1. Gotong royong
Gotong royong merupakan nilai luhur yang keberadaannya harus
dijaga. Karena itu merupakan ciri khas Bangsa Indonesia secara turun
temurun, sehingga keberadaannya harus dipertahankan (Bintarto 1980:11).
Gotong royong yang sudah ada sejak zaman dulu merupakan nilai luhur
yang dapat menjadikan kehidupan masyarakatnya berjalan dengan tertib
dan teratur. Gotong royong di Indonesia yang penuh dengan rasa
kebersamaan tidak dapat dipisahkan dengan kondisi masyarakat Indonesia
yang penuh dengan keberagaman, baik keberagaman suku, agama,
maupun ras. Melalui gotong royong, maka akan dapat mempererat
hubungan masyarakat, termasuk masyarakat yang berbeda agama.
2. Kerukunan antarumat beragama
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama harus
menjunjung tinggi nilai kerukunan. Masyarakat Indonesia tidak bisa terlepas
dari fenomena pluralitas. Perbedaan yang ada di Indonesia ini merupakan
kehendak dari Allah SWT dan merupakan sunnatullah, karena itu merupakan
kehendak dari Allah SWT. Jikalau Allah menghendaki, maka manusia di
bumi dapat memeluk satu agama dan dapat beriman semua. Sikap kita
terhadap agama lain yaitu selalu menjaga kesopanan dan tenggang rasa
kecuali bagi mereka yang mendzalimi, umat Islam tidak dibenarkan
memaksakan dan menyalahkan kehendak orang lain. Kerukunan beragama
dapat diartikan secara etimologis, yaitu berasal dari Bahasa Arab “ruknun”
yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah “arkan” yang berarti
asas atau dasar (Departemen Agama, 2005). Sedangkan kerukunan
menurut Al Munawwar (2003) adalah suatu kesatuan yang terdiri atas
berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur itu saling menguatkan.
Kerukunan beragama dibagi menjadi dua bagian, yaitu: kerukunan intern
dan kerukunan antarumat beragama. Kerukunan intern umat islam didasari
dengan ukhuwah islamiyah di Negara Indonesia. Sedangkan kerukunan
antarumat beragama didasari dengan Pancasila, dan UUD yang melarang
toleransi terhadap agama apabila masalah tersebut sudah menyinggung
persoalan kepercayaan.
Apabila kita memiliki sifat gotong royong dan rukun antaragama maka
dipastikan tidak ada lagi konflik yang dilatarbelakangi oleh masalah agama.
Perilaku hidup rukun antaragama telah dicontohkan oleh masyarakat Desa
Glanggang dimana tidak pernah terjadi konflik karena perbedaan agama, karena
masyarakat selalu menjunjung tinggi sikap gotong royong dan hidup rukun.
Aplikasi kerukunan masyarakat tersebut dengan kegiatan sosial yang
mencerminkan sikap hidup rukun seperti bersih desa, kerja bakti, dan selamatan.
Apabila dalam skala nasional dapat mencontoh sikap hidup rukun seperti yang
sudah dilakukan masyarakat Desa Glanggang, maka potensi untuk terjadinya
konflik bisa dihindari, karena seluruh masyarakatnya sudah memiliki sikap saling
pengertian untuk menjalankan apa yang sudah menjadi perintah dari agamanya
masing-masing tanpa mengganggu apa yang sudah menjadi perintah dari
pemeluk agama lain.
BIODATA PENULIS
Nama : Shadalli
No Telefon : 085856778334
Pendidikan terakhir : SMA