Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Krisis ekonomi yang mendunia dan semakin beratnya tuntutan ekonomi
masyarakat saat ini mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia semakin
meningkat. Kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan yang dihadapi semua
negara. Data statistik World Health Organization menyebutkan bahwa setiap 1 % dari
seluruh penduduk di dunia berada dalam kondisi membutuhkan pertolongan dan
pengobatan untuk berbagai bentuk gangguan jiwa. Angka kejadian (prevalensi) berbagai
bentuk gangguan jiwa mulai dari spektrum ringan sampai berat di Asia Selatan dan Asia
Timur adalah ± 25 %. Rata – rata 5-10% dari populasi masyarakat disuatu wilayah
menderita depresi dan memerlukan pengobatan psikiatrik dan intervensi psikososial
(Efendi, 2009).
Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 4,6%. Prevalensi tertinggi
terdapat di Provinsi DKI Jakarta (20,3%) yang kemudian secara berturut turut diikuti oleh
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Nusa Tenggara
Barat (9,9%) dan Sumatera Selatan (9,2%). Berdasarkan laporan diatas, Sumatera Barat
menduduki peringkat ketiga prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia (Laporan Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2007).
Seiring meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa, Rumah sakit sebagai
tempat pelayanan kesehatan harus siap meningkatkan mutu pelayanannya, termasuk
disini RS Jiwa HB. Saanin Padang yang merupakan RS Jiwa rujukan satu satunya di
Sumatera Barat. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan jiwa, diantaranya Akreditasi Rumah Sakit, Model Praktik Keperawatan
Profesional, dan termasuk Pelayanan Prima. Jumlah pasien yang semakin meningkat
menuntut peningkatan kinerja perawat agar tidak mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan.
Kinerja perawat adalah penampilan hasil karya dari perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan. Yang dimaksud asuhan keperawatan
adalah suatu proses rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung
2

berpedoman pada standar dan etika keperawatan dalam lingkup dan wewenang tanggung
jawab keperawatan (Nursalam, 2008)
Penelitian sebelumnya oleh Nainggolan tahun 2010 di Rumah Sakit Islam
Malahayati Medan, 83,8% kinerja perawat pelaksana sudah dalam kategori baik. Kinerja
keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat > 75 % (Maryadi, 2006
dalam Nainggolan 2010).
Untuk mendapatkan nilai kinerja > 75, harus ada supervisi yang baik dari
supervisor ruangan. Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer
melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya
dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan
untuk mencari kesalahan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya
oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktifitas
(Swanburg, 1987 dalam Nursalam, 2008).
Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta
keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen
keperawatan. Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan
supervisi dari seorang manajer keperawatan (Suyanto, 2008)
Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat
dikoordinatori oleh kepala ruang rawat. Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat
menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan
pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien (Rachman, 2006).
Kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh kepala ruangan antara lain perencanaan,
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (aktuasi),
pengawasan serta pengendalian (controlling), dan evaluasi. Beberapa fungsi manajerial
kepala ruangan tersebut terlihat bahwa salah satu yang harus dijalankan oleh kepala
ruangan adalah bagaimana melakukan supervisi untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan keperawatan (Arwani, 2005).
Penelitian sebelumnya oleh Wiyanti tahun 2009, di Instalasi rawat inap A RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta, 52,8 % responden menyatakan bahwa peran supervisi kepala
ruangan sebagai perencana adalah baik dan 41,8 responden menyatakan kurang baik
(Wiyanti, 2009)
3

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi hubungan


pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di RS Jiwa HB.
Saanin Padang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat
pelaksana di rumah sakit ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dikemukakan perumusan masalah penelitian,
bagaimana hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap RS Jiwa.HB. Saanin Padang.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan
kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSJ.HB. Saanin Padang

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi pelaksanaan supervisi kepala ruangan di
ruang rawat inap RS Jiwa HB.Saanin Padang
b. Diketahui distribusi frekuensi kinerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RS Jiwa HB.Saanin Padang
c. Diketahui hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja
perawat pelaksana di ruang rawat inapa RS Jiwa HB.Saanin Padang

D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan meningkatkan
pemahaman tentang pelaksanaan supervisi yang baik bagi kepala ruangan dan apa
saja yang harus ditingkatkan dalam praktek pelaksanaan supervisi dan
peningkatan kinerja perawat.

2. Pimpinan Tempat Penelitian


Dengan diketahuinya hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan
dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RS Jiwa.HB.Saanin
Padang, maka ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kepala ruangan
untuk meningkatkan proses pelaksanaan supervisi untuk masa yang akan datang.

3. Peneliti berikutnya
4

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian
berikutnya terutama yang berhubungan dengan manajemen keperawatan
khususnya supervise

E. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini meliputi, variabel independent yaitu supervisi kepala
ruangan, sedangkan veriabel dependennya adalah kinerja perawat pelaksana yang
disesuaikan standar asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai