Anda di halaman 1dari 3

Kiat Menjadi Haji Mabrur

Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi 28 August 2016 0 Comments

 Share on Facebook
 Share on Twitter


Bagi yang Allah karuniai kecukupan rizki maka hendaklah dia menunaikan
ibadah haji, karena haji merupakan kewajiban dan rukun Islam.
Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji menurut cara dan tuntunan yang
disyariatkan, maka insya Allah dia termasuk dalam kandungan sabda
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang berbunyi:
َ‫ْس لَهُ َجزَ ا ٌء ِإالَّ ْال َجنَّة‬
َ ‫ارة ٌ ِل َما َب ْينَ ُه َما َو ْال َح ُّج ْال َمب ُْر ْو ُر لَي‬
َ َّ‫لى العُ ْم َر ِة َكف‬
َ ‫العُ ْم َرة ُ ِإ‬
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa diantara keduanya. Dan haji
mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga” (HR. Bukhari – Muslim).
Haji mabrur adalah haji yang sesuai dengan tuntunan syar’i,
menyempurnakan hukum-hukumnya, mengerjakan dengan penuh
kesempurnaan dan lepas dari dosa serta terhiasi dengan amalan shalih dan
kebaikan.
Bila ada yang bertanya, bagaimanakah kriteria haji mabrur?
Pertama: Ikhlas, seorang hanya mengharap pahala Allah, bukan untuk
pamer, kebanggan, atau agar dipanggil oleh masyarakatnya “pak haji” atau
“bu haji”.
ُ ‫لز َكاة َ ۚ َو َٰذَ ِل َك د‬
‫ِين‬ ِ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ َّال ِليَ ْعبُدُوا اللَّـهَ ُم ْخ ِل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ال ِدِّينَ ُحنَفَا َء َويُ ِقي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َويُؤْ تُوا ا‬
﴾٥﴿ ‫ْالقَ ِيِّ َم ِة‬
“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh
keikhlasan” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Kedua: Ittiba’ (meneladani) kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, dia
berhaji sesuai tata cara haji yang diperaktekkan oleh Nabi dan menjauhi
perkara-perkara bid’ah haji. Beliau sendiri bersabda:

َ ‫ُخذُ ْوا‬
‫عنِِّ ْي َمنَا ِس َك ُك ْم‬
“Contolah cara manasik hajiku” (HR. Muslim).
Ketiga: Harta untuk berangkat hajinya adalah harta yang halal.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
َ َّ‫ الَ َي ْق َب ُل ِإال‬,‫ِّب‬
‫ط ِيِّبًا‬ َ َ‫ِإ َّن هللا‬
ٌ ‫ط ِي‬
“Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik”
(HR. Muslim).
Keempat: Menjauhi segala kemaksiatan, kebid’ahan dan penyimpangan.
‫سوقَ َو َال ِجدَا َل فِي ْال َح ِّجِ ۚ َو َما ت َ ْفعَلُوا‬ ُ ُ‫ث َو َال ف‬َ ‫ض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَ ََل َر َف‬
َ ‫ْال َح ُّج أ َ ْش ُه ٌر َّم ْعلُو َماتٌ ۚ فَ َمن فَ َر‬
﴾١٩٧﴿ ‫ب‬ ِ ‫ون يَا أُو ِلي ْاْل َ ْلبَا‬ َّ ‫ِم ْن َخي ٍْر يَ ْعلَ ْمهُ اللَّـهُ ۚ َوت َزَ َّودُوا فَإ ِ َّن َخي َْر‬
ِ ُ‫الزا ِد الت َّ ْق َو َٰى ۚ َواتَّق‬
“Barangsiapa yang menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak
boleh rafats (kata-kata tak senonoh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan
pada masa haji” (QS. Al-Baqarah: 197).
Kelima: Berakhlak baik antar sesama, tawadhu dalam bergaul, dan suka
membantu kebutuhan saudara lainnya.
Alangkah bagusnya ucapan Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhid (22/39):
“Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya’ dan sum’ah di dalamnya,
tiada kefasikan, dan dari harta yang halal”.
Semoga Allah menganugerahkan kita haji mabrur.

Anda mungkin juga menyukai