Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI ANATOMI FISIOLOGI

KELENJAR ADRENAL/SUPRARENALIS

Mata Kuliah Keperawatan Sistem Endrokin


Dosen Pembimbing: Zaqqyah Huzaifah, Ns. , M.Kep

Disusun Oleh:

NAMA : SITI NORHASANNAH


NPM : 1714201210066

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
A. Anatomi Kelenjar Adrenal/Suprarenalis

Menurut (Pearce Evelyn C, 2011: 286) Kelenjar adrenal/kelenjar


suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal
terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-kuningan yang disebut
korteks dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortison), dengan rumus yang
mendekati kortison, dan atas bagian medula di sebelah dalam yang
menghasilkan adrenalin (epifirin) dan noradrenalin (norepifrin).

Menurut (Syaifuddin, 2012: 268), kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk


ceper terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Kelenjar ini
jumlahnya ada pada setiap atas ginjal, ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-
rata 5-9 gram. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (korteks)
yang berasal dari sel-sel mesodermal, bagian dalam disebut medula yang
berasal dari sel-sel ektodermal. Berdasarkan perbedaan dari zat yang
dihasilkan, fungsi dan peranan dalam mengatur kehidupan sel di dalam tubuh
juga berbeda.

B. Fisiologis Kelenjar Adrenal/Suprarenalis


Menurut (Syaifuddin, 2012: 268), bagian korteks menghasilkan hormon-
hormon yang dikategorikan sebagai hormon steroid, sedangkan bagian
medula menghasilkan katekolamin. Kelenjar suprarenalis dibagi atas:
1) Korteks adrenal
Menurut (Tawwonto, dkk, 2009: 145) korteks adrenal tersusun atas 3 area
atau zona yaitu pada bagian luar disebut zona glomerulosa (15% dari
korteks) menghasilkan hormon mineralokortikoid (Aldosteron), bagian
tengah disebut zona fasikulata (78% dari korteks) menghasilkan
glukokortikoid (kortisol), dan lapisan paling dalam adalah zona retikularis
(7,5% dari korteks) mengsekresikan androgen dan estrogen.

Bagian luar berwarna kekuning-kuningan menghasilkan kortisol, disebut


korteks yang terdiri dari sel-sel epitel yang besar berisi lipoid yang disebut
foam cells, terdiri dari zona glomerulosa (lapisan luar), zona fasikulata
(lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis (lapisan dalam
langsung yang mengelilingi medula). Pemeliharaan struktur tubuh dan
aktivitas sekresi dari korteks suprarenalis dipengaruhi oleh hormon
adenokortikotropin (ACTH) dari lobus anterior hipofise. Korteks adrenal
menghasilkan hormon (Syaifuddin, 2012: 268):
1. Kortikosteroid (kortikoid) / glukokortikoid
Berperan dalam metabolisme glukosa, protein, keseimbangan cairan
dan eletrolit serta sebagai anti inflamasi (Tawwonto, dkk, 2009: 145).
Mengandung struktur dasar nukleus. Faal dari kortikostiroid
memproduksi sekitar 30 jenis kortikostiroid tetapi hanya beberapa yang
mempunyai aktivitas biologis yang jelas. Pengaturan sekresi
glukokortikoid, sekresi dirangsang oleh ACTH dari adenohipofise
melalui pengaruh trofiknya ACTH, mempertahankan struktur dan
perdarahan korteks adrenal terutama zona fasikulata dan zona
retikularis (Syaifuddin, 2012: 268).
Fungsi glukokortiroid:
a. Meningkatkan kegiatan metabolisme berbagai zat dalam tubuh
b. Menurunkan ambang rangsang neuron-neuron susunan saraf pusat.
c. Menggiatkan sekresi asam lambung.
d. Menguatkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah,
merendahkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
e. Menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menghambat
pembentukan antibodi.
f. Menghambat penglepasan histamin dalam reaksi alergi, seringkali
dipakai untuk mengatasi syok anafilaktik bersama dengan pemberian
adrenalin.
2. Mineralokortikoid / aldosteron
Berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit dengan cara
meningkatkan retensi sodium dan meningkatkan ekresi potasium,
membantu mempertahankan tekanan darah dan kardiak output
(Tawwonto, dkk, 2009: 145).

Menurut (Syaifuddin, 2012: 270), meningkatkan retensi ion dan


meningkatkan ekskresi ion kalium (K) di ginjal (tubulus distal dan
tubulus koligens), meningkatkan retensi natrium (Na) di kelenjar
keringat dan saluran pencernaan. Di ginjal aldosteron meningkatkan
kegiatan pompa natrium di bagian basal membran tubulus. Pengaturan
mineralokortikoid:
a. Renin-angiotensin. Apabila volume darah atau tekanan darah ke
ginjal menurun sel juksta glomerilis ginjal merangsang untuk
masuk ke dalam rongga pengasingan yang ada di dakam. Selama
angiotensin I dengan bantuan suatu jenis enzim diubah menjadi
angiotensin II, merangsang sel-sel zona gromerolus korteks adrenal
untuk melepaskan aldosteron, meningkatkan Na, Cl dan air
sehingga volume darah akan kembali normal.
b. Kadar ion Na dan ion K plasma. Apabila ion Na plasma turun dan
ion K plasma naik maka sekresi aldosteron akan meningkat.
c. ACTH dalam dosis yang kecil perannya sangat kecil sekali, hanya
dalam konsentrasi tinggi dapat merangsang pelepasan aldosteron.
3. Medula
Mensekresi katekolamin, epinefrin dan norepinefrin. Di saat terjadi
stres, epinefrin bekerja di hati merubah glikogen menjadi glukosa, dan
bekerja dijantung dengan meningkatkan kardiak output. Norepinefrin
berperan meningkatkan kontriksi pembuluh darah dan meningkatkan
takanan darah (Tawwonto, dkk, 2009: 145).

Menurut (Syaifuddin, 2012: 271), terdiri dari sel-sel yang menghasilkan


hormon epinefrin dan hormon norepinefrin yang mengandung sel-sel
ganglion simpatis dan kelenjar medula adrenal. Kelenjar medula
adrenal dapat membentuk dan melepaskan adrenalin di samping
nonadrenalin. Dalam medula adrenal norepinefrin diubah oleh enzim
yang dirangsang oleh kortisol.
Fungsi epinefrin dan norepinefrin:
a. Terhadap sistem kardiovaskuler (jantung)
1. Epinefrin menyebabkan vasodilatasi arteriole dari otot tulang
dan vasokonstriksi arteriole dari kulit. Sebagai stimulus untuk
aksi jantung, menambah frekuensi dan kontraksi otot jantung,
dan memperbesar curah jantung.
2. Norepinefrin: vasokonstriksi dan hormon ini menyebabkan
tekaan darah meninggi, sangat berguna untuk memperbaiki
keadaan syok yang bukan disebabkan oleh perdarahan.
b. Terhadap otot polos dari visera
Epinefrin menyebabkan relaksasi otot polos gaster, usus, dan
vesika urinaria, otot polos bronkus sehingga sebagai terapi
serangan asma bronkhial.
1. Efek metabolik epinefrin:
- Dalam hepar menstimulasi pemecahan glikogen, suatu aksi
yang menaikkan kadar gula darah melalui penambahan
(adenosin monofosfat) AMP.
- Dalam otot menambah pemecahan glikogen juga melalui
penambahan AMP.
- Dalam jaringan lemak mempunyai efek lipolisis yang
mengakibatkan pelepasan asam amino dan gliserol dalam
darah. Asam lemak sebagai bahan pembakar dalam otot
dan di hati untuk glukoneogenesis.
- Dalam pankreas menghalangi pelepasan insulin.
- Keadaan darurat epinefrin dipakai untuk melepas asam
lemak dari jaringan menjadi bahan pembakar dalam otot,
mobilisasi glukosa dengan menambah glikogenolisis dan
glukoneogenesis dalam hepar, dan mengurangi uptake
glukosa dalam otot, mengurangi pelepasan insulin
menghindarkan pemakaian glukosa oleh jaringan perifer
sehingga dipakai oleh sistem saraf sentral.

C. Ringkasan
1) Anatomi
Kelenjar adrenal/kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub sebelah atas
setiap ginjal. Kelenjar ini jumlahnya ada pada setiap atas ginjal
ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar ini terdiri
dari dua bagian yaitu bagian luar (korteks) bagian dalam disebut medula.
2) Fisiologi
a. Korteks adrenal, menghasilkan hormon:
1. Kortikosteroid (kortikoid) / glukokortikoid
Berperan dalam metabolisme glukosa, protein, keseimbangan
cairan dan eletrolit serta sebagai anti inflamasi.
2. Mineralokortikoid / aldosteron
Berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit dengan cara
meningkatkan retensi sodium dan meningkatkan ekresi potasium,
membantu mempertahankan tekanan darah dan kardiak output
b. Medula
Mensekresi katekolamin, epinefrin dan norepinefrin. Di saat terjadi
stres, epinefrin bekerja di hati merubah glikogen menjadi glukosa, dan
bekerja dijantung dengan meningkatkan kardiak output. Norepinefrin
berperan meningkatkan kontriksi pembuluh darah dan meningkatkan
takanan darah
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk


Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta: EGC

Tarwonto, dkk. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta: CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai