Anda di halaman 1dari 38

BAHAN AJAR/ HANDOUT

KEGIATAN IN-ON-IN TRAINING SERVICE


PEDAGIGIK PRAKTIS
&
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE

Tim Penyusun:

1. Prof. Dr. Mustofa Kamil, M.Pd.


2. Dr. Dharma Kesuma, M.Pd.
3. Drs. Didi Supriadi, M.Pd.
4. Sandi Budi Iriawan, M.Pd.

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN


BANTEN
2015
A. Peta Materi Pelatihan

No Materi Submateri Produk


1 Pedagogi Praktis  Analisis Kompetensi  Hasil Analisis
Dasar Kompetensi Dasar
 Learning Experience  Peta Learning
 Refleksi Experience
2 Konten  Analisis Materi  Hasil Analisis Materi
Pembelajaran Pelajaran
 Refleksi  Bahan Ajar/ Handout

B. Bahan Aspek Teori

1. Pedagogical Content Knowledge dan Learning Experience

Setiap bidang studi atau disiplin ilmu memiliki karakteristik yang khas, demikian
juga dengan struktur materi pembelajarannya. Struktur materi pembelajaran pada setiap
bidang studi pada umumnya terdiri dari fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, dan
prosedur. Menurut Shulman (1986), pengetahuan yang harus dimiliki guru terdiri dari tiga
aspek yaitu pengetahuan tentang konten materi ajar (subject matter knowledge),
pengetahuan kurikuler (curricular knowledge) dan pengetahuan tentang pedagogi konten
materi ajar (pedagogical content knowledge/ PCK). Menurutnya, PCK merupakan
pengetahuan guru tentang bagaimana mengajarkan konten materi ajar tertentu sehingga
konten tersebut dapat dipahami oleh siswa dan tertanam lama pada skemata siswa.
The most useful forms of content representation..., the mos powerful analogies,
illustrations, examples, explanations, and demonstrations -- in a world, the ways of
representing and formulating the subject that makes it comprehensible for others.
(Shulman, 1986)

Berdasarkan pendapat Shulman di atas, PCK merupakan pengetahuan guru untuk


memilih dan menetapkan cara atau jalan untuk merepresentasikan dan memformulasikan
konten materi ajar kepada siswa sehingga dapat dipahami oleh siswa. Cara atau jalan yang
harus dipilih dan ditetapkan oleh guru tersebut disebut metode pembelajaran. Metode
pembelajaran yang dapat diterapkan selama proses pembelajaran sangat beragam
tergantung karakteristik siswa dan struktur materi pembelajarannya. Metode pembelajaran
tersebut terdiri dari metode pengamatan, percobaan, diskusi, demonstrasi, ceramah,
penemuan, karyawisata, bermain peran, ekspositori, penugasan, pemberian contoh,
presentasi, simulasi, dll.
Kurniawan (2014) menyatakan bahwa “ metode itu adalah cara atau teknik untuk
mencapai tujuan khusus tertentu. Karena dalam pembelajaran itu biasanya terdapat lebih
dari satu tujuan khusus tentunya akan memerlukan lebih dari satu metode yang
digunakan”. Menurutnya, metode pembelajaran sangat berhubungan dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai setelah proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang
dimaksud tidak terlepas dari kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses dinyatakan bahwa “ Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran”. Kompetensi dasar merupakan
jabaran dari standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan
Nasional. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran. Berdasarkan
pengertian di atas, kompetensi dasar yang hendak dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh siswa setelah
proses pembelajaran berlangsung yang ditandai dengan penanda-penanda bahwa
kompetensi dasar ini telah dikuasai siswa yang selanjutnya disebut sebagai indikator
capaian kompetensi.
Indikator capaian kompetensi merupakan penanda-penanda ketercapaian
kompetensi dasar yang harus dirumuskan oleh guru menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan/ atau diukur untuk keperluan penilaian hasil belajar siswa untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran. Dalam sebuah indikator capaian kompetensi
terkandung kata kerja/ perilaku dan materi ajar yang harus dikuasai siswa. Guru perlu
menganalisis materi pembelajaran yang terkandung dalam kompetensi dasar atau indikator
capaian kompetensi sebelum menyusun perencanaan pembelajaran sehingga struktur
materi pembelajaran yang terkandung dalam materi pokok tersebut berupa fakta, konsep,
prinsip dan prosedur dapat diindentifikasi dan disajikan secara terurut, terkait, berjenjang,
luas dan mendalam untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai sehingga konten
materi ajar tersebut dapat dikuasai siswa.
Analisis terhadap materi ajar sangat penting dilakukan oleh guru untuk
merumuskan antisipasi-antisipasi didaktis pedagogis tentang bagaimana seharusnya siswa
belajar dan guru mengajar. Melalui antisipasi ini, guru harus bisa meramalkan kesulitan
belajar siswa tentang materi tertentu dengan menerapkan metode pembelajaran yang telah
ditetapkan oleh guru. Sehingga guru dapat merumuskan tindakan atau menetapkan metode
pembelajaran lainnya untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yang telah diantisipasi oleh
guru sebelumnya. Penerapan metode pembelajaran dan kesulitan belajar siswa yang tidak
diantisipasi oleh guru tentang konten materi ajar tertentu dapat mengakibatkan miskonsepsi
siswa terhadap konten materi ajar tersebut yang selanjutnya berakibat fatal terhadap
penguasaan kompetensi siswa pada jenjang berikutnya. Hal ini dikarenakan adanya
keterkaitan antarkonsep atau antarkonten materi ajar tersebut (intertwinment). Oleh karena
itu, antisipasi dan intervensi guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran
sangat penting sebagai upaya preventif terhadap kesulitan belajar dan miskonsepsi siswa
tentang konten materi ajar tertentu. Kegagalan guru dalam memilih dan menetapkan
metode pembelajaran tentang konten materi ajar tertentu merupakan sumber masalah
pembelajaran yaitu kesulitan belajar dan miskonsepsi siswa. Dengan demikian, guru harus
mengembangkan pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran dan struktur materi
ajar serta karakteristiknya, kemudian menyesuaikan metode pembelajaran tersebut dengan
struktur materi ajarnya. Dengan kata lain, guru harus mengembangkan pengetahuan
tentang pedagogi konten materi ajar pada bidang studi tertentu yang disebut sebagai
Pedagogical Content Knowledge (PCK).
Pembelajaran merupakan proses mencari tahu dan mengembangkan pengetahuan
yang dilakukan oleh siswa dengan bantuan guru hingga tujuannya dapat tercapai.
Pembelajaran bukan hanya sekedar transfer informasi dari guru kepada siswa, tetapi
merupakan proses aktif fisik dan mental siswa dalam mendapatkan pengetahuan yang
dibutuhkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Vargas (2009), “ ... Unfortunately,
presenting is not teaching. You could presents a brilliant lecture in an empty room.
Explaining and demonstrating is often part of the teaching process”. Menurutnya, ceramah
dan demonstrasi merupakan bagian dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran terdiri
dari serangkaian tahap, fase atau sintaks berupa aktivitas siswa dari awal pembelajaran
sampai akhir untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang selanjutnya disebut
sebagai model pembelajaran. Pada suatu model pembelajaran, guru dapat menerapkan
beberapa cara atau jalan supaya materi pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa. Cara atau
jalan ini disebut sebagai metode pembelajaran.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Intervensi guru
dalam pembelajaran sangat menentukan efektivitas pembelajaran. Sehingga seorang guru
idealnya harus selalu memeriksa ulang dan mengevaluasi pembelajaran yang telah
berlangsung. Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai refleksi pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ryan & Cooper (2010).
Ideally, rather than relying on authority, impulse, or unexamined previous
practice, teacher will continually examine and evaluate their attitudes, practices,
effectiveness, and accomplishments. This process of examination and evaluation is
often called reflective teaching. Ryan & Cooper (2010).

Menurutnya, pembelajaran yang reflektif selalu dilakukan oleh guru melalui kegiatan
memeriksa ulang dan mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung secara terus
menerus dan berkelanjutan terkait dengan sikap guru, praktik pembelajaran dan efektivitas
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Orlich (2010) yang menyatakan bahwa “
Reflection is an active mental process that master teachers use consistently as they interact
with students and the curriculum”. Menurutnya, refleksi merupakan proses mental aktif
yang dilakukan oleh guru secara berkelanjutan tentang interaksinya dengan siswa dan
kurikulum. Kurikulum ini merupakan segala hal yang terkait dengan pembelajaran supaya
tujuan pembelajaran tercapai dan kompetensi siswa terkuasai.
Refleksi seorang guru merupakan proses pemecahan masalah pembelajaran dan
pengambilan keputusan-keputusan strategis yang terpadu dalam aktivitas kerja seorang
guru agar proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya lebih baik daripada pertemuan
sebelumnya. Dengan demikian, refleksi pembelajaran dilakukan oleh guru dalam rangka
memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Refleksi pembelajaran dapat dimulai dengan
pertanyaan-pertanyaan reflektif seorang guru yaitu “apa”, “mengapa” dan “bagaimana”
terkait proses pembelajaran yang telah berlangsung.
 “ Apa yang telah saya lakukan selama pembelajaran?”
 “ Apa yang telah siswa kerjakan selama proses pembelajaran?”
 “ Kesulitan belajar apa yang siswa temui selama pembelajaran?”
 “ Mengapa hal tersebut terjadi?”
 “ Bagaimana seharusnya guru mengajar dan siswa belajar?”

Pertanyaan-pertanyaan di atas akan memandu guru untuk merencanakan pembelajaran


yang lebih efektif seperti menentukan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa dan materi ajar. Dengan demikian, guru yang reflektif akan
selalu melakukan analisis terhadap pembelajaran yang telah berlangsung untuk perbaikan
proses pembelajaran. Orlich (2010) menyatakan bahwa karakteristik guru yang reflektif
adalah:
1. Perhatian terhadap siswa (care about students)
2. Memahami konteks sosial persekolahan (Understand the social context of schooling)
3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan selalu bertanya secara reflektif (Question
assumptions)
4. Mengetahui dan menguasai konten (Know content)
5. Mengidentifikasi masalah pembelajaran (Identify problems or issues)
6. Mengumpulkan data-data yang relevan (Collect relevant data)
7. Membuat perencanaan pembelajaran (Construct a plan of operation)
8. Menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang variatif (Use many instructional
strategies)
9. Melaksanakan strategi pemecahan masalah (Practice problem-solving strategies)
10. Berpikir prospektif dan retrospektif (Think prospectively and retrospectively)
11. Melakukan refleksi secara siklik (Realize that reflection is cyclical)
12. Mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran (Evaluate the results and processes used)

Berdasarkan pernyataan di atas, proses refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh


seorang guru sangat dipengaruhi oleh pengetahuan guru tentang kurikulum, konten materi
ajar dan pedagoginya, khususnya pengetahuan guru tentang pedagogi konten materi ajar
(pedagogical content knowledge/ PCK). Rendahnya pengetahuan tersebut menjadi
hambatan bagi sorang guru untuk melakukan refleksi pembelajaran dan mengembangkan
pembelajaran yang efektif.
A third type of knowledge shown by effective teachers is pedagogical content
knowledge, the knowledge that bridges content knowledge and pedagogy.
Pedagogical content knowledge represents the blending of content and pedagogy
into an understanding of how particular topics, problems, or issues are organized,
represented, and adapted to the diverse interests and abilities of learners, and
presented for instruction. Ryan & Cooper (2010).

Menurut pendapat Ryan & Cooper (2010) di atas, PCK merupakan pengetahuan
guru tentang bagaimana mempersembahkan topik-topik, masalah, isu-isu tertentu pada
siswa sehingga siswa dapat memahaminya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, cara
atau jalan yang ditetapkan oleh guru untuk menyampaikan sebuah topik pembelajaran
tersebut disebut sebagai metode pembelajaran. Guru yang memiliki PCK yang rendah
cenderung mengalami kesulitan dalam menetapkan metode pembelajaran, pada akhirnya
guru tersebut keliru dalam menetapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi ajar. Kekeliruan tersebut mengakibatkan kesulitan belajar
siswa dalam mempelajari topik tertentu yang berujung kepada miskonsepsi siswa tentang
topik tersebut dan topik-topik berikutnya seperti ilustrasi berikut.

METODE
KESULITAN MISKONSEPSI
PEMBELAJARAN
BELAJAR SISWA SISWA PADA
YANG TIDAK
PADA TOPIK 1 TOPIK 1
TEPAT TENTANG
TOPIK 1

MISKONSEPSI KESULITAN
SISWA PADA BELAJAR SISWA
dst. TOPIK 2 PADA TOPIK 2

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa kekeliruan seorang guru dalam menetapkan


metode pembelajaran untuk topik tertentu dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa pada
topik tersebut hingga akhirnya siswa mengalami miskonsepsi tentang topik tersebut.
Karena antartopik pada suatu mata pelajaran idealnya saling terkait (intertwinment),
miskonsepsi siswa pada topik tertentu akan mengakibatkan miskonsepsi siswa secara
berkelanjutan untuk topik-topik berikutnya. Cockburn & Littler (2008) menyatakan bahwa
“ ...you feel that simply knowing the misconceptions children hold is not enough and are
intrigued to delve further into why children experience these particular difficulties”.
Menurut mereka, perhatian dan tindak lanjut guru terhadap miskonsepsi siswa akan
diinterpretasikan melalui aktivitas menyelidiki kesulitan belajar siswa tentang topik
tertentu. Lebih jauh lagi mereka menyatakan bahwa “ we will now illustrate each stage of
the theory to help you develop your teaching strategies to enable children gain a deeper
mathematical understanding and, in so doing, lessen the chance of them developing
misconceptions”. Untuk mengurangi miskonsepsi siswa tentang topik tertentu, guru harus
menyusun strategi dan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai sehingga siswa
mampu memahami topik tersebut secara mendalam.
Idealnya, refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru tidak hanya
terfokus pada proses pembelajaran dan materi ajar yang telah diajarkannya, tetapi
karakteristik siswa dan bagaimana interaksi siswa dengan materi ajar merupakan hal
penting lainnya untuk dikaji. Hal ini sesuai dengan pernyataan Orlich (2010) bahwa “
Teachers sometimes forget about the learner and concentrate on the teaching process or
on what is being taught. If lesson planning is to be a useful task, it must always focus on
the interaction between what is to be learned and the learner”. Menurutnya, sebelum guru
mengajar hal yang pertama harus dilakukan adalah mengenali karakteristik siswanya
diantaranya terkait dengan kemampuan awalnya sebelum mempelajari materi pembelajaran
tertentu.
Refleksi pembelajaran dapat dimulai dari apa yang ditemukan guru setelah
pembelajaran berlangsung diantaranya temuan tentang hasil belajar siswa. Selanjutnya,
guru merefleksi proses pembelajaran yang telah berlangsung terkait dengan temuannya
kemudian melihat ulang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai untuk memeriksa ulang
kesesuaian proses pembelajaran tersebut dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, refleksi
pembelajaran merupakan aktivitas resiprokal dari aktivitas merumuskan tujuan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar siswa seperti ilustrasi
berikut.
PEMBELAJARAN

TUJUAN PELAKSANAAN HASIL BELAJAR


PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN SISWA

REFLEKSI PEMBELAJARAN

Stringer (2009) menyatakan bahwa “ They understand the need to take into account
the diverse abilities and characteristics of their students, the complex body of knowledge
and skills that students must acquire, and the diverse learning activities that need to be
engaged”. Guru yang berpengalaman akan memulai pembelajaran dengan mengidentifikasi
kemampuan awal siswa dan karakteristiknya, sehingga proses pembelajaran bukan
merupakan transfer informasi atau pengetahuan yang telah diketahui oleh guru, tetapi
merupakan proses memperoleh informasi atau pengetahuan yang dibutuhkan siswa. Guru
yang berpengalaman memahami pentingnya mempertimbangkan perbedaan kemampuan
dan karakteristik siswa di dalam kelas. Guru tersebut akan menyadari bahwa semakin
kompleks pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai siswa, maka semakin
beragam aktivitas belajar yang harus dilalui siswa selama pembelajaran. Dengan demikian,
aktivitas belajar siswa yang difasilitasi oleh guru sangat berhubungan dengan kompleksitas
dan jenis pengetahuan yang harus dikuasai siswa.
Jenis pengetahuan yang harus dikuasai siswa menurut Anderson terdiri dari
pengetahuan faktual berupa fakta, pengetahuan konseptual berupa konsep dan prinsip,
pengetahuan prosedural berupa prosedur dan pengetahuan metakognisi. Tulisan ini akan
memfokuskan pembahasan kepada jenis pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural.
Sapriya, dkk. (2009) menyatakan bahwa fakta merupakan informasi yang ada/ terjadi
dalam kehidupan sehari-hari yang terjamin kebenarannya. Fakta merupakan dasar dari
konsep, prinsip dan teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan sesuatu. Fakta
diperoleh dari hasil observasi, maka fakta merepresentasikan apa yang dapat diamati.
Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, benda-benda, atau gejala yang memiliki
sifat tertentu atau lambang atau label yang dapat membantu seseorang mengenal, mengerti
dan memahami tentang sesuatu. Prinsip merupakan hasil generalisasi dari hubungan
beberapa konsep. Prosedur terkait dengan bagaimana melakukan atau melaksanakan suatu
aktivitas tertentu.
Guru yang berpengalaman akan menetapkan metode pembelajaran sesuai dengan
karakteristik struktur materi ajarnya. Joyce (2009) menyatakan bahwa pembelajaran
memiliki dua sasaran yaitu sasaran materi dan sasaran proses. Sasaran materi mencakup
informasi, konsep, teori, cara berpikir, nilai, dan materi lain yang harus dipelajari siswa.
Sasaran proses meliputi cara-cara belajar siswa yang difasilitasi oleh guru sehingga siswa
berpartisipasi aktif dan efektif. Menurutnya, proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan
dengan sasaran materi pembelajaran yang hendak dikuasai oleh siswa. Tabel berikut
memberikan gambaran tentang hubungan antara metode pembelajaran dengan karakteristik
struktur materi pembelajaran atau jenis pengetahuan yang hendak dikuasai siswa.
STRUKTUR MATERI METODE PEMBELAJARAN
Fakta Pengamatan, Simulasi
Konsep Ceramah, Diskusi, Tanya jawab, Penemuan
Prinsip Percobaan, Pengamatan, Penemuan
Prosedur Demonstrasi

MATA PELAJARAN
STRUKTUR
Bahasa
MATERI Matematika IPA IPS
Indonesia
Fakta Dadu memiliki Syair memiliki Meja didorong Jakarta
6 sisi rima a a a a bergeser merupakan kota
dengan penduduk
terpadat di
Indonesia
Konsep Sisi adalah Rima adalah Gaya adalah Penduduk adalah
bagian terluar bunyi dari akhir tarikan dan sekumpulan
sebuah bangun setiap baris dorongan individu yang
dalam syair menempati
tempat tertentu

Prinsip Semakin Semakin Semakin besar Semakin banyak


panjang sisi banyak gaya dorong, jumlah penduduk,
pada sebuah perbendaharaan maka semakin maka semakin
persegi, maka kata pada cepat benda tinggi tingkat
semakin besar siswa, semakin bergerak pengangguran
luas dan mudah mereka
kelilingnya membuat
sebuah syair
Prosedur Bagaimana Bagaimana cara Bagaimana Bagaimana cara
mengukur luas membaca mendorong membaca peta
bangun yang sebuah syair benda dengan dunia dengan
tidak beraturan gaya sekecil tepat untuk
mungkin menentukan jarak
sehingga benda dua tempat
bergerak

Materi pembelajaran yang terkandung dalam sebuah kompetensi dasar perlu


dianalisis oleh guru, sehingga materi yang penting tidak terlewatkan oleh guru untuk
dipelajari siswa dengan mempertimbangkan pengetahuan awal siswanya. Arends (2009)
menyatakan bahwa “ ...choosing content can only be done after careful analysis and
inquiry into students’ prior knowledge, the teacher’s understanding of the subject matter,
and the nature of the subject itself”. Pengetahuan awal siswa tentang topik tertentu bisa
jadi merupakan kompetensi prasyarat untuk menguasai kompetensi dasar yang dalam hal
ini merupakan kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran.
Terkuasainya kompetensi prasyarat dan kompetensi dasar tertentu ditandai dengan
kemunculan beberapa indikator. Penanda bahwa siswa telah menguasai kompetensi dasar
disebut sebagai indikator capaian kompetensi. Guru harus menetapkan metode
pembelajaran yang sesuai supaya siswa mampu menguasai kompetensi dasar tertentu
dengan mempertimbangkan indikator-indikator dan kompetensi prasyaratnya. Salend
(2011) menyatakan bahwa “ When choosing methods to differentiate instruction, you
should address students’learning style and preferences”. Menurutnya, pengetahuan awal
siswa tentang topik tertentu sangat menentukan keberhasilan guru dalam menetapkan
metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan topik tersebut.

Ind 2
Ind 1
Ind 2 Met 2
Met 1
Ind 1 Met 2
Met 1
Ind 2
Met 2 KD

Ind1 KP 3
Met 1
KP 2

KP1
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa siswa di dalam kelas memiliki pengetahuan
awal yang beragam tentang topik tertentu. Guru yang berpengalaman akan
mengidentifikasi pengetahuan awal siswa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran
untuk topik inti yang terkandung dalam kompetensi dasar, sehingga guru mengetahui benar
harus mulai darimana pembelajaran akan dilakukan. Ilustrasi berupa tangga di atas
menggambarkan bahwa ketercapaian kompetensi dasar (KD) pada anak tangga paling atas
sangat bergantung pada ketercapaian kompetensi-kompetensi prasyaratnya (KP1, KP2 dan
KP3). Proses belajar siswa mulai dari anak tangga paling bawah sampai pada anak tangga
KD melalui beberapa langkah yang disebut sebagai model pembelajaran, sementara anak
tangga merupakan jalan yang difasilitasi oleh guru supaya siswa mampu mencapai tangga
KD yang selanjutnya disebut sebagai metode pembelajaran. Ketercapaian KP dan KD
tersebut ditandai oleh kemunculan beberapa indikatornya setelah proses pembelajaran yang
menerapkan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan indikator tersebut. Hal ini
diperkuat dengan pendapat Borich (2011).
...some of the characteristic s of your learners that will influence your instruction
are their specific abilities, prior knowledge, learning styles, and home and family
lives. These are the “windows” through which you will see the special needs of your
learners and begin to plan for them. (Borich, 2011).

Menurutnya, proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh karakteristik siswa


diantaranya pengetahuan awal siswa tentang topik yang hendak dipelajarinya. Dengan
demikian, perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru diantaranya menetapkan
konten materi ajar, sumber belajar, tujuan pembelajaran dan metode pembelajaran harus
selalu mempertimbangkan tingkat pemahaman dan pengetahuan awal yang telah dimiliki
oleh siswanya.
Planning with respect to your learners begins by consciously noting their unique
abilities and experiences that can provide you the opportunity to select content,
materials, objectives, and methods that match their current level of understanding
and meet their special learning needs. (Borich, 2011)

Berikut adalah salah satu contoh implementasi proses analisis kompetensi dasar
sampai menjadi antisipasi aktivitas pembelajaran (anticipatory learning experience) untuk
bidang studi Matematika tentang topik Ciri-ciri Bangun Ruang Sederhana Berbentuk
Kubus dan Balok dengan Kompetensi Dasar yaitu Memahami ciri-ciri bangun ruang
sederhana berbentuk kubus dan balok.
Sebelum guru memulai pembelajaran tentang Ciri-ciri Bangun Ruang Sederhana
Berbentuk Kubus dan Balok, guru harus menyadari bahwa siswa tidak akan mampu
menguasai ciri-ciri bangun ruang tersebut jika siswa tidak mengenal atau mengetahui
benda-benda yang berbentuk kubus dan balok, serta unsur-unsur pembentuk bangun ruang
seperti sisi, rusuk dan titik sudut. Dengan demikian, guru perlu memikirkan kompetensi
prasyarat yang harus dikuasai siswa sebagai prasyarat terkuasainya kompetensi dasar
tersebut. Tabel berikut merupakan ilustrasi keterkaitan dimensi pengetahuan dengan enam
dimensi kompetensi menurut Anderson terkait kompetensi dasar tersebut di atas.
Dimensi
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mengkreasi
Pengetahuan
Faktual X
Konseptual X
Prosedural
Metakognitif

Kompetensi Prasyarat: Kompetensi Dasar: Siswa mampu


 Siswa mampu mengingat contoh memahami ciri-ciri bangun ruang
bangun ruang berbentuk kubus dan berbentuk kubus dan balok
balok
 Siswa mampu mengingat bagian sisi,
rusuk dan titik sudut pada bangun ruang
berbentuk kubus dan balok

Pada tabel di atas, kompetensi prasyarat untuk kompetensi dasar tersebut terdiri dari dua
kompetensi prasyarat yaitu:
1. Mengingat contoh bangun ruang berbentuk kubus dan balok
Indikator:
 Menyebutkan contoh bangun ruang berbentuk kubus
Indikator
Capaian Materi Struktur Antisipasi
Aktivitas Guru
Kompetensi Prasyarat Materi Aktivitas Siswa
Prasyarat
Menyebutkan Contoh Fakta  Guru bertanya  Siswa berpikir
contoh bangun bangun ruang kepada siswa dan menjawab
ruang berbentuk berbentuk secara klasikal pertanyaan dari
kubus kubus tentang contoh guru
bangun ruang
berbentuk kubus
(Tanya jawab)
 Guru  Beberapa siswa
memberikan menyampaikan
kesempatan jawabannya
kepada beberapa sementara siswa
orang siswa lain
untuk mendengarkan
menyampaikan dan
jawabannya menanggapinya

 Guru  Siswa
memberikan mendengarkan
penguatan penjelasan guru
dengan tentang contoh-
menyebutkan contoh bangun
contoh-contoh ruang berbentuk
bangun ruang kubus
berbentuk kubus
(Ceramah)

 Menyebutkan contoh bangun ruang berbentuk balok


Indikator
Capaian Materi Struktur Antisipasi
Aktivitas Guru
Kompetensi Prasyarat Materi Aktivitas Siswa
Prasyarat
Menyebutkan Contoh Fakta  Guru bertanya  Siswa berpikir
contoh bangun bangun ruang kepada siswa dan menjawab
ruang berbentuk berbentuk secara klasikal pertanyaan dari
balok balok tentang contoh guru
bangun ruang
berbentuk balok
(Tanya jawab)
 Guru  Beberapa siswa
memberikan menyampaikan
kesempatan jawabannya
kepada beberapa sementara siswa
orang siswa lain
untuk mendengarkan
menyampaikan dan
jawabannya menanggapinya
 Guru  Siswa
memberikan mendengarkan
penguatan penjelasan guru
dengan tentang contoh-
menyebutkan contoh bangun
contoh-contoh ruang berbentuk
bangun ruang balok
berbentuk balok
(Ceramah)

2. Mengingat bagian sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun ruang berbentuk kubus dan
balok
Indikator:
 Menunjukkan unsur-unsur pada bangun ruang berbentuk kubus dan balok (sisi, titik sudut
dan rusuk)
Indikator
Capaian Materi Struktur Antisipasi
Aktivitas Guru
Kompetensi Prasyarat Materi Aktivitas Siswa
Prasyarat
Menunjukkan Unsur-unsur Fakta  Guru  Siswa secara
unsur-unsur pada pada bangun memfasilitasi klasikal
bangun ruang ruang siswa secara mengamati
berbentuk kubus berbentuk klasikal untuk kotak kapur dan
dan balok (sisi, kubus dan mengamati kotak kotak pensil
titik sudut dan balok (sisi, kapur dan kotak
rusuk) titik sudut pensil
dan rusuk) (Pengamatan)
 Guru  Beberapa siswa
menugaskan menunjukkan
beberapa siswa bagian sisi,
untuk rusuk dan titik
menunjukkan sudut pada
bagian sisi, rusuk kotak kapur dan
dan titik sudut kotak pensil
pada kotak kapur
dan kotak pensil

 Guru  Siswa
memberikan memperhatikan
penguatan guru ketika
dengan menunjukkan
menunjukkan bagian sisi,
bagian sisi, rusuk rusuk dan titik
dan titik sudut sudut pada
pada kotak kapur kotak kapur dan
dan kotak pensil kotak pensil

Setelah guru merumuskan kompetensi prasyarat, indikator capaiannya dan


pengalaman belajar siswa untuk mencapai kompetensi prasyarat tersebut, selanjutnya guru
merumuskan indikator kompetensi dasar dan pengalaman belajar siswa untuk mencapai
kompetensi dasar tersebut.

Kompetensi Dasar: Memahami ciri-ciri bangun ruang berbentuk kubus dan balok

Indiaktor:

 Menjelaskan ciri-ciri bangun ruang berbentuk kubus


 Menjelaskan ciri-ciri bangun ruang berbentuk balok

Indikator
Capaian Materi Struktur Antisipasi
Aktivitas Guru
Kompetensi Pokok Materi Aktivitas Siswa
Dasar
 Menjelaskan Ciri-ciri  Konsep  Guru  Siswa
ciri-ciri bangun mengondisikan mengamati
bangun ruang ruang siswa untuk ulang benda
berbentuk berbentuk mengamati ulang berbentuk kotak
kubus kubus dan benda berbentuk kapur dan kotak
 Menjelaskan balok kotak kapur dan pensil
ciri-ciri kotak pensil
bangun ruang (Pengamatan)
berbentuk  Guru  Seluruh siswa
balok memfasilitasi membilang
siswa untuk banyaknya sisi
membilang pada kotak
banyaknya sisi kapur dan kotak
pada kotak kapur pensil
dan kotak pensil
(Diskoveri)
 Guru  Seluruh siswa
memfasilitasi membilang
siswa untuk banyaknya
membilang rusuk pada
banyaknya rusuk kotak kapur dan
pada kotak kapur kotak pensil
dan kotak pensil
(Diskoveri)
 Guru  Seluruh siswa
memfasilitasi membilang
siswa untuk banyaknya titik
membilang sudut pada
banyaknya titik kotak kapur dan
sudut pada kotak kotak pensil
kapur dan kotak
pensil
(Diskoveri)
 Guru  Siswa
memberikan mendengarkan
penguatan penjelasan guru
dengan tentang ciri-ciri
menyebutkan bangun ruang
ciri-ciri bangun berbentuk kubus
ruang berbentuk dan balok
kubus dan balok

 Guru bersama  Siswa


siswa menyimpulkan
menyimpulkan ciri-ciri bangun
ciri-ciri bangun ruang berbentuk
ruang berbentuk kubus dan balok
kubus dan balok

Kemunculan masing-masing indikator baik pada kompetensi prasyarat maupun


kompetensi dasar difasilitasi oleh satu paket proses pembelajaran yang terdiri dari aktivitas
guru dan siswa. Satu proses pembelajaran untuk satu indikator tertentu di atas terdiri dari
beberapa metode pembelajaran. Rangkaian proses pembelajaran mulai dari kompetensi
prasyarat sampai kompetensi dasar merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk menguasai kompetensi minimal yang disebut sebagai kompetensi dasar.
Model pembelajaran di atas terdiri dari metode pengamatan, tanya jawab, ceramah dan
diskoveri. Aktivitas pembelajaran untuk kompetensi dasar di atas juga dapat dilakukan
melalui kegiatan pengamatan dan tanya jawab antara guru dengan siswa sebagai berikut.
 Guru: “ Coba sebutkan contoh benda di ruangan kelas ini yang berbentuk kubus?”
Siswa: “ kotak kapur “
 Guru: “ Coba amati!, Bagian mana yang merupakan sisi pada kotak kapur ini?”
Siswa: “ bagian pinggir”
 Guru: “ Coba bilang!, Berapa banyak sisi pada kotak kapur ini?”
Siswa: “ enam sisi”
 Guru: “ Apa ciri-ciri kotak kapur ini?”
Siswa: “ memiliki 6 sisi”
 Guru: “ Coba sebutkan contoh benda di ruangan kelas ini yang berbentuk balok?”
Siswa: “ kotak pensil”
 Guru: “ Amati! Bagian mana yang merupakan sisi pada kotak pensil ini?”
Siswa “ bagian pinggir”
 Guru: “ Bilanglah! Berapa banyak sisi pada kotak pensil ini?”
Siswa: “ enam sisi”
 Guru: “ Apa ciri kotak pensil ini?”
Siswa: “ memiliki 6 sisi”
 Guru: “ Dengan demikian, Apa ciri bangun ruang berbentuk kubus dan balok?”
Siswa: “ Sama-sama memiliki 6 sisi”
 dst.
Kedua rangkaian aktivitas tersebut di atas dapat membimbing siswa sampai mereka dapat
menemukan ciri-ciri bangun ruang sederhana berbentuk kubus dan balok yaitu memiliki 6
sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut.
Kekeliruan guru dalam menetapkan metode pembelajaran untuk topik di atas
misalnya dengan hanya ceramah, dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa tentang topik
tersebut misalnya pengetahuan tentang ciri-ciri bangun ruang berbentuk kubus dan balok di
atas tidak terskemakan dengan baik pada skemata benak siswa. Akhirnya, terjadi
miskonsepsi tentang topik tersebut sebagai contoh siswa menganggap bahwa “ benda
berbentuk kubus bukan merupakan balok”. Padahal, “ benda berbentuk kubus merupakan
balok” adalah konsep yang benar.
Refleksi pembelajaran merupakan aktivitas yang sangat penting bagi seorang guru
untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Temuan guru tentang hasil belajar siswa
misalnya miskonsepsi siswa akan dikaji melalui serangkaian aktivitas reflektif
berkelanjutan seperti mengkaji ulang kesulitan belajar siswa, kemudian mengkaji ulang
proses pembelajaran yang menjadi penyebab kesulitan belajar dan miskonsepsi siswa
tentang topik tertentu. Kualitas proses pembelajaran yang telah berlangsung sangat
ditentukan oleh ketepatan guru dalam menetapkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa dan materi ajarnya. Kekeliruan dan kegagalan guru dalam
memilih dan menetapkan metode pembelajaran merupakan sumber kesulitan belajar dan
miskonsepsi siswa.
2. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Pendekatan PENDEKATAN SAINTIFIK Pendekatan


Kualitatif
Kuantitatif
Pengetahuan Menemukan
D I
Menguji
E N
Pengetahuan
D D
U U
Keteramp Keteramp Keteramp Keteramp
ilan ilan
K K ilan ilan
Proses Proses T T Proses Proses
dan Sikap dan Sikap I I dan Sikap dan Sikap
Ilmiah Ilmiah F F Ilmiah Ilmiah

Membangun
Mengamati Menanya Menalar Mencoba
Jejaring

P
Rationalism E
Empiricicm N
D G
U E
G T
A A
A H
N U
A
N

PEMBELAJARAN ADALAH PROSES ILMIAH


(PROSEDUR METODE ILMIAH), “Belajar adalah Meneliti”
a. Hakikat Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran merupakan proses interaksi antarsiswa dan antara siswa dengan
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Untuk menciptakan proses dan
lingkungan belajar yang efektif, diperlukan cara pandang guru terhadap pembelajaran
secara tepat yang disebut sebagai pendekatan pembelajaran yang mengandung makna
tentang bagaimana persepsi guru terhadap pembelajaran misalnya persepsi guru bahwa
“ belajar adalah proses aktif secara ilmiah yang dilakukan oleh siswa”, sehingga guru
berusaha untuk mengaktifkan siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.
Idealnya, dalam sebuah pendekatan pembelajaran, guru memikirkan bagaimana caranya
agar siswa aktif mencari tahu bukan diberi tahu oleh guru atau disebut sebagai
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).
Belajar merupakan proses ilmiah dalam rangka mencari, menemukan,
mendapatkan, dan mengembangkan pengetahuan (fakta, konsep, prinsip dan teori) yang
melibatkan pendekatan rasional (rationalism) dan pendekatan empirik (empiricicm).
Pendekatan rasional melibatkan aktivitas ilmiah (mengamati, menanya dan menalar)
yang menghasilkan dugaan-dugaan (hipotesis), sedangkan pendekatan empirik
melibatkan aktivitas ilmiah (mengumpulkan informasi, mencoba dan menyimpulkan)
dalam rangka menguji atau memvalidasi hipotesis secara empirik yang dihasilkan dari
pendekatan rasional untuk menghasilkan pengetahuan. Dengan demikian, idealnya
pembelajaran merupakan kegiatan “meneliti” yang melibatkan dua pendekatan tersebut
(rasional dan empirik) yang pada implementasinya melibatkan keterampilan proses
ilmiah, prosedur ilmiah dan aktivitas berpikir ilmiah siswa.
Pada pembelajaran yang berbasis penelitian, siswa diarahkan untuk aktif
mencari solusi atau jawaban terkait hal-hal yang ingin mereka ketahui atau hal-hal yang
tidak mereka pahami dari apa yang mereka amati. Rasa ingin tahu siswa
diinterpretasikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan (kegiatan menanya). Selanjutnya,
siswa memanfaatkan pengetahuan awalnya (prior knowledge) melalui kegiatan menalar
untuk menduga atau memprediksi jawaban dari pertanyaannya. Hasil dari kegiatan
menalar adalah hipotesis/ dugaan jawaban dari pertanyaannya. Dugaan siswa kemudian
diuji melalui serangkaian kegiatan mencoba, mengumpulkan informasi dan
mengasosiasi. Jawaban dari pertanyaannya setelah diuji atau divalidasi secara empririk,
kemudian dikomunikasikan kepada siswa lain dan guru untuk mendapatkan tanggapan
dan penguatan.
Berdasarkan paparan di atas, pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat
mengarahkan siswa untuk meneliti dan berpikir secara sistematis dalam menemukan
jawaban yang sebelumnya menjadi masalah atau pertanyaannya. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang sesuai mengarah kepada konsep pembelajaran berbasis penelitian,
sebagai pendekatan yang tidak terlepas dari proses berpikir ilmiah, metode ilmiah dan
keterampilan proses yang merupakan hakikat sains sebagai proses (keterampilan proses
ilmiah). Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
sesuai dengan hakikat sains sebagai proses adalah pendekatan saintifik.
b. Definisi
Pendekatan pembelajaran saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang
dirancang agar siswa aktif mengkonstruksi konsep, prinsip atau teori melalui tahapan-
tahapan mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba,
menganalisis data dan menarik kesimpulan (mengasosiasi) dan mengomunikasikan
konsep, prinsip atau teori yang ditemukan. Inti dari pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan saintifik adalah aktivitas observasi (pengamatan).
c. Karakteristik
Karakteristik pembelajaran di sekolah dasar dengan menerapkan pendekatan
saintifik adalah sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa.
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, prinsip atau
teori (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba,
mengasosiasi dan mengomunikasikan)
3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4) Dapat mengembangkan karakter siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja keras, pantang
menyerah, komunikatif, dll.)
d. Tujuan
Tujuan pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan saintifik
adalah sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematis.
3) Terciptanya kondisi pembelajaran yang mendorong minat dan keinginan siswa
bahwa belajar merupakan kebutuhan.
4) Untuk melatih keterampilan proses ilmiah siswa (mengamati, menanya, menalar,
mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan).
5) Diperolehnya hasil belajar siswa yang tinggi
6) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-idenya.
7) Untuk mengembangkan karakter/ sikap ilmiah siswa (teliti, rasa ingin tahu, kerja
keras, pantang menyerah, komunikatif, dll.)

