TETSUKO KUROYANAGI
Tokyo, 1982
Epilog
Akira Takahashi
Takahashi, yang memenangkan semua hadiah di Hari
Otahraga, tidak pernah tumbuh lebih tinggi. Tapi dengan
nilai-nilai amat bagus, dia berhasil diterima di SMU yang
di Jepang terkenal karena tim rugby-nya. Dia melanjut-
kan ke Universitas Meiji dan meraih gelar insinyur listrik.
Sekarang dia menjadi manajer personalia di
perusahaan elektronik besar dekat Danau Hamana di
Jepang tengah. Dia bertanggung jawab atas hubungan
yang harmonis di antara para pekerja. Dia mendengarkan
keluhan dan masalah-masalah para pekerja dan
menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Karena
pernah menderita begitu banyak, dia selalu siap men-
dengarkan masalah orang lain. Wataknya yang periang
dan kepribadiannya yang menarik pastilah sangat
membantu dalam tugasnya. Sebagai spesialis teknis, dia
juga melatih tenaga-tenaga muda dalam menggunakan
mesin-mesin besar dengan sistem sirkuit yang
terintegrasi.
Aku pergi ke Hamamatsu untuk mengunjungi
Takahashi dan istrinya̶wanita ramah yang benar-benar
memahaminya dan begitu banyak mendengar tentang
Tomoe hingga dia berkata dia merasa seperti pemah ber-
sekolah di sana. Dia meyakinkan aku bahwa Takahashi
tidak menderita kompleks apa pun karena badannya
yang cebol. Aku yakin istrinya benar. Kompleks kejiwaan
akan membuat hidupnya sulit di sekolah yang terkenal
dan di universitas dulu, dan takkan memungkinkan dia
bekerja seperti sekarang di departemen personalia.
Ketika menggambarkan hari pertamanya di Tomoe,
Takahashi berkata dia langsung merasa nyaman ketika
melihat anak-anak lain dengan cacat tubuh. Sejak itu dia
tidak punya perasaan bdak enak dan sangat menikmati
setiap hari di sekolah itu hingga tak pernah ingin pulang.
Dia bercerita padaku bahwa mula-mula, dia malu ketika
disuruh berenang telanjang di kolam, tapi setelah
melepas pakaiannya satu per satu, rasa malunya pelan-
pelan lenyap. Dia juga tidak malu lagi ketika mendapat
giliran berdiri di depan anak-anak lain waktu makan
siang untuk berpidato.
Dia bercerita padaku bagaimana Mr. Kobayashi
menyemangatinya untuk melompati kuda-kuda yang
lebih tinggi daripada dirinya. Mr. Kobayashi selalu
meyakinkannya bahwa dia bisa melakukannya, meskipun
sekarang dia menduga Mr. Kobayashi telah mem-
bantunya melompat̶tepat pada saat terakhir, dan
membiarkan dia berpikir bahwa dia mampu melakukan-
nya dengan kekuatannya sendiri. Mr. Kobayashi memberi
nya rasa percaya diri dan memungkinkan dia mengenali
kegembiraan yang tak terkatakan ketika berhasil men-
capai sesuatu. Setiap kali dia mencoba bersembunyi di
belakang, Kepala Sekolah selalu membawanya ke depan
hingga dia harus mengembangkan sikap positif terhadap
berbagai hal remeh dalam hidup ini. Dia masih ingat
betapa senangnya dia ketika memenangkan semua
perlombaan itu. Dia bercerita tentang Tomoe dengan
mata berbinar-binar dan cerdas seperti dulu serta
dengan gembira.
Lingkungan rumah yang baik pasti juga berperan bagi
perkembangan Takahashi menjadi pria yang begitu baik.
Tak perlu diragukan lagi bahwa Mr. Kobayashi mendidik
kami semua dengan pandangan jauh ke depan. Seperti
kata-kata yang selalu diucapkannya padaku, "Kau benar-
benar anak yang baik, kau tahu itu, kan?" cara dia selalu
menyemangati Takahashi dengan berkata, "Kau bisa
melakukannya!" merupakan faktor penentu yang mem-
bentuk kehidupannya.
Ketika aku meninggalkan Hamamatsu, Takahashi
mengatakan sesuatu yang sama sekali sudah kulupakan.
Dia berkata bahwa dia sering diejek dan diganggu anak-
anak sekolah lain dalam perjalanannya ke Tomoe dan dia
sering datang ke sekolah dengan perasaan kacau. Ketika
melihatnya tampak sedih, aku selalu bertanya padanya,
apa yang diperbuat anak-anak sekolah lain kepadanya.
Katanya, begitu tahu apa yang telah terjadi, aku langsung
berlari keluar gerbang. Lalu beberapa saat kemudian, aku
berlari kembali dan meyakinkan dia bahwa takkan ada
lagi anak yang berani mengganggunya.
"Kau membuatku senang sekali waktu itu," katanya
ketika kami berpisah. Aku sudah lupa. Terima kasih
Takahashi, karena kau ingat itu.
