PROPOSAL MALARIA
Disusun Oleh :
16.031
SEMARANG
2016/2017
ABSTRACT
A. LATAR BELAKANG
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk memperoleh gambaran penyakit Malaria Tropika (Malaria
Falciparum) pada usia produktif.
2. TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui bagaimana daur hidup Plasmodium
falciparum hingga dapat menyebabkan penyakit Malaria Tropika pada
manusia.
D. MANFAAT PENELITIAN
E. HIPOTESIS
1. Secara Alamiah
2. Secara Non-Alamiah
Malaria bawaan (kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang
ibunya menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada
sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang
infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain melalui plasenta, penularan malaria
tropika dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat. Gejalanya berupa
demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel),
pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan ataupun minum, serta kulit
dan selaput lendir berwarna kuning. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi
kongenital lainnya, seperti toxoplasmosis, rubella, sifillis kongenital dan anemia
hemolitik.
b. Penularan mekanik (transfusion malaria)
Istilah malaria diambil dari dua kata Bahasa Italia, yaitu mal (buruk)
dan area (udara) atau udara buruk. Karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-
rawa yang mengeluarkan bau busuk. Berikut ini adalah beberapa difinisi penyakit
malaria dan Malaria Falciparum :
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh Plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. Infeksi malaria ini memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia
dan splenomegaly. Dapat berlangsung akut ataupun kronik
Malaria adalah penyakit menular endemik di banyak daerah hangat di
dunia, disebabkan oleh protozoa obligat seluler genus Plasmodium, biasanya
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Penyakit ini
ditandai dengan keadaan ta berdaya dengan demam tinggi paroksismal, serangan
menggigil, berkeringat, anemia dan splenomegaly yang dapat menyebabkan
kematian, sering menyebabkan komplikasi berat, malaria selebral dan anemia.
Interval antara tiap serangan kadangkala periodik, ditentukan oleh waktu yang
diperlukan untuk berkembangnya satu generasi baru parasit di dalam tubuh.
Setelah permulaan penyakit ini, dapat diikuti perjalanan penyakit yang kronik atau
baik. Disebut jugaplaudism. Nama lamanya mencakup ague dan jungle, malarial
Ada empat spesies dari genus Plasmodium yang dapat menimbulkan infeksi pada
manusia. Keempat spesies ini adalah :
1. Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum penyebab penyakit Malaria Tropika / Malaria
Falciparum (Welch, 1897). Masa sporulasinya setiap 1-2 x 24 jam. Dengan gejala
demam timbul tak menentu. Sel darah merah yang diinfeksi tidak membesar,
infeksi multiple dalam sel darah merah sangat khas. Adanya bentuk-bentuk cincin
halus yang khas dengan titik kromatin rangkap walaupun tidak ada gametositnya
kadang-kadang cukup untuk identifikasi spesies ini. Dua titik kromatin (nucleus)
sering dijumpai pada bentuk cincinPlasmodium falciparum, sedangkan
pada Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae hanya kadang-kadang.
Sizonnya lonjong atau bulat, jarang sekali ditemukan di dalam darah. Sizon ini
menyerupai sizon Plasmodium vivax, tetapi tidak mengisi seluruh eritrosit. Sizon
matang biasanya mengandung 16-24 merozoit kecil. Gametosit yang muda
mempunyai bentuk lonjong sehingga memanjangkan dinding sel. Di dalam sel
yang dihinggapi Plasmdium falciparum sering tampak titik-titik basophil yang
biru dan presipitat sitoplasma yang disebut titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak
sebagai bercak-bercak merah yang bentuknya tidak teratur, sebagai kepingan-
kepingan atau batang-batang dalam sitoplasma.
2. Plasmodium vivax
Plasmodium vivax penyebab penyakit Malaria Tertiana. Plasmodium
vivax diberi nama oleh Grassi dan Fletti pada tahun 1890. Masa sporulasinya
setiap 2 x 24 jam. Warna eritrosit yang dihinggapi oleh Plasmodium
vivax menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin dan membesar. Oleh
karena Plasmodium vivax mempunyai afinitas untuk retikulosit besar, maka
pembesarannya pun tampak lebih nyata daripada sebenarnya. Tropozoit muda
tampak sebagai cakram dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin
stempel. Bila tropozoit tumbuh, maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen
halus dan menunjukkan gerakan emeboid yang jelas. Setelah 36 jam ia mengisi
lebih dari setengah sel darah merah yang membesar itu. Intinya membelah dan
menjadi sizon. Gerakannya menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang
membengkak, dan mengandung pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma.
Setelah hampir 48 jam sizon mencapai ukuran maksimum, yaitu 8-10 mikron dan
mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul dipinggir, inti yang membelah dengan
bagian-bagian sitoplasma membentuk 16-18 sel, berbentuk bulat atau lonjong,
berdiameter 1,5-2 mikron yang disebut merozoit.
Mikrogametosit mempunyai inti yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma
berwarna biru pucat. Mikrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru
dengan inti yang padat dan letaknya biasanya di bagian pinggir dari parasit.
Dengan pewarnaan, butir-butir halus, bulat, uniform, merah muda atau kemerah-
merahan (titik schuffner) sering tampak di dalam sel yang diinfeksi
oleh Plasmodium vivax.
3. Plasmodium malariae
Plasmodium malariae penyebab penyakit Malaria Kuartana. Plasmodium
malariae telah dilukiskan pada tahun 1880 oleh Laveran. Masa sporulasinya 3 x
24 jam.Plasmodium malariae berukuran lebih kecil, kurang aktif, jumlahnya lebih
sedikit dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan
dengan Plasmodium vivax. Bentuknya seperti cincin, mirip dengan
cincin Plasmodium vivax hanya saja sitoplasma Plasmodium malariae lebih biru
dan parasitnya lebih kecil, lebih teratur dan lebih padat.
Tropozoit yang sedang tumbuh mempunyai butir-butir kasar berwarna tengguli
tua atau hitam. Parasit ini dapat berbentuk seperti pita yang melintang pada sel,
mengandung kromatin seperti benang dan kadang-kadang ada vakuolanya.
Pigmen kasar berkumpul di pinggirnya. Dalam 72 jam sizon menjadi matang dan
bersegmentasi, hampir mengisi seluruh sel darah merah yang tidak membesar.
Parasit menyerupai bunga serunai atau roset dengan pigen hijau tengguli yang
padat, dikelilingi oleh 8-10 merozoit lonjong, masing-masing dengan kromatin
berwarna merah dan sitoplasma biru. Di dalam sel yang mengandung Plasmodium
malariaebutir-butir kecil merah muda (titik zemann) kadang-kadang dapat
diperlihatkan. Gametositnya mirip dengan gametosit Plasmodium vivax, tetapi
lebih kecil dan pigmennya kurang.
4. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale penyebab penyakit Malaria Ovale. Plasmodium
ovale ditemukan oleh Stephens pada tahun 1922. Masa sporulasinya setiap 48 jam
dan tidak terdapat di Indonesia. Sel darah merah yang dihinggapi sedikit
membesar, berbentuk lonjong, mempunyai titik-titik schuffner yang besar pada
stadium dini. Sel darah merah dengan bentuknya yang tidak teratur dan bergigi
adalah khas guna membuat diagnosis spesies Plasmodium ovale. Pigmen tersebar
di seluruh parasit yang sedang tumbuh sebagai butir-butir tengguli kehijauan dan
mempunyai corak jelas. Pada sizonmatang yang hampir mengisi seluruh eritrosit,
pigmen ini terletak di tengah-tengah.Plasmodium ovale menyerupai Plasmodium
malariae dalam bentuk sizon muda dantropozoit yang sedang tumbuh, walaupun
ia tidak membentuk pita. Sizon matang mempunyai pigmen padat dan biasanya
mengandung 8 merozoit. Pada sediaan darah tebal, sangat sukar untuk
membedakan Plasmodium ovale dengan Plasmodium malariae kecuali bila titik
schuffnernya kelihatan.
B. DAUR HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM
Plasmodium falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan
jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis Plasmodium lain yang
menginfeksi manusia (Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium
ovale). Plasmodium falciparum adalah penyebab penyakit Malaria Tropika atau
Malaria Falciparum, yaitu jenis penyakit malaria yang paling banyak
menyebabkan kesakitan dan kematian diantara jenis penyakit malaria lainnya.
Gejalanya biasanya timbul 10-16 hari setelah terinfksi oleh nyamuk. Gejala yang
nampak adalah rasa menggigil, demam, pusing, berkeringat dan gejala ini
biasanya lebih tahan lama. Juga terjadi edema (adanya cairan berlebih) pada otak
dan paru-paru serta terhambatnya kegiatan ginjal. Bila tidak diobati, dapat
mengakibatkan kematian karena Plasmodium falciparum mempunyai laju
kematian yang tinggi.
Dalam siklus hidupnya, Plasmodium falciparum mempunyai dua hospes, yaitu
vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual dalam hospes vertebrata (manusia)
disebut skizogoni, dan siklus seksual membentuk sporozoit di dalam tubuh
nyamuk disebut sporogoni.
Skizogoni
Pada siklus aseksual ini, sporozoit yang infektif dari kelenjar ludah nyamuk
Anopheles, ditusukkan ke dalam aliran darah hospes vertebrata (manusia). Dalam
waktu 30 menit, sporozoit memasuki sel parenkim hati dan memulai stadium
eksoeritrositik karena belum masuk ke dalam sel darah merah (eritrosit). Dalam
sel hati, parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel
hati yang mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas masuk ke
sel darah merah. Masuknya merozoit ke sel darah merah disebut stadium
eritrositik. Sebagian besar difagositosis tetapi sebagian kecil berhasil memasuki
sel hati yang baru untuk mengulangi daur eksoeritrositik.
Dalam sel darah merah mulai tampak adanya kromatin kecil yang
dikelilingi oleh sitoplasma tipis Plasmodium yang membentuk cincin. Bentuk
cincin ini kemudian berkembang menjadi bentuk ameboid. Bentuk cincin dan
ameboid adalah tropozoitdalam sel darah merah (eritrosit), tumbuh menjadi sizon
merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah sehingga
merozoit, pigmen dan sisa sel keluar memasuki plasma darah. Sebagian merozoit
yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah merah untuk mengulangi
daur skizogoni. Sedangkan merozoit yang lainnya kemudian membentuk
gametosit untuk memasuki stadium seksual
Sporogoni
Sporogoni merupakan stadium seksual yang terjadi di dalam tubuh nyamuk. Pada
saat nyamuk menghisap darah, gametosit tidak dicerna bersama sel-sel darah.
Pada gamet betina (makrogamet) titik kromatin membagi diri menjadi 6-8 inti
yang bergerak ke pinggir parasit. Sedangkan gamet jantan (mikrogamet) terbentuk
beberapa filamen seperti cambuk, sehingga dapat bergerak aktif, didesak keluar
dan lepas dari sel induk, proses ini disebut eksflagelasi. Sementara itu,
makrogamet menjadi matang sebagai makrogametosit. Perkembangan gametosit
berlangsung dalam rongga perut nyamuk.
Fertilisasi (pembuahan) terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Dalam waktu 12-24 jam setelah nyamuk
Anopheles menghisap darah manusia, lalu zigot berubah menjadi bentuk seperti
cacing yang disebut ookinet yang dapat menembus dinding lambung nyamuk.
Selanjutnya, ookinettumbuh menjadi ookista yang berbentuk bulat. Di
dalam ookista terbentuk ribuan sporozoit, sehingga ookista pecah. Dengan
pecahnya ookista , sporozoit dilepaskan ke dalam rongga badan dan selanjutnya
bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Beberapa sporozoit mencapai kelenjar
ludahnya. Bila nyamuk menggigit/menusuk kulit kita, maka sporozoit bersama air
ludah masuk ke dalam darah dan jaringan kemudian dimulailah siklus
praeritrositik. Daur sporogoni di dalam nyamuk, berlangsung selama 8-12 hari
METODOLOGI PENELITIAN