e. Prinsip-prinsip
Beberapa prinsip pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan pendekatan
saintifik adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa dalam mengamati, menanya, menalar,
mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan.
2) Pembelajaran mengarah kepada penemuan dan pengembangan pengetahuan oleh
siswa dan terhindar dari verbalisme (transfer pengetahuan).
3) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan keterampilan
proses ilmiah (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi/ mencoba,
mengasosiasi dan mengomunikasikan).
5) Adanya proses validasi terhadap konsep, prinsip atau teori yang dikonstruksi siswa
baik melalui penguatan oleh guru maupun siswa.

f. Prosedur Implementasi Pendekatan Saintifik


Berikut dijelaskan prosedur implementasi pendekatan saintifik untuk setiap
kegiatan pokok pada pendekatan saintifik berdasarkan Permendikbud Nomor 103 tahun
2014.
a. Kegiatan Mengamati
1) Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan membaca, melihat, menyimak, menonton,
mendengar, merasa, meraba, mencium dan sebagainya dengan menggunakan panca
indera (mata, hidung, telinga, kulit dan lidah) tanpa atau menggunakan alat bantu
(teleskop, stetoskop, angket, kuesioner, interviu, dll.).
2) Kegiatan ini didasari oleh kesadaran akan objek observasi.
3) Hasil dari kegiatan mengamati adalah skema dari fakta/ fenomena.
4) Guru harus menyusun indikator-indikator pengamatan yang dilakukan siswa.
5) Kompetensi yang dikembangkan pada langkah mengamati adalah kesungguhan dan
ketelitian.
6) Guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengamati sesuai
dengan indikator.

Langkah-langkah dalam kegiatan mengamati terdiri dari:


1) Guru menentukan objek yang akan diamati
2) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun dan pelacak
Contoh:
“ Apa yang kalian amati?”
“ Bagaimana kalau ...?”
3) Guru mengecek apakah yang diamati peserta didik sudah tepat
Contoh:
“ Ceritakan apa yang telah kalian amati!”

b. Kegiatan Menanya
1) Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan,
tanya jawab dan sebagainya.
2) Kegiatan ini merupakan perwujudan dari rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang
tidak dipahaminya.
3) Pada saat siswa menanya, guru harus memfokuskan pada pertanyaan yang sesuai
dengan cakupan materi.
4) Bentuk pertanyaan dari siswa dapat berupa pertanyaan faktual, konseptual,
prosedural atau hipotetik.
a) Contoh Pertanyaan Faktual:
“ Apa nama benda itu?”
“ Dimana itu terjadi?”
“ Kapan kejadiannya?”
Jawabannya berupa Fakta
b) Contoh Pertanyaan Konseptual:
“ Apa yang dimaksud dengan ...?”
“ Pengertian dari gaya itu apa?”
Jawabannya berupa Konsep
c) Contoh Pertanyaan Prosedural:
“ Bagaimana caranya?”
“ Bagaimana menggunakannya?”
“ Bagaimana melakukannya?”
Jawabannya berupa Prosedur
d) Contoh Pertanyaan Hipotetik
“ Mengapa bisa begitu?”
“ Mengapa itu terjadi?”
Jawabannya berupa Prinsip atau Generalisasi

5) Guru harus menyusun indikator-indikator pertanyaan yang baik dan tepat


6) Kegiatan menanya dapat mengembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu
7) Guru harus menilai proses pada saat siswa membuat, menyusun dan menyampaikan
pertanyaannya.

Langkah-langkah dalam kegiatan menanya terdiri dari:


1) Guru memastikan bahwa apa yang diamati siswa sudah tepat
2) Guru memberikan stimulus supaya siswa berani bertanya
3) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun supaya muncul pertanyaan dari
siswa sesuai dengan yang guru harapkan
4) Guru memfokuskan pertanyaan-pertanyaan siswa pada pertanyaan yang sesuai
dengan materi atau apa yang akan dicari oleh siswa
5) Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani bertanya dan
motivasi bagi siswa yang belum berani bertanya

c. Kegiatan Mengumpulkan Informasi/ Mencoba


1) Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan eksperimen, mencoba sesuatu, membuat
sesuatu, mendemonstrasikan, meniru gerak, membaca berbagai sumber,
mewawancara narasumber dan sebagainya.
2) Guru perlu menyusun indikator-indikator bahwa siswa mengumpulkan informasi
dengan benar dan tepat
3) Guru melakukan penilaian proses ketika siswa melaksanakan kegiatan
mengumpulkan informasi
4) Hasil dari kegiatan ini berupa data/ informasi

Langkah-langkah dalam kegiatan mengumpulkan informasi terdiri dari:


1) Guru merumuskan tujuan pengumpulan informasi yang akan dilakukan
2) Guru bersama siswa menyiapkan perlengkapan
3) Siswa memperhitungkan tempat dan waktu
4) Guru menyediakan kertas kerja untuk mengarahkan kegiatan siswa
5) Siswa mengumpulkan informasi menggunakan kertas kerjanya
6) Guru mengumpulkan hasil kerja siswa dan mengevaluasinya

d. Kegiatan Menalar/ Mengasosiasi


1) Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi, menganalisis data,
menemukan pola, menyimpulkan dan sebagainya.
2) Hasil dari kegiatan ini adalah data/ informasi yang telah diolah dan digeneralisasi
3) Guru perlu merumuskan indikator-indikator bahwa siswa melakukan kegiatan
mengasosiasi dengan tepat
4) Guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengasosiasi
Langkah-langkah dalam kegiatan mengasosiasi terdiri dari:
1) Siswa mencermati data/ informasi satu per satu
2) Siswa mengolah data/ informasi tersebut
3) Siswa melihat keunikan dari kumpulan informasi/ data tersebut dan mengambil
benang merahnya (menyimpulkan)

e. Kegiatan Mengomunikasikan
1) Kegiatan ini dapat dilakukan melalui presentasi, pajang karya, menyajikan laporan
secara lisan atau tertulis mulai dari proses, hasil dan kesimpulan.
2) Guru harus merumuskan indikator-indikator bahwa siswa mengomunikasikan
dengan tepat
3) Guru harus menilai proses ketika siswa melakukan kegiatan mengomunikasikan

Langkah-langkah dalam kegiatan mengomunikasikan terdiri dari:


1) Siswa menentukan apa yang akan dikomunikasikan
2) Siswa menentukan siapa yang akan menjadi penerima informasi
3) Siswa memikirkan bagaimana cara mengomunikasikan supaya penerima informasi
bisa menerimanya atau memahaminya.
4) Siswa memberikan kesempatan kepada penerima informasi untuk bertanya hal-hal
yang belum dipahaminya
5) Kelima kegiatan pokok (5M) di atas adalah aktivitas minimal,
guru dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan

Permendikbud nomor 65 tahun 2013 dan 103 tahun 2014 menghendaki


pembelajaran saintifik diperkuat dengan pembelajaran berbasis penemuan atau
penyingkapan (diskoveri), penelitian atau penyelidikan (inkuiri), pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran berbasis proyek. Alasannya sangat rasional yaitu karena pada
keempat pembelajaran tersebut terdapat proses belajar yang melibatkan lima kegiatan
pokok pada pendekatan saintifik. Berikut adalah hubungan antara lima kegiatan pokok
pada pendekatan saintifik dan sintaks-sintaks pada keempat pembelajaran di atas.
Tabel 1. Hubungan antara 5M dengan Sintaks pada Pembelajaran Diskoveri dan
Inkuiri
Sintaks pada Pembelajaran Diskoveri dan
Kegiatan Pokok 5M
Inkuiri
Mengamati Stimulation (memberikan rangsangan)

Menanya Problem Statement (menyatakan


masalah)
Mengumpulkan Informasi Data Collection
(mengumpulkan data)
Data Processing, Verification and
Mengasosiasi Generalization
(memproses, memverifikasi dan menyimpulkan
data)
Mengomunikasikan Disemination (mengomunikasikan)

Tabel 1. Hubungan antara 5M dengan Sintaks pada Pembelajaran Berbasis Masalah


Sintaks pada Pembelajaran Berbasis
Kegiatan Pokok 5M
Masalah
Problem Situation, Clarification of
Mengamati Concept and Terms (orientasi
masalah)
Menanya Problem Definition and Analysis
(mendefinisikan masalah)
Mengumpulkan Informasi Building Explanation
(membimbing penyelidikan individu)
Mengasosiasi Synthesis Explanation
(membangun penjelasan)
Mengomunikasikan Presentation and Evaluation (menyajikan
hasil karya dan mengevaluasi kegiatan)

Tabel 1. Hubungan antara 5M dengan Sintaks pada Pembelajaran Berbasis Proyek


Sintaks pada Pembelajaran Berbasis
Kegiatan Pokok 5M
Proyek
Mengamati Orientasi masalah
Menanya Penentuan pertanyaan mendasar

Mengumpulkan Informasi/ Mencoba Menyusun perencanaan dan jadwal,


melaksanakan dan memonitor proyek
Mengasosiasi Menguji hasil
Mengomunikasikan Mengevaluasi pengalaman
g. Prosedur Implementasi Pendekatan Saintifik Berbasis Penemuan/ Diskoveri dan
Penelitian/ Penyelidikan/ Inkuiri (Berbasis Prosedur Metode Ilmiah)
Dalam proses kerja yang sesuai dengan kriteria ilmiah atau pendekatan saintifik,
para ilmuwan melakukan penalaran induktif (inductive reasoning) yang memandang
fenomena atau situasi spesifik kemudian menarik simpulan secara keseluruhan, dan
penalaran deduktif (deductive reasoning) yang memandang teori umum untuk
diterapkan pada fenomena atau situasi spesifik. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 65
tahun 2013 tentang Standar Proses yang menyatakan bahwa “ Untuk memperkuat
pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu dan tematik perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian”. Berdasarkan pernyataan tersebut,
pendekatan saintifik memosisikan makna belajar adalah “meneliti”. Sehingga lima
kegiatan pokok dalam pendekatan saintifik berbasis penelitian yang meliputi kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan
mengomunikasikan idealnya dilakukan secara terurut sesuai dengan prosedur pada
metode ilmiah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang tertera pada Permendikbud
Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah “ Pendekatan saintifik/ pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan
pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan
mengomunikasikan”. Dapat disimpulkan bahwa kelima kegiatan pokok pada
pendekatan saintifik seyogyanya dilakukan secara terurut mulai dari kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan
mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik berbasis penelitian berhubungan erat dengan


prosedur metode ilmiah

Berikut adalah prosedur implementasi pendekatan saintifik berbasis penelitian atau


prosedur ilmiah.
1) Untuk lebih memudahkan pemahaman, kelima kegiatan pokok pada pendekatan
saintifik berbasis penelitian dapat diilustrasikan dalam kegiatan menanya, menjawab,
dan mengomunikasikan jawaban. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
pengamatan terhadap fenomena atau objek pengamatan. Selanjutnya, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanya tentang hal-hal yang perlu
diketahuinya atau hal-hal yang belum dipahaminya (Menanya). Jawaban dari
pertanyaannya secara empirik didapatkan siswa melalui aktivitas mengumpulkan
informasi/ mencoba dan mengasosiasi (Menjawab). Jawaban tersebut kemudian
dikomunikasikan oleh siswa secara lisan atau tulisan kepada siswa lain dan guru
untuk mendapatkan tanggapan dan penguatan (Mengomunikasikan).
2) Kegiatan belajar inti dimulai dengan kegiatan mengamati benda atau fenomena
(objek penelitian). Hasil dari kegiatan mengamati berupa fakta atau pengetahuan
faktual.
3) Ketika siswa melakukan pengamatan, diharapkan akan muncul rasa ingin tahu
terhadap hal-hal yang tidak dipahaminya dari apa yang diamatinya. Interpretasi rasa
ingin tahu siswa adalah sejumlah pertanyaan faktual, konseptual, prosedural bahkan
sampai pada pertanyaan hipotetik. Bentuk pertanyaan siswa yang diharapkan pada
pendekatan saintifik berbasis penelitian adalah pertanyaan hipotetik yang
mengarah pada berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking) yang sesuai dengan
objek pengamatan dan materi ajar.
Contoh Pertanyaan Hipotetik:
“ Mengapa bisa begitu?”
“ Mengapa itu terjadi?”
Jawabannya berupa Prinsip atau Generalisasi

4) Kegiatan menanya oleh siswa diharapkan berupa pertanyaan-pertanyaan hipotetik


yang sesuai dengan objek pengamatan dan materi ajar, serta mengarah kepada hal-
hal yang ingin ditemukan oleh siswa. Jika tidak ada pertanyaan yang sesuai harapan,
maka guru yang memberikan pertanyaan agar dijawab oleh siswa melalui kegiatan
mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan.
5) Kegiatan menanya berhubungan dengan kegiatan menalar/ menduga yang
melibatkan pengetahuan awal yang dimilikinya (prior knowledge), siswa menduga
jawaban dari apa yang ditanyakannya. Kegiatan ini menghasilkan hipotesis (dugaan).
Contoh tanya jawab guru dan siswa
Guru: “ Menurutmu, mengapa itu terjadi?”
Siswa: “ Menurut saya, itu terjadi karena ...”
Hasilnya berupa Hipotesis
6) Untuk menjawab pertanyaan atau untuk menguji dugaan, siswa melakukan kegiatan
mencoba atau mengumpulkan data/ informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah jawaban
dari pertanyaan berupa sejumlah informasi/ data yang masih tercecer.
7) Siswa mengolah data/ informasi yang masih tercecer, kemudian dilihat polanya
untuk selanjutnya menarik kesimpulan dari data/ informasi tersebut (mengasosiasi).
Hasil dari kegiatan ini adalah jawaban dari pertanyaan siswa.
8) Jawaban tersebut disampaikan kepada guru dan siswa lain melalui kegiatan
mengomunikasikan. Pada kegiatan ini, guru dan siswa lain memvalidasi jawaban
atau hal-hal yang dikomunikasikan.
9) Kelima kegiatan pokok pada pendekatan saintifik dapat dilakukan dalam satu
pertemuan/ pembelajaran atau lintas pertemuan/ pembelajaran.
Misalnya:
a) Pembelajaran 1 dilakukan dua kegiatan pokok yaitu mengamati dan menanya
b) Pembelajaran 2 dilakukan dua kegiatan pokok yaitu mengumpulkan informasi/
mencoba dan mengasosiasi
c) Pembelajaran 3 dilakukan kegiatan mengomunikasikan
11) Jika hal-hal yang harus ditemukan siswa banyak dan beragam, pendekatan saintifik
dapat dilaksanakan secara kelompok (kolaboratif).
Misalnya:
a) Kelompok 1 menemukan atau menyelidiki masalah A
b) Kelompok 2 menemukan atau menyelidiki masalah B
c) Kelompok 3 menemukan atau menyelidiki masalah C

