Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM PENGAUDITAN & PDE

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak., CA

Oleh :

Nama : Ni Luh Laras Witrisanti Bayu


NIM : 1506305131
Absen : 16
Kode Mata Kuliah : EKA 447 BP

REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
PEMBAHASAN

Kode Etik Akuntan Indonesia

Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001: 53)

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang
terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis
dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan
dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati
kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara
terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

3. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja
dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi,
perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan
sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan
dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan
melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman
dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan
kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota
atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi
masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat
dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota
mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi
kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah
laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja
dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar
professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan
perundang-undangan yang relevan.

Standar Audit

Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1
telah menetapkan dan mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :

Standar Umum, berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor. Standar umum terdiri dari:
 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor
 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor
 Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama
Standar Pekerjaan Lapangan, berfungsi untuk mengatur mutu pelaksanaan auditing. Standar
pekerjaan lapangan terdiri dari:
 Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem harus
disupervisi dengan semestinya
 Pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern (SPI) harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan
 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil
audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan. Standar pelaporan terdiri
dari:
 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia
 Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
 Laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan,
jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor

Standar Pengendalian Mutu

Pernyataan dalam Standar Pengendalian Mutu (SQCS) No.1, System Of Quality Control for a CPA
Firm, mewajibkan kantor CPA memiliki system pengendalian mutu. SQCS No. 2 menunjukan
adanya lima elemen pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan oleh kantor CPA dalam
membuat kebijakan pengendalian mutu berikut prosedur untuk memberikan keyakinan yang
memadai tentang kesesuaian dengan standar professional dalam melaksanakan jasa auditing,
akuntansi, dan review. Aplikasi pengendalian mutu pada jasa-jasa lain seperti perpajakan dan
konsultasi lebih bersifat sukarela. Lima Elