B masing-masing 2,0 cm
dan 1,5 cm dengan toleransi ± 2,0 mm. latasir pada umumnya digunakan untuk perencanaan
jalan dengan lalu lintas tidak terlalu tinggi (≤ 550.000 SST), tetapi dapat pula digunakan untuk
pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan sementara pada lalu lintas yang lebih tinggi.

Tabel 3.8: Persyaratan Gradasi Campuran

Persen lolos
Ukuran Ayakan
Latasir Kelas
ASTM mm A B
½” 12,5 100 100
1/8” 9,5 90 – 100 -
No. 8 2,36 - 75 – 100
No. 200 0,075 4 - 14 8 - 18
Sumber: Spesifikasi Lapis Aspal Pasir SNI 6749:2008

BURAS (Laburan Aspal)


Campuran yang terdiri dari aspal taburan pasir dengan ukuran maksimum 3/8”. Berfungsi
lapisan penutup yang menjaga permukaan agar tidak berdebu, kedap air, tidak licin, dan
mencegah lepasnya butiran halus. Tidak memiliki nilai struktural, kedap air, tidak licin,
mengikat butiran halus, dan kenyal. Digunakan pada jalan yang belum beraspal dengan kondisi
yang telah stabil, mulai retak-retak atau mengalami degradasi. Dapat digunakan sampai lalu
lintas berat. Termasuk jenis konstruksi segregasi.

BURTU (Laburan Aspal Satu Lapis)


Campuran ini sama dengan BURAS tetapi dengan laburan satu lapisan agregat bergradasi
seragam dengan tebal maksimum 20 mm. Berfungsi menjaga agar permukaan tidak berdebu,
mencegah air masuk, dan memperbaiki tekstur permukaan. Bersifat kedap air, kenyal, tidak
memiliki nilai struktural, dan tidak licin. Digunakan pada jalan yang belum atau sudah beraspal
yang sudah stabil, mulai retak atau mengalami degradasi, dan dapat digunakan sampai lalu
lintas berat.

BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)


Pengembangan dari BURTU, dimana lapisan aspal ditaburi agregat dan dikerjakan dua kali
secara berurutan dengan tebal maksimal 35 mm. Berfungsi membuat permukaan tidak
berdebu, mencegah masuknya air, dan memperbaiki tekstur permukaan perkerasan. Bersifat
kedap air, kenyal, tidak memiliki nilai struktural, dan tidak licin. Digunakan pada jalan yang
telah atau belum beraspal dimana jalan tersebut telah stabil atau rata, mulai mengalami retak
atau degradasi, dan dapat digunakan sampai lalu lintas berat.

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 7


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin)


Lapis aspal buton agregat (LASBUTAG) adalah lapisan aus pada konstruksi perkerasan jalan
yang terdiri dari campuran agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan pelunak, dan filler
(bila diperlukan) yang dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara dingin. Campuran ini
merupakan jenis campuran yang memanfaatkan langsung aspal alam, yaitu aspal dari Pulau
Buton (yang disebut sebagai Asbuton). Berfungsi sebagai lapis permukaan, lapis aus,
melindungi lapis dibawahnya dari pengaruh cuaca dan air, mendukung lalu lintas, dan
menyediakan jalan yang rata serta tidak licin. Bersifat kedap air, pencapaian kestabilan
dipengaruhi oleh volume lalu lintas dan cuaca, memiliki nilai struktural, dan cukup kenyal.
Digunakan pada jalan lama dan baru dengan kelandaian maksimum 12%, jari-jari tikungan
minimum 15 meter dan lalu lintas sedang. Saat ini sudah mulai dikembangkan menggunakan
campuran panas dan butiran asbuton yang jauh lebih kecil (ukuran agregat halus). Dengan
pengembangan ini maka waktu pemeraman dapat dikurangi bahkan dapat ditiadakan. Pada
LASBUTAG konvensional digunakan butiran asbuton lolos saringan ½” dan membutuhkan
waktu pemeraman 3 x 24 jam.

