1. Pendahuluan
Klasifikasi campuran beraspal sangat beragam dan luas. Agak sulit jika hanya membagi campuran
beraspal dalam beberapa kategori saja. Dari fungsinya pada struktur perkerasan, campuran beraspal
dapat dibagi atas lapisan permukaan, lapisan aus, lapisan penutup, lapis pondasi, asphalt treated base
dan sebagainya. Sedangkan dari sisi kemampuannya mendistribusikan beban, maka ada campuran
beraspal non struktural, yaitu campuran yang tidak memiliki atau dianggap tidak memiliki sifat
mekanis dan campuran beraspal struktural.
Campuran beraspal non struktural umumnya digunakan sebagai lapisan penutup atau lapisan aus.
Sifat yang diharapkan dari jenis campuran ini adalah terutama sifat kedap airnya (waterproofing) dan
terkadang daya tahannya terhadap cuaca (durabilitas). Sedangkan pada campuran beraspal struktural
yang dikehendaki adalah sifat mekanisnya, yaitu kekakuan (stiffness), daya tahan terhadap perubahan
bentuk (deformation), daya tahan terhadap keruntuhan akibat beban berulang (fatigue), dan juga
termasuk durabilitas.
Berdasarkan metoda pencampurannya maka terbagi atas segregasi dan pracampur, dimana
pracampur terbagi lagi atas campuran dingin (cold mix), hangat (warm mix) dan panas (hot mix).
Campuran beraspal dengan metoda segregasi adalah suatu campuran dimana proses pencampuran
antara agregat dan aspal dilakukan pada saat penghamparan. Jenis lainnya adalah pracampur, dimana
aspal dan agregat dicampur terlebih dahulu kemudian dihamparkan dan dipadatkan. Dibandingkan
dengan metoda segregasi, metoda pracampur memiliki campuran yang lebih merata, lebih padat, dan
memiliki daya tahan yang cukup baik.
Shell Bitumen Handbook membagi jenis campuran beraspal atas aspal (asphalt) dan makadam
(macadam). Perlu ada pemahaman sebelumnya bahwa terdapat perbedaan terminologi antara istilah
aspal pada literatur dari Inggris dan negara-negara bekas jajahannya dengan literatur dari Amerika
Utara, khususnya USA. Dalam literatur Inggris, aspal adalah salah satu jenis bituminous mixes atau
campuran beraspal sedangkan aspalnya adalah bitumen. Dalam literatur dari USA, bitumen disebut
aspal atau lebih spesifik dengan asphalt cement (AC). Indonesia umumnya menggunakan terminologi
yang sama dengan USA, tetapi tidak tegas sehingga sering pemahaman yang lebih baik tentang
pengertian antara aspal dan bitumen.
Menurut Shell Bitumen Handbook, asphalt adalah campuran yang memiliki single-sized agregat kasar
dengan proporsi agregat halus yang besar serta hampir tidak memiliki agregat ukuran sedang. Gradasi
campuran yang seperti ini disebut sebagai gradasi senjang (gap). Campuran macadam adalah
campuran dengan gradasi menerus.
Perbedaan karakteristik campuran bergradasi senjang dengan campuran bergradasi menerus secara
umum adalah:
Kekuatan campuran bergradasi senjang tergantung pada kekakuan (stiffness) mortar, yaitu campuran antara
agregat halus (dan filler) dengan aspal. Untuk mendapatkan kekakuan mortar yang cukup besar, digunakan
jenis aspal yang relatif lebih keras (memiliki nilai penetrasi yang rendah) dan material filler yang lebih banyak.
Di sisi lain, kekuatan campuran bergradasi menerus terutama didapatkan dari sifat interlocking agregatnya
dan menggunakan aspal yang relatif lebih lunak (nilai penetrasi relatif lebih tinggi).
Campuran bergradasi senjang memiliki lebih banyak agregat halus dan filler sehingga jumlah permukaan
agregat yang harus terselimuti oleh aspal menjadi lebih banyak. Hal ini berarti bahwa kadar aspal campuran
lebih besar dibandingkan dengan campuran bergradasi menerus. Aspal pada campuran bergradasi menerus
lebih berfungsi sebagai pelumas selama pemadatan untuk medapatkan kepadatan dan interlocking yang baik
serta mengikat agrgegat selama masa layan.
Campuran dengan gradasi senjang memiliki volume rongga campuran yang lebih rendah dan relatif
impermeable serta memiliki daya tahan yang lebih baik untuk jenis lalu lintas berat. Sedangkan campuran
bergradasi menerus relatif memiliki jumlah rongga yang lebih banyak dan permeable serta relatif kurang
memiliki daya tahan terhadap jenis lalu lintas berat.
Tabel 3.1: Perbandingan komposisi antara campuran bergradasi senjang dan menerus
Coated Continuously
Gap-Graded Mastic
Macadam Graded
Agregat Kasar (%w) 86.0 52.0 30.0 30.0
Agregat Halus (%w) 7.0 38.0 53.0 26.0
Filler (%w) 3.0 5.0 9.0 32.0
Aspal (%w) 4.0 5.0 8.0 12.0
Agregat Kasar (%v) 64.5 44.1 25.7 27.5
Agregat Halus (%v) 5.1 32.2 46.0 18.9
Filler (%v) 2.1 4.2 7.8 27.0
Aspal (%v) 8.3 11.5 17.5 26.6
Void Content (%v) 20.0 8.0 3.0 < 1.0
Grade of Bitumen 100-300 100-200 35-100 15-25
(pen)
Sumber: Shell Bitumen Handbook
Dalam BS 594:1992 pemakaian HRA dapat sebagai wearing course, roadbase yang dalam terminologi
struktur perkerasan jalan di Indonesia, khususnya dalam Metoda Analisa Komponen, adalah
merupakan lapisan permukaan dan lapisan pondasi, termasuk didalamnya adalah lapisan aus. Untuk
roadbase dan basecourse (lapisan di bawah wearing course), campuran HRA memiliki relatif 60%
agregat kasar. Pada lapisan ini tegangan yang terjadi didistribusikan melalui kombinasi antara kontak
agregat kasar dengan mortar. Kadar aspal (bitumen) dalam roadbase dan basecourse umumnya lebih
rendah dibandingkan dengan wearing course, karena memang kandungan agregat halus dan filler
yang lebih rendah. Demikian juga ukuran nominal dari kedua jenis lapisan tersebut pun lebih besar
dibandingkan dengan wearing course sehingga gradasi campurannya lebih kasar. Minimal tebal
lapisan yang disarankan, dalam hal ini adalah roadbase, adalah 150 mm.
Campuran HRA untuk wearing course dapat mengandung 0%, 15%, 30%, 40%, atau 55% agregat
kasar. Wearing course dengan 30% agregat kasar dan tebal penghamparan 40 mm merupakan jenis
komposisi yang banyak digunakan. Demikian juga campuran dengan kandungan agegat kasar 40% dan
tebal 50 mm (Shell, 1990). Peningkatan ketebalan lapisan secara nyata menaikan waktu yang
diperlukan untuk mendapat kepadatan yang diharapkan, yang berarti mempengaruhi tingkat
workability. Wearing course dengan kandungan agregat kasar sampai 40% umumnya dapat membuat
lapisan perkerasan menjadi halus dan untuk meningkatkan kekasaran permukaan dihamparkan pada
permukaan perkerasan agregat batu pecah ukuran 14 mm atau 20 mm (surface chipping). Untuk
campuran dengan kandungan agregat kasar lebih dari 45% cukup sulit untuk melakukan surface
chipping pada campuran.
mengikat lebih baik agregat halus. Dalam hal ini jumlah dan kerakteristik filler serta viskositas
campuran sangat menentukan.
Bitumen, berfungsi sebagai pelumas selama pemadatan dan sebagai pengikat yang viskoelastis
dengan viskositas yang tinggi selama masa layan.
Tabel 3.2: Komposisi Perencanaan untuk campuran Base (Roadbase), Binder Course dan Regulating
Course
Tabel 3.3: Komposisi Perencanaan untuk campuran Surface Course Tipe F (Lanjutan)
Pembuatan aspal mastik cukup kompleks. Umumnya mortar aspal mastik dibuat terpisah, dimana
bitumen dicampur dengan agregat halus dan filler, yang kemudian hasilnya dalam bentuk mortar
dikemas dalam bentuk balok dengan berat sekitar 25 kg dan kemudian didinginkan sampai suhu
ruang. Balok mortar ini dapat disimpan dan dikirim ke lokasi proyek jika diperlukan. Untuk
penggunaannya, balok mortar ini dipanaskan dalam mixer khusus dan kemudian dicampur dengan
agregat kasar yang dibutuhkan. Suhu pencampuran aspal mastik adalah 175°C sampai 230°C dengan
tebal padat sekitar 20 mm sampai 50 mm.
Dengan kandungan filler yang sangat tinggi, maka kadar rongga (void content) campuran aspal mastik
sangat rendah (kurang dari 1%) sehingga campuran ini merupakan campuran yang impermeable.
Selain itu kandungan filler yang tinggi akan memberikan tekstur permukaan yang halus dengan
kekesatan yang kurang baik (poor skid resistance).
Sebagai lapis permukaan perkerasan jalan, Laston (AC) mempunyai nilai struktur, kedap air, dan
mempunyai stabilitas tinggi. Ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas menurut Spesifikasi Bina
Marga 2010 untuk Laston (AC) bergradasi kasar, tertera pada Tabel dibawah ini.
Tabel 3.6: Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lapis Aspal Beton (Laston) (Lanjutan)
Pada umumnya tebal nominal minimum untuk Latasir A dan Latasir B masing-masing 2,0 cm
dan 1,5 cm dengan toleransi ± 2,0 mm. latasir pada umumnya digunakan untuk perencanaan
jalan dengan lalu lintas tidak terlalu tinggi (≤ 550.000 SST), tetapi dapat pula digunakan untuk
pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan sementara pada lalu lintas yang lebih tinggi.
Persen lolos
Ukuran Ayakan
Latasir Kelas
ASTM mm A B
½” 12,5 100 100
1/8” 9,5 90 – 100 -
No. 8 2,36 - 75 – 100
No. 200 0,075 4 - 14 8 - 18
Sumber: Spesifikasi Lapis Aspal Pasir SNI 6749:2008
LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet (HRS)
Lapis tipis aspal beton (Lataston) yang selanjutnya disebut dengan HRS, terdiri dari jdua jenis
campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing Course, HRS-WC) dan
ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai
proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS-WC. Campuran ini menggunakan
agregat bergradasi senjang, aspal dan ditambah filler yang dicampur pada suhu tertentu,
tergantung nilai penetrasi aspal yang digunakan dan dipadatkan pada suhu minimal 140°C.
Tebal padat antara 2,5 cm atau 3 cm. Bersifat kedap air, sangat kenyal, awet, dan dianggap
tidak memiliki nilai struktural.
Secara terminologi istilah lapis tipis aspal beton, mungkin, kurang tepat, mengingat
terminologi asphalt concrete sebagai aspal beton. Aspal beton adalah jenis campuran dimana
gradasi agregatnnya menerus sedangkan dalam lapis tipis aspal beton digunakan agregat
bergradasi senjang atau celah.