Taiji Yamanouchi
Tai-chan, yang bilang takkan mau menikah denganku,
menjadi salah satu ahli fisika Jepang yang ternama. Dia
tinggal di Amerika, sebuah contoh brain drain. Dia tulus
sebagai sarjana fisika jurusan Sains, Universitas
Pendidikan Tokyo. Setelah meraih gelar master, dia pergi
ke Amerika dengan beasiswa dari Fulbright dan meraih
gelar doktornya lima tahun kemudian di University of
Rochester.
Dia masih di sana, melakukan riset mengenai eksperi-
men fisika energi tinggi. Sekarang dia bekerja di Fermi
National Accelerator Laboratory di Illinois, laboratorium
terbesar di dunia, dan menjadi asisten direktur.
Laboratorium riset itu terdiri atas para sarjana paling
pandai yang berasal dari lima puluh tiga universitas
paling ternama di Amerika. Laboratorium itu juga
merupakan organisasi raksasa dengan 145 ahli fisika
dan 1400 staf teknis. Anda bisa bayangkan betapa
jeniusnya Tai-chan. Laboratorium itu menarik perhatian
dunia lima tahun yang lalu ketika berhasil memproduksi
sinar energi tinggi berkekuatan 500 miliar elektron volt.
Baru-baru ini, Tai-chan, bekerja sama dengan profesor
dari Columbia University, menemukan sesuatu yang
disebut upsilon. Aku yakin, suatu hari Tai-chan akan
mendapat Hadiah Nobel.
Tai-chan menikah dengan gadis berbakat yang lulus
dengan nilai-nilai bagus di bidang matematika dari
University of Rochester. Dengan otak seperti itu, Tai-
chan mungkin akan melaju pesat tak peduli sekolah
dasar seperti apa yang pernah dimasukmya. Tapi
menurutku, sistem pendidikan di Tomoe yang membiar-
kan anak-anak mengerjakan pelajaran menurut urutan
yang mereka inginkan, mungkin telah membantu
mengembangkan bakatnya. Aku tidak ingat dia me-
lakukan hal lain selama jam pelajaran selain membuat
percobaan dengan pembakar alkohol dan tabung-tabung
reaksi atau membaca buku yang tampaknya sangat sulit
mengenai sains dan fisika.
Kunio Oe
Oe, anak yang menarik kepangku, sekarang menjadi ahli
anggrek spesies Timur Jauh yang paling disegani di
Jepang, yang benih hasil silangannya bisa berbarga
puluhan ribu dolar. Dengan keahliannya yang sangat
khusus itu, Oe banyak dimintai bantuan di mana-mana.
Dia sering sekali melakukan perjalanan ke segala penjunj
Jepang. Dengan susah payah aku berhasil bicara
dengannya lewat telepon, di antara perjalanan-per-
jalanannya. Berikut ini obrolan singkat kami:
"Kau sekolah di mana setelah Tomoe?"
"Aku tak sekolah di mana-mana."
"Kau tidak sekolah di sekolah lain? Tomoe satu-
satunya sekolahmu?"
"Ya."
"Astaga! Tidakkah kau bersekolah di sekolah
lanjutan?"
"Oh ya, aku sekolah beberapa bulan di SMP Oita
ketika aku diungsikan ke Kyushu."
"Tapi, bukankah menyelesaikan sekolah lanjutan itu
wajib?"
"Benar. Tapi aku tidak selesai."
Astaga' Santai benar dia, pikirku. Sebelum perang,
ayah Oe punya perkebunan tanaman hias yang sangat
luas yang memenuhi sebagian besar wilayah yang
disebut Todoroki di barat daya Tokyo, tapi semua itu
dihancurkan bom. Sifat Oe yang tenang terasa sekali
sepanjang sisa percakapan kami ketika dia mengalihkan
pembicaraan.
"Kau tahu bunga apa yang paling harum? Menurutku
bunga anggrek musim semi Cina (Cymbidium virescens).
Tak ada parfum yang bisa menyamai keharumannya."
"Apa anggrek itu mahal?"
"Ada yang mahal, ada yang tidak."
"Seperti apa bunganya?"
"Yah, tidak mencolok. Malah tidak istimewa. Tapi
itulah daya tariknya."
Gaya bicaranya sama sekali tidak berubah, masih
seperti ketika bersekolah di Tomoe. Mendengarkan suara
Oe yang santai, aku berpikir, dia sama sekali tak peduli,
walaupun tak pernah menamatkan sekolah lanjutan! Dia
selalu melakukan apa yang ingin dilakukannya dan yakin
pada dirinya sendiri. Aku sangat terkesan.
Kazuo Amadera
Amadera, yang mencintai binatang, jika sudah dewasa
ingin menjadi dokter hewan dan punya tanah pertanian.
Sayangnya, ayahnya tiba-tiba meninggal. Dia terpaksa
mengubah rencana hidupnya secara drastis. Dia keluar
dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan,
Universitas Nihon, untuk bekerja di Rumah Sakit Keio.
Sekarang dia bekerja di Rumah Sakit Pusat Pasukan
Beladiri dan memegang jabatan yang ada hubungannya
dengan pemeriksaan klinis.
Ryo-chan
Ryo-chan, si penjaga sekolah, yang pergi ke medan
perang, kembali dengan selamat. Dia tak pernah me-
lewatkan acara reuni siswa Tomoe setiap tanggal tiga
November.