Disusun Oleh
Nim : 21117048
Kelas : 1B
Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan kepada kita sehingga bisa menyelesaikan makalah patofisiologi tentang
“PENYAKIT DEGENERATIF (ALZHEIMER DISEASE)”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan
dan bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan kami rezeki, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
2. Sri Tirtayanti, S.Kep.Ns., M.Kep selaku dosen mata kuliah konsep dasar keperawatan
II yang telah memberikan instruksi kepada kami sehingga kami termotivasi dan
menyelesaikan tugas makalah ini.
3. Rekan sekelas yang telah turut membantu dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga
tugas ini selesai.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini dan bila untuk makalah selanjutnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiiin
Penulis
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang
3. Tujuan
Mengetahui dari rumusan masalah yang ada
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan
untuk merawat diri. (Suddart, & Brunner, 2002). Alzheimer merupakan penyakit
degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian.
Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas
penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk,
2008).
3. Anatomi Fisiologi
Otak bekerja sama dengan organ tubuh kita lainnya, sehingga tubuh kita bisa
bekerja sesuai perintahnya. Otak dan sum-sum tulang belakang membentuk sistem
saraf pusat. Kedua sistem ini bekerja sama untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan
tubuh. Saat anda berpikir keras cerebrum (hemisfer) berfungsi untuk mengingatnya,
menganalisa. Sehingga muncul ide-ide kreatif (hemisfer kanan). Untuk logika dan
bicara digunakan hemisfer kiri. Batang otak berfungsi untuk kebutuhan dasar dari
organ-organ tubuh seperti mengatur denyut jantung, bernapas, sistem pencernaan,
sirkulasi darah dan merasakan kapan kita terbangun dan tidur.
1. Batang otak terletak dibagian bawah otak. Berfungsi untuk sistem kendali tubuh
seperti bernapas, denyut jantung, tidur dan tekanan darah.
2. Serebelum merupakan bagian kedua terbesar yang berfungsi untuk
mengkoordinasi pergerakan otot dan mengontrol keseimbangan.
3. Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang berfungsi untuk berpikir,
berbicara, mengingat, menerima sensor dan pergerakan. Serebrum di bagi atas
empat bagian yang masing-masing mempunyai tugas khusus.
4. Frontas lobe terletak di belakang kepala berfungsi untuk berpikir, belajar, emosi,
dan pergerakan.
5. Occipital lobe berfungsi untuk proses objek atau penglihatan.
6. Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan sensasi
pada tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
7. Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya ingat.
8. Left hemisphere (hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri yang
berfungsi untuk berhitung, analisa, dan bahasa.
9. Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk menghayalkan pikiran-pikiran.
4. Etiologi Alzheimer
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament,
predisposisi herediter. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari
degerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya
defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang
non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetik, tetapi para penelitian telah
membuktikan bahwaperan faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana
faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
1. Virus lambat
Merupakan teori yang paling populer (meskipun belum terbukti) adalah yang
berkaitan dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunyai masa inkubasi 2-30 tahun
sehingga transmisinya sulit dibuktikan. Beberapa jenis tertentu dari ensefalopati viral
ditandai oleh perubahan patologis yang menyerupai plak senilis pada penyakit
alzheimer.
2. Proses autoimun
Teori autoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi-antibodi reaktif
terhadap otak pada penderita penyakit alzheimer. Ada dua tipe amigaloid (suatu
kempleks protein dengan ciri seperti pati yang diproduksi dan dideposit pada
keadaan-keadaan patologis tertentu), yang satu kompos isinya terdiri atas rantai-rantai
IgG dan lainnya tidak diketahui. Teori ini menyatakan bahwa kompleks antigen-
antibodi dikatabolisir oleh fagosit dan fragmen-fragmen imunoglobulin dihancurkan
didalam lisosom, sehingga terbentuk deposit amigaliod ekstraseluler.
3. Keracunan aluminium
Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat
neurotoksik, maka dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit
aluminium telah diidentifikasi pada beberapa klien dengan penyakit alzheimer, tetapi
beberapa perubahan patologis yang meyerupai penyakit ini berbeda dengan yang
terlihat pada keracunan aluminium. Kebanyakan penyelidik menyakini dengan alasan
utama aluminium merupakan logam yang terbanyak dalam kerak bumi dan sistem
pencernaan manusia tidak dapat mencernanya.
5. Patofisiologi Alzheimer
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan nuuropatologi yang di jumpai
pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron
yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian
dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid(APP)). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya otak.
Dalam SSP protein tau sebagian besar sebagai penghambat structural yang
terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen terpenting dari
sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau,
secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat mengikat pada
mikrotubulus secara bersama-sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament
heliks ganda yang sekelilingnya masing-masing terluka. Dengan kolapsnya sistem
transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi
yang akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan
berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis terutama terdiri dari beta-amiloid (A-beta)
yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal.
A-beta adalah fragment protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
melekat pada membran neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen-fragmen oleh protease, salah satunya A-beta.
Fragment lengket yang berkembang menjadi gumpalan bisa larut. Gumpalan tersebut
akhirnya tercampur dengan sel-sel glia yang akhirnya membentuk fibril-fibril plak
yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan di yakini beracun bagi neuron
yang utuh, kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga
mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga
mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi
perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD secara neurokimia
kelainan pada otak.
Kelainan
Faktor Genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologis Trauma Neurotrransmiter
Alzheimer
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk
pengobatan simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer
didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar
asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti
fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita Alzheimer didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzyme yaitu 2 ketoglutarate
(75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada
nucleus basalis. Pemberian thiamin hidrochloryda dengan dosis 3gr/hari selama
tiga bulan peroral, menunjukan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi
dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat memperbaiki
fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan binatang. Tetapi pemberian
4000mg pada penderita Alzheimer tidak menunjukan perbaikan klinis yang
bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita Alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang merupakan
noradrenergik alpha 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral
selama 4 mgg, didapatkan hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki
fungsi kognitif.
5. Haloperiodol
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4
mgg akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita
depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depressant (aminitryptiline25-100
mg/hari).
9. Komplikasi Alzheimer
1. Infeksi
2. Malnutrisi
3. Kematian
3. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit
Alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama
didapatkan pada neuron pyramidal lobus temporal dan frontalis. Juga
ditemukan pada hipokampus, amigdala, nucleus batang otak termasuk lokus
seruleus, raphe nucleus dan substanasia nigra. Kematian sel noradrenergic
terutama pada nucleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergic terutama
pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada pertumbuhan saraf pada neuron
kolinergik yang berdegenerasi pada lesi eksperimen binatang dan ini
merupakan harapan dalam pengobatan penyakit Alzheimer.
4. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat
menggeser nucleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna
dengan jumlah NFT dan SP, perubahan ini sering didapatkan pada korteks
temporomedial, amygdale dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks
frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak.
5. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
anterhinal, gyrus cingulated, korteks insula, dan amydala. Sejumlah kecil pada
korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipitalis. Lewy body kortikal ini sama
dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada
gambaran histopatologi penyakit Parkinson. Hansen et al menyatakan lewy
body merupakan variasi dari penyakit Alzheimer.
b. Pemeriksaan neuropsikologis
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungis
konginitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Test
psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh
beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang
pada penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus
frontalis yang non spesifik.
5. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisme 02, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun
pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi
kognisi dan selalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.
7. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita Alzheimer.
Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit
demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calcium, Posfort,
BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, screening
antibody yang dilakukan secara selektif.
TINJAUAN KASUS
Keluhan Utama
Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa. Kondisi klien selama dirawat adalah
juga klien sudah kehilangan daya ingat (pikun), perhatian menurun, perilaku sosial
yang menyerupai anak-anak, gelisah dan mood klien yang cepat berubah dari sedih
menjadi gembira.
Riwayat/Keadaan Psikososial
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
Persepsi klien tentang penyakitnya : Klien mengatakan kesulitan dalam melakukan
aktivitas dan kooperatif
Keadaan emosi : Keadaan emosi klien dalam keadaan labil
Daya adaptasi : Klien mengalami penurunan kognitif/memori
Mekanisme pertahanan diri : Klien memiliki pertahanan diri yang tidak efektif
Aktivitas Istirahat
Merasa lelah
Siang malam gelisah, tidak berdaya
Sirkulasi
Klien memiliki riwayat penyakit vaskuler serebral sistemik, hipertensi
Eliminasi
Pada BAK : 3x sehari
Pada BAB : 1x sehari
Inkontenensia urin/feses
Hiygene
Ny D terlihat tidak rapi dan pembersihan buruk, rambut kurang bersih dan sudah
berwarna putih/uban, kuku tangan kotor tapi dipotong pendek, pakaian dan tempat
tidur tampak bersih. Kebiasaan mandi 1x sehari karena lupa ke kamar mandi.
Kebiasaan mencuci rambut sekali seminggu dengan menggunakan shampo terkadang
saja bila ada, dan lebih sering sabun mandi untuk mencuci rambut sekaligus.
Interaksi Sosial
Perilaku sosial menyerupai anak-anak.
Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut putih, tipis dan mudah rontok. Pada kulit kepala tidak
terdapat lesi/benjolan. Tidak tampak oedema pada palpebrae. Sklera
tampak putih kekuningan (agak keruh). Conjunctiva merah muda, pupil
isokor dan ada refleks terhadap cahaya. Mata sebelah kanan visusnya
6/300 yaitu hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter. Rongga
hidung tidak ada polip/benda asing, tidak ada peradangan mukosa hidung,
letak septum dibagian tengah. Daun telinga tampak bersih sedang
pendengaran kurang. Mengenai gigi hanya tertinggal 3 buah (1 di bawah
dan 2 di atas), lidah tampak bersih dan tidak ada pembesaran tonsil.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening ataupun kelenjar
tyroid, kaku kuduk tidak ada.
Dada dan Punggung : Dada punggung tampak berbentuk kiposis
(bungkuk), tapi tidak ada dyspnea, getaran dinding dada sama saat palpasi,
perkusi terdengar sonor, dan auskultasi terdengar vesikuler pada lapang
paru, terdengar suara ronchi nada rendah, inspeksi pada dinding dada
terlihat ictus cordis pada ICS 5, perkusi jantung terdengar pekak,
sedangkan auskultasi jantung terdengar S1 S2 tunggal, tidak ada suara
tambahan.
Abdomen dan Pinggang : Inspeksi abdomen tampak datar, tidak tampak
adanya benjolan atau masa. Auskultasi bising usus positif, peristaltik
4x/menit. Pada palpasi tidak ada keluhan nyeri pada region abdomen,
khususnya titik MC Burney, dan tidak teraba pembesaran hepar. Perkusi
abdomen terdengar tympani, tidak ada ascites, dan tidak mengeluh nyeri
padacosto-vertebral saat diperkusi tersebut.
Ekstermitas atas dan bawah : Tidak ditemukan kelumpuhan ekstermitas,
patah tulang tidak ada, tidak ada pembengkakan edema. Ny D berjalan
tampak sempoyongan dengan menggunakan tongkat.
Sistem Immune : Tidak dapat terkaji secara jelas karena butuh
pemeriksaan khusus, tapi menurut Ny D kalau dirinya mudah tertular
batuk pilek bila musimnya.
Genetalia/sistem reproduksi : Ny D mengaku sudah tidak haid lagi sejak
berumur 50 tahunan, dan tidak ada keluhan selama ini.
Sistem Persyarafan : Refleks fisiologik (ketukan tendon) pada biceps,
triceps, lutut dan achiles dalam keadaan normal (kontraksi otot biasa),
refleks babinski negatif, pemeriksaan nervus abduscens: Ny D masih
mampu menggerakan bola mata kanan-kiri, dan atas bawah. N ervus
facialis; Ny D masih mampu tersenyum.
Sistem Pengecapan : Ny D masih bisa merasakan asin, manis, pahit
dengan mata tertutup dan mampu merasakan jenis makanan yang
dirasakan saat pengkajian dirasakan.
Sistem Penciuman : Ny D masih mampu menyebutkan bau.
Pengkajian Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran Ny D apatis dan bergantung pada status perubahan kognitif.
Pengkajian fungsi serebral:
a. Saraf I, Ny D masih mampu menyebutkan bau.
b. Saraf II, mata sebelah kana visusnya 6/300 yaitu hanya bisa melihat gerak jari-jari
dari jarak 6 meter.
c. Saraf III, IV dan VI, tidak ditemukan adanya kelainan pada Ny D.
d. Saraf V, wajah simetris dan tidak ada kelainan.
e. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal.
f. Saraf VII, adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional.
g. Saraf IX dan X, Ny D kesulitan dalam menelan makanan.
h. Saraf XI, tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezium.
i. Saraf XII, lidah tampak bersih.
Pengkajian Refleks
Klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan
gaya seperti di dorong.
13. Pencegahan
Para ilmuan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu:
usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan
logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetik, riwayat kepala yang berat
dan penggunaan terapi suntik hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko
di atas dan hasil penelitian yang lain, di anjurkan beberapa cara untuk mencegah
penyakit Alzheimer, diantaranya yaitu :
a. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun
mungkonsumsi alkohol.
b. Mengkonsumsi sayur dan buah segar, hal ini penting karena buah dan sayur
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas, radikal
bebas ini yang merusak sel-sel.
c. Menjaga kebugsrsn mental (mental fitness), istilah ini mungkin masih jarang
terdengar, cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan
memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
14. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik
tergantung pada 3 faktor yaitu:
a. Derajat beratnya penyakit
b. Variabilitas gambaran klinis
c. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini di uji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita Alzheimer. Pasien dengan penyakit
Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah
diagnosis. Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
BAB III
PENUTUP
i. Kesimpulan
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran dan
kecerdasan seseorang. Keadaan inidi tunjukan dengan kemunduran fungsi intelektual
dan emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial
sehari-hari. Menurut dr.samino SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia
(AAzI), Alzheimer timbul akibat terjadinya proses degenerasi sel-sel neuron otak di
area tempore-pariental dan frontalis. Dimensia Alzheimer juga merupakan penyakit
pembunuh otak karena mematikan fungsi sel-sel otak. Penyebab yang pasti belum
diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah intosikasi
logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma,
neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdisposisi heriditer. Dasar
kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian
daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan
penurunan daya ingat secara progresif. Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh
penderita sendiri. Mereka sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang.
Cara pencegahan penyakit Alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup
sehat, misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol,
mengkonsumsi sayur dan buah segar karena ini mengandung antioksidan yang
berfungsi mengikat radikal bebas yang mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga
kebugaran mental dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagi
macam pengetahuan juga merupakan salah satu bentuk pencegahan Alzheimer.
b. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya keperawatan dapat mengerti,
memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit Alzheimer yang pada akhirnya
mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit
Alzheimer ini. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali lagi
informasi tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh
informasi yang lebih dalam lagi
DAFTAR PUSTAKA