Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menghadapi persaingan global, diperlukan sumber daya manusia yang


bermutu. Sumber daya manusia dihasilkan melalui pendidikan, sudah tentu untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang dimaksud perlu proses dan hasil
pendidikan yang bermutu. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi
antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
interaksi ini pada umumnya peran pendidik lebih besar, karena kedudukannya
sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak
menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan sebaliknya
peranan peserta didik lebih banyak sebagai penerima pengaruh. Syaodih dalam
Rukhayati (2009:1) berpendapat bahwa pendidikan berfungsi membantu peserta
didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi,
kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif. Pendidikan bukan
sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai. Pendidikan berfungsi
mengembangkan apa yang secara potensial telah dimiliki peserta didik.
Oleh karena itu, perlu tenaga kependidikan atau guru yang memenuhi
persyaratan kemampuan profesional baik sebagai pendidik maupun sebagai
pengajar atau pelatih. Disinilah letak pentingnya standar mutu profesional guru
untuk menjamin proses belajar mengajar dan hasil belajar yang bermutu.
Pengembangan standar kemampuan profesional guru memerlukan pemikiran
yang mendasar, sistematis, dan sistemik serta upaya yang konsisten dan
berkesinambungan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Secara struktural, kedudukan guru memiliki

1
peranan yang sangat sentral, dapat dikatakan bahwa guru merupakan tulang
punggung pendidikan. Sebagai tulang punggung pendidikan, tentu guru bukanlah
pekerjaan biasa yang berorientasi pada materi semata. Menjadi guru adalah
pilihan mulia untuk mengabdikan ilmu dan keahlian bagi kemajuan pendidikan
bangsa. Dalam hal ini tentu diperlukan kemampuan dan keilmuan yang mumpuni
sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.
Sentralnya kedudukan guru dalam dunia pendidikan, tentu akan menentukan
output dari pendidikan itu sendiri. Salah satu masalah dalam dunia pendidikan
adalah rendahnya Kualitas guru, pada kenyataannya keadaan guru di Indonesia
sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang
memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan kualitas guru ini kedalam sebuah makalah dengan
judul “Rendahnya Kualitas Guru di Indonesia”.

I.2 Rumusan Masalah

Beradasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan


beberapa masalah, yaitu :

1. Apa hakikat profesi guru di Indonesia?


2. Bagaimana guru dalam tinjauan sosiologi?
3. Bagaimana kualitas guru di Indonesia pada saat ini?
4. Apa solusi dari permasalahan kualitas guru di Indonesia?

2
I.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah mengenai rendahnya kualitas guru


di Indonesia ini adalah sebagai berikut

1. Mengerti hakikat profesi guru di Indonesia


2. Memahami guru dalam tinjauan sosiologi
3. Memahami keadaan kualitas guru di Indonesia saat ini
4. Mengetahui solusi dari permasalahan kualitas guru di Indonesia

I.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai referensi di bidang akademik mengenai kualitas guru atau pendidik di
Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Hakikat Profesi Guru di Indonesia

A. Pengertian Guru
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”.
Soetjipto dan Kosasi (1999:43), mengatakan bahwa guru merupakan
unsur aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan, karena
itu guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Menurut Aqib dalam Ungin (2013:100), “guru adalah sosok
manusia yang harus digugu dan ditiru”, dalam artian guru itu merupakan
sosok yang seharusnya menjadi tauladan bagi peserta didik. Guru yang ideal
tentu saja guru yang professional, menurut Journal Education Leadership
dalam Ungin (2013:100), ada lima ukuran seorang guru itu dinyatakan
professional yaitu memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar, secara
mendalam menguasai bahan ajaran dan cara mengajarnya, bertanggung
jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,
seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar lingkungan profesinya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, secara umum penulis
mendefinisikan guru adalah seorang pengabdi dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik, yang tujuannya untuk perubahan dalam diri peserta didik ke
arah yang lebih baik.

