Makalah PIP
Makalah PIP
PENDAHULUAN
1
peranan yang sangat sentral, dapat dikatakan bahwa guru merupakan tulang
punggung pendidikan. Sebagai tulang punggung pendidikan, tentu guru bukanlah
pekerjaan biasa yang berorientasi pada materi semata. Menjadi guru adalah
pilihan mulia untuk mengabdikan ilmu dan keahlian bagi kemajuan pendidikan
bangsa. Dalam hal ini tentu diperlukan kemampuan dan keilmuan yang mumpuni
sehingga proses belajar mengajar yang dilakukan menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.
Sentralnya kedudukan guru dalam dunia pendidikan, tentu akan menentukan
output dari pendidikan itu sendiri. Salah satu masalah dalam dunia pendidikan
adalah rendahnya Kualitas guru, pada kenyataannya keadaan guru di Indonesia
sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang
memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk
mengangkat permasalahan kualitas guru ini kedalam sebuah makalah dengan
judul “Rendahnya Kualitas Guru di Indonesia”.
2
I.3 Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”.
Soetjipto dan Kosasi (1999:43), mengatakan bahwa guru merupakan
unsur aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan, karena
itu guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Menurut Aqib dalam Ungin (2013:100), “guru adalah sosok
manusia yang harus digugu dan ditiru”, dalam artian guru itu merupakan
sosok yang seharusnya menjadi tauladan bagi peserta didik. Guru yang ideal
tentu saja guru yang professional, menurut Journal Education Leadership
dalam Ungin (2013:100), ada lima ukuran seorang guru itu dinyatakan
professional yaitu memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar, secara
mendalam menguasai bahan ajaran dan cara mengajarnya, bertanggung
jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,
seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar lingkungan profesinya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, secara umum penulis
mendefinisikan guru adalah seorang pengabdi dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik, yang tujuannya untuk perubahan dalam diri peserta didik ke
arah yang lebih baik.
4
B. Status dan Peranan Guru
Guru merupakan sebuah status yang memerlukan keahlian khusus, status
ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian
untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang
pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagi
guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus. Apalagi sebagai
guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan
dan pengajaran dengan berbagi ilmu pengetahuan lainnya yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikn tertentu atau
pendidikan prajabatan (Usman, 2001:5).
Biasanya masyarakat pedesaan menempatkan status guru pada tempat
yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru
diharapkan dapat memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan. Guru
sering menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh masyarakat.
Oleh karena itu, guru sering dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan
ditiru. Tetapi status guru sebagai pemimpin masyarakat ini memang
tidak selalu diimbangi dengan kedudukan sosial dan ekonomi. Tidak
sedikit guru yang masih dapat mempertahankan statusnya sebagai
pemimpin sosial, meskipun kondisi sosial ekonominya tidak mendukung
(Rukhayati, 2009:2).
Berbicara mengenai status, sudah tentu peran akan dibicarakan juga,
peran guru tidak hanya terbatas di dalam masyarakat. Bahkan pada
hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan
guru merupakan faktor yang tidak dapat digantikan oleh komponen
manapun dalam kehidupan bangsa. Keberadaan guru sangatlah penting,
apalagi bagi bangsa yang sedang membangun. Semakin baik para guru
melaksanakan tugasnya, semakin terbina kesiapan seseorang sebagai
manusia pembangunan.
5
Peran guru sangat banyak, teerutama yang terkait dengan kedinasan dan
profesi di sekolah, seperti mengajar dan membimbing para muridnya,
memberikan penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan
administrasi pembelajaran yang diperlukan dan kegiatan lain yang
berkaitan dengan pembelajaran. Di samping itu guru haruslah senantiasa
berupaya terus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi
bidang studinya agar tidak ketinggalan zaman. Di luar kedinasan, peran guru
terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar
sekolah.
Guru tidak boleh terisolasi dari perkembangan sosial masyarakatnya.
Peran guru sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada para muridnya. Kemudian para muridnya
belajar memperoleh dan mengembangkan ketrampilan, berlatih untuk
menerapkannya demi kemanfaatan yang lebih besar juga dari gurunya.
Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan
mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung atau wali anak
didik dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
jiwa dan watak anak didik diperlukan agar dapat dengan mudah memahami
jiwa dan watak anak didik. Begitulah tugas guru sebagai orang tua kedua,
setelah orang tua anak didik di dalam keluarga di ruamah (Djamarah,
2000:37).
C. Standar Kompetensi Guru
6
sikap, alat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari
karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau
pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata (Sagala
dalam Rukhayati, 2013:4).
Menurut Undang- Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 1, Ayat 10, disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”. Sedangkan dalam pasal 10 ayat 1 dinyatakan kompetensi
pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Profesional
d. Kompetensi Sosial
D. Kualitas Guru
Mandaru dalam Ungin (2013:101) mengatakan “kualitas seorang harus
menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan
yang efektif ”. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat kecerdasan,
ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta iklas dalam
memajukan pendidikan mencerdaskan anak didik. Kualitas tenaga pengajar
guru adalah bagian penting dari proses belajar-mengajar yang merupakan
tujuan dari suatu organisasi pendidikan. Kualitas seorang guru terhadap
mutu pendidikan yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru yang
diberikan kepada anak didiknya yang diharapakan mampu meningkatkan
kualitas kelulusan, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan mampu
kompetensi kerja. Guru harus berkualitas menurut standar tertentu. Bukti
kualitas menurut standar tertentu yang menjamin seseorang dapat
dikatakan sebagai guru profesional adalah selembar sertifikat.
Pemerolehan sertifikat sebagai guru profesional harus melalui dan lulus uji
7
kompetensi guru. Kualitas tenaga pengajar guru yang efektif adalah guru
yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan
pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam
proses komunikasi. Kemampuan Profesional. Menurut Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional
adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam”.
