Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM ENZIMOLOGI

PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM AMILASE

Oleh

Annisa Haryanti Nurhasanah


163112620150012

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
PRAKTIKUM ENZIMOLOGI
-------------------------------------------------------------------------------------------------
ENZIM AMILASE
------------------------------------------------------------------------------------------------
Praktikum # 1
Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami
pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase.

B. Teori Singkat
Enzim merupakan katalis dalam sistem biologi atau biokatalisator yang berfungsi
mempercepat reaksi kimia. Enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik
sederhana yang umumnya dapat mengkatalisis berbagai reaksi kimia. Enzim memiliki
spesifitas yang tinggi terhadap reaktan atau substrat maupun jenis reaksi yang
dikatalisiskan.Suatu enzim umumnya hanya mengkatalisis satu jenis reaksi dan bekerja
pada suatu substrat tertentu (Hawab, 2003). Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan
sebagian besar enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsi dari sel tersebut
(Poedjiadi, 1994).
Enzim amilase terbagi menjadi tiga yaitu α-amilase, β-amilase, dan γ-amilase. Enzim
amilase termasuk golongan enzim hidrolase, merupakan enzim yang berperan dalam
menghidrolisis pati menjadi dekstrin dan maltosa. Sumber utama amilase adalah
pankreas yang mensekresikan amilase dan enzim lain ke duodenum. Amilase juga
terdapat pada saliva (air liur) yang berasal dari kelenjar parotis, submandibular, dan
sublingual. kelenjar ini terbentuk dari unit lebih kecil yang disebut asinus yang dilapisi
oleh sel-sel yang menghasilkan amilase.
Faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim meliputi konsentrasi enzim
mempengaruhi kecepatan reaksi, konsentrasi substrat pada batas tertentu dapat
menaikkan kecepatan reaksi, pengaruh pH terutama pada pH optimum umumnya
efektifitas enzim maksimum, pengaruh inhibitor hambatan atau inhibisis suatu reaksi
akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami
hambatan, dan suhu yang mempengaruhi reaksi. Suhu yang sangat rendah akan
menyebabkan terhentinya kerja enzim secara reversibel, bila suhu dinaikkan sedikit
demi sedikit aktivitas enzim akan meningkat. Keadaan ini terjadi sampai pada suhu
tertentu, yaitu suhu optimum. Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum menyebabkan
enzim terdenaturasi dengan akibat menurunnya aktivitas enzim bersangkutan.
Denaturasi enzim dapat terjadi ireversibel, terutama bila suhu lingkungan jauh
melampaui suhu optimum. Sebagian besar enzim memiliki suhu optimum 30 – 40oC dan
mengalami denaturasi secara irreversibel pada pemanasan di atas suhu 60oC.
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang keduanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis

2
sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidurolisis juga
dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase. Dalam saliva dan cairan yang
dikeluarkan pankreas terdapat amilase yang bekerja terjadap amilum yang terdapat
dalam makanan kita. Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam
bentuk maltosa (Poedjiadi, 1994).

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Alat pemanas atau pendingin

2. Bahan
a. Enzim amilase (saliva 1 : 4)
b. Larutan amilum 1 %
c. Larutan Iodium
d. Larutan Benedict

3. Prosedur
a. Disiapkan 4 tabung reaksi dan isilah masing-masing dengan larutan
amilum 1 % sebanyak 2,0 mL.
b. Ditambahkan saliva encer masing-masing sebanyak 1,0 mL
Tabung 1, dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi es
Tabung 2, disimpan pada suhu kamar
Tabung 3, dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 37 – 40oC
Tabung 4. dimasukkan ke dalam penangas air mendidih
c. Biarkan masing-masing tabung pada tempatnya selama 10 – 15
menit.
d. Selanjutnya dilakukan uji dengan larutan Iodium, sebagai berikut :
ambil 1 mL campuran amilum + saliva dan ditambahkan 1 mL larutan iodium;
amati perubahan warna yang terjadi.
e. Dilakukan pula uji Benedict, sebagai berikut : ambil 1 mL campuran
amilum + saliva dan tambahkan 1 mL larutan Benedict, panaskan di penangas
air mendidih selama 10 menit; amati perubahan warna yang terjadi.

4. Hasil Praktikum

Tabung ke Suhu (oC) Perubahan Warna


Uji Iodium Uji Benedict

1 0 Kuning Merah bata

3
2 25 – 30 Kuning Merah bata

3 37 – 40 Kuning Merah bata

4 100 Cokelat Merah kecokelatan

Berdasarkan tabel hasil praktikum dapat diketahui hasil dari perubahan warna yang
terjadi pada amilum setelah dilakukan uji Iodium dan uji Benedict. Saliva encer yang
ditambahkan dengan larutan amilum 1% selanjutnya diberi perlakuan suhu yang
berbeda lalu di lakukan uji Iodium, terjadi perubahan warna larutan pada tabung 1
(0oC), 2 (25-30 oC), dan 3 (37-40 oC) menjadi kuning sedangkan pada tabung 4 (100 oC)
menjadi cokelat. Sedangkan setelah dilakukan uji Benedict, diperoleh perubahan warna
larutan pada tabung 1, 2,dan 3 menjadi merah bata sedangkan pada tabung 4 menjadi
merah kecokelatan.
Setiap enzim mempunyai suhu optimum yaitu suhu dimana enzim memiliki aktivitas
maksimal. Enzim tidak menunjukkan kegiatan lagi apabila temperatur turun sampai
sekitar 0 oC tetapi enzim tidak rusak melainkan enzim hanya tidak dapat bekerja.
Aktivitas enzim menurun menjadi sangat lambat disebabkan karena pada suhu ini enzim
membeku sehingga pusat aktif dari enzim tidak bekerja. Jika dikembalikan kepada
temperatur biasa 25 oC, membuat kegiatan enzim pulih kembali, enzim dapat bekerja
tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Kemudian pada suhu 37-40 oC kerja
amilase untuk menghidrolisis amilum menjadi satuan glukosa menjadi lebih cepat
bereaksi. Apabila suhu berada di bawah 37 oC suhu tersebut dapat menghidrolisis secara
lambat sedangkan apabila suhu lebih dari 40 oC dapat mengalami kerusakan struktur
pada suatu larutan. Pada suhu 100 oC enzim mengalami denaturasi, menyebabkan bagian
aktif enzim terganggu sehingga konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan
kecepatan reaksi menurun.
Uji iod pada amilase digunakan untuk menentukan ada tidaknya pati, komponen pati
yang berperan yaitu amilosa. Uji benedict digunakan untuk menentukan adanya gula
pereduksi, seperti maltosa dan glukosa dalam sampel. Larutan tembaga basa jika
direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk kupro oksida. Pembentukan senyawa ini dapat dilihat pada pembentukan
warna hasil reaksi. Pengaruh suhu terhadap aktivitas amilase air liur dilakukan untuk
menentukan seberapa besar suhu ketika enzim amilase masih dapat menghidrolisis pati.
Enzim amilase menghidrolisis pati menjadi maltosa kemudian hidrolisis akhir menjadi
glukosa. Mekanisme hidrolisis pati dapat dilihat pada gambar 1.

4
Gambar 1. Hidrolisis pati oleh enzim α-amilase (Lehninger, 2981)

Maltosa dan glukosa merupakan gula pereduksi yang akan memberikan hasil positif
pada uji benedict. Sedangkan pada uji iod memberikan hasil negatif karena sudah tidak
adanya pati akibat terhidrolisis oleh enzim amilase.
Titik akromatik merupakan suatu keadaan pada saat pereaksi iod tidak lagi
memperhatikan perubahan warna, karena enzim amilase telah menghidrolisis pati
menjadi maltosa dan glukosa. Ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna pada saat
diberikan iodium.

5. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada saat uji
iodium dan Benedict, aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh suhu. Pada tabung 1 dan
2 enzim tidak bekerja secara optimal, pada tabung 3 enzim bekerja pada suhu optimum
sedangkan pada tabung 4 enzim terdenaturasi.

Pertanyaan
1. Pada suhu berapa diperoleh aktivitas enzim amilase optimal ?
Aktivitas enzim amilase optimal pada suhu 37-40 oC.
2. Jelaskan kegunaan uji iodium dan Benedict dalam percobaan ini.
Kegunaan uji iodium dan benedict pada percobaan ini adalah untuk mengetahui
aktivitas enzim amilase.

5
Lampiran

Bahan praktikum Saliva Saliva encer yang tellah


diberi larutan amilum 1%

Perlakuan pada Tabung 1 Perlakuan pada Tabung 3 Perlakuan pada Tabung 4


suhu 0oC suhu 37-40oC suhu 100oC

Hasil Uji Iodium Uji Benedict sebelum Hasil Uji Benedict


dilakukan pemanasan

Daftar Pustaka
Idham, A. S. (2014). Pengaruh Temperatur Terhadap Keaktifan Suatu Enzim.
Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Hasanuddin Makasar.
Jalip, I. S. (2018). Penuntun Praktikum Enzimologi . Laboratorium Kimia Universitas
Nasional Jakarta, 1-2.
Raharja D. A, Wulandari A. S, Nugraha Y. (2013). Enzim II. Program Keahlian Analisis
Kimia IPB.

Anda mungkin juga menyukai