Anda di halaman 1dari 3

The Peace Prayer

(Doa St. Francis)

Lord, make me an instrument of your peace;


where there is hatred, let me sow love;
where there is injury, pardon;
where there is doubt, faith;
where there is despair, hope;
where there is darkness, light;
and where there is sadness, joy.

O Divine Master,
grant that I may not so much seek to be consoled as to console;
to be understood, as to understand;
to be loved, as to love;
for it is in giving that we receive,
it is in pardoning that we are pardoned,
and it is in dying that we are born to Eternal Life.
Amen.

Pernahkah kamu melihat teks diatas? Atau.. familiar dengan liriknya? Mungkin, kamu
juga pernah menyanyikannya? Ya, teks diatas adalah ‘The Peace Prayer’ atau yang biasa
dikenal juga dengan Doa dari St. Francis of Assisi. Doa yang sangat indah dan dalam ini
sebenarnya tidak diketahui siapa penulis aslinya, tetapi memang benar bahwa teks ini ditulis
pada masa-masa Perang Dunia I, dimana St. Francis saat itu hidup dan banyak menulis tulisan-
tulisan, salah satunya doa-doa seperti teks diatas. Teks ini selanjutnya digubah menjadi himne
pada tahun 1967 oleh Sebastian Temple, dengan lirik pertama nya menjadi “Make me a channel
of your peace”. Nah, kali ini kita akan melihat bagaimana Tuhan, melalui doa dan atau lagu
ini, telah mengubah dan menguatkan kehidupan banyak orang 😊
Doa ini dibagi menjadi 2 bagian :
1. Bagian pertama : dimulai dari baris pertama sampai kalimat ‘and where there is
sadness, joy’

Di generasi kita zaman now, kata ‘damai’ bagi kita secara pribadi berarti ada perasaan
tenang, nyaman, dan penuh suasana peristirahatan, ya nggak ?! Tetapi teman-teman, jika kita
menalaah teks doa diatas lebih dalam, kata ‘peace’ atau ‘damai’ yang ada sebenarnya
diturunkan dari kata Latin ‘pax’, yang berarti ‘kebebasan dari penjajahan sipil’, serta
terjamahan dari bahasa Ibrani ‘Shalom’ yang memiliki kaitan dengan ‘wholeness’-keutuhan,
baik pribadi maupun relasional. Menarik, bukan?
Bagian pertama dari doa ini berbicara tentang transformasi hidup- dari kegelapan
menuju terang, dari keputusasaan menuju pengharapan (from despair to hope, dst~), yang
kemudian menjelaskan makna ‘damai’ atau shalom itu sendiri. Keseluruhan bait pertama
menunjukkan sebuah perjalanan ‘menuju’ keadaaan utuh dan baik, yang tentunya berbeda dari
keadaan ‘yang sudah’ utuh dan baik. Disini kita belajar bahwa doa yang dilandaskan dengan
kerendahan hati pada Tuhan, akan membawa kita pada kedamaian- proses transformasi
kehidupan kita tuk makin serupa dengan Kristus. Doa ini memiliki kesamaan penulisan dengan
Yesaya 61, dimana nabi Yesaya menulis sebuah teks yang menyatakan hal-hal negatif yang
diubahkan menjadi hal-hal yang positif melalui pekerjaan Allah. Yukk coba lihat dan
renungkan ini... 😊
Roh Tuhan Allah ada padaku,
oleh karena Tuhan telah mengurapi aku;
Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang sengsara,
dan merawat orang-orang yang remuk hati,
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan kepada orang-orang yang terkurung
kelepasan dari penjara, (ay.1)
“to bestow on them (those in Zion)
a crown of beauty, instead of ashes,
the oil of joy instead of mourning,
and a garment of praise, instead of a spirit of despair”
(ay. 2-3, NIV)
2. Bagian kedua :
Selanjutnya teman-teman bagian ini menjelaskan bagaimana kita sebagai manusia
sangat terbatas, sehingga penulis mengawali dengan kata ‘O Divine Master’, yang
menunjukkan Allah yang benar-benar berkuasa dan yang sebenarnya memampukan kita tuk
melakukan apa yang Allah minta. Doa ini selanjutnya dibagi menjadi 2 bagian : 3 permohonan
kepada Allah dan 3 baris deklarasi iman penulis lho. Kalau dilihat-lihat dari gaya penulisannya,
keseluruhan baris pada bagian kedua ini ditujukan kepada--dan mencerminkan natur dasar dari-
- Allah Tritunggal, yang adalah Allah yang Esa dalam tiga Pribadi- Allah Bapa, Allah Anak,
Allah Roh Kudus.

3 permohonan kepada Allah :


Grant that I may not so much to seek to be consoled, as to console
Permohonan pertama dari penulis adalah untuk menghibur orang lain. Kalimat ini mengajak kita untuk
belajar rendah hati dan mau menguatkan/menghibur teman-teman kita, bahkan disaat kita sedang
mengalami pergumulan pribadi. Poinnya adalah ketika kita peduli dan menguatkan sesama kita, kita
pun akan menemukan kekuatan dan penghiburan, seperti perkataan Kristus dalam Ucapan Berbahagia
berikut :
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Mat. 5:7 (TB)
You’re blessed when you care. At the moment of being ‘care-full’, you find yourselves
cared for. Matt. 5:7 (The Message)
To be understood, as to understand
Mungkin kebanyakan dari kita sering mendengar kutipan terkenal dari Stephen Covey , “Most people
do not listen with the intent to understand; they listen with the intent to reply”. Sikap Kristus dalam
‘mengerti’ seorang perempuan Samaria dalam Yohanes 4:1-42 membawa pertobatan bagi banyak
orang. Ya, kalimat ini sama-sama mengajak kita untuk mencoba terlebih dahulu mengerti orang lain,
sebelum kita ingin didengar ataupun dimengerti.

To love, than to be loved


Yesus sendiri memerintahkan kita tuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita (Greatest
commandments). Kalimat ini mengajak kita daripada menunggu untuk dikasihi orang lain, mari kita
bersikap pro-aktif untuk mengasihi lebih dulu.

3 delarasi iman penulis :


For it is in giving that we receive
Penulis disini yakin bahwa seperti yang difirmankan dalam Lukas 6:38, penulis belajar dari
Kristus pentingnya memberi. Bukan terfokus pada apa yang akan diterima stelah kita memberi,
tetapi percaya bagaimana sikap hati yang memberi akan mengubah orang lain untuk memiliki
hati yang memberi pula (...... that we receive).
It is in pardoning that we are pardoned
Coba teman-teman lihat Matius 6:14-15. Ini mengajarkan kita untuk memiliki sikap hati yang
mau mengampuni. Sama seperti sebelumnya, iman penulis bukan fokus pada poin karena Allah
seakan-akan ‘tergugah’ mengampuni kita karena tindakan kita yang mengampuni, tetapi
sebagai ‘respon iman’ atas pengampunan Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.
And it is in dying that we are born to Eternal Life
Doa ini ditutup dengan iman yang sangat teguh dari penulis, dan menjadi inti dari keseluruhan
doa, bagaimana kita sebagai orang percaya harus turut serta ‘mati’ dengan Kristus yang adalah
teladan dari Doa ini, Sang Raja Damai, menanggalkan segala dosa dan kedagingan kita- dan
percaya bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.

Wahhh indah sekali ya teman-teman 😊 Bagaimana? Sudahkah kita mendapatkan


kedamaian hati ketika kita berdoa kepada Tuhan? Jika ya, sudahkah kita membawa
kedamaian itu bagi orang-orang disekitar kita?
“Rest with the Prince of Peace, so that we may bring His Peace to this troubled world”
-O.B.E.D
(Disarikan dari http://www.lords-prayer-
words.com/famous_prayers/make_me_a_channel_of_your_peace_lyrics.html#ixzz5APYOQlo3)

Anda mungkin juga menyukai