Anda di halaman 1dari 3

Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

1. Budaya Pacitan

Kapak perimbas adalah kapak yang digenggam dan berbentuk massif. Dengan membandingkan
bukit-bukit yang ada di Cina, maka kapak perimbas pendukungnya Pitechanthropus. Movius
berpendapat, bahwa di Asia Timur berkembang budaya paleolithik yang berbeda dengan corak
yang berkembang di Eropa, Afrika, Asia bagian barat termasuk India. Movius juga
menggolongkan budaya kapak menjadi empat jenis yaitu:

a. kapak perimbas (chopper)


b. kapak penetak (chopping tool)
c. pahat genggam (hand axe)

Bahan batu yang digunakan di Indonesia adalah jenis batuan kapur, kersikan, tufa. Di Indonesia
alat-alat tersebut paling banyak dan paling lengkap ditemukan di Pacitan. Sarjana yang telah
mengadakan penelitian antara lain: Von Koenigswald, MHF. Tweedie, Van Heekeren, dan R.P.
Soejono.

Alat-alat Pacitan yang dikumpulkan oleh Von Koenigswald dan digolongkan oleh Movius adalah:
a. kapak perimbas
b. kapak penetak
c. pahat genggam
d. proto kapak genggam
e. kapak genggam
f. alat serpih
g. batu inti dan aneka ragam alat lainnya.

2. Budaya Ngandong

Alat-alat dari tulang ditemukan di Ngandong dan Sidorejo dalam konteks Pitechanthropus
Soloensis. Alat-alat ini dibuat dari tulang, tanduk menjangan, dan dari ikan pari dalam bentuk
mata tombak, pisau, belati, mata panah. Sedang alat serpih digunakan sebagai pisau, gurdi, dan
alat penusuk.

3. Temuan dari Bali dan Nusa Tenggara

R.P. Soejono mengadakan penelitian paleolithik di Sembiran, Bali. Jenis budaya paleolihik yaitu
sebagai berikut:

1. kapak perimbas, alat ini berpenampang lintang trapesium dan tidak ada tanda sudah
dipakai, tergolong serut, tajam sebelah, dibuat dari batu kerakal atau pecahan batu.
2. Pahat genggam, berbentuk agak persegi berukuran sedang dan kecil.
3. Serut pundak, termasuk alat paleolithik yang khusus, belum banyak ditemukan di
Indonesia. Berbentuk telapak kuda, tajam berbentuk setengah lingkaran.
4. Proto kapak genggam, dibuat dari batu kerakal, bidang bawahnya diratakan, bidang atas
meruncing, dan kulit baru tersebut pada genggaman.
5. Batu-batu inti, batu martil dan jenis-jenis serut lainnya.

T. Verhoeven yang mengadakan penelitian di Flores, lokasi alat-alat paleolithik di Wangka, Soa,
Mangeruda, Olabula dan Maumere, bentuknya berupa kapak perimbas, kapak penetak, pahat
genggam dan proto kapak genggam.

4. Temuan dari Kalimantan dan Sulawesi

Di Kalimantan dilakukan penyelidikan oleh Toer Soetardjo, H. Kupper, Van Heekeren dan
didapatkan budaya kapak perimbas dan alat serpih yang terbuat dari kerakal kuarsa dan varian
jaspis. Sedangkan di Wallace dan Cabbenge (Sulawesi Selatan) ditemukan alat-alat serpih
terbuat dari batu kalsedon dan batuan gamping kersikan. Penelitian dilakukan oleh Van
Heekeren.
5. Temuan di Sumatra
Houbolt menyelidiki ditambang sawah dan menemukan proto kapak genggam. Sedangkan di
Bungamas (Lahat) didapatkan alat-alat dari batu seperti serut, kapak penetak, pahat genggam dan
kapak genggam.

6. Masa Berburu dan Berpindah-Pindah Tingkat Lanjut

Penemuan kebudayaan masa ini tersebar di Indonesia seperti di pulau Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Dari penemuan kebudayaan kita mendapat kesimpulan bahwa
sudah ada tanda-tanda hidup yang sudah menetap yakni digoa-goa (abris sous roche).

Van Heekeren mengadakan penelitian di Karrasa, Panameanga, dan Pattae (Sulawesi) dan
berdasarkan temuannya Heekeren membedakan tiga lapis kebudayaan, yaitu:

1. Toala I atau Toala Atas, berupa mata panah bersayap dan bergerigi, serut kerang, dan
gerabah.
2. Toala II atau Toala Tengah, berupa bilah, mata panah berpangkal bundar, dan alat-alat
mikrolit.
3. Toala III atau Toala Bawah, berupa serpih dan bilah yang agak besar diantaranya serpih
berujung cekung, dan serpih bergagang.

Di kepulauan Nusa Tenggara Timur, tradisi serpih bilah ditemukan di Flores, Roti, dan Timor.
Alat penting yang lain berupa sampah dapur (kjokkenmodinger) yang berisi kulit-kulit kerang
yang ditemukan di Sumatra Timur. Hasil budaya lain berupa flake (serpihan). Alat ini ditemukan
di goa-goa yang memberikan petunjuk bahwa manusia yang hidup dimasa mesolithikum telah
hidup di goa. Flake banyak terbuat dari batu berharga atau yang disebut obsidian.

7. Alat Tulang

Tradisi ini berasal dari Vietnam dan Annam, akhirnya sampai ke Jawa Timur. Bentuk alat
tersebut seperti bilah, sundip, belati, lancipan, anak panah, dan sumpitan. Penemuan yang
terkenal adalah di goa Lawa (Ponorogo). Daerah lain yang sejenis di Goa Lawa adalah
Bojonegoro, Tuba, Besuki, dan Bali.

8. Kapak Genggam Sumatra

Tradisi ini berasal dari Asia Tenggara melalui semenanjung Malaya sampailah di Sumatra. Di
Sumatra didapatkan di Lhokseumawe, Binjai dan Tamiang, terbuat dari batu andesit, batu pasir,
dan batu kuarsit. Kapak sumatra didapatkan cukup banyak dalam bentuk lonjong, bulat dan
lancip.

9. Jalur Penyebaran Manusia Purba Dan Hasil Budayanya Di Indonesia

Secara umum jenis-jenis manusia purba di Indonesia yang hidup dijaman Pleistosen dapat
digambarkan melalui bagan berikut:
Holosen Homo Sapiens
Pleistosen Atas (Lapisan Ngandong) Homo Wajakensis

Homo Soloensis yang ditemukan oleh


Von Koenigswald dan Weidenreich

Pleistosen Tengah (Lapisan Trinil) Pitecanthropus Erectus yang ditemukan


oleh E. Dubois

Pleistosen Bawah (Lapisan Jetis) Pitecanthropus Robustus

Pitecanthropus Mojokertensis

Meganthropus Paleojavanicus yang


ditemukan oleh Von Koenigswald

Anda mungkin juga menyukai