4
B. Status dan Peranan Guru
Guru merupakan sebuah status yang memerlukan keahlian khusus, status
ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian
untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang
pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagi
guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus. Apalagi sebagai
guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan
dan pengajaran dengan berbagi ilmu pengetahuan lainnya yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikn tertentu atau
pendidikan prajabatan (Usman, 2001:5).
Biasanya masyarakat pedesaan menempatkan status guru pada tempat
yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru
diharapkan dapat memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan. Guru
sering menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh masyarakat.
Oleh karena itu, guru sering dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan
ditiru. Tetapi status guru sebagai pemimpin masyarakat ini memang
tidak selalu diimbangi dengan kedudukan sosial dan ekonomi. Tidak
sedikit guru yang masih dapat mempertahankan statusnya sebagai
pemimpin sosial, meskipun kondisi sosial ekonominya tidak mendukung
(Rukhayati, 2009:2).
Berbicara mengenai status, sudah tentu peran akan dibicarakan juga,
peran guru tidak hanya terbatas di dalam masyarakat. Bahkan pada
hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan
guru merupakan faktor yang tidak dapat digantikan oleh komponen
manapun dalam kehidupan bangsa. Keberadaan guru sangatlah penting,
apalagi bagi bangsa yang sedang membangun. Semakin baik para guru
melaksanakan tugasnya, semakin terbina kesiapan seseorang sebagai
manusia pembangunan.

5
Peran guru sangat banyak, teerutama yang terkait dengan kedinasan dan
profesi di sekolah, seperti mengajar dan membimbing para muridnya,
memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan
administrasi pembelajaran yang diperlukan dan kegiatan lain yang
berkaitan dengan pembelajaran. Di samping itu guru haruslah senantiasa
berupaya terus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi
bidang studinya agar tidak ketinggalan zaman. Di luar kedinasan, peran guru
terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar
sekolah.
Guru tidak boleh terisolasi dari perkembangan sosial masyarakatnya.
Peran guru sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada para muridnya. Kemudian para muridnya
belajar memperoleh dan mengembangkan ketrampilan, berlatih untuk
menerapkannya demi kemanfaatan yang lebih besar juga dari gurunya.
Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan
mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung atau wali anak
didik dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami
jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua,
setelah orang tua anak didik di dalam keluarga di ruamah (Djamarah,
2000:37).
C. Standar Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan


yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi
merupakan peleburan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi
merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampuilan, nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa
ompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan,

6
sikap, alat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari
karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau
pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata (Sagala
dalam Rukhayati, 2013:4).
Menurut Undang- Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 1, Ayat 10, disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”. Sedangkan dalam pasal 10 ayat 1 dinyatakan kompetensi
pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Profesional
d. Kompetensi Sosial
D. Kualitas Guru
Mandaru dalam Ungin (2013:101) mengatakan “kualitas seorang harus
menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan
yang efektif ”. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat kecerdasan,
ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta iklas dalam
memajukan pendidikan mencerdaskan anak didik. Kualitas tenaga pengajar
guru adalah bagian penting dari proses belajar-mengajar yang merupakan
tujuan dari suatu organisasi pendidikan. Kualitas seorang guru terhadap
mutu pendidikan yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru yang
diberikan kepada anak didiknya yang diharapakan mampu meningkatkan
kualitas kelulusan, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan mampu
kompetensi kerja. Guru harus berkualitas menurut standar tertentu. Bukti
kualitas menurut standar tertentu yang menjamin seseorang dapat
dikatakan sebagai guru profesional adalah selembar sertifikat.
Pemerolehan sertifikat sebagai guru profesional harus melalui dan lulus uji

7
kompetensi guru. Kualitas tenaga pengajar guru yang efektif adalah guru
yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan
pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam
proses komunikasi. Kemampuan Profesional. Menurut Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional
adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam”.

II.2 Guru dalam Tinjauan Sosiologi

Profesi guru dalam tinjauan ilmu sosiologi, dapat dianalisis melalui


pendekatan struktural fungsional. Pendekatan struktural fungsional memiliki
asumsi utama, yaitu melihat masyarakat sebuah sistem yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling berhubungan. Elemen-elemen tersebut memiliki
fungsi masing-masing yang tidak dapat dipertukarkan satu sama lain (Martono,
2012:196). Pendidikan nasional dapat kita katakan sebagai sebuah sistem, di
dalam sistem pendidikan nasional, terdapat berbagai elemen, elemen-elemen
yang ada di dalam sistem pendidikan tersebut antara lain adalah peraturan,
kurikulum, sekolah, peserta didik, tenaga pendidik atau guru dan elemen-elemen
lainnya, yang kesemuanya itu saling berhubungan dan memiliki fungsi masing-
masing terhadap sistem.
Guru merupakan salah satu elemen di dalam sistem pendidikan nasional
harus selalu ada dan selalu menajalankan fungsinya. Apabila guru tidak berperan
sebagaimana fungsinya, maka sistem pendidikan akan tergangu
keseimbangannya atau malah akan mengalami kekacauan (chaos). Oleh karena
itu, guru haruslah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang
telah diamanatkan kepadanya. Guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap
semua kesepakatan (consensus) dan peraturan yang telah diatur dalam sistem
pendidikan nasional.

8
II.3 Kualitas Guru di Indonesia pada Saat Ini

Berdasarkan pemberitaan di antaranews.com (Jumat, 27 September 2013)


Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan
(BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP), Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Syahwal Gultom, mengakui mutu
dan kualitas guru di Tanah Air saat ini masih rendah. "Hasil uji kompetensi yang
dilakukan selama tiga tahun terakhir menunjukkan kualitas guru di Indonesia
masih sangat rendah" kata Syahwal Gultom. Syahwal Gultom mengakui masih
banyak guru terutama di daerah-daerah yang tidak lulus uji kompetensi dan
sertifikasi sebagai akibat rendahnya kualitas mereka.
Menurut Gultom, buruknya hasil Ujian Nasional (UN) pada beberapa
provinsi juga sebagai salah satu indikator rendahnya kualitas guru. Banyak guru
yang tidak memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola
pembelajaran yang tepat diterapkan kepada anak didik. Dia mencontohkan dari
sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51
persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum
berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi hanya 2,06 juta guru
atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat. Sedangkan 861.67 guru
lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang menunjukkan
guru tersebut profesional. "Ada banyak masalah yang harus dibenahi dalam
persoalan guru. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi
guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang
studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan," katanya.
Selain tingkat pendidikan yang belum memadai, pada 2010-2015 ada
sekitar 300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga
harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran proses belajar
mengajar. Dia menambahkan standar kualitas guru sudah menjadi fokus
perhatian Kemdikbud sejak 2012, tetapi pemerintah juga tak ingin melukai guru
yang sudah lama mengabdi. "Standardisasi guru dimulai dengan melakukan uji

9
kompetensi awal. Tujuannya untuk seleksi awal guru yang layak ikut proses
sertifikasi dan pemetaan," katanya (antaranews.com).
Menurut Anies Baswedan (dalam kompas.com) “salah satu peneyebab
rendahnya kualitas guru adalah kesejahteraan guru tak memadai”, dengan
sertifikasi guru telah terjadi perbaikan kesejahteraan, tetapi ada konsekuensi
administratif yang sering justru merepotkan guru dan perlu dikaji ulang. Selain
soal guru honorer, guru bantu yang masih sering diperlakuan secara tidak
honored (terhormat). Semua guru harus dijamin kesejahteraannya. Melihat
kondisi sebagian besar guru hari ini, kita seharusnya malu. Kita titipkan masa
depan anak-anak kepada guru, tetapi kita tak hendak peduli nasib guru-guru itu.
Nasib anak-anak kita serahkan kepada guru, tetapi nasib guru amat jarang
menjadi perhatian kita, terutama kaum terdidik, yang sudah merasakan manfaat
keterdidikan. Bangsa Indonesia harus berubah. Negara dan bangsa ini harus
menjamin nasib guru.
Selain karena kurangnya kesejahteraan, rendahnya kualitas guru juga
disebabkan oleh sosialisasi guru yang tidak sempurna. Sosialisasi guru disini
terutama dikaitkan dengan pendidikan yang diperolehnya untuk mencapai
keahlian sebagai sarjana pendidikan. Pendidikan adalah salah satu unsur dalam
proses sosialisasi seorang guru yang akan menentukan kualitas dan kompetensi
guru, semakain baik pendidikan yang ditempuhnya, maka akan semakin
berkualitas guru tersebut, begitu juga sebaliknya.
Pada umumnya rendahnya mutu guru seringkali dipandang sebagai
penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional. Pandangan ini dinilai tidak adil,
karena banyak elemaen yang terlibat dalam sistem pendidikan nasional,
sedangkan guru hanyalah salah satu elemen yang ada. Meskipun pandangan ini
kurang adil, kiranya pandangan ini cukup untuk dijadikan bahan refleksi semua
pihak akan pentingnya peningkatan mutu guru. Peningkatan mutu guru
diharapkan dapat berimbas pada peningkatan mutu sekolah.

10
II.4 Solusi Permasalahan Kualitas Guru di Indonesia

Menurut Jatmika (2013:9-14) ada enam strategi yang dapat dilakukan


untuk meningkatkan kualitas guru, ke enam strategi ini sebenarnya sudah mulai
ditempuh oleh pemerintah, walaupun belum tampak maksimal, namun
setidaknya strategi ini dipandang mampu memperbaiki kualitas guru ke arah
yang diharapkan, enam strategi tersebut adalah :
1. Sertifikasi, sertifikasi yang sedang berjalan saat ini adalah salah satu strategi
untuk meningkatkan kualitas guru, sertifikasi diibaratkan semacam Ujian
Nasional (UN) bagi semua guru dari tingkat SD sampai SMA, UN guru ini
digunakan sebagai langkah pemetaan terhadap kompetensi guru secara
nasional. Program ini juga penting sebagai upaya melihat sejauh mana
persebaran guru-guru yang benar-benar kompeten di bidangnya.
2. Perlunya kebijakan persebaran guru-guru berkualitas, fakta di lapangan
menunjukkan bahwa guru-guru berkualitas banyak tersebar di sekolah-sekolah
favorit (effective schools) di perkotaan. Hal ini wajar karena mereka melihat
jaminan baik dari sisi ekonomi maupun karier yang lebih menjanjikan di
sekolah-sekolah itu. Bandingkan dengan guru-guru yang ada di daerah
tertinggal atau terpencil, dengan tersebarnya guru-guru yang berkualitas,
mereka akan menjadi pembimbing bagi guru-guru lain, di sekolah tempat
mereka mengabdi.
3. Perlunya pencarian bibit unggul dalam profesi keguruan, hal ini dapt
dilakukan dengan cara meningkatkan pengakuan danpenghasilan yang lebih
kompetitif bagi profesi guru, sehingga hal ini bisa memikat para lulusan
terbaik dari SMA untuk melanjutkan ke program keguruan.
4. Restrukturisasi lembaga-lembaga keguruan, pemerintah perlu melakukan
restrukturisasi menyeluruh terhadap lembaga-lembaga keguruan di tanah air,
terutama dari segi rekruitmen mahasiswanya, sehingga jaminan kualitasnya
semakin unggul dan bisa dipertanggungjawabkan.

11
5. Peningkatan kesejahteraan guru, kesejahteraan yang dimaksud adalah gaji dan
tunjangan yang diterima bersama gaji tiap bulan kurang mencukupi, sehingga
perlu adanya peningkatan kesejateraan untuk semua guru, bukan hanya yang
Pegawai Negeri Sipil tetapi juga yang honorer atau swasta.
6. Beasiswa, pemberian beasiswa dapat dijadikan salah satu ransangan bagi
guru, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan
memperluas wawasan sehingga dapat memperbaiki kualitas yang dimilikinya.

12
BAB III
PENUTUP

III.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah mengenai rendahnya
kualitas guru di Indonesia ini adalah sebagai berikut:

1. Pada hakikatnya guru merupakan :


1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
2) Guru merupakan status yang memerlukan keahlian khusus, status ini
tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian
untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru, dan guru
merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
3) Kompetensi guru adalah sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
yang meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi professional, dan kompetensi social.
4) kualitas seorang harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan
sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai
dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang
tinggi serta iklas dalam memajukan pendidikan mencerdaskan anak
didik
2. Profesi guru dalam tinjauan ilmu sosiologi, dapat dianalisis melalui
pendekatan struktural fungsional. Pendekatan struktural fungsional memiliki
asumsi utama, yaitu melihat masyarakat sebuah sistem yang didalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan. Pendidikan nasional dapat

13
kita katakan sebagai sebuah sistem, di dalam sistem pendidikan nasional,
terdapat berbagai elemen. Guru merupakan salah satu elemen di dalam sistem
pendidikan nasional harus selalu ada dan selalu menajalankan fungsinya.
Apabila guru tidak berperan sebagaimana fungsinya, maka sistem pendidikan
akan tergangu keseimbangannya atau malah akan mengalami kekacauan.
3. Mutu dan kualitas guru di Tanah Air saat ini masih rendah, hasil uji
kompetensi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir menunjukkan kualitas
guru di Indonesia masih sangat rendah. Masih banyak guru terutama di
daerah-daerah yang tidak lulus uji kompetensi dan sertifikasi sebagai akibat
rendahnya kualitas mereka.
4. Ada enam strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru,
yaitu sertifikasi, perlunya kebijakan persebaran guru-guru berkualitas,
perlunya pencarian bibit unggul dalam profesi keguruan, restrukturisasi
lembaga-lembaga keguruan, peningkatan kesejahteraan guru, dan memberikan
beasiswa.

III.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan
bahwa perlu ada langkah yang serius menyangkut rendahnya kualitas guru di
Indonesia ini. Mengingat strategisnya peranan guru dalam sistem pendidikan
nasional, maka pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan dan
kebudayaan, harus benar-benar fokus dalam memperbaiki akar rumput
permasalahan kualitas guru di Indonesia. Tidak akan ada gunanya pemerintah
gonta-ganti kurikulum, jika kualitas guru tidak ada peningkatan.
Pada era globalisasi ini tantangan yang akan dihadapi guru jauh lebih kompleks,
guru harus beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bergerak sangat cepat. Jangan sampai guru-guru di Indonesia mengalami
ketinggalan kebudayaan (culture lag), teknik mengajar yang efektif sudah jauh
berkembang, tetapi guru-guru di Indonesia masih saja menggunakan teknik
tardisional yang tidak efektif, jika hal ini terjadi, maka bukan sesuatu yang

14
mustahil pendidikan Indonesia yang sudah tertinggal, semakin jauh teringgal.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan semua elemen yang terlibat dalm sistem
pendidikan nasional, terkhusus guru, untuk selalu meningkatkan kualitas, agar
pendidikan Indonesia jauh lebih baik dari hari ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anies Baswedan. 2013. “VIP-kan Guru-guru Kita!” Artikel (online)


(http://edukasi. kompas.com/read/2013/11/28/1100170/VIP-kan.Guru-
guru.Kita

(Dikutip Jumat, 02 Juni 2017, pukul 22.03)

Antaranews. 2013. “Kemdikbud akui kualitas guru masih rendah.” berita hari Jumat,
27 September 2013, (http://www.antaranews.com/berita/397722/kemdikbud-
akui-kualitas-guru-masih-rendah,

(Dikutip Jumat, 02 Juni 2017, pukul 22.38)

http://alifmelkyramdaniii.blogspot.co.id/2014/04/rendahnya-kualitas-guru-di-
indonesia.html

(Dikutip Jumat, 02 Juni 2017, pukul 23.17)

16

Anda mungkin juga menyukai