LATASBUM (Lapis Tipis Asbuton Murni)


Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus yang dicampur pada suhu minimum
115°C, dihamparkan, dan dipadatkan pada suhu minimum 110°C. Berfungsi sebagai pendukung
lalu lintas, pelindung lapisan dibawahnya dari cuaca dan air, lapisan aus, menyediakan
permukaan jalan yang rata dan tidak licin. Bersifat tahan terhadap keausan akibat lalu lintas,
kedap air, memiliki nilai struktural, memiliki stabilitas tinggi, dan peka terhadap penyimpangan
perencanaan dan pelaksanaan. Jenis campuran ini memiliki 11 variasi gradasi agregat, yang
berarti memiliki 11 jenis campuran yang berbeda. Pemilihan variasi tergantung pada tebal
padat dan bentuk tekstur permukaan yang diinginkan. Salah satu dari variasi tersebut dapat
digunakan, selain lapisan permukaan, sebagai levelling (lapisan untuk meratakan permukaan
dan memberi bentuk permukaan yang baik). Latasbum merupakan adopsi langsung dari
asphalt concrete, tetapi jika diperhatikan dengan seksama ada beberapa bagian yang agak
berbeda dengan asphalt concrete yang dikembangkan di Amerika Serikat. Oleh sebab itu,
sering standar perencanaan jenis Lapis Aspal Beton ini dibagi atas Standar Bina Marga atau
Standar Asphalt Institute.

LASTON ATAS (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas)


Campuran ini adalah penggunaan LASTON sebagai lapis pondasi. Campuran ini terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dan dicampur pada suhu 90°C -
120°C dan dipadatkan dalam keadaan panas. Berfungsi sebagai bagian perkerasan yang
meneruskan beban ke konstruksi di bawahnya. Bersifat kurang kedap air, mempunyai nilai
struktural dan menggunakan agregat bergradasi terbuka. Dipasang di atas lapis pondasi bawah
dengan bahan pengikat aspal (bound subbase) atau tanpa bahan pengikat (unbound subbase)
serta untuk mempercepat peningkatan jalan secara keseluruhan, terutama pada konstruksi
bertahap.

LASTON BAWAH (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah)


Sama hal dengan LASTON ATAS, tetapi sebagai lapis pondasi bawah. Campuran ini terdiri dari
campuran agregat dan aspal yang dicampur pada suhu minimum 80oC-120oC dan dipadatkan
pada suhu minimum 80oC. Berfungsi sebagai bagian perkerasan yang meneruskan beban ke
konstruksi di bawahnya. Bersifat tidak kedap air, mempunyai nilai struktural dan menggunakan
agregat bergradasi terbuka. Dipasang pada tanah dasar yang telah stabil dan untuk
mempercepat peningkatan jalan secara keseluruhan, terutama pada konstruksi bertahap.

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 8


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung
Modul Praktikum Jenis Campuran Beraspal

LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet (HRS)
Lapis tipis aspal beton (Lataston) yang selanjutnya disebut dengan HRS, terdiri dari jdua jenis
campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing Course, HRS-WC) dan
ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai
proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS-WC. Campuran ini menggunakan
agregat bergradasi senjang, aspal dan ditambah filler yang dicampur pada suhu tertentu,
tergantung nilai penetrasi aspal yang digunakan dan dipadatkan pada suhu minimal 140°C.
Tebal padat antara 2,5 cm atau 3 cm. Bersifat kedap air, sangat kenyal, awet, dan dianggap
tidak memiliki nilai struktural.

Secara terminologi istilah lapis tipis aspal beton, mungkin, kurang tepat, mengingat
terminologi asphalt concrete sebagai aspal beton. Aspal beton adalah jenis campuran dimana
gradasi agregatnnya menerus sedangkan dalam lapis tipis aspal beton digunakan agregat
bergradasi senjang atau celah.

Tabel 3.9: Amplop Gradasi agregat Gabungan untuk Campuran Aspal

% Berat yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran


Ukuran Ayakan Lataston (HRS)
(mm) Gradasi Senjang Gradasi Semi Senjang
WC Base WC Base
37,5
25
19 100 100 100 100
12,5 90 – 100 90 – 100 87 – 100 90 – 100
9,5 75 – 85 65 – 90 55 – 88 55 – 70
4,75
2,36 50 – 72 35 – 55 50 – 62 32 – 44
1,18
0,600 35 – 60 15 – 35 20 – 45 15 – 35
0,300 15 – 35 5 – 35
0,150
0,075 6 - 10 2-9 6 - 10 4-8
Sumber: Divisi 6 Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3)

Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu Lintas Halaman P III - 9


Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai