Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 1

PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SECARA FISIK

I. PENETAPAN KEKERUHAN

A. Tujuan
Menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air sungai Kasin.

B. Dasar Teori

Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi yang mengganggu


berlalunya cahaya dalam air. Partikel-partikel ini dapat berupa senyawa organic
maupun anorganik, dan ditemukan sebagai partikel koloid dan partikel kasar.
Partikel-partikel tersuspensi ini yang menyebabkan air keruh, dimana akan
mempengaruhi transmisi cahaya yang melaluinya. Oleh karena itu penyerapan
cahaya pada ekosistem air ini tidak dapat dipukul rata, melainkan masih harus
dibedakan secara ilmiah diantara penyerapannya oleh air itu sendiri, garam-garam
terlarut, benda suspense. Hal ini disebabkan masing-masing bahan tersebut
mempunyai tingkat penyerapan sendiri-sendiri terhadap cahaya/sinar.
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. Dalam penentuan kekeruhan
sebaiknya dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila
sampel harus disimpan maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24
jam. Penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan yang sifatnya
tetap. Sebelum dilakukan pemeriksaan sampel, sampel harus dikocok terlebih
dahulu dengan kuat. Satuan yang dipergunakan untuk menentukan standar
kekeruhan sampel air adalah sebagai mg/liter SiO2, dimana 1 mg/liter SiO2 sama
dengan 1 unit kekeruhan. Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek
cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU.
C. Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan
a. Turbidimeter set
b. Beaker glass
c. Kuvet

Bahan yang dipergunakan


a. Sampel air
b. Larutan standar 0 NTU
c. Larutan standar 40 NTU

D. Langkah-langkah Kerja

Sampel Air

- Sebelum mempergunakan peralatan turbidimeter, dikalibrasi terlebih


dahulu dengan larutan standar
- Dimasukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimeter
- Ditekan tombol “Test”
- Jika pada layar tidak menunjukkan angka 40 NTU, diputar tombol
CAL hingga menunjukkan angka 40 NTU
- Untuk pengukuran sampel, diambil sampel air yang akan diukur
- Dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh (jangan sampai ada
gelembung udara)
- Ditekan tombol “Test”
- Dibaca harga kekeruhan dan dicatat hasil pembacaan

HASIL
E. Data Pengamatan
-Lokasi pengambilan sampel = Kasin Minggu Pagi
-Kekeruhan (NTU) = 10,1 (8,1⁰C)

F. Analisis Data dan Pembahasan


Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi lumpur, bahan-bahan
organik yang tersebut secara baik dan partikel-partikel yang tersuspensi lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990
Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum adalah sebesar 5-25 skala
NTU. Untuk mengukur kekeruhan air dapat digunakan turbidimeter set.
Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air
sungai. Prinsip kerja dari alat adalah alat akan memancarkan cahaya pada media
atau sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau menembus media
tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur dan ditransfer ke dalam
bentuk angka.
Pada praktikum ini digunakan turbidimeter yang mempunyai botol kecil yang
di[akai sebagai wadah sampel dan standar. Penggunaan dari alat ini yaitu
disimpan sampel dan standar pada botol kecil yang merupakan bagian dari alat.
Sebelum memasukkan sampel, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu, angka yang
tertera pada layar harus 0, kemudian dilakukan pengukuran dengan menyesuaikan
nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera
pada layar turbidimeter sesuai dengan nilai standar. Setelah itu sampel
dimasukkan pada tempat pengukuran sampel yang ada pada turbidimeter,
kemudian ditutup, lalu tombol ditekan selama ±10 detik, pada detik ke-10 dibaca
skala pengukuran kekeruhan yang tertera pada layar.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil 10,1 pada suhu 8,1 ⁰C. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Standar
Kualitas Air Bersih dan Air Minum adalah sebesar 5-25 skala NTU. Sehingga
sampel air dari sungai Kasin yang diambil pada waktu Minggu Pagi tidak
melebihi batas ambang dari kekeruhan air.
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kesimpulan yaitu tingkat kekeruhan air
sungai yang diukur sebesar 10,1 NTU. Tingkat kekeruhan air sungai tersebut tidak
melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 5-25 NTU.

H. DAFTAR PUSTAKA
Endra. 2010. Pengenalan Alat dan Analisa Tingkat Kekeruhan Air dengan
Turbidimeter. (Online), (http://endrah.blogspot.co.id/2010/04/turbidimeter.
html), diakses 4 Maret 2018.
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang.
II. PENETAPAN TOTAL PADATAN

A. Tujuan
Menetapkan total padatan sampel air dari air sungai Kasin.

B. Dasar Teori
Di dalam lingkungan perairan terlarut berbaga mineral alami sebagai bahan
kimia anorganik dan berdisosiasi di dalamnya sebagai ion-ion. Karena sifatnya
sebagai suatu media fisis, ternyata mampu ikut mengangkut berbagai bahan kimia,
hingga tidak mustahil air megalami suatu kontaminasi. Kita telah melihat bahwa
pada perairan terdapat bahan-bahan yang mengambang, dimana bahan-bahan
tersebut harus dihilangkan. Penentuan zat padat dalam air mempunyai arti penting
untuk perncanaan dan pengawasan proses-proses pengolahan air dapat meupakan
zat padat terlarut dan zat tersuspensi. Zat padat organic berasal dari limbah
domestic dan limbah industry. Sedangkan zat padat tersuspensi dapat berupa
suspense dan koloid dari limbah tanah liat, dan bahan-bahan organic. Pengertian
zat padat total meliputi kedua jenis zat padat tersebut (zat padat terlarut + zat
padat tersuspensi) yang dapat berupa bahan-bahan organic dan anorganik.
Dalam kegiatan praktikum di laboratorium kita akan menetapkan nilai total
padatan pada sampel air. Prinsip penetapannya adalah bahwa contoh air yang
telah dikocok dengan merata, diuapkan dalam cawan penguapan yang telah
diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103⁰ - 105 ⁰C
sampai beratnya konstan. Beda berat cawan kosong dengan yang berisi sampel air
yang sudah diuapkan dan dikeringkan merupakan berat total padatan. Adapun
gangguan-gangguan yang ada dalam penetapan total padatan antara lain: 1)
partikel yang besar, partikel yang mengapung dan zat-zat menggumpal dan tidak
dapat tercampur dalam air; 2) zat cair yang mengapung seperti minyak dan lemak.

C. Alat dan Bahan


Alat yang dipergunakan
a. Oven
b. Beaker glass
c. Neraca analitik
d. Desikator
e. Lampu spiritus
f. Kaki tiga + kasa asbes

Bahan yang dipergunakan


a. Sampel air
b. Kertas saring

D. Langkah-langkah Kerja

Sampel Air

- diatur furnace pada suhu 550 ⁰C


- dimasukkan cawan penguapan ke dalamnya selama ±1 jam
- diambil dengan menggunakan tang krusibel
- didinginkan dalam desikator
- ditimbang dan disimpan dalam desikator
- dituangkan sampel air ±50 mL ke dalam cawan penguapan
- diuapkan sampai habis
- dikeringkan cawan dan sampel air yang telah dikeringkan pada
temperature ±103-105 ⁰C selama 1 jam
- setelah 1 jam, cawan didinginkan dalam desikator
- setelah dingin, cawan ditimbang
- diulangi langkah di atas hingga diperoleh berat konstan

HASIL
E. Data Pengamatan
-Lokasi pengambilan sampel = Kasin Minggu Pagi
-Berat sampel yang dikeringkan + beaker (A) = 52,222 g
-Berat beaker kosong (B) = 52,206 g
-Total padatan (mg/L) = 320 mg/liter

F. Analisis Data

( 𝐴−𝐵 ) ×1000
Residu Tersuspensi = 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :

A = Berat sampel yang dikeringkan + beaker

B = Berat beaker kosong

Diketahui :

A = 52,222 gr

B = 52,206 gr

V sampel = 50 mL

( 52,222−52,206 ) ×1000
Total Padatan =
0,05 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 320 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

G. Pembahasan

TDS (Total Dissolved Solid) atau zat terlarut adalah residu yang dapat
melewati saringan, yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zak organik maupun
anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi
diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air harus dapat melewati saringan yang
berdiameter 2 micrometer. Pada pemeriksaan TDS kadar maksimum yang
diperbolehkan sesuai dengan Kemenkes RI no. 907/MENKES/SK/VII/2002
adalah 1000 mg/L.

Untuk mengukur besarnya TDS perhitungannya yaitu:

( 𝐴−𝐵 ) ×1000
Residu Tersuspensi = 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Pada praktikum ini yang pertama dilakukan yaitu mengatur furnace pada suhu
550 ⁰C. Kemudian dimasukkan beaker glass ke dalamnya selama ±1 jam.
Selanjutnya diambil menggunakan tang krusibel, lalu didinginkan dalam
desikator, kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator hingga siap untuk
digunakan. Sampel air kemudian dituangkan ±50 mL ke dalam beaker glass dan
diuapkan sampai habis. Selanjutnya dikeringkan beaker + sampel air yang telah
diuapkan dalam oven pada temperatur ±103-105 ⁰C selama I jam. Setelah 1 jam
dikeluarkan beaker glass lalu didinginkan dalam desikator. Setelah dingin
kemudian ditimbang beaker glass dengan neraca analitik dan catat berat beaker
dengan teliti.
Perhitungan TDS pada percobaan yaitu:

( 52,222−52,206 ) ×1000
Total Padatan =
0,05 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 320 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

H. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diperoleh TDS sebesar 320 mg/liter. TDS pada sampel
air di sungai Kasin tidak melebihi ambang batas yaitu 1000 mg/liter.
I. DAFTAR PUSTAKA
Mentari, Anggrahita Gadis. 2015. Laporan Praktikum Pemeriksaan TSS dan TDS.
(Online),(http://gadis-mentari.blogspot.co.id/2015/03/laporan-praktikum-
pemeriksaan-tss-tds.html), diakses 4 Maret 2018.
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang.
III. PENETAPAN RESIDU TERSUSPENSI

A. Tujuan
Untuk menetapkan residu tersuspensi sampel air dari air sungai Kasin

B. Dasar Teori
Zat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan pengeringan pada
suhu 103℃ - 105℃. Residu atau zat pada yang tertinggal selama proses
pemanasan pada temeperatur tersebut adalah materi yang ada dalam contoh air
dan tidak hilang tau menguap pada 105℃. Dimensi zat padat dinyatakan dalam
mg/l atau g/l, % berat (kg zat padat /kg larutan), atau % volume (dm3 zat padat
/liter larutan).
Residu tersuspensi adalah suatu partikel atau material yang dapat dipisahkan
dari contoh air dengan cara penyaringan. Cara penyaringan ini dengan
menggunakan kertas saring standar atau fiber glass. Prinsip penetapan ini adalah
contoh air yang telah dikocok dengan baik, disaring dengan kertas saring. Bahan
yang tersaring ini merupakan bahan tersuspensi dari contoh air tersebut, dan
dikeringkan pada suhu 100℃ - 105℃. Sesudah itu didinginkan dalam desikator,
kemudian ditimbang hingga diperoleh berat yang stabil atau konstan.

C. Alat dan Bahan


Alat :
a. Oven
b. Beaker glass
c. Neraca analitik
d. Gelas ukur
e. Desikator
f. Lampu spiritus
g. Kaki tiga + kasa asbes

Bahan :

a. Sampel air
b. Kertas saring
D. Langkah Kerja

Sampel Air

 Ditetapkan berat kertas saring dengan prosedur yang sama untuk


cawan penguapan pada penetapan total padatan
 Diambil 50 mL sampel air dan disaring dengan kertas saring yang
telah diketahui beratnya
 Dikeringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan tersaring dalam
oven pada suhu 100℃ - 105℃ selama ±1 jam
 Didinginkan
 Ditimbang kertas saring
 Diulangi langkah hingga diperoleh berat konstan

Hasil

E. Data Pengamatan
Lokasi pengambilan sampel = Kasin Minggu Pagi
Berat kertas saring + residu (A) = 0,443 gr
Berat kertas saring (B) = 0,442 gr
Residu tersuspensi (mg/L) = 20 g/mL

F. Analisis Data

( 𝐴−𝐵 ) ×1000
Residu Tersuspensi = 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :

A = Berat kertas saring + residu

B = Berat kertas saring

Diketahui :
A = 0,443 gr

B = 0,442 gr

Volume sampel = 50 mL

( 0,443−0,442 ) ×1000
Residu Tersuspensi =
0,05 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 20 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

G. Analisis Data
Total Suspended Solid (TSS) atau zat padat yang tersuspensi, merupakan
residu yang tidak lolos saring, yaitu yang tertahan oleh saringan. TSS adalah salah
satu parameter yang digunakan untuk pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS
berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran
pori 0,45µm (Clescerl,1905).
Ambang batas TSS menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri
adalah sebesar 150 mg/liter.
Untuk mengukur besarnya TSS digunakan rumus sebagai berikut :

( 𝐴−𝐵 ) ×1000
Residu Tersuspensi = 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Pada praktikum ini yang pertama dilakukan adalah menyiapkan kertas saring,
kemudian ditetapkan beratnya. Kertas saring tersebut dilipat dan disaring 50 mL
sampel air sungai, ditunggu hingga seluruh air tersaring dan kemudian kertas
saring basah tersebut dan dioven pada 100℃ - 105℃ selama ±1 jam. Setelah
dioven, kertas saring tersebut didinginkan dalam desikator dan kemudian kertas
saring tersebut ditimbang. Dengan prosedur tersebt, akhirnya didapatkan berat
kertas setelah dioven dan di desikator, berat ini disebut dengan berat kertas dan
residu yaitu sebesar 0,443 gram.
Berdasarkan hasil diatas terjadi penambahan berat yang disebabkan oleh
partikel-partikel kecil yang menepel pada kertas . sifat-sifat kimia dan fisika dari
material dalam suspensi, besarnya ukuran pori saringan, luas dan ketebalan
saringan, dan jumlah serta keadaan fisik dari material yang terendap padanya
merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemisahan zat padat tersuspensi.
Perhitungan kadar zat tersuspensi :

( 0,443−0,442 ) ×1000
Residu Tersuspensi =
0,05 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 20 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Kadar Zat Pada Tersuspensi (TSS) dalam air sungai yang berlokasi di Kasin
yang diambil pada Hari Minggu Pagi tanggal 25 Februari 2018 yaitu sebesar 20
𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 dimana kadar tersebut tidak melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan.

H. Kesimpulan
Kadar zat padat tersuspensi dalam air sungan adalah 20 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟, tidak
melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 150 𝑚𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟.

I. Daftar Pustaka

Jujubandun. 2012. Parameter Fisika-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air .


(http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-
bioligi-penentu-kualitas-air), diakses pada 03 Maret 2018.

Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
J. Pertanyaan
1. Bila anda mengukur temperatur pada titik A, apakah temperatur pada titik
A mempunyai temperatur yang sama bila Anda mengukur pada titik B
yang berjarak 100 meter dari titik A? Jelaskan!
Jawaban:

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan suhu atau temperature


pada lingkungan perairan? Jelaskan masing-masing faktor tersebut!
Jawaban:

3. Bila dalam suatu pabrik ada dua bak pembuangan, bak A dan bak B,
dimana ketinggian kedua bak tersebut berbeda. Apakah harga kekeruhan
dari kedua bak berbeda? Jelaskan!
Jawaban:

4. Bila Anda mengukur kekeruhan pada titik A, apakah harga kekeruhan


pada titik A mempunyai harga kekeruhan yang sama bila Anda mengukur
pada titik B yang berjarak 100 meter dari titik A? Jelaskan!
Jawaban:

5. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kekeruhan pada


lingkungan perairan? Jelaskan masing-masing faktor tersebut!
Jawaban:
PERCOBAAN 2
PENETAPAN KADAR CO2 TERLARUT

A. Tujuan Percobaan
Mampu menetapkan kadar gas CO2 yang terlarut dalam sampel air

B. Dasar Teori
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami
dan merupakan gas yang mudah larut dalam air. CO2 di dalam air terdiri dari CO2
bebas dan CO2 terikat yang tergantung pada pH air. CO2 terdiri dari CO2 yang
berada dalam kesetimbangan, diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat
(HCO3) dan CO2 agresif yang dapat melarutkan CaCO3dan bersifat korosif.
Karbondioksida yang ada di udara maupun dalam air digunakan untuk
proses fotosintesis dan menghasilkan zat-zat organik. Semua organisme yang
tidak berfotosintesis terkecuali beberapa macam bakteri yang hidup sendiri
memperoleh zat arang (CO2) organik langsung ataupun tidak langsung dari
tanaman-tanaman. Semua organisme (kecuali bakteri-bakteri anaerob) akan terus
menerus mengeluarkan zat asam dan melepaskan CO2 ke dalam lingkungan
dengan pernafasan dan banyak pula CO2 dilepaskan dengan penguraian dan
pembakaran bahan-bahan organik (Bayard, 1983).
Karbondioksida di perairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan baik mikro
maupun yang berukuran makro (tumbuhan tingkat tinggi) untuk proses
fotosintesis. Walaupun memiliki peranan yang penting dalam perairan untuk
kelangsungan hidup organisme air, namun kandungannya yang berlebihan dapat
menggangu bahkan menjadi racun bagi organisme di perairan (Kordi, 2004).
Ekosistem air yang proses fotosintesisnya berjalan dengan cepat dan
membutuhkan sejumlah karbondioksida. Namun pemakaian CO2 dalam proses ini
yang berlebihan, akan menyebabkan CO2berkurang bahkan hilang, sehingga tidak
baik bagi pertumbuhan organisme. Kadar CO2 bebas yang bisa ditolelir oleh ikan
adalah lebih dari 5 mg/liter. Dapat pula sebesar 10 mg/liter asal diimbangi dengan
kadar oksigennya (Barus, 2002). Karbondioksida terbentuk dari hasil reaksi
oksigen dengan berbagai bahan makanan. Karbondioksida seperti oksigen juga
bergabung dengan zat kimia di dalam darah yng meningkatkan trasport
karbondioksida 15-20 kali lipat (Susanto, 2000). Karbondioksida merupakan gas
yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Gas ini
berasal dari pembongkaran bahan-bahan organik oleh jasad renik di dasar
perairan. Oleh karena itu, karbodioksida memegang peran yang sangat penting
sebagai unsur makanan untuk semua tumbuh-tumbuhan hidup yang mampu
berasimulasi (Gufran, 2000).
Beberapa hal yang menyebabkan pentingnya pemeriksaan CO2 di dalam
air sebagai berikut:
1. Merupakan karakteristik kualitas air yang penting, yaitu kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan pH (buffer capacity).
2. Berhubungan dengan proses pelunakan, koagulasi, dan netralisasi.
3. Berhubungan dengan masalah korosi dan kesadahan dalam air.
Dibandingkan di dalam air, tekanan pasrsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh
karena itu CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat kontainer yang
digunakan. Atas dasar ini kadar CO2 terlarut dapat ditetapkan dengan cara
titrimetri dengan menggunakan larutan baku NaOH. Untuk menghitung kadar
CO2 dapat dihitung menggunakan rumus:

1000 mL
Kadar CO2 (mg/L) =V x Vml NaOH x NNaOH x 44
ml sampel air

C. Alat dan Bahan


1. Alat

 Buret

 Statif

 Klem buret

 Erlenmeyer

 Pipet takar

 Pipet tetes
 Pipet ukur
2. Bahan

 Sampel air

 Larutan standar NaOH 0,001 N

 Indikator pp

D. Prosedur Kerja

100 mL sampel

 Dimasukkan 100 mL sampel air ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL


dan segera ditetesi dengan indikator pp.

 Jika timbul warna merah berarti kandungan CO2 tidak ada dan
apabila tidak timbul warna merah, maka sampel air mengandung
CO2.

 Sampel air dititrasi dengan larutan NaOH 0,001 N

 Langkah 1 dan 3 diulangi sampai sebanyak 3x Dicatat volume


NaOH yang dibutuhkan

Hasil

E. Data Pengamatan

No. Lokasi Volume NaOH Rerata Volume Keterangan


(ml) NaOH (ml)
1,5
1. Kasin, Minggu 1,1 1,3
pagi 1,3
F. Analisis Data dan Pembahasan

1000 mL
Kadar CO2 (mg/L) =V x Vml NaOH x NNaOH x 44
ml sampel air

1000 mL
= x 1,3 mL x 0,001 N x 44
100 mL

= 0,572 mg/L
Dari hasil data percobaan yang sudah dilakukan, kadar Kadar CO2 terlarut
dalam keramba yang ada di daerah Kansin, Malang adalah 0,572 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa CO2 terlarut yang terkandung dalam keramba tersebut masih
dalam batas wajar yaitu kurang dari 10 mg/L, karena menurut teori, air permukaan
pada umumnya mengandung kurang dari 10mg CO2bebas/liter. CO2 di dalam
perairan penting adanya karena memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH
(sebagai buffer capacity). CO2 diperairan juga menentukan kesadahan air karena
dapat bereaksi dengan komponen kapur menjadi CaCO3 dan mengendap menjadi
senyawa karbonat. Oleh karena itu, kadar CO2 dalam perairan berhubungan
dengan pH larutan. Air yang banyak mengandung CO2 akan bersifat korosif
karena dapat melarutkan logam yang terdapat pada pipa penyaluran air sehingga
dapat terjadi korosi pada pipa distribusi air minum. Korosi disebabkan air
mempunyai pH rendah sehingga bersifat asam, yang disebabkan adanya
kandungan CO2 agresif yang tinggi.

G. Kesimpulan
Dari percobaan penetapan CO2terlarut, kadar CO2yang diperoleh dari
keramba Kasin adalah 0,572 mg/L.

H. Daftar Pustaka
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan.
Universitas Negeri Malang : Malang
I. Pertanyaan
1. Sebutkan zat-zat apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar
CO2terlarut? jelaskan secara singkat!
Adanya arus dan angin diduga menyebabkan bergeraknya massa CO2
terlarut ini. Selain faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah
hujan, salinitas dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida terlarut.
Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu
sebagai berikut: Difusi dari atmosfer, karbondiosida yang terdapat di atmosfer, air
hujan, air yang melewati tanah organik, karbondioksida hasil dekomposisi ini
akan terlarut dalam air, d respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun
anaerob respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida

2. Adakah perbedaan kadar CO2 terlarut antara lokasi satu dengan lokasi lainnya?
Ada, karena setiap lokasi memiliki keadaan yang berbeda-beda (suhu, pH,
dan banyaknya organisme yang hidupdi dalam perairan tersebut).

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan hasi penetapan gas


CO2 terlarut diatas? jelaskan masing-masing secara singkat!
a. Suhu : Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi
kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam
air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya)
b. pH : Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan
semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH
rendah) bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia.
Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah
c. Keberadaan orhganisme hiidup : tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme
di dalam perairan mempengaruhi kadar CO2 terlarut dalam perairan.
4. Apakah banyak sedikitnya tumbuhan air dan mikroorganisme lain dapat
mempengaruhi besar
kecilnya kadar CO2 terlarut? Jelaskan!
Ya. Karbondioksida yang ada di udara maupun dalam air digunakan untuk
proses fotosintesis dan menghasilkan zat-zat organik. Semua organisme yang
tidak berfotosintesis terkecuali beberapa macam bakteri yang hidup sendiri
memperoleh zat arang (CO2) organik langsung ataupun tidak langsung dari
tanaman-tanaman. Karbondioksida di perairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan
baik mikro maupun yang berukuran makro (tumbuhan tingkat tinggi) untuk
proses fotosintesis. Ekosistem air yang proses fotosintesisnya berjalan dengan
cepat dan membutuhkan sejumlah karbondioksida. Sedangkkan keberadaan
mikroorganisme dan organisme lain dalam perairan dapat menambah pasokan
CO2 melalui hasil dekomposisi dan ekskresi.

Anda mungkin juga menyukai