Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587

e-ISSN:2549-7863

Potensi Pemanfaatan Ekosistem Pesisir Pantai Labuhan Haji Lombok Timur Sebagai
Daerah Ekowisata

Deni Apriana S.1 dan Daindo Milla1


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA Universitas Mataram
E-mail: dhesenja487@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi-potensi yang dimiliki oleh ekosistem
pesisir pantai Labuhan Haji Lombok Timur untuk dikembangkan menjadi daerah ekowisata. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif melalui kegiatan kajian pustaka/ literature yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan judul penelitian. Hasil analisis menunjukkan
bahwa ekosistem pesisir pantai Labuhan Haji memiliki potensi yang besar dalam memberikan jasa/
layanan ekosistem khususnya jasa kebudayaan dari ekosistem tersebut. Potensi yang dimiliki
diantaranya memiliki bentang alam indah yang banyak dimanfaatkan oleh wisatawan yang ingin
melihat keindahan matahari saat terbit, pantai dengan ombak yang tidak terlalu tinggi, dikelilingi oleh
persawahan dan perkebunan masyarakat yang masih alami. Banyaknya potensi yang dimiliki oleh
ekosistem pesisir Pantai Labuhan Haji yang didukung oleh peran serta masyarakat sebagai pengelola
dan wisawatan untuk memelihara dan menjaga ekosistem tersebut dari kerusakan ataupun terhadap
pencemaran lingkungan mennyebabkan ekosistem pesisir pantai Labuhan Haji tepat jika
dikembangkan sebagai salah satu daerah ekowisata yang ada di Lombok Timur.

Kata Kunci: Ekosistem pesisir, Jasa kebudayaan Ekosistem, Ekowisata.

Abstact

This study aims to analyze the potentials possessed by the coastal ecosystem of Labuhan Haji
Lombok Timur to be developed into ecotourism area. The research method used is descriptive
analysis through literature review activities / literature conducted to obtain information related to the
title of research. The results of the analysis indicate that the coastal ecosystem of Labuhan Haji has
great potential in providing ecosystem services / services, especially the cultural services of the
ecosystem. Potentials of which have beautiful landscapes are widely used by tourists who want to see
the beauty of the sun when rising, the beach with a wave that is not too high, surrounded by rice fields
and plantations that are still natural communities. The number of potency possessed by coastal
ecosystem of Labuhan Haji Beach which supported by society participation as manager and
wisawatan to maintain and maintain the ecosystem from damage or to environmental pollution
mennyebabkan coastal ecosystem Labuhan Haji precisely if developed as one of ecotourism area in
Lombok East.

Keywords: coastal ecosystem, ecosystem services, ecotourism.

15
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

I. Pendahuluan
Indonesia memiliki sumberdaya alam berlebihan yang menyebabkan rusaknya
yang melimpah yang ditinjau dari kuantitas ekosistem. Seperti penebangan tanaman pada
dan keanekaragaman produknya. Sumber hutan mangrove yang dijadikan sebagai
daya alam merupakan potensi yang dimiliki perluasan daerah pemukiman, untuk kayu
oleh suatu Negara sebagai upaya untuk bakar ataupun untuk reklamasi pantai,
memenuhi kebutuhan ekonomi maupun penambangan pasir di sekitar ekosistem
dibutuhkan dalam kegiatan pembangunan, mangrove dan sebagainya, sangat berpotensi
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan kerusakan pada ekosistem laut
manusia unutk mencapai kehidupan dan pesisir yang ada di sekitarnya. Kerusakan
masyarakat yang sejahtera. Sebagai negara yang ditimbulkan pada ekosistem pesisir
pesisir, Indonesia memiliki potensi sumber tersebut akan mengurangi jasa yang diberikan
daya alam hayati dan nonhayati, sumber daya oleh ekosistem tersebut bagi manusia bahkan
buatan, serta jasa lingkungan yang sangat cenderung akan membahayakan bagi manusia
penting bagi kehidupan masyarakat. itu sendiri, khususnya nilai keindahan yang
diberikan oleh ekosistem pesisir (Sarawaswati,
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang 2004)
unik dengan karakter yang spesifik. Artinya
bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah Ekowisata adalah salah satu bentuk
yang sangat dinamis dengan perubahan- pemanfaatan jasa budaya yang diberikan oleh
perubahan biologis, kimiawi dan geologis ekosistem khususnya ekosistem pesisir sebagai
yang sangat cepat. Ekosistem Wilayah pesisir daerah wisata dengan mengeksplorasi
terdiri dari terumbu karang, hutan bakau, keindahan yang diberikan oleh ekosistem
pantai dan pasir, estuari, lamun yang pesisir untuk mendatangkan keuntungan
merupakan pelindung alam dari erosi, banjir ekonomi bagi pengelola ekowisata ataupun
dan badai serta dapat berperan dalam masyarakat pesisir yang memanfaatkan daerah
mengurangi dampak polusi dari daratan ke pesisir sebagai mata pencaharian, yang diikuti
laut. Disamping itu wilayah pesisir juga dengan upaya perlindungan, perwatan maupun
menyediakan berbagai jasa lingkungan dan pemulihan ekosistem pesisir yang dilakukan
sebagai tempat tinggal manusia, dan untuk oleh pengelola ataupun mansyarakat penerima
sarana transportasi, tempat berlibur atau manfaat langsung dari ekosistem pesisir.
rekreasi (Dahuri, et. al. 2001).
Berhubungan dengan uraian di atas,
Terkait dengan jasa lingkungan yang artikel ini berisi hasil kajian pustaka yang
diberikan oleh ekosistem pesisir sebagai menganalisis potensi-potensi yang dimiliki
tempat berlibur dan rekreasi, ekosistem pesisir oleh daerah pesisir Pantai Labuhan Haji
sangat berpotensi dijadikan sebagai daerah Lombok Timur untuk dikembangkan menjadi
wisata. Pemanfaatan ekosistem sebagai daerah daerah ekowisata.
wisata yang akan memberikan manfaat secara
spiritual terlebih secara ekonommi bagi II. Potensi Daerah Ekosistem Pesisir
masyarakat yang tinggal di sekitar ekosistem Labuhan Haji Kabupaten Lombok
pesisir tersebut atapun masyarakat yang ingin Timur Sebagai Daerah Ekowisata
mendapatkan jasa yang diberikan langsung
2.1 Jasa Kebudayaan Ekosistem
oleh ekosistem tersebut.
Kajian ekosistem millennium (the
Berlawanan dengan hal tersebut, banyak Millennium Ecosystem Assessment/ MEA)
aktivitas masyarakat pesisir yang cenderung membagi jasa ekosistem menjadi 4 kategori,
memanfaatkan ekosistem pesisir secara yakni: 1) Penyediaan bahan: produksi pangan,

16
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

air, kayu dan hasil lainnya; 2) Pengontrolan: Ekosistem lamun tidak terlalu banyak
iklim, banjir, penyakit; 3) Sosial/budaya: mendapatkan perhatian padahal ekosistem
peluang untuk keperluan rekreasi, estetik dan lamun cukup menyediakan barang dan jasa
spiritual dan 4) Dukungan: memelihara proses- yang penting dan juga mempunyai distribusi
proses yang menjadi landasan bagi layanan yang cukup menyebar di seluruh dunia.
jasa lainnya, seperti formasi tanah, polinasi Layanan kultural ekosistem
dan siklus nutrient (www.ccres.net). memberikan kontribusi dalam menempatkan
Jasa budaya/ kultural didefinisikan perasaan, membantu mengembangkan
berdasarkan asalnya sebagai nilai non-materi keseragaman sosial, dan yang penting untuk
atau keuntungan yang dihubungkan dnegan kesehatan manusia dan menjadi manusia yang
ekosistem (Satz et al, 2013). MEA lebih baik. Jasa kultural ekosistem berbeda
mendekripsikan jasa budaya sebagai bagian dengan jasa ekosistem lainnya. Seperti yang
dari jasa ekosistem yang merupakan diadaftasi dari TEEB (The Economics of
keuntungan masyarakat non-materi yang Ecosystem Services and Biodiversity ),
diproleh dari ekosistem melalui peningkatan beberapa bentuk jasa kultural ekosistem yang
spritual, pengembangan kognitif, repleksi, diproleh dari alam; 1) rekreasi, relaksasi dan
rekreasi, dan pengalaman keindahan, dengan kesehatan, 2) pariwisata, 3) menghargai
demikian memproleh harga dari nilai-nilai keindahan dan inspirasi kebudayaan, dan 4)
budaya dan pemandangan alam (Pandey et al, keagaamaan dan penjiwaan suatu tempat (The
2013). urbes Project, 2015).
Arkhan (2015) memberikan contoh Pemanfaatan jasa lingkungan secara
pada ekosistem lamun. Ekosistem lamun lestari dapat dilakukan dengan memanfaatkan
memiliki jasa ekosistem yang beragam, salah jasa lingkungan dalma bentuk kegiatan
satunya adalah jasa budaya. Jasa budaya pariwisata alam, antara lain dalam bentuk
ekosistem lamun berupa nilai estetika yang Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan
diberikan sehingga dapat digunakan sebagai Taman Wisata Alam (Siswantoro, 2012)
tempat wisata dan penelitian. De Groot dalam Loana et al (2013)
Selain itu, Wahyudin, et al (2016) menjelaskan Penelitian jasa budaya ekosistem
juga mengatakan bahwa habitat Lamun mengikutsertakan beberapa disiplim ilmu
mempunyai jasa ekosistem yang cukup seperti ekologi, ekonomi dan pengetahuan
beragam, khususnya terkait dengan jasa sosial, dan mengunakan jangkauan
pendukung (supporting survices) dan pendekatana penelitian yang luas. Walaupun
khususnya sebagai penyedia daerah asuhan berasal dari banyak dispilin ilmu, metodelogi
(nursey ground), tempat mencari makan dan pandangan teoritis, ada persetujuan yang
(feeding groind), sirkulasi nutrien, dan lain- luas pada tingkat yang meumuaskan dari
lain. Bahkan lamun mempunyai keterkaitan pengetahuan beberapa permasalahan yang
yang kuat dan berasosiasi dengan beberapa bermanfaat dari jasa budaya ekosistem yang
organisme khas dan unik disekitarnya seperti belum dicapai.
dugong, kuda laut dan penyu laut, yuang
semuanya mempunyai ketergantungan 2.2 Pengembangan Ekowisata Untuk
terhadap ekosistem lamun. Ekosistem lamun Melestarikan Ekosistem
adalah salah satu komponen penting sebagai Darmawan (2015), sumber daya alam
penyususn kesatuan ekosistem pesisir bersama merupakan salah satu modal pembangunan
dengan mangrov dan terumbu karang. saat ini dan menjadi tumpuan untuk

17
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

meningkatkan pertumbuhan ekonomi - Kurangnya dukungan dari


Indonesia. Mengingat peran penting yang pemerintah desa setempat .
diemban oleh sumber daya alam dalam - Kurangnya informasi/promosi
mendukung kehidupan manusia, sangatlah tentang adanya wisata mangrove di
perlu dilakukan berbagai upaya untuk desa Sei Nagalawan.
memaksimalkan upaya pemanfaatn dari 2. Faktor-Faktor Eksternal (EFAS)
sumber daya alam tersebut, salah satunya a. Peluang (Opportunities)
adalah dengan memanfaatkannya sebagai - Tingginya minat wisatawan untuk
daerah wisata. melakukan kegiatan wisata
Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun mangrove.
1990 tentang pariwisata, Usaha pariwisata - Lokasi tempat wisata yang
adalah kegaitan yang bertujuan strategis.
menyelenggrakan jasa pariwiwsata atau - Menghasilkan produk unggulan
menyediakan atau mengusahakan objek dan hasil dari sumberdaya mangrove
daya tarik wisata, usaha sarana wisata, dan dan satu – satunya di Sumatera
kegiatan lain yang terkait dengan pariwisata. Utara.
Menurut Gunn (1994) perencanaan b. Ancaman (Threats)
pengembangan pariwisata ditentukan oleh - Persaingan dengan obyek wisata
keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang lain.
yang dimiliki sebagai penawaran dan - Dampak negatif dari aktifitas
permintaan atau minat wisatawan sebagai wisata (sampah, potensi buangan
permintaan. Komponen penawaran terdiri dari: limbah, kegiatan yang merusak
a) atraksi (potensi keindahan alam dan budaya ekosistem mangrove, dll).
serta bentuk aktivitas wisata); b) transportasi - Konflik kepentingan (Muttaqin,
(aksesibilitas); c) pelayanan informasi; dan d) 2011).
akomodasi dan sebagainya.
Beberapa Strategi Pengembangan suatu 2.3 Keadaan Ekosistem Pantai Labuhan
ekosistem sebagai bentuk layanan kebudayaan haji Kabupaten Lombok Timur
yang diberikan dalam bentuk Ekowisata: Lombok timur merupkaan satu dari
1. Faktor-Faktor Internal (IFAS) Sembilan kabupaten/ kota yang ada di Nusa
a. Kekuatan (Strengths) Tenggara Barat yang menjadi tujuan wisata
- Potensi alam yang mendukung karena salah satu yang disebabkan oleh
untuk dilakukan kegiatan ekowisata. keadaan pantainya. Dinas Pariwisata
- Sarana dan Prasarana yang cukup Kabupaten Lombok Timur mencatat ada 11
memadai. (sebelas) panta yang ada di Lombok Timur
- Keberadaan kelompok masyarakat yang dijadikan sebagai tujuan wisata. Objek
sebagai pengelola sumberdaya wisata pantai Lombok timur memiliki bentang
mangrove. alam yang indah, air laut yang jernih dan biota
b. Kelemahan (Weakness) bawah laut yang sangat indah untuk dilihat,
- Rendahnya pemahaman salah satunya yang dimiliki oleh pantai
masyarakat dan pengunjung Labuhan haji (Subhani, 2010).
tentang sumberdaya dan ekosistem Dikenal dengan nama labuhan haji,
mangrove dan juga ekowisata. sebuah daerah yang terletak di bagian timur
kabupaten Lombok timur. Labuhan haji

18
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

memiliki keindahan pantai yang tak diragukan Wilayah, penentuan daya dukung lingkungan
lagi, yang pada awalnya dijadikan sebagai dilakukan dengan pendekatan berbasis potensi
daerah/ pelabuhan tempat keberangkantan haji seperti kapasitas bioekologi. Namun itu
pada masa penjajahan belanda dan jepang dan bukanlah satusatunya pendekatan. Di banyak
menjadi jalur pintu masuk perdagangan negara maju, sudah digunakan pula metode/
khususnya Cina pada masa itu. Sebagai daerah pendekatan yang berbasis jasa ekosistem
yang memiliki pantai. Labuhan haji memiliki seperti yang dikembangkan Millenium
bentang alam yang indah, dapat menampilkan Ecosystem Assesment (MEA) pada tahun
keindahan keemasan sinar mentari pagi, 2005. Dalam pendekatan ini dilihat
memiliki taman dan pepohonan yang rindang, berdasarkan konteks “manfaat yang diperoleh
memiliki pemandangan persawahan yang masyarakat dari ekosistem”. Contohnya antara
masing alami, dan dapat memandang lain meliputi produksi pangan dan obat-
pemandangan laut yang biru secara leluasa obatan, pengaturan iklim dan penyakit,
(Turmuzi, 2015). tersedianya tanah produktif dan air bersih,
Pemerintah selaku pengelola perlindungan terhadap bencana alam, peluang
mengembangkan pantai labuhan haji sebagai untuk rekreasi, terpeliharanya warisan budaya
salah satu daerah wisata yang ada di Lombok dan manfaat spiritual
timur melihat potensi keindahan yang dimiliki. Konsep Pengembangan Ekowisata antara
Tapi yang sangat disayangkan, kondisi lain: Pertama, aspek destinasi, kemudian
tersebut tidak dibarengi dengan upaya kedua adalah aspek market. Untuk
pemeliharaan yang harusnya dilakukan oleh pengembangan ekowisata dilaksanakan
pelaku wisata ataupun penerima manfaat dengan konsep product driven. Meskipun
langsung ekosistem tersebut. Hal tersebut aspek market perlu dipertimbangkan namun
terlihat dari penataan lokasi pedangan yang macam, sifat dan perilaku obyek dan daya
semrawut, sampah platik yang banyak tarik wisata alam dan budaya diusahakan
mencemari pantai yang dibuang sembarangan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya
oleh wisatawan ataupun oleh pedangan yang (Pengusahaan Ekowisata (2000)).
tidak memperhatikan kebersihan lingkungan. Partisivasi masyarakat dalam
Padahal jika itu dikelola dengan baik, perencanaan. Masyarakat diajak dalam
dilakukan penataan sebaik mungkin, dan merencanakan pengembangan ekowisata.
sosialisasi kebersihan yang dilakukan oleh Demikian pula di dalam pengawasan, peran
pemerintah dan pengelola dan dari kesadaran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
masyarakat sendiri, jelas akan mendatangkan Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara
keuntungan yang berlipat ganda, dari segi nyata terhadap ekonomi masyarakat dari
jumlah wisatawan yang berkunjung, segi kegiatan ekowisata mendorong masyarakat
ekonomi maupun mata pencaharian penduduk menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga
local. keharmonisan dengan alam. Semua upaya
pengembangan termasuk pengembangan
2.4 Ekowisata sebagai Bentuk fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga
Pemanfaatan Jasa Kultural Ekosistem keharmonisan dengan alam. Apabila ada
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan upaya disharmonize dengan alam akan
Hidup (Permen LH) No.17 Tahun 2009 merusak produk wisata ekologis ini.
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Hindarkan sejauh mungkin penggunaan
Lingkungan Hidup, dalam Penataan Ruang minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta

19
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

menjaga keaslian budaya masyarakat. Daya III. Kesimpulan


dukung lingkungan. Pada umumnya Melihat potensi yang besar yang dimiliki
lingkungan alam mempunyai daya dukung oleh ekosistem pesisir pantai labuhan haji
yang lebih rendah dengan daya dukung kabupaten Lombok Timur, berpeluang besar
kawasan buatan. Meskipun mungkin untuk dikembangkan menjadi daerah
permintaan sangat banyak, tetapi daya ekowisata. Bukan hanya sekedar daerah
dukunglah yang membatasi. Peluang pariwisata yang tidak disertai dengan upaya
penghasilan pada porsi yang besar terhadap pemeliharaan yang dilakukan oleh pengelola
negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dan masyarakat penerima manfaat jasa
dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa lingkungan yang diberikan oleh ekosistem
dan belanja wisatawan didorong sebesar- pesisir pantai Labuhan Haji Kabupaten
besarnya dinikmati oleh negara atau negara Lombok Timur.
bagian atau pemerintah daerah setempat
(Pengusahaan Ekowisata, 2000). Daftar Pustaka
Penerapan sistem ekowisata di ekosistem Adrianto, L. Kusomastanto, T. 2013.
mangrove ini merupakan suatu pendekatan Pemodelan Valuasi Keterkaitan Ekosistem
dalam pemanfaatan ekosistem tersebut secara Lamun di
lestari. Kegiatan ekowisata adalah alternatif Pulau Bintan. Bogor. Institut Pertanian
yang efektif untuk menanggulangi Bogor
permasalahan lingkungan di ekosistem ini Arkhan, M., Adrianto L., dan Wardiatmo Y.,
seperti tingkat eksploitasi yang berlebihan oleh 2015. Studi Keterkaitan Ekosistem
masyarakat dengan menciptakan alternatif Lamun dan Perikanan Skala Kecil
ekonomi bagi masyarakat (Muhaerin, 2008). (Studi Kasus: Desa Malang Rapat dan
Wisata yang dilakukan dalam konteks ini Beraki, Kabupaten Bintan Kepulauan
memiliki bagian yang tidak terpisahkan Riau). J. Sosek KP (10): 137-148.
dengan upaya-upaya konservasi, Costanza, R., dArge, R., deGroot, R., Farber,
pemberdayaan ekonomi lokal dan saling S., Gasso, M., Hannon. 1997. The Value
menghargai perbedaan kultur atau budaya. of the World's Ecosystem Services and
Pergeseran konsep kepariwisataan dunia ke Natural Capital. Nature 387: 253-260.
model ekowisata, disebabkan karena Dahuri, R., Rais J., Ginting S.P., Sitepu, M.J.
kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi (cet. 2), 2001 : Pengelolaan Sumberdaya
obyek wisata buatan. Sekiranya peluang ini Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk Terpadu ; PT. Pradnya Paramita,
menarik wisatawan mengunjungi obyek Jakarta, Indonesia.
berbasis alam dan budaya penduduk lokal Darmawan, 2015. Artikel Ilmiah: Valuasi
(Satria, 2009). Ekonomi Layanan Ekosistem Kawasan
Melalui penyelenggaraan kegiatan Objek Wisata Gunung Menumbing Di
ekowisata diwilayah pesisir, keberadaan hutan Kabupaten Bangka Barat. Bandung:
mangrove sebagai salah satu ekosistem pesisir Universitas Padjajaran.
yang penting, dilindungi sekaligus Gunn CA. 1994. Tourism Planning: Basics,
dikembangkan sebagai atraksi wisata dengan Concepts, Cases. Third Edition.
berbagai kegiatan yang menarik. (Mukaryanti London: Taylor and Francis
dan Saraswati, 2005). Ltd.Washington DC.

20
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

Indrayanti M., Fahrudin A., dan Setyobudiandi Kailash Sacred Landscape regions of
I., 2015. Penilaian Jasa Ekosistem India and Nepal. Nepal: ICCIMOD
Mangrove di Teluk Blanakan Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid
Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu Fandeli., Mukhlison., Fakultas
Pertanian Indonesia (20): 91-96. Kehutanan Univ. Gadjah Mada
Iswadi U, 2015. Analisis potensi Yogyakarta).
pengembangan Ekowisata pantai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
mandeh kabupaten Pesisir selatan. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Sumatera Barat: Program Studi Penentuan Daya Dukung Lingkungan
Pendidikan Geografi STKIP PGRI Hidup, dalam Penataan Ruang Wilayah.
Sumatera Barat. Saraswati, A.R. 2004. Konsep pengelolaan
Kusmana, C. 2015. Keanekaraman hayai ekosistem pesisir (studi kasus
(Biodiversitas) sebagai Elemen Kunci kecamatan ulu jami kabupaten
Ekosistem Kota Hijau. Jurnal pemalang jawa tengah). Jurnal teknologi
Biodiversitas Indonesia, Vol. 1 N0. 8. lingkungan (4):
Hal. 1747-1755 Satria, D. 2009. Strategi pengembangan
Loana A., Jan H., David A., and Joern F., ekowisata berbasis ekonomi lokal dalam
2013. Synthesis Cultural Ecosystem rangka program pengentasan
Services: A Literature Review and kemiskinan di wilayah Kabupaten
Prospects for Future Researc. Ecology Malang. Journal of Indonesian Applied
and Society 18: Economics 3(1):37-47.
Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya Satz D., et al. 2013. The Challenges of
Ekosistem Mangrove Untuk Incorporating Cultural Ecosystem
Pengelolaan Ekowisata Di Estuari Services into Environmental
Perancak, Jembrana, Bali. Skripsi. Assessmen. Ambio.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siswantoro, H. 2012. Tesis: Kajian daya
Mukaryanti dan A. Saraswati, 2005. Dukung Lingkunganwisata Alam Taman
Pengembangan ekowisata sebagai Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten
pendekatan pengelolaan sumberdaya Karanganyar. Semarang: Univeristas
pesisir berkelanjutan. Kasus Desa Diponegoro.
Blendung–Kabupaten Pemalang. Jurnal Sabhani, A. 2010. Potensi Objek Wisata Pantai
Teknik Lingkungan P3TL-BPPT 6 (2) : di Kabupaten Lombok Timur tahun
391 - 396. 2010. Tesis: Universitas Sebelas Maret
Muttaqin, T., R. H. Purwanto, dan N. R. Siti, Surakarta.
2011. Kajian potensi dan strategi The urbes Project.2015. Cultural Ecosystem
pengembangan ekowisata di cagar alam Services – A gateway to raising
pulau sempu Kabupaten Malang awareness for the importance of nature
provinsi Jawa timur. GAMMA 6 for urban life. www.urbesproject.org
(2):152-161. Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang
Pandey A, Kotru R, and Prandhan N., 2016. Pariwisata.
A Framework for the Assessment of Wahyudin, Y. Kusomastanto, T. Adriyanto, L.
Cultural Ecosystem Services of Sacred Wardiyatno, Y. 2016. Jasa Ekosistem
Natural Sites in the Hindu Kush Lamun Bagi Kesejahteraan Manusia.
Himalayas Based on fieldwork in the

21
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

Jurnal Omni-akuatik No. 12. Volume 3. Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah


Hal. 29-46. Seminar Sains 21.
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai
Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya

22

Anda mungkin juga menyukai