CHEST PAIN
DEPARTEMEN EMERGENCY
CLINICAL STUDY II
Disusun oleh:
Riska Anisa (145070200111007)
Kelompok 2
Regular 1
A. Definisi
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu
daerah dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada
dinding dada (referred pain).
Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard
karena suplai aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi
untuk kebutuhan metabolisme miokard.
Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis)
karena lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang
pleura viseralis dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit (Himawan,
1996)
B. Etiologi
Nyeri dada dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Nyeri dada pleuritik
Nyeri dada pleuritik biasanya lokasinya posterior atau lateral.
Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambahnya nyeri bila batuk atau
bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang di
gerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran
nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostal. Nyeri dada
pleuritik dapat di sebabkan oleh difusi pleura akibat infeksi paru, emboli
paru, keganasan atau radang sub diafragmatik peneumotoraks dan
penumomediastinum.
2. Nyeri dada non pleuretik
Nyeri dada non pleuretik biasanya lokasinya sentral, menetap atau
dapat menyebar ke tempat lain. Paling sering disebabkan oleh kelainan di
luar paru :
a. Kardial
1) Iskemik miokard akan menimbulkan rasa tertekan atau nyeri subternal
yang menjalar ke aksila dan turun ke bawah ke bagian dalam lengan
terutama lebih sering ke lengan kiri. Rasa nyeri juga dapat menjalar
ke epigasterium, leher, rahang, lidah, gigi, mastoid dengan atau tanpa
nyeri dada subternal. Nyeri disebabkan karena saraf eferan viseral
akan terangsang selama iskemik miokard, akan tetapi korteks
serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal dari miokard.
Karena rangsangan saraf melalui spedula spinalis T1-T4 yang juga
merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatis
yang lain. Iskemik miokard terjadi bila kebutuhan O2 miokard tidak
dapat dipenuhi oleh aliran darah koroner. Pada penyakit jantung
koroner aliran darah ke jantung akan berkurang karena ada
pemyempitan pembuluh darah koroner.
Ada 3 sindrom iskemik yaitu :
Angina stabil (angina klasik, angina of effort)
Serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja.
Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan
nitrogliserin atau istirahat. Nyeri dada dapat timbul setelah makan,
pada udara dingin, reaksi simfatis yang berlebihan atau gangguan
emosi.
Angina tak stabil (angina preinfard, insufisiensi koroner akut)
Jenis angina ini dicurigai bila penderita sering kali
mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat
kerja ringan dan berlangsung lebih lama.
Infark miokard
Iskemik miokard yang berlangsung lebih dari 20-30 menit
dapat menyebabkan infark miokard. Nyeri dada berlangsung lebih
lama, menjalar ke bahu kiri, lengan dan rahang. Berbeda dengan
angina pektoris, timbulnya nyeri dada tidak ada hubungannya
dengan aktivitas fisik dan bila tidak diobati berlangsung dalam
beberapa jam. Disamping itu juga penderita mengeluh dispea,
pelpitasi dan berkeringat. Diagnosa ditegakan berdasarkan serioal
EKG dan pemeriksa enzim jantung.
2) Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordinal atau
substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adapun
mumur akhir sistolik dan midsistolik-click dengan gambaran
echokardiogram dapat membantu menegakan diagnosa.
3) Stenosis Aorta Berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik
juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik.
b. Perikardial
Saraf sensori untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis
diatas diafragma. Nyeri perikardial lokasinya didaerah sternal dan diarea
preokardinal, tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu, dan
punggung. Nyeri biasanya seperti ditusuk-tusuk dan timbul pada aktu
menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak.
C. Manisfestasi
Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
1. Nyeri ulu hati
2. Sakit kepala
3. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
4. Diaforesis / keringat dingin
5. Sesak nafas
6. Takikardi
7. Kulit pucat
8. Sulit tidur (insomnia)
9. Mual, Muntah, Anoreksia
10. Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
11. Kelemahan
12. Wajah tegang, merintih, menangis, dan perubahan kesadaran.
D. Patofisiologi
Terjadi penonjolan sistolik atau diskinesia dengan akibat penurunan
ejection fraction isi sekuncup atau stroke volume akhir distolik ventrikel kiri.
Tekanan akhir diastolic ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri
juga naik peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25mmHg yang lama yang
akan menyebabkan transfudasi cairan ke jaringan intersitisium paru (gagal
jantung) pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah
infark, tapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relative baik
akan mengadakan konspensasi khusunya dengan bantuan rangsangan
andrenergae untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan akibat
peningkatan kebutuhan oksigen miokard konpensasi ini jelas tidak akan
memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau
bahkan sudah fibritik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi
masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal sebaliknya bila infark
luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau
infark lama. Tekanan akhir diastolic ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung
terjadi sebagai akibat sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel
kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik ini tidak setatis bila makin tenang
fungsi jantung akan membaik walaupun tidak di obati. Hal ini di sebabkan
karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan daerah
diskinetik akan menjadi akinetik karena terbentuk jaringan parut yang kaku.
Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi sebaliknya perburukan
himodinamik akan terjadi iskemia berkepanjangan atau infark meluas.
Terjadinya penyulit mekanis seperti rupture septum ventrikel, regurgitasi mitral
akut dan anorisma ventrikel akan memperburuk vaal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit tersering dan terjadi terutama pada menit-
menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan-perubahan masa refakter, daya hantar dan kepekaan terhadap
rangsangan.
Pathway
Peningkatan
kebutuhan O2 Iskemi
Miokard a
Nyeri Akut
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG 12 lead selama episode nyeri
a. Takikardi atau disridmia
b. Rekam EKG lengkap: T inverted, ST elevasi/depresi, Q patologi
c. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipit dan EKG waktu istirahat
perlu di lalukan. Hasilnya mungkin saja normal walaupun ada penyakit
jantung koroner yang berat. EKG bisa di dapatkan gambaran iskemik
dengan infakmiokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada
penyakit yang lanjut.
2. Laboratorium
a. Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH
b. Fungsi hati : SGOT, SGPT
c. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
d. Profilipid : LDL, HDL
e. Kateterisasi jantung
3. Foto thorax
4. Ecocardiogram.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dilatasi arteri
epikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard.
2. Beta Bloker
Beta bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian
besar penderita akan mengurangi keluhan angina
3. Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner,
penderita akan mengurangi keluhan angina.
4. Antipletelet dan antikoagulen
Segi lain dari pengobatan angina adalah pemberian antipletelet dan anti
koagulan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1) Bagaimana kepatenan jalan nafas
2) Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?
3) Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?
b. Breathing
1) Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?
2) Apakah menggunakan otot bantu pernafasan?
3) Apakah ada bunyi nafas tambahan?
c. Circulation
1) Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan
tegangan).
2) Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau
oliguri?
3) Apakah ada penurunan kesadaran?
4) Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?
2. Pengkajian Sekunder
Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :
a. Lokasi nyeri
Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari
sternal menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna).
b. Sifat nyeri
Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk,
mencekik/rasa terbakar, dll.
c. Ciri rasa nyeri
Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.
d. Kronologis nyeri
Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan
e. Keadaan pada waktu serangan
Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu
f. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi
tubuh, pergerakan, tekanan, dll.
g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri,
inflamasi jaringan.
2. Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan
kebutuhan metabolisme jaringan
C. Intervensi Keperawatan
Prinsip-prinsip Tindakan :
1. Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler.
2. Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
4. Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang,
nitrogliserin, Calcium antagonis dan observasi efek samping obat.
5. Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien
6. Mengambil sampel darah
7. Mengurangi rangsang lingkungan
8. Bersikap tenang dalam bekerja
9. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi
DAFTAR PUSTAKA