Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HIPOKALEMIA

Disusun Oleh
Kelompok 2
1. Ersuni Anti 21117050
2. Hermawati 21117063
3. Hesti Yuniarti 21117064
4. Ilhami Nadion 21117067
5. Jeihan Archya 21117070
6. Kartika Ulfa 21117072
7. Mawar Angela 21117080
8. Mifta Huljannah 21117083
9.Mirza Alepandi 21117084
10.Nasri Morsalin 21117087
11.Nurul Maesya 211170
12. Rahma Arifah Putri 21117095
KELAS: IB
Dosen Pembimbing: Joko Tri Wahyudi S.Kep.,Ns.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan kepada kami sehingga bisa menyelesaikan Makalah Patofisiologi
tentang” HIPOKALEMIA”.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa orang, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT yang telah memberikan kami rezeki, rahmat, dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
2. Bapak Joko Tri Whyudi,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Patofisiologi yang
telah memberikan instruksi kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan
tugas makalah ini.
3. Rekan kelompok yang telah turut membantu dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga
tugas ini selesai.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini dan bila untuk makalah selanjutnya.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiiin

Palembang,31 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan .................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipokalemia ..................................................................................... 3

2.2 Penyebab Hipokalemia .................................................................................. 3

2.3 Patogenesis Hipokalemia ............................................................................... 4

2.4 Derajat Hipokalemia ...................................................................................... 5

2.5 Pencegahan .................................................................................................... 6

2.6 Komplikasi ..................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 10

3.2 Saran .............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipokalemia

Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah. Kalium merupakan komponen
utama elektrolit yang menentukan keseimbangan kerja dalam tubuh.Hipokalemia diakibatkan
berkurangnya cairan dalam jumlah besar dari dalam tubuh. Pengeluaran kalium bisa lewat
muntah, diare, berkeringat banyak saat olahraga berat atau penggunaan obat pencahar.
Hipokalemia biasanya dialami pasien dengan gangguan ginjal, pasien yang minum
obat diuretika dan pasien dengan gangguan asupan oral. Jika konsentrasi kalium darah terlalu
rendah, biasanya disebabkan oleh ginjal yang tidak berfungsi secara normal atau terlalu
banyak kalium yang hilang melalui saluran pencernaan (karena diare, muntah, penggunaan
obat pencahar dalam waktu yang lama atau polip usus besar).

2.2 Penyebab Hipokalemia


Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :
a. Asupan Kalium Kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol yang berat
sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien sakit berat yang tidak
dapat makan dan minum dengan baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya
pada pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan berat
badan dapat menyebabkan hipokalemia.

b. Pengeluaran Kalium Berlebihan


Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti muntah-
muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid
primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau sindrom gitelman) atau melalui
keringat yangberlebihan. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar
menyebabkan kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis
metabolik).1,3 Licorice (semacam permen) yang mengandung senyawa yang bekerja mirip
aldosteron, dapat menyebabkan hipokalemia jika dimakan berlebihan.

Hipokalemia dapat disebabkan oleh intake kalium yang inadekuat, peningkatan ekresi
kaliumatau perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel.Peningkatan ekskresi kalium
merupakan penyebab yang tersering. Intake kalium yang inadekuat dapat disebabkan oleh eat
ing disordersmisalnyaanorexia, bulimia, kekurangan gizi, dan alcohol. Selain itu,d apat juga
disebabkan olehmasalah kesehatan gigi sehingga kesulitan untuk mengunyah atau menelan
makanan. Selain itu,kemiskinan juga menjadi penyebab hipokalemia.Kuantitas dan kualitas
makanan jugamenentukan.Peningkatan ekskresi potassium yang sering disertai oleh intake
yang kurangmenjadi penyebab tersering pencetus hipokalemia.Peningkatan ekskresi kalium
dapat terjadi sebagai akibat dari penggunaan mineralokortikoid, stenosis arteri renalis, obat
diuretic,kehilangan cairan melalui gastrointestinal, obat-obatan, dan kelainan genetic.
Kehilangan kaliummelalui gastrointestinal dapat terjadi melalui muntah, diare, atau gangguan
penyerapan pada usushalus.

2.3 Patogenesis
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh
(3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam
pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat
berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian
terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam
sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipun hanya merupakan bagian kecil
dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam fungsi neuromuskular. Perbedaan kadar
kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang
terdapat dimembran sel.
Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial membran sel
pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka. Potensial membran
istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot
yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga
sedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium secara bermakna.
Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini
secara bermakna.Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat yang
dapat dikurangi kegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari ECF ke ICF.
Selain berperan penting dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium
adalah suatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik.
Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF,
juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Beberapa faktor hormonal dan
nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin,
insulin, dan variabel asam-basa.
Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah sekitar 50-100 mEq.
Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit,
setelah itu ekskresi kalium yang terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa
jam. Sebagian kecil (<20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saat
perpindahan kalium kedalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui
ginjal merupakan rangkaian mekanisme yang penting untuk mencegah hiperkalemia yang
berbahaya.Ekskresi kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal
dan laju pengeluaran urine.Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai
tubulus distal dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya
menurun. Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di reabsorpsi pada
tubulus proksimal.
Aldosteron yang meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi
kedalam tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang
terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus distal juga
bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah cairan yang terbentuk pada
tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium.
Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi distribusi kalium
antara ECF dan ICF.Asidosis cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel,
sedangkan alkalosis cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan
meingkat jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis
dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan
kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam
sel. Sebaliknya, agonis alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal ini
berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik.

2.4 Derajat Hipokalemia


1. Hipokalemia Ringan: Hipokalemia ringan biasanya asimptomatik atau tanpa gejala. Kadar
kalium tubuh(umumnya antara 3,0 sampai 3,5 mEq / L)
2. Hipokalemia Sedang: Kadar kalium darah pada hipokalemia sedang adalah 2,5mEq/L-
3,0mEq/L. Adapun gejala yang ditimbulkan yaitu: Kelelahan, pusing, nyeri otot(myalgia),
kram, mual ataupun sembelit, refleks tubuh melambat.
3. Hipokalemia Berat:Kondisi dimana kadar kalium darah dibawah 2,5mEq/L dikategorikan
sebagai hipokalemia berat yang dapat menimbulkan:
 Kerusakan musculoskeletal
 Masalah lambung
 Perubahan fungsi ginjal
 Fungsi jantung abnormal
 Kerusakan hati

2.5 Pencegahan
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar maupun tidak memperburuk
hipokalemia, yaitu:
1. Hindari minum air dingin .
2. Hindari makanan yang mengandung karbohidrat terlalu banyak, karena karbohidrat
mengikat kalium.
3. Batasi minum kopi atau minuman yang banyak mengandung gula
4. Bila timbul gejala, usahakan tidak dibawa tidur , karena dapat menyebakan
kelumpuhan total.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan bila penanganan tidak tepat adalah5:
1. Komplikasi kardiovaskular
Hipokalemia memiliki komplikasi yang luas sehingga banyak organ dalam tubuh
yangdapat dipengaruhi oleh hipokalemia.Komplikasi kardiovaskular merupakan hal
yang paling penting diperhatikan karena dapat menimbulkan kematian.
Hipokalemia dapatmenyebabkan aritmia atrial dan ventricular namun yang menjadi
perhatian adalah aritmia ventricular.Terlebih lagipada pasien dengan congestive heart failure,
ischemicheartdisease , pasien yang mendapat terapi hiperglikemia, pasien yang mendapat
terapidigitalis dan juga conn syndrome.
2. Komplikasi musculoskeletal
Kelemahan otot, depresi reflex tendon, dan paralisis flasid juga merupakan akibat
darihipokalemia yang akan memperburuk keadaan pasien.
3. Komplikasi renal
Abnormalitas dari fungsi ginjal dapat menyertai hipokalemia akut maupun
kronik.Halyang dapat terjadi adalah nephrogenic diabetes insipidus yang nantinya
akanmenimbulkan alkalosis metabolik.
4. Komplikasi gastrointestinal
Hipokalemia menyebabkan pergerakan usus berkurang yang nantinya dapat menjadi
ileus paralitik. Apabila keadaan terus berlangsung, hal ini juga dapat menyebabkanensefalopa
ti hepatic atau sirosis hati.
5. Komplikasi metabolik
Keadaan hipokalemia dapat mempengaruhi regulasi glukosa melalui
penurunan pelepasan insulin dan sesitivitas insulin peripheral akan berkurang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang cukup sering dijumpai dalam praktik
klinik, dan bisa mengenai pasien dewasa dan anak.Berbagai faktor penyebab perlu
diidentifikasi sebagai awal dari manajemen.Pemberian kalium bukanlah sesuatu yang perlu
ditakuti oleh para klinisi, seandainya diketahui kecepatan pemberian yang aman untuk setiap
derajat hipokalemia.Pemberian kalium perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien penyakit
jantung, hipertensi, stroke, atau pada keadaan-keadaan yang cenderung menyebabkan deplesi
kalium.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai