3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
1. Nyeri ulu hati
2. Sakit kepala
3. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung
4. Diaforesis / keringat dingin
5. Sesak nafas
6. Takikardi
7. Sesak nafas
8. Kulit pucat
9. Sulit tidur (insomnia)
10. Mual, Muntah, Anoreksia
11. Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri
12. Kelemahan
13. Wajah tegang, merintih, menangis
14. Perubahan kesadaran
5. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG 12 lead selama episode nyeri.
a. Takhikardi / disritmia
b. Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis
c. Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipid dan EKG waktu istirahat perlu
dilakukan. Hasilnya meungkin saja normal walaupun ada penyakit jantung
koroner yang berat. EKG bisa didapatkan gambaran iskemik dengan infark
miokard lama atau depresi ST dan T yang terbalik pada penyakit yang lanjut.
2. Laboratorium
a. Kadar Enzim : CK, CKMB, LDH
b. Fungsi Hati : SGOT, SGPT
c. Fungsi Ginjal : Ureum Creatinin
d. Profil Lipid : LD,HDL
3. Foto Thorax
4. Echocardiografi
5. Kateterisasi Jantung
6. Komplikasi
Komplikasi nyeri dada tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Bila nyeri dada
disebabkan oleh penyakit jantung, maka komplikasinya dapat berupa:
Gagal jantung
Gangguan irama jantung (aritmia)
Syok kardiogenik
Sementara itu, bila nyeri dada disebabkan oleh penyakit asam lambung, maka komplikasi
yang dapat timbul antara lain:
Luka di kerongkongan
Tukak lambung
Esofagus Barrett
Kanker esofagus
Sedangkan komplikasi nyeri dada akibat penyakit paru dapat berupa penurunan kadar
oksigen dalam tubuh (hipoksia) atau gagal napas.
7. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri epikardial tanpa
mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri yang
normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga
memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul pada
pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal
atau transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan
dosis nitrat untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-
acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan lebih
sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat sedangkan jenis
buccal mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi.
b. Beta bloker
BetaBloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar
penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung,
kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang dipilih
diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek samping
jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat
bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.
2. Pembedahan
Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery) walupun
pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat
memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat dibuktikan
pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit koroner proksimal
yang berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko kerusakan
mikardium yang luas (Rahimtoola 1985). Pembedahan lebih bagus hasilnya
dalam memperbaiki gejala dan kapasitas exercise pada angina sedang sampai
berat. Perbaikan gejala angina didapatkan pada 90% penderita selama 1 tahun
pertama dengan kekambuhan setelah itu 6% pertahun. Kekambuhan yang lebih
cepat biasanya disertai dengan penutupan graft akibat kesulitan teknis saat
operasi sedangkan penutupan yang lebih lama terjadi setelah 5 - 12 tahun sering
karena adanya graft ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian
kolesterol dan diabetes. Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60%
graft vena tetap baik dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna.
Mortalitas pembedahan tidak lebih dari 2% akibat risiko yang besar pada
penderita angina tak stabil dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk. Resiko
meninggi pada umur lebih dari 65 tahun akibat penyakit yang lebih berat
terutama pada kerusakan ventrikel kiri walaupun memberikan respons yang baik
dengan graft dan sekarangpun pembedahan biasa dilakukan pada penderita umur
20 tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan
perubahan neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetapi
kebanyakan penderita lambat laun akan kembali seperti semula.