8
II.3 Kualitas Guru di Indonesia pada Saat Ini
9
kompetensi awal. Tujuannya untuk seleksi awal guru yang layak ikut proses
sertifikasi dan pemetaan," katanya (antaranews.com).
Menurut Anies Baswedan (dalam kompas.com) “salah satu peneyebab
rendahnya kualitas guru adalah kesejahteraan guru tak memadai”, dengan
sertifikasi guru telah terjadi perbaikan kesejahteraan, tetapi ada konsekuensi
administratif yang sering justru merepotkan guru dan perlu dikaji ulang. Selain
soal guru honorer, guru bantu yang masih sering diperlakuan secara tidak
honored (terhormat). Semua guru harus dijamin kesejahteraannya. Melihat
kondisi sebagian besar guru hari ini, kita seharusnya malu. Kita titipkan masa
depan anak-anak kepada guru, tetapi kita tak hendak peduli nasib guru-guru itu.
Nasib anak-anak kita serahkan kepada guru, tetapi nasib guru amat jarang
menjadi perhatian kita, terutama kaum terdidik, yang sudah merasakan manfaat
keterdidikan. Bangsa Indonesia harus berubah. Negara dan bangsa ini harus
menjamin nasib guru.
Selain karena kurangnya kesejahteraan, rendahnya kualitas guru juga
disebabkan oleh sosialisasi guru yang tidak sempurna. Sosialisasi guru disini
terutama dikaitkan dengan pendidikan yang diperolehnya untuk mencapai
keahlian sebagai sarjana pendidikan. Pendidikan adalah salah satu unsur dalam
proses sosialisasi seorang guru yang akan menentukan kualitas dan kompetensi
guru, semakain baik pendidikan yang ditempuhnya, maka akan semakin
berkualitas guru tersebut, begitu juga sebaliknya.
Pada umumnya rendahnya mutu guru seringkali dipandang sebagai
penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional. Pandangan ini dinilai tidak adil,
karena banyak elemaen yang terlibat dalam sistem pendidikan nasional,
sedangkan guru hanyalah salah satu elemen yang ada. Meskipun pandangan ini
kurang adil, kiranya pandangan ini cukup untuk dijadikan bahan refleksi semua
pihak akan pentingnya peningkatan mutu guru. Peningkatan mutu guru
diharapkan dapat berimbas pada peningkatan mutu sekolah.
10
II.4 Solusi Permasalahan Kualitas Guru di Indonesia
11
5. Peningkatan kesejahteraan guru, kesejahteraan yang dimaksud adalah gaji dan
tunjangan yang diterima bersama gaji tiap bulan kurang mencukupi, sehingga
perlu adanya peningkatan kesejateraan untuk semua guru, bukan hanya yang
Pegawai Negeri Sipil tetapi juga yang honorer atau swasta.
6. Beasiswa, pemberian beasiswa dapat dijadikan salah satu ransangan bagi
guru, sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan
memperluas wawasan sehingga dapat memperbaiki kualitas yang dimilikinya.
12
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah mengenai rendahnya
kualitas guru di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
13
kita katakan sebagai sebuah sistem, di dalam sistem pendidikan nasional,
terdapat berbagai elemen. Guru merupakan salah satu elemen di dalam sistem
pendidikan nasional harus selalu ada dan selalu menajalankan fungsinya.
Apabila guru tidak berperan sebagaimana fungsinya, maka sistem pendidikan
akan tergangu keseimbangannya atau malah akan mengalami kekacauan.
3. Mutu dan kualitas guru di Tanah Air saat ini masih rendah, hasil uji
kompetensi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir menunjukkan kualitas
guru di Indonesia masih sangat rendah. Masih banyak guru terutama di
daerah-daerah yang tidak lulus uji kompetensi dan sertifikasi sebagai akibat
rendahnya kualitas mereka.
4. Ada enam strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru,
yaitu sertifikasi, perlunya kebijakan persebaran guru-guru berkualitas,
perlunya pencarian bibit unggul dalam profesi keguruan, restrukturisasi
lembaga-lembaga keguruan, peningkatan kesejahteraan guru, dan memberikan
beasiswa.
III.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan
bahwa perlu ada langkah yang serius menyangkut rendahnya kualitas guru di
Indonesia ini. Mengingat strategisnya peranan guru dalam sistem pendidikan
nasional, maka pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan dan
kebudayaan, harus benar-benar fokus dalam memperbaiki akar rumput
permasalahan kualitas guru di Indonesia. Tidak akan ada gunanya pemerintah
gonta-ganti kurikulum, jika kualitas guru tidak ada peningkatan.
Pada era globalisasi ini tantangan yang akan dihadapi guru jauh lebih kompleks,
guru harus beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bergerak sangat cepat. Jangan sampai guru-guru di Indonesia mengalami
ketinggalan kebudayaan (culture lag), teknik mengajar yang efektif sudah jauh
berkembang, tetapi guru-guru di Indonesia masih saja menggunakan teknik
tardisional yang tidak efektif, jika hal ini terjadi, maka bukan sesuatu yang
14
mustahil pendidikan Indonesia yang sudah tertinggal, semakin jauh teringgal.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan semua elemen yang terlibat dalm sistem
pendidikan nasional, terkhusus guru, untuk selalu meningkatkan kualitas, agar
pendidikan Indonesia jauh lebih baik dari hari ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews. 2013. “Kemdikbud akui kualitas guru masih rendah.” berita hari Jumat,
27 September 2013, (http://www.antaranews.com/berita/397722/kemdikbud-
akui-kualitas-guru-masih-rendah,
http://alifmelkyramdaniii.blogspot.co.id/2014/04/rendahnya-kualitas-guru-di-
indonesia.html
16