Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan

menyediakan atau memproduksi barang-barang publik. Sektor

publik memiliki pengertian yang bermacam-macam, hal ini

merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga

setiap disiplin ilmu (politik, ekonomi, hukum dan sosial) memiliki

cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut

pandang ekonomi sektor publik dapat dipahami sebagai suatu

entitas (kesatuan) yang aktivitasnya berhubungan dengan

usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam

rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik. Organisasi sektor

publik yang sering diidentikan dengan pemerintahan atau

badan usaha yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan

pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan

publik untuk memenuhi kesejahteraan di berbagai bidang

kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian,

keamanan, kebebasan beragama dan beberapa hal lainnya.

1
Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini

diwarnai dengan munculnya fenomena menguatnya tuntutan

akuntanbilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut, baik

di pusat maupun daerah. Akuntanbilitas merupakan bentuk

kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu

media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik

(Mardiasmo, 2006).

Pemerintah adalah entitas pelapor (reporting entity) yang

harus membuat laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk

memastikan adanya prosedur penuntasan akuntanbilitas

(accountantability discharge). Entitas pelaporan mengacu pada

konsep bahwa setiap konsep pertanggungjawaban harus

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan

peraturan (Ihyaul Ulum MD, 2004).

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam

penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

2
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan

akuntanbilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah adalah

dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa

laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang

dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan

disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Laporan keungan pemerintah kemudian disampaikan kepada

DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun komponen laporan

keuangan yang disampaikan tersebut meliputi Laporan

Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan

atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan

merupakan informasi histories. Akuntansi adalah proses

pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan informasi

ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil

3
keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut (M.

Sadeli, 2002:2).

Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi

Indonesia (2011:1.5-1.6) adalah memberikan informasi

mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas

entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan keuangan dalam pembuat keputusan

ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber

daya yang dipercayakan kepada mereka. Namun demikian

laporan keuangan tidak semua menyediakan informasi yang

mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan

ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh

keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi.

Governmental Accounting Standard Board (1999) dalam

Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial

Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar

pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh

adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima

4
penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan

penggunaannya. Pengelolaan keuangan pemerintah daerah

harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang

baik (good government governance), yaitu pengelolaan

keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel,

yang memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk

dapat mengakses informasi tentang hasil yang dicapai dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah

akan digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan

sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu,

informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai

dengan kebutuhan para pemakai. Huang et al. (1999) dalam Xu

et al. (2003) menyatakan bahwa informasi akan bermanfaat

apabila informasi tersebut dapat mendukung pengambilan

keputusan dan dapat dipahami oleh para pemakai. Oleh karena

itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan

perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

5
Informasi akuntansi yang terdapat di dalam laporan keuangan

pemerintah daerah harus memenuhi beberapa karakteristik

kualitatif yang sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, yakni:

1. Relevan

Informasi dikatakan relevan apabila informasi yang termuat

di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna

dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa

lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan, serta

mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi

yang relevan memiliki unsur-unsur berikut:

a. Manfaat umpan balik (feedback value).

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan

alat mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

b. Manfaat prediktif (predictive value).

Informasi dapat membantu pengguna untuk

memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil

masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat waktu (timeliness).

6
Informasi yang disajikan secara tepat waktu dapat

berpengaruh dan berguna dalam pengambilan

keputusan.

d. Lengkap

Informasi akuntansi dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir

informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan

diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam

penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Keandalan informasi sangat bergantung pada

kemampuan suatu informasi dalam menyajikan secara wajar

keadaan atau peristiwa yang disajikan dengan keadaan

yang sebenarnya terjadi. Keandalan suatu informasi akan

berbeda, tergantung pada level pemakai, tingkat

pemahaman pada aturan dan standar yang digunakan untuk

menyajikan informasi tersebut. Suatu informasi dikatakan

andal apabila :

a. Dapat diuji kebenarannya (verifiable)

7
Kemampuan informasi untuk diuji kebenarannya oleh

orang yang berbeda, tetapi dengan menggunakan

metode yang sama, akan menghasilkan hasil akhir yang

sama.

b. Netral

Tidak ada unsur bias dalam penyajian laporan atau

informasi keuangan. informasi diarahkan pada

kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan

pihak tertentu.

c. Penyajian secara wajar/ jujur (representational

faithfulness)

Menggambarkan keadaan secara wajar dan lengkap

menunjukkan hubungan antara data akuntansi dan

peristiwa-peristiwa yang sebenarnya digambarkan oleh

data tersebut. Informasi yang disajikan harus bebas dari

unsur bias.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan

lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan

8
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan

entitas pelaporan lain pada umumnya.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat

dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta

istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para

pengguna.

Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan

reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa

Gubernur/Bupati/Wali Kota menyampaikan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD

berupa laporan keuangan yang mensyaratkan bentuk dan isi

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan

disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan yang

ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Pemerintah juga

mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No. 33 tahun 2004

9
yang merubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban

pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal

(kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban

horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD).

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap

tahunnya mendapat penilaian berupa Opini dari Badan

Pengawas Keuangan (BPK). Ketika BPK memberikan Opini

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), artinya dapat

dikatakan bahwa laporan keuangan suatu entitas

pemerintah daerah tersebut disajikan dan diungkapkan

secara wajar dan berkualitas. Terdapat empat opini yang

diberikan pemeriksa yaitu: Opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini

Tidak Wajar (TP), dan Pernyataan Menolak memberi Opini

atau Tidak Memberi Pendapat (TMP).

Berbicara mengenai pelaporan keuangan dan nilai informasi

yang terkandung dalam laporan keuangan pemerintah akan

menimbulkan pertanyaan apakah pelaporan keuangan

pemerintah selama ini sudah memenuhi kriteria kompetensi

10
informasi yang disyaratkan dalam peraturan perundang-

undangan? Apakah laporan keuangan pokok yang terdiri

dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus

Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (UU No 17 Tahun

2003) telah relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat

dipahami.

Menurut Devi, laporan keuangan merupakan sebuah produk

yang dihasilkan oleh bidang atau disiplin ilmu akuntansi.

Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang

berkompetensi, maka kompetensi sumber daya manusia

yang melaksanakan sistem akuntansi sangatlah penting.

Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan

Laporan Keuangan Daerah yang berkompetensi dibutuhkan

sumber daya manusia yang memahami dan kompeten

dalam Akuntansi pemerintahan, keuangan daerah bahkan

organisasional tentang pemerintahan.

KARAWANG – Pemerintah Kabupaten Karawang

mengalami pembengkakan jumlah pegawai honorer.

11
Ironisnya, keberadaan pegawai non PNS (pegawai negeri

sipil) tersebut buka diangkat oleh bupati, tetapi oleh masing-

masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Membengkaknya jumlah tenaga honorer tersebut kini

menjadi beban APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah). Sebab, honor untuk membayar para pegawai

honorer itu diambil dari APBD kendati tidak secara langsung.

Selanjutnya kajian ulang kebutuhan pegawai honorer saat

ini, masalah tersebut sedang menjadi bahan kajian

BKPSDM.

Di harapkan, di tahun 2018 ini tidak ada lagi pengangkatan

tenaga honorer, bahkan yang telah ada pun bakal dikurangi.

(http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018)

Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa kompetensi

sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan

berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan sehingga

pemerintah daerah membuat program/ kebijakan untuk

meningkatkan sumber daya manusia. Kegagalan sumber

daya manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan

menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada

12
kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan

ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan

pemerintah (Syifa, 2014).

Hal kedua yang mungkin mempengaruhi kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah adalah manfaat penerapan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berdasarkan standar

akuntansi pemerintahan adalah bertujuan untuk

meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelola

keuangan pemerintah melalui penyusunan dan

pengembangan standar akuntansi pemerintah.

Perbedaan penerapan sistem akuntansi pada masa pra

reformasi dan sistem yang baru adalah sistem akuntansi

penatausahaan keuangan daerah yang berlaku pada masa

lalu dan saat ini tercermin dalam perhitungan APBD

menggunakan sistem pembukuan tunggal yang berbasis

kas. Prinsip basis kas adalah mengakui pendapatan pada

saat diterimanya kas dan mengakui belanja atau biaya pada

saat dikeluarkannya kas. Hal tersebut tentu saja sangat

terbatas, karena informasi yang dihasilkan hanya berupa kas

yang terdiri dari informasi kas masuk, kas keluar, dan saldo

13
kas. Dengan demikian reformasi akuntansi pemerintahan di

Indonesia adalah perubahan singl entry menjadi dauble

entry. Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar

pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan dan

kepraktisan. Seiring dengan tingginya tuntutan perwujudan

good public governance, perubahan tersebut dipandang

sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan karena

pengaplikasian double enrty dapat menghasilkan laporan

keuangan yang lengkap dan auditable (Mardiasmo: 2006).

Sebagaimana diuraikan diatas maka diperlukan

pengembangan atas sistem akuntansi yang baru, yaitu :

1. Pengembangan sistem pembukuan berganda ( Double

Entry ), dimana setiap transaksi dicatat dengan jurnal

berpasangan, yaitu sisi debit dan sisi kredit.

2. Penggunaan basis akrual (Accrual Basis) dengan

mengembangkan prinsip dan asumsi bahwa pencatatan

transaksi keuangan tidak hanya dilakukan pada saat

terjadi penerimaan dan pengeluaran uang. Dengan basis

akrual, informasi yang akan diberikan kepada pemakai

tidak hanya terbatas pada transaksi masa lalu yang

14
melibatkan penerimaan dan pengeluaran kas, melainkan

juga kewajiban yang membutuhkan penyelesaian kas

dimasa depan dan informasi lain yang mempresentasikan

kas yang akan diterima dimasa depan.

Hal lainnya yang mungkin mempengaruhi kualitas laporan

keuangan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi

informasi. Teknologi dipandang sebagai alat yang digunakan

oleh individu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Perbedaan penerapan sistem akuntansi pada masa pra

reformasi dan sistem yang baru adalah sistem akuntansi

penatausahaan keuangan daerah yang berlaku pada masa

lalu dan saat ini tercermin dalam perhitungan APBD

menggunakan sistem pembukuan tunggal yang berbasis

kas. Prinsip basis kas adalah mengakui pendapatan pada

saat diterimanya kas dan mengakui belanja atau biaya pada

saat dikeluarkannya kas. Hal tersebut tentu saja sangat

terbatas, karena informasi yang dihasilkan hanya berupa kas

yang terdiri dari informasi kas masuk, kas keluar, dan saldo

kas. Dengan demikian reformasi akuntansi pemerintahan di

Indonesia adalah perubahan singl entry menjadi dauble

15
entry. Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar

pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan dan

kepraktisan. Seiring dengan tingginya tuntutan perwujudan

good public governance, perubahan tersebut dipandang

sebagai solusi yang mendesak untuk diterapkan karena

pengaplikasian double enrty dapat menghasilkan laporan

keuangan yang lengkap dan auditable (Mardiasmo: 2006).

Sebagaimana diuraikan diatas maka diperlukan

pengembangan atas sistem akuntansi yang baru, yaitu:

1. Pengembangan sistem pembukuan berganda (Double

Entry), dimana setiap transaksi dicatat dengan jurnal

berpasangan, yaitu sisi debit dan sisi kredit.

2. Penggunaan basis akrual (Accrual Basis) dengan

mengembangkan prinsip dan asumsi bahwa pencatatan

transaksi keuangan tidak hanya dilakukan pada saat

terjadi penerimaan dan pengeluaran uang. Dengan basis

akrual, informasi yang akan diberikan kepada pemakai

tidak hanya terbatas pada transaksi masa lalu yang

melibatkan penerimaan dan pengeluaran kas, melainkan

juga kewajiban yang membutuhkan penyelesaian kas

16
dimasa depan dan informasi lain yang mempresentasikan

kas yang akan diterima dimasa depan.

Hal lainnya yang mungkin mempengaruhi kualitas laporan

keuangan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi

informasi. Teknologi dipandang sebagai alat yang digunakan

oleh individu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh Pemerintah

dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah yang merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun

2001 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Walaupun secara umum telah banyak diketahui manfaat

yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain

kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan,

keakuratan perhitungan, penyimpanan data dalam jumlah

besar, kos pemrosesan yang lebih rendah, kemampuan

multiprocessing (Wahana Komputer, 2003), namun

pengimplementasian teknologi informasi tidaklah murah.

Terlebih jika teknologi informasi yang ada tidak atau belum

mampu dimanfaatkan secara maksimal maka implementasi

17
teknologi menjadi sia-sia dan semakin mahal. Kendala

penerapan teknologi informasi antara lain berkaitan dengan

kondisi perangkat keras, perangkat lunak yang digunakan,

pemutakhiran data, kondisi sumber daya manusia yang ada,

dan keterbatasan dana. Kendala ini yang mungkin menjadi

faktor pemanfaatan teknologi informasi di instansi

pemerintah belum optimal.

Hal terakhir yang mungkin mempengaruhi kualitas laporan

keuangan adalah sistem pengendalian intern pemerintah itu

sendiri. pada Tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian intern Pemerintah (SPIP). Dalam PP tersebut

menyebutkan bahwa tujuan SPIP bertujuan untuk

memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya:

a. efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan

penyelenggaraan pemerintahan negara;

b. keandalan Laporan Keuangan;

c. pengamanan aset negara; dan

d. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

18
Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan

(SPIP) tersebut mendapat perhatian cukup besar

belakangan ini. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku

auditor eksternal senantiasa menguji “kekuatan” SPI ini di

setiap pemeriksaan yang dilakukannya untuk menentukan

luas lingkup (scope) pengujian yang akan dilaksanakannya.

Beberapa lembaga pemantau (watch) juga mengkritisi

lemahnya SPI yang diterapkan di pemerintahan, sehingga

membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya

penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran

(APBN/APBD).

IKHTISAR Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun

2017 disusun untuk memenuhi ketentuan Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2004. Ikhtisar ini merupakan

ringkasan dari 687 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang

diselesaikan BPK pada semester I tahun 2017 yang terdiri

atas 645 LHP keuangan (94%), 9 LHP kinerja (1%) dan 33

LHP dengan tujuan tertentu (DTT) (5%) seperti disajikan

pada Tabel 1.

19
(Sumber :www.bpk.go.id – IHPS I Tahun 2017)

Secara umum, hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan

hal-hal sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan memuat opini

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap 469 (73%) dari

645 laporan keuangan.

Hasil pemeriksaan atas kinerja memuat kesimpulan

kinerja yang cukup efektif.

20
Hasil pemeriksaan DTT memuat kesimpulan adanya

ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Secara lebih terperinci, BPK mengungkapkan 9.729

temuan yang memuat 14.997 permasalahan, meliputi 7.284

(49%) permasalahan kelemahan sistem pengendalian intern

(SPI) dan 7.549 (50%) permasalahan ketidakpatuhan

terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan senilai

Rp25,14 triliun, serta 164 (1%) permasalahan

ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan

senilai Rp2,25 triliun.

Dari permasalahan ketidakpatuhan tersebut, sebanyak

4.707 (62%) senilai Rp25,14 triliun merupakan

permasalahan ketidakpatuhan yang mengakibatkan:

Kerugian sebanyak 3.135 (67%) permasalahan senilai

Rp1,81 triliun.

Potensi kerugian sebanyak 484 (10%) permasalahan

senilai Rp4,89 triliun.

21
Kekurangan penerimaan sebanyak 1.088 (23%)

permasalahan senilai Rp18,44 triliun.

Selain itu, terdapat 2.842 (38%) permasalahan

ketidakpatuhan yang mengakibatkan penyimpangan

administrasi.

Dari 164 permasalahan ketidakhematan,

ketidakefisienan, dan ketidakefektifan senilai Rp2,25 triliun,

terdapat 12 (7%) permasalahan ketidakhematan senilai

Rp11,96 miliar, 30 (18%) permasalahan ketidakefisienan

senilai Rp574,31 miliar, dan 122 (75%) permasalahan

ketidakefektifan senilai Rp1,67 triliun.

Terhadap permasalahan ketidakpatuhan yang

mengakibatkan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan

penerimaan, pada saat pemeriksaan entitas yang diperiksa

telah menindaklanjuti dengan menyerahkan aset atau

menyetor ke kas negara/ daerah senilai Rp509,61 miliar

(2%). Perincian rekapitulasi hasil pemeriksaan BPK

semester I tahun 2017 disajikan pada Tabel 2.

22
B. Identifikasi Masalah

1. Diduga adanya pengaruh Kompetensi Sumber Daya

Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

2. Diduga adanya pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

3. Diduga adanya pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi

23
terhadap Kualitas Laporan Keuangan

4. Diduga adanya Pengaruh Sistem Pengendalian Intern

terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

5. Diduga adanya Pengaruh Kompetensi Sumber Daya

Manusia,

Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,

Pemanfaatan

Teknologi Informasi, Sistem Pengendalian Intern secara

bersama-sama terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang dimaksudkkan untuik memperoleh

pemahaman dari penelitian ini agar lebih jelas dan terarah serta

tidak menyimpang dari masalah yang ada agar tidak menjadi

pembahasan yang meluas dalam penelitian ini , maka penulis

memberi batasan masalah untuk penelitian antara lain :

1. Variabel Independen yang a’kan diteliti dalam penelitian ini

adalah Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan

Sistem Akuntansi Keuangan ]Daerah (SAKD), Pemanfaatan

Tekonologi Informasi, dan Pengendalian Intern.

24
2. Variabel Dependen yang akan diteliti adalah Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,

maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi sumber daya

manusia terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah

daerah ?

2. Apakah terdapat pengaruh Penerapakan SAKD (Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah) terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah ?

3. Apakah terdapat pengaruh Pemanfaatan tekonolgi informasi

terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah ?

4. Apakah terdapat pengaruh SPIP (Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah) terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah ?

5. Apakah terdapat pengaruh kompetensi sumber daya

manusia, Sistem Akuntansi Daerah, Pemanfaatan Teknologi

Informasi dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

25
secara bersama-sama terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahn yang diangkat, penelitian ini

memiliki tujaun sebagai berikut :

1. Untuk menganalisa pengaruh Kompetensi Sumber Daya

Manusia terhadap Kualitas Keuangan Pemerintahan

Daerah.

2. Untuk menganalisa pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah terhadap Kualitas Keuangan Pemerintahan Daerah.

3. Untuk menganalisa pengaruh Pemanfaatan Teknologi

Informasi terhadap Kualitas Keuangan Pemerintahan

Daerah.

4. Untuk menganalisa pengaruh Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah terhadap Kualitas Keuangan Pemerintahan

Daerah.

5. Untuk menganalisa pengaruh Kompetensi Sumber Daya

Manusia, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian

26
Intern Pemerintah secara bersama-sama terhadap Kualitas

Keuangan Pemerintahan Daerah.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis

berhadap memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Praktisi

Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam

pengambilan kebijakan, membantu memberikan kontribusi

bagi praktik akuntansi di Indonesia dimasa yang akan

datang, dan memberikan wawasan serta wacana kepada

pihak SKPD dalam mengambangkan Sumber Daya, Sistem

Akuntansi Keuangan, Teknologi Informasi, dan Sistem

Pengendalian Intern, dalam rangka meningkatkan efektivitas

dan efisiensi akuntabilitas keuangan.

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

mengembangkan ilmu pengetahuan akuntansi pada

umumnya dan akuntansi pemerintahan di Indonesia pada

khususnya.

27
BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teori

1. Agency Theory (Teori Keagenan)

Mardiasmo (2004) menjelaskan bahwa pengertian

akuntabilitas public sebagai kewajiban pihak pemegang

amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,

menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala

aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya

kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas

publik terdiri dari dua macam, yaitu: 1) pertanggungjawaban

atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi

(akuntabilitas vertikal), dan 2) pertanggungjawaban kepada

masyarakat luas (akuntabilitas horizontal).

Berkaitan dengan masalah keagenan, praktek

pelaporan keuangan dalam organisasi sektor publik

merupakan suatu konsep yang didasari oleh teori

keagenan. Dalam pelaporan keuangan, pemerintah yang

28
bertindak sebagai agen mempunyai kewajiban menyajikan

informasi yang bermanfaat bagi para pengguna informasi

keuangan pemerintah yang bertindak sebagai prinsipal

dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik

keputusan ekonomi, sosial, maupun politik serta baik secara

langsung atau tidak langsung melalui wakil-wakilnya. Dalam

suatu pemerintahan demokrasi, hubungan antara

pemerintah dan para pengguna informasi keuangan

pemerintah dapat digambarkan sebagai suatu hubungan

keagenan (faristina, 2011).

1. Pemerintahan Daerah

Berdasarkan PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah

penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah

Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

29
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau

antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur undang-

undang dengan memperhatikan kekhususan dan

keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan

umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya

lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras

berdasarkan undang-undang.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam UUD 1945.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan

terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan

pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber

penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu

kepada undang-undang yang mengatur perimbangan

30
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan

daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan

dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan

daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada

setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah

menjadi sumber keuangan daerah.

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber

keuangan, antara lain berupa kepastian tersedianya

pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan

pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut,

mendayagunakan pajak dan retribusi daerah, hak untuk

mendapatkan bagi hasil dari sumber daya nasional yang

berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk

mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-

sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber

pembiayaan.

Di dalam Undang-Undang yang mengatur Keuangan

Negara, terdapat penegasan di bidang pengelolaan

keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan

negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan

31
pemerintahan; dan kekuasaan pengelolaan keuangan

negara dari presiden sebagian diserahkan kepada

gubernur/ bupati/ walikota selaku kepala pemerintah

daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili

pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan

pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa kepala daerah

(gubernur/ bupati/ walikota) adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah dan bertanggungjawab atas

pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari

kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan

kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau

seluruh kekuasaan keuangan daerah kepada para pejabat

perangkat daerah. Dengan demikian pengaturan

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah

melekat dan menjadi satu dengan pengaturan

pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang-Undang

mengenai Pemerintahan Daerah.

32
2. Pemerintahan Daerah

Berdasarkan PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, pemerintah daerah adalah

penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah

Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau

antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur undang-

undang dengan memperhatikan kekhususan dan

keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan

umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya

lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras

berdasarkan undang-undang.

33
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam UUD 1945.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan

terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan

pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber

penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu

kepada undang-undang yang mengatur perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan

daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan

dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan

daerah. Semua sumber keuangan yang melekat pada

setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah

menjadi sumber keuangan daerah.

Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber

keuangan, antara lain berupa kepastian tersedianya

pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan

34
pemerintah yang diserahkan; kewenangan memungut,

mendayagunakan pajak dan retribusi daerah, hak untuk

mendapatkan bagi hasil dari sumber daya nasional yang

berada di daerah dan dana perimbangan lainnya; hak untuk

mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-

sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber

pembiayaan.

Di dalam Undang-Undang yang mengatur Keuangan

Negara, terdapat penegasan di bidang pengelolaan

keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan

negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintahan; dan kekuasaan pengelolaan keuangan

negara dari presiden sebagian diserahkan kepada

gubernur/ bupati/ walikota selaku kepala pemerintah

daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili

pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan

pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa kepala daerah

(gubernur/ bupati/ walikota) adalah pemegang kekuasaan

35
pengelolaan keuangan daerah dan bertanggungjawab atas

pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari

kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan

kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau

seluruh kekuasaan keuangan daerah kepada para pejabat

perangkat daerah. Dengan demikian pengaturan

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah

melekat dan menjadi satu dengan pengaturan

pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang-Undang

mengenai Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No 33 Tahun 2004,

sumber pendapatan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi hasil pajak

daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD

yang sah

2. Dana perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana

Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus;

3. Dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

36
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan

daerah dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui

rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum

Daerah. Penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan Perda yang

berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

3. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan

suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat

digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

tersebut. Laporan keuangan yang lengkap menurut

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 1

terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan

37
Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara

benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam

catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap

diungkap untuk menghasilkan penyajian yang wajar

walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh

standar akuntansi. Laporan keuangan merupakan media

informasi yang digunakan oleh manajemen kepada pihak

luar perusahaan. Kualitas informasi yang dicapai akan

tergantung dengan kualitas laporan keuangan. Untuk

mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang

baik, maka diperlukan adanya aturan (regulasi) yang dibuat

oleh Dewan Standar Akuntansi Ikatan Akuntansi Indonesia

(DSAK-IAI) dan pemerintah. Tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan, kinerja serta perubahan arus kas suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Agar dapat mencapai kualitas informasi yang tinggi,

ada beberapa karakteristik yang digunakan untuk

38
meningkatkan penggunaan informasi keuangan untuk

pengambilan keputusan (Mackenzie, 2011) diantaranya:

1. Relevan (Relevant)

Informasi mempunyai nilai prediktif dan nilai

kepastian atau terdapat kedua nilai tersebut dalam

sebuah informasi. Dengan kata lain, informasi dapat

mempengaruhi keputusan dari penyedia modal.

Pengguna tidak memerlukan informasi tersebut untuk

digunakan. Namun, hanya perlu akses untuk

mendapatkannya.

2. Penyajian yang tepat (Faithful representation)

Menggambarkan bahwa informasi keuangan yang

berguna untuk pengambilan keputusan menyajikan

fenomena ekonomi yang diwakili dapat mempengaruhi

posisi keuangan dan hasil dari kegiatan.

3. Ketepatan waktu (Timeliness)

Ketepatan waktu mempunyai arti bahwa informasi

disediakan pada saat informasi tersebut masih sangat

dibutuhkan untuk tujuan pembuatan keputusan.

4. Dapat dibandingkan (Comparability)

39
Komparabilitas merujuk ketidakmampuan untuk

mengidentifikasi kesamaan atau perbedaan dalam dua

fenomena ekonomi. Pemakai harus dapat

memperbandingkan laporan keuangan perusahaan

antar periode untuk mengidentifikasikan kinerja

keuangan.

5. Kemampuan untuk memastikan (Verifiability)

Kemampuan ini digunakan untuk memastikan

pengguna bahwa informasi menggambarkan ketepatan

dari fenomena akuntansi yang diwakili. Informasi

memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan

pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur

(faithful representation) dari yang seharusnya disajikan

atau yang secara wajardiharapkan dapat disajikan.

6. Dapat dipahami (Understandability)

Pengguna yang memiliki pengetahuan mengenai

bisnis, ekonomi, aktivitas keuangan, dan pelaporan

keuangan dapat memahami dan mendapatkan

wawasan yang luas mengenai posisi keuangan dan hasil

40
kegiatan perusahaan. Kualitas penting informasi yang

ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh

pemakai.

Informasi yang diperoleh dari laporan akuntansi,

umumnya bermanfaat bagi pemilik perusahaan untuk

mengukur hasil usaha yang telah dicapai perusahaan

tersebut selama periode tertentu, serta prospek hasil

usaha tersebut dimasa yang akan datang. Hal tersebut

penting bagi pemilik perusahaan sebagai dasar

pertimbangan dalam penentuan kebijaksanaan

investasinya untuk masa yang akan datang.

4. Kompetensi Sumber Daya Manusia

Kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi

yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan,

kemampuan dan karakteristikn kepribadian yang

mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya.

Kompetensi sumber daya manusia menurut hasil kajian

perrin (dalam Mangkunegara, 2012: 40) yaitu :

1. Memiliki kemampuan komputer (Eksekutif Lini).

41
2. Memiliki pengetahuan yang luas tentang visi.

3. Memiliki kemampuan mengantisipasi pengaruh

perubahan.

4. Memiliki kemampuan memberikan pendidikan tentang

sumber daya manusia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi

sumber daya manusia adalah kemampuan yang dimiliki

seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan,

keterampilan dan karakteristik kepribadian yang

mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya yang

dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Untuk menilai kapasitas dan kompetensi sumber daya

manusia dalam melaksanakan suatu fungsi, termasuk

akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan

kompetensi sumber daya tersebut.

Tanggung jawab dapat dilihat dari atau tertuang dalam

deskripsi jabatan. Deskripsi jabatan merupakan dasar untuk

melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa adanya deskripsi

jabatan yang jelas, sumberdaya tersebut tidak dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik. Sedangkan

42
kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,

pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan fari

keterampilan yang dinyatakan dalam pelaksanaan tugas.

Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari

seseorang yang memiliki keterampilan (skill), pengetahuan

(knowledge), dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan

suatu pekerjaan (Hevesi, 2005 dalam Desi dan Ertambang,

2008).

Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari

seseorang mencapai kinerja yang tinggi dalam

pekerjaannya. Pegawai yang tidak mempunyai

pengetahuan yang cukup dalam bekerja akan banyak

menemui hambatan yang mengakibatkan pemborosan

bahan, waktu dan tenaga.

Organisasi harus juga berusaha untuk

mengembangkan sumber daya manusia mereka. Pelatihan

dan pengembangan membuat karyawan dapat

melaksanakan pekerjaan mereka saat ini secara efektif dan

mempersiapkan pekerjaan di masa mendatang. Penilaian

kinerja adalah penting untuk memvalidasi alat pemilihan,

43
mengukur dampak dari program pelatihan, memutuskan

kenaikan gaji dan promosi, dan mencantumkan kebutuhan

akan pelatihan (Griffin, 2004).

5. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Heni Nurani H (2005:110), menerangkan

bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SKAD) adalah

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari organisasi

terkait, prosedur-prosedur yang diperlukan, dokumen

(formulir), catatan dan pelaporan.

Prosedur yang dimaksud disini adalah proses

pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan

transaksi ekonomi (keuangan) suatu organisasi. Yang

dimaksud dengan pengidentifikasian adalah

pengidentifikasian transaksi ekonomi, agar dapat

membedakan mana transaksi yang bersifat ekonomi dan

mana yang tidak. Pada dasarnya transaksi ekonomi adalah

aktivitas yang berhubungan dengan uang. Proses

selanjutnya adalah pengukuran transaksi ekonomi yaitu

dengan menggunakan satuan uang. Proses tersebut

44
menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi

tertentu.

Sedangkan menurut Muhamad Gade (2000:95) sistem

akuntansi pemerintah adalah sistem akuntansi yang

mengelola semua transaksi keuangan, aset, kewajiban,

dan ekuitas pemerintah yang menghasilkan informasi

akuntansi dan pelaporan keuangan yang tepat waktu

dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan

oleh badan-badan diluar eksekutif, maupun oleh berbagai

tingkatan manajemen pada pemerintahan.

Sistem akuntansi yang digunakan pada akuntansi

pemerintah daerah adalah sistem desentralisasi. Menurut

Rondinelli, Nellis, dan juga Chema (1983) mendefinisikan

desentralisasi sebagai penciptaan atau pemungutan, baik

itu dari segi keuangan maupun hukum, kepada unit-unit

pemerintah subnasional yang penyelenggaraannya secara

bersifat substansial berada diluar kontrol langsung dari

pemerintahan pusat.

Dalam struktur pemerintah daerah, satuan kerja

merupakan entitas akuntansi yang wajib melakukan

45
pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi di

lingkungan satuan kerja. Kegiatan akuntansi pada satuan

kerja meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset,

dan selain kas. Proses tersebut dilaksanakan oleh Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK) berdasarkan dokumen-

dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara.

Laporan keuangan yang harus dibuat oleh SKPD adalah:

a. Neraca

b. Laporan Realisasi Anggaran dan

c. Catatan atas Laporan Keuangan

6. Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang

digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,

mendapatkan, menyusun, menyimpan memanipulasi data

dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang

berkualitas, yaitu informasi yang relevan akurat dan tepat

waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis

pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis

untuk pengambilan keputusan. Teknologi tidak hanya

terbatas pada teknologi komputer (software & hardware)

46
yang digunakan untuk memproses atau menyimpan

informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi

untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999). Semua bidang

membutuhkan teknologi informasi, baik hukum, ekonomi,

perbankan, kesehatan dan lain-lain.

Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe,

mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan

(internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya

yang berhubungan dengan teknologi (Wilkinson wt al.,

2000).

7. Sistem Pengendalian Interen Pemerintah (SPIP)

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan

suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa, baik pada

pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah untuk

menciptakan keandalan laporan keuangan, meningkatkan

efisiensi dan efektivitas dalam pemerintahan, pengamanan

aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Pengendalian internal dibangun dari lima

komponen diantaranya: (1) lingkungan pengendalian; (2)

penilaian risiko; (3) aktivitas pengendalian; (4) informasi dan

47
komunikasi; serta (5) monitoring (PP Nomor 60 tahun 2008;

Bodnar dan Hoopwod, 2010; Aren et al, 2012:298).

Komponen pengendalian intern dirancang dan

diimplementasikan oleh manajemen untuk memastikan

bahwa tujuan pengendalian internal akan tercapai (Arens et

al, 2012:320). Gubernur, Bupati dan Walikota selaku kepala

daerah wajib melakukan pengendalian atas

penyelenggaraan kegiatan pemerintah (PP 60 tahun 2008)

serta menyampaikan LKPD yang disusun dengan menikuti

SAP yang telah diterima secara umum (Kawedar, 2010)

sehingga pengelolaan keuangan yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel dapat dicapai (Susilawati dan

Riana, 2013; Indriasih, 2014).

Unsur-unsur pokok yang diperlukan dalam

menciptakan pengendalian akuntansi yang efektif antara

lain (Wahana Komputer, 2003): (1) adanya perlindungan

fisik terhadap harta; (2) pemisahan fungsi organisasi yaitu

pemisahan fungsi organisasi yang saling berkaitan; (3)

adanya jejak audit yang baik; dan (4) sumber daya manusia

yang optimal

48
B. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam

penelitian ini, makan akan dikemukakan hasil penelitian

terdahulu yang pembahasan dan topik permasalahannya

sesuai dengan masalah dalam penelitian yang akan

dilaksanakan yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

N Peneliti Judul Variabel Hasil

o dan Penelitian Penelitian Penelitia

Tahun

1.As Syifa Pengaruh Kompetensi Kompetensi

Nurillah, Kompetensi Sumber Sumber

Dul Muid Sumber Daya Daya

(2014) Daya Manusia. Manusia,

Manusia, Penerapan Penerapan

Penerapan Sistem Sistem

Sistem Akuntansi Akuntansi

Akuntansi Keuangan Keuangan

49
Keuangan Daerah Daerah,

Daerah (SAKD), Pemanfaata

(SAKD), Pemanfaata n Teknologi

Pemanfaata n Teknologi Informasi,

n Teknologi Informasi, Sistem

Informasi , Sistem Pengendalia

dan Sistem Pengendalia n Intern

Pengendalia n Intern, berpengaru

n Intern Kualitas positid

terhadap Lapran signifikan

Kualitas Keuangan terhadap

Laporan Pemerintah Kualitas

Keuangan Daeah Laporan

Keuangan

Pemerintah

Daerah

2.Dewi Pengaruh Kompetensi Penelitian ini

Andini Kompetensi Sumber menunjukan

(2015) Sumber Daya bahwa

Daya Manusia, kompetensi

50
Manusia dan Penerapan sumber daya

Penerapan Sistem manusia dan

Sistem Akuntansi penerapan

Akuntansi Keuangan sistem

Keuangan Daerah, akuntansi

Daerah Kualitas keuangan

terhadap Laporan daerah

Kualitas Keuangan berpengaruh

Laporan Daerah terhadap

Keuangan kualitas

Daerah laporan

keuangan

daerah pada

SKPD

Kabupaten

Empat

Lawang

3.Angelin Pengaruh Kompetensi Kompetensi

Christian Kompetensi Sumber Sumber

Toban, Sumber Daya Daya

51
Ch. Heni Daya Manusia, Manusia,

Kurniawa Manusia, Pemanfaata Pemanfaata

n Pemanfaata n Teknologi n Teknologi

n Teknologi Informasi, Informasi,

Informasi, Sistem Sistem

dan Sistem Pengendalia Pengendalia

Pengendalia n Intern, n Intern

n Intern Kualitas berpengaruh

terhadap Informasi positif

Kualitas Laporan terhadap

Informasi Keuangan Kualitas

Laporan Pemerintah Informasi

Keuangan Daerah Laporan

Pemerintah Kabupaten Keuangan

Daerah Toraja Utara Pemerintah

Kabupaten Daerah

Toraja Utara Kabupaten

Toraja Utara

52
C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan kompetensi sumber daya manusia terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintahan daerah

Kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi yang

berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan,

kemampuan dan karakteristikn kepribadian yang

mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya. Pada

penelitian As Syifa Nurillah dan Dul Muid (2014) menyatakan

bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh

positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah.

Semakin tinggi kompetensi sumber daya manusia, maka

semakin tinggi pula pengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1 terdapat pengaruh kompetensi sumber daya manusia

terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

53
2. Hubungan penerapan Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah (SAKD) terhadap kualitas laporan keuangan

Menurut Heni Nurani H (2005:110), menerangkan

bahwa Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari organisasi

terkait, prosedur-prosedur yang diperlukan, dokumen

(formulir), catatan dan pelaporan. Pada penelitian As Syifa

Nurillah dan Dul Muid (2014) menyatakan bahwa Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh positif signifikan

terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Semakin tinggi

Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan, maka semakin

tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas laporan

keuangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H2 terdapat pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah

terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

54
3. Hubungan pemanfaatan teknologi informasi terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintahan daerah

Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan

untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,

menyusun, menyimpan memanipulasi data dalam berbagai

cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Pada

penelitian As Syifa Nurillah dan Dul Muid (2014) menyatakan

bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah.

Semakin tinggi Pemanfaatan Teknologi Informasi, maka

semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas laporan

keuangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H3 terdapat pengaruh pemanfaatan teknologi informasi

terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

55
4. Hubungan sistem pengendalian intern terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintahan daerah

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan

suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa, baik pada

pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah untuk

menciptakan keandalan laporan keuangan. Pada penelitian

As Syifa Nurillah dan Dul Muid (2014) menyatakan bahwa

sistem pengendalian intern berpengaruh positif signifikan

terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Semakin tinggi

sistem pengendalian intern, maka semakin tinggi pula

pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H4 terdapat pengaruh sistem pengendalian intern terhadap

kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

56
D. Kerangka Pemikiran

Kompetensi H1
SDM (X1)
H2
Penerapan KUALITAS LAPORAN
SKAD (X2)
KEUANGAN (Y)
H3
PEMANFAATAN
TEKONOLOGI
INFORMASI
(X3)
H4

SISTEM
PENGENDALIAN
INTERN (X4)

H5

E. HIPOTESIS

Menurut Sugiyono (2012:84) “Dalam penelitian, hipotesis

diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian”. Berdasarkan Kerangka pemikiran diatas,

maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

H1 : Terdapat pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia

terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

57
H2 : Terdapat pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi

Keuangan

Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

H3 : Terdapat pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi

terhadap

Kualitas Laporan Keuangan

H4 : Terdapat pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap

Kualitas Laporan Keuangan

H5 : Terdapat pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,

Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,

Pemanfaatan Teknologi Informasi, Sistem Pengendalian

Intern secara bersama-sama terhadap Kualitas Laporan

Keuangan

58
BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian

Kuantitatif adalah Metode penelitian yang berladaskan pada

filsafat positivism digunakan untuk meneliti populasi atau sapel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument

penelitian, analisis data bersifat kuantitaif/statistic, dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2012:8).

Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian deskriptif yaitu,

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa

membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel yang lain.

59
B. Operasionalisasi Variabel

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah

Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi

Informasi, Sistem Pengendalian Intern. Sedangkan variabel

dependen adalah Kualitas Laporan Keuangan

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Kompetensi Kompetensi Pemahaman Likert

Sumber Daya Sumber Daya tentang akuntansi,

Manusia Manusia Sumber daya

manusia yang

berkualitas,

Sumber daya

yang memadai,

Peran dan

tanggung jawab,

Pelatihan keahlian

dalam tugas,

60
Sosialisasi

peraturan baru,

Pemahaman

tentang struktur

organisasi

Penerapan Penerapan Kesesuaian Likert

Sistem Sistem sistem dengan

Akuntansi Akuntansi sistem akuntansi

Keuangan Keuangan pemerintah,

Daerah Daerah Pengidentifikasian

transaksi,

Pencatatan

transaksi, Bukti

disetiap transaksi,

Pencatatan

kronologis,

Pengklasifikasian

transaksi,

Laporan

keuangan setiap

61
periode,

Pelaporan yang

konsisten dan

periodic

Pemanfaatan Pemanfaatan Sistem akuntansi Likert

Teknologi Teknologi sesuai sistem

Informasi Informasi akuntansi

pemerintah,

Jaringan internet,

Jaringan internet

termanfaatkan

dengan baik,

Aplikasi yang

digunakan,

Laporan

keuangan

terkomputerisasi,

Software sesuai

dengan UU

62
Sistem Sistem Standar operating Likert

Pengendalian Pengendalian procedure (SOP),

Intern Intern Implementasi PP

No 60, Dokumen

dan catatan yang

memadai,

Pemisahan

wewenang,

Tindakan disiplin

atas pelanggaran

Kualitas Kualitas Relevan, Andal, Likert

Laporan Laporan Dapat

Keuangan Keuangan diperbandingkan

dan dapat

dipahami

63
C. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah SKPD

Kabupaten Karawang yang beralamat di JL. Jendral Ahmad

Yani No.76, Nagasari, Karawang Barat, Kabupaten Karawang

Jawa Barat 41314.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018, peneliti

menganggap bahwa waktu tersebut merupakan waktu yang

paling tepat dan efektif untuk mengadakan kegiatan penelitian.

D. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data.

1. Jenis Data

Data penelitian pada dasarnya dikelompokkan menjadi 3

yaitu :

a. Data Subyek

Data berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik

dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi

subyek penelitian (responden)

b. Data Fisik

Data berupa obyek atau benda-benda fisik .

c. Data Dokumentar

64
Data dapat berupa Faktur, jurnal, surat-surat, notulen

hasil rapat, memo dan laporan. Memuat apa dan kapan

suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat

dalam suatu kejadian

Dalam penelitian ini menggunaan Data Subjek karena

Data subjek diklasifikasikan berdasarkan bentuk

tanggapan (respon) yang diberikan yaitu, lisan (verbal),

tertulis dan ekspresi. Dalam penelitian ini tanggapan yang

diberikan berupa tanggapan tertulis, yaitu respon tertulis

sebagai tanggapan atas pertanyaan tertulis (kuesioner)

yang diajukan oleh peneliti kepasa responden.

2. Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian

mengenai “Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,

Penerapan Sistem Akuntansi Daerah (SAKD), pemanfaatan

Teknologi Informasi, dan Pengendalian Interen terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah (Studi

Empiris pada SKPD Kabupaten Karawang” adalah Data

Primer dan Data Sekunder. Data yang diperoleh akan diolah

menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh

65
pembacanya. Dalam peelitian ini, data diperoleh melalui dua

sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Berikut ini

adalah penjabaran sumber data yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Sugiyono (2012:13). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan data primer karena

peneliti mengolah sendiri data yang diperoleh langsung

dari objek penelitian yaitu Karyawan pada Satuan Kerja

Kabupaten Karawang.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan

cara membaca, mempelajari dan memahami melalui

media lain yang bersumber dari litelatur, buku-buku,

artikel,jurnal-jurnal yang berhubungan dengan teori yang

berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, data

sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah data

mengenai identitas auditor,jumlah auditor,latar belakang

66
pendidikan auditor, dan data-data lain yang dibutuhkan

peneliti dalam penyusunan penelitian.

3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode secara umum dapat diartikan sebagai cara,

proses, atau prosedur untuk memecahkan suatu masalah

atau untuk mencapai suatu hasil sesuai dengan yang

diharapkan.metode penelitian yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data adalah dengan cara

menyebarkan Instrumen penelitian (kuesioner) secara

langsung kepada responden dan juga observer non-

partisipan yang artinya dalah peneliti melakukan observasi

secara tidak langsung yaitu hanya terlibat sebagai

pengamat dalam pengumpulan data.

Menurut Sugiyono (2012, 193-194), Teknik pengumpulan

data dapat dilakukan dengan Interview, Kuesioner

(angket), Obeservasi. .

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti dalam melakukan penelitian:

a. Instrumen Penelitian – Kuesioner

67
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis kuesioner tertutup karena

responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah

satu jawaban yang dianggap benar.

Peneliti menggunakan Kuesioner tertutup sebagai

teknik pengumpulan data dengan skala likert. Menurut

Sugiyono (2012:93) Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekolompok orang tentang fenomenan social.

Dalam menjawab skala likert ini, responden hanya

memberi tanda, mislanya checklist atau tanda silang

pada jawaban yang dipilih sesuai pernyataan. Kuesioner

yang telah diisi responden perlu dilakukan penilaian.

Berikut ini bobot penilaian pada skala Likert:

68
Tabel 3.2

Skor Skor
NO. Keterangan
Positif Negatif

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Ragu-Ragu 3 3

4. Tidak Setuju 2 4

5. Sangat Tidak Setuju 1 5

b. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data

dengan pegamaan langsung dan pencatatan secara

sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Dalam

proses penelitian, Observasi dilakukan di Satuan Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Karawang, lokasi tersebut

menjadi lokasi pilihan peneliti. Namun, peneliti hanya

terlibat sebagai pengamat independen dan tidak terlibat

langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang

diamati maka observasi yang peniliti lakukan disebut

observasi non-partisipan (Ghozali:2014).

69
4. Metode Pemilihan Sampel

Sebelum menentukan teknik penentuan data yang akan

dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukakan tentang

populasi dan sampel.

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

dari objek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,

2002). Populasi dalam penelitian ini adalah pengelola unit

kerja atau pejabat struktural pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kabupaten Karawang. Jumlah OPD di Kabupaten

Karawang sebanyak 38 OPD yang terdiri dari Bupati

Karawang, Wakil Bupati Karawang, Sekertaris Daerah,

Asisten Pemerintahan, Asisten Pembangunan, Asisten

Administrasi, Sekretaris DPRD, 14 dinas, 5 badan, 4

kantor, 1 sekretariat, RSUD, Inspektor, 1 Satuan Polisi

Pamong Praja, 1 KPUD, 1 Dewan Pendidikan, 30

kecamatan dan 12 Kelurahan Pemilihan ini dilakukan di

Pemerintah Kabupaten Karawang karena pada tahun

70
2015 menerima penghargaan dari Kementrian Keuangan

atas Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang

diserahkan langsung oleh Dirjen Pembendaharaan

Kementrian Keuangan Republik Indonesia di Gedung

Sate Bandung.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau

wakil populasi yang diteliti). Pengambilan sampel atas

responden dilakukan secara purposive sampling.

Purposive sampling digunakan karena informasi yang

akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti

(Sekaran, 2003). Sampel dipilih berdasarkan kriteria

tertentu sehingga dapat mendukung penelitian ini. Kriteria

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Pejabat struktural dan aparat yang melaksanakan

fungsi akuntansi/ tata usaha keuangan di masing-

masing Dinas pada SKPD.

2. Memiliki masa kerja minimal satu tahun dalam periode

penyusunan laporan keuangan.

71
E. Rancangan Analisis

Analisis data merupakan langkah terpenting dalam sautu

penelitian agar rumusan masalah terpecahkan dan hipotesis

dibuktikan. Setelah data diperoleh maka peneliti melakukan

analisis data yang terdiri dari Uji Statistik Deskriptif, Uji

Validitas, Uji Realibilitas. Kemudian peneliti juga melakukan uji

asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi

agar peneliti dapat menarik suatu kesimpulan.

1. Uji Statistik Deskriptif

Analisis Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

gambaran atau deskripsi atas suatu data yang dilihat dari

nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness

(kemencengan distribusi). (Ghozali,2016 :19). Statistik

Deskriptif adalah statistic yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek

yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum. (Sugiyono 2017: 29).

72
a. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang

didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut.

Rumus untuk menghitung mean adalah sebagai berikut

∑ 𝑥𝑖
Me= 𝑛

Keterangan :

Me = Mean (rata-rata)

∑ = Eplison (Jumlah)

Xi = Nilai x ke i sampai ke n

N = Jumlah Individu

b. Simpangan Baku (Standar Deviasi)

Simpangan Baku adalah sebagai akar kuadrat

varians. Simpangan baku merupakan bilangan tak

negative, dan memiliki satuan yang sama dengan data.

Rumusnya sebagai berikut :

∑𝑛
𝑖 =1(𝑥𝑖−𝑥𝑏𝑎𝑟)
2
s=√ atau s = √𝑆 2
𝑛−1

Keterangan :

S = Simpangan Baku (Varians)

Xi = nilai x1 sampai dengan xn

73
Xbar = rata-rata x

N = Jumlah data

c. Maksimum dan Minimum

Maksimum merupakan nilai paling besar yang

terdapat dalam suatu kelompok data. Minimum

merupakan nilai paling kecil dalam suatu kelompok

data.

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Instrumen yang valid

atau Absah, berarti alat ukur yang digunakan untuk

mengukur data itu akan mempunyai validitas yang tinggi,

begitu pula sebaliknya. Suatu Instrumen dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Uji signifikasi dilakukan dengan cara

membandingkan nilai rhitung dengan rtabel yang dapat

dilihat dai Item-Total Coreelation (Ghozali, 2016: 53)

74
Suatu Instrumen dapat dikatakan Valid apabila taraf

probabilitas kesalahan (sig) ≤ 0.05 dan rhitung > rtabel ,

sebaliknya suatu instrument dapat dikatakan tidak valid

apabila taraf probabilitas kesalahan (sig) ≥ 0,05 dan

rhitung < rtabel (ghozali, 2011) , Rumus untuk menentukan

rtabel adalah :

(df) = n – 2

Keterangan :

df : Degree of freedom

n ; Jumlah Sampel

b. Uji Reliabilitas

Realibitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indicator dari variable atau

konstruk (Ghozali,2016:46-47). Suatu Kuesioner dapat

dikatakan realible (diandalkan) jika dapat dipercaya.

Agar dapat dipercaya maka hasil dari pengukuran harus

akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten apabila

beberapa pengukuran terhadap subyek-subyek yang

sama diperoleh hasil yang sama.

75
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

Alpha Cronbach dimana teknik ini dapat dilakukan untuk

jenis data Interval. Apabila Cronbach Alpha dari suatu

variabel > 0.6 maka suatu konstruk atau variabel

dinyatakan reliable atau dapat diandalkan. Sebaliknya,

jika nilai Cronbach Alpha <0.6 maka suatu konstruk atau

variabel dinyatakan tidak reliable atau tidak dapat

diandalkan (Ghozal 2016:48).

3. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data bertujuan untk mengetahui apakah

variabel berdistribusi normal atau tidak. Jika variabel tidak

terdistribusi secara normal (menceng ke kiri atau menceng

kenan) maka hasil uji statistic akan terdegradasi. Normalitas

suatu variabel umumnya dideteksi dengan metode grafif

(Ghozali,2016:28)

Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan Non

– parametik statistic uji Kolmogorv-Smirnov. Dengan dasar

pengambilan keputusan dapat dilihat melalui nilai Asymp.

Sig. (2-tailed), yaitu :

76
a. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data

berdistribusi normal.

b. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data

berdistribusi normal.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Regresi

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variable penggangu atau residual

memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t

dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Jika dilanggar, maka uji statistic

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil

(Ghozali,2016 :28)

Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik

atau dengan melihat histogram dari residualnya. Data

yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi

normal dengan tanda jika data menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut,

maka data berdistribusi secara normal. Sebaliknya,jika

77
data miring ke kanan atau miring ke kiri berarti

memberitahukan bahwa data tidak berdistribusi secara

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adaya korelasi antar variable

bebas (Ghozali:2016 :103). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antar variable

independen. (Ghozali:2016) juga mengatakan bahwa

Multikolinearitas terjadi atau tidak yaitu dengan melihat

nilai Tolerance dan Variance Factor (VIF). Kedua ukuran

tersebut untuk menunjukan setiap variable independen

manakah yang dijelaskan oleh variable independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas-variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variable independen lain-nya. Jadi nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (VIF =

1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance ≤0.10 atau sama dengan nilai VIF≥10.

78
c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2016), uji

heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain, jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas.

Dasar pengambilan keputusan untuk uji

heteroskedastisitas yaitu:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada

membentuk pola tertentu teratur (bergelombang,

melebur kemudian menyempit), maka

mengidikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebae diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu

Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

79
5. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Korelasi Berganda (R)

Menurut Ghozali (2016), pengujian analisis korelasi

bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan

(asosiasi) linear antar 2 (dua) variable. Analisis korelasi

tidak membedakan antara variable independen dengan

variable dependen. Rumus Uji Koefisien Korelasi

adalah:

𝑛 ∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖−(∑ 𝑋𝑖) (∑ 𝑌𝑖)


r= 2
√(𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ) (𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 −(∑ 𝑌𝑖)

Keterangan :

r : Korelasi

n : Jumlah Sampel

∑ 𝑋𝑖 : Total Jumlah Variabel X

∑𝑌𝑖 : Total Jumlah Variabel Y

∑𝑋𝑖 2 : Total Jumlah Kuadrat Variabel X

∑𝑌𝑖 2 : Total Jumlah Kuadrat Variabel Y

∑XiYi : Total jumlah perkalian variable X dan Y

80
Menurut Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa

pedoman dalam memberikan interpretasi koefisien

korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Tingkat Hubungan

Korelasi

0.000-0.1999 Sangat Rendah

0.2000-0.3999 Rendah

0.400-0.5999 Sedang

0.500-0.7999 Kuat

0.800-1.000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono, 2014

b. Uji Koefisien Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2014) Analisis Koefisien Regresi

Berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana

keadaan (naik-turunnya) variable dependen (kriterium),

bila dua atau lebih variable independen sebagai factor

predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi

analisis regersi berganda akan dilakukan apabila jumlah

81
variable independennya minimal 2 (dua). Dalam

penelitian ini, persamaan regresi dinotasikan rumus

sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Keterangan :

Y : variable dependen (Kualitas Audit)

a : Konstanta

b1 : Koefisien regresi variable X1 (Keahlian Auditor)

x1 : Variabel Independen (Keahlian Auditor)

b2 : Koefisien regresi variable X2 (Independensi

Auditor)

x2 : Variabel Independen (Independensi Auditor)

b3 : Koefisien regresi variable X3 (Etika Auditor)

x3 : Variabel Independen (Etika Auditor)

e : Error

c. Uji Statistik t (Uji Parsial)

Menurut Ghozali (2012:98) uji beda t-test digunakan

untuk menguji seberapa jauh pengaruh variable

independen yang digunakan dalam penelitian ini secara

indivudal dalam menerangkan variabeel dependen

82
secara parsial. Dasar pengambilan keputusan

digunakan dalam uji t adalah sebagai beikut ;

1) Jika nilai probabilitas signifikansi > 0.05 , maka

hipotesis ditolak. Hipotesis ditolak mempunyai arti

bahwa variabel independen (X) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (Y).

2) Jika nilai probabilitas signifikasi < 0.05 , maka

hipotesis diterima. Hipotesis tidak dapat ditolak

mempunyai arti bahwa variabel independen (X)

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

(Y).

d. Uji Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2012:98) Uji Statistik F

menunjukkan apakah semua variabel independen atau

variabel bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhdap

variabel dependen atau variabel terikat. Untuk menguji

hipotesis ini digunakan statistic F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut:

83
1) Jika nilai F lebih besar dari 4 makan H0 ditolah pada

derajat kepercayaan 5% dengan kata lain kita

menerima hipotesis alternative, yang menyatakan

bahwa semua variabel independen secara serentak

dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan f

menurut tabek. Bila nilai Fhitung lebih besar dari pada

nilai Ftabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha.

e. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016: 95) memaparkan bahwa

koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan cariabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0

(nol) atau 1 (satu). Jika nilai R2 rendah, maka

kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel independen amat terbatas. Dan

sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-

variabel dependen. Bias yang terhadap jmlah variabel

84
independen merupakan kelemahan dari model koefisien

determinasi. untuk menghindari kelemahan tersebut,

disarankan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada

saat mengevaluasi model regresi yang paling baik ,

bertanda dengan R2, nilai adjusted R2 dapat naik

ataupun turun apabila satu variabel independen

ditambahkan kedalam model. Dalam penelitian ini,

peneliti ingin menggunakan nilai adjusted R2 untuk

mengukur dan mengathui kemampuan variabel-variabel

independen dalam menerangkan variabel

dependennya.

85

Anda mungkin juga menyukai