Pada kegiatan mengomunikasikan, setiap kelompok menyampaikan proses dan hasil


temuannya, sehingga kelompok 1 dan 2 mengetahui proses dan hasil temuan dari
kelompok 3 dan begitu juga sebaliknya sehingga pengetahuan yang didapatkan
seluruh siswa tetap utuh.
12) Kelima kegiatan pokok pada pendekatan saintifik berbasis penelitian dilaksanakan
untuk materi yang sama (memperhatikan keterurutan dan keterkaitan).
Misalnya:
a) Mengamati terhadap objek A
b) Menanya tentang objek A
c) Mengumpulkan informasi tentang objek A
d) Mengasosiasi data/ informasi tentang objek A
e) Mengomunikasikan jawaban atas pertanyaan tentang objek A
13) Fase belajar siswa yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi telah
diwakili oleh aktivitas pokok 5M.
a) Kegiatan mengamati dan menanya merupakan kegiatan pada fase eksplorasi
b) Kegiatan mengumpulkan informasi/ mencoba dan mengasosiasi merupakan
kegiatan pada fase elaborasi
c) Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan pada fase konfirmasi

Guru Kreatif
Kreativitas guru menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan
pembelajaran. Guru yang kreatif akan memilih dan mengembangkan pembelajaran
yang menerapkan pendekatan saintifik sesuai dengan kemampuan guru dan
karakteristik mata pelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran dan siswa serta
bentuk pertanyaan siswa. Berikut adalah prosedur penerapan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran.
1) Kenalilah kemampuan guru sendiri, karakteristik siswa, kompetensi dasar, mata
pelajaran yang terkait dengan tema, materi ajar dan bentuk pertanyaan siswa!
2) Pilihlah pendekatan saintifik yang akan diterapkan dalam pembelajaran sesuai
dengan karakteristik di atas (pendekatan saintifik berbasis penelitian atau
pendekatan saintifik dengan kegiatan 5M yang tidak terurut)!
3) Jika tidak memungkinkan untuk melaksanakan pendekatan saintifik berbasis
penelitian, maka terapkanlah pendekatan saintifik dengan kegiatan 5M yang tidak
terurut!
4) Kembangkanlah kelima kegiatan pokok pada pendekatan saintifik sesuai dengan
karakteristik di atas!
5) Kelima kegiatan pokok pada pendekatan saintifik dilakukan oleh siswa, guru
bertugas sebagai fasilitator agar kegiatan 5M berjalan dengan baik.
B. Bahan Aspek Praktik
Praktik kegiatan In1 untuk materi Pedagogi Praktis dan Pedagogical Content
Knowledge mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
 Materi Pedagogi
1. Narasumber menyampaikan materi tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK),
Analisis Kompetensi Dasar, Learning Experience dan refleksi.
2. Narasumber mengelompokkan peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jenjang kelas (Contoh: Kelompok kelas 11, 12 dan 13).
3. Narasumber menugaskan setiap kelompok untuk menetapkan Kompetensi Dasar pada
jenjang kelas sesuai kelompoknya yang akan dipelajari pada pertemuan-pertemuan
pembelajaran di sekolah berikutnya.
4. Setiap kelompok melakukan analisis kompetensi dasar sesuai dengan format sehingga
dihasilkan beberapa indikator capaian kompetensi sesuai dengan KD yang dianalisisnya
5. Sesuai dengan indikator capaian kompetensi, setiap kelompok membuat peta learning
experience siswa sesuai dengan format dan mengembangkannya menjadi LKS (Lembar
Kerja Siswa).
6. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, sementara kelompok lain
menanggapinya.
7. Narasumber memberikan penguatan.
8. Setiap kelompok melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

 Materi Konten
1. Narasumber menyampaikan materi tentang Struktur Materi Pelajaran dan Analisis
Materi Pelajaran.
2. Setiap kelompok sesuai pengelompokkan pada saat materi Pedagogi melakukan analisis
materi pelajaran sesuai dengan KD pada saat materi Pedagogi.
3. Setiap kelompok mengembangkan bahan ajar/ handout sesuai dengan hasil analisis
materi pelajaran.
4. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, sementara kelompok lain
menanggapinya.
5. Narasumber memberikan penguatan
6. Setiap kelompok menetapkan guru model untuk praktik peerteaching.
7. Guru model dari setiap kelompok mempraktikkan seluruh hasil kerjanya sesuai dengan
KD pada kelompoknya dalam peerteaching, dan langsung diikuti dengan kegiatan
refleksinya.
8. Narasumber memberikan penguatan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Format Analisis Kompetensi Dasar

ANALISIS KOMPETENSI DASAR

Mata Pelajaran :

Kompetensi Dasar :

Dimensi
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Mengkreasi
Pengetahuan
Faktual X
Konseptual X
Prosedural
Metakognitif

Kompetensi Prasyarat: Kompetensi Dasar: ........


 ........
 ........

NO. Kata Kerja pada KD Materi pada KD


1. ................................................................................. ...................................................................................
2. Ranah Kompetensi ........................ (Kognitif, Afektif, atau Psikomotor)
pada KD
3. Aspek Kompetensi ........................ (Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, dll.)
pada KD
4. Kata Kerja untuk  .......
Indikator Pencapaian  .......
Kompetensi
5. Materi Prasyarat  .......
 .......
6. Materi Pokok  ........

7. Indikator Pencapaian  ......


Kompetensi  ......
Format Pemetaan Learning Experience

A. Kompetensi Prasyarat: .................................................................................................

Indikator
Struktur
Capaian Materi Antisipasi
Materi Aktivitas Guru
Kompetensi Prasyarat Aktivitas Siswa
Prasyarat
Prasyarat
............................. ..................... ...............  ........................  ........................
............................ .....................  .......................  ........................
............................ .....................  .......................  ........................

B. Kompetensi Dasar: .........................................................................................................

Indikator
Struktur
Capaian Materi Antisipasi
Materi Aktivitas Guru
Kompetensi Pokok Aktivitas Siswa
Pokok
Dasar
............................. ..................... ...............  ........................  ........................
............................ .....................  .......................  ........................
............................ .....................  .......................  ........................
Format Analisis Materi Pelajaran

ANALISIS MATERI PELAJARAN

Mata Pelajaran :

Kompetensi Dasar :

PETA KONSEP

No. ASPEK
1 KETERKAITAN MATERI
a. Materi Prasyarat
1) Fakta:
 ....
 ....
 ....
2) Konsep:
 ....
 ....
 ....

3) Prinsip:
 ....
 ....
 ....
4) Prosedur:
 ....
 ....
 ....

b. Materi Pokok
1) Fakta:
 ....
 ....

2) Konsep:
 ....
 ....
3) Prinsip:
 ....
 ....
4) Prosedur:
 ....
 ....
c. Materi Penunjang/ Pengembangan
1) Fakta:
 .....

2) Konsep:
 .....

3) Prinsip:
 .....
4) Prosedur:
 .....
2 KETERURUTAN
 .......
 .......
 .......
 .......
3 KELUASAN
 .......
 .......
 .......
 .......
4 KEDALAMAN
 .......
 .......

Anda mungkin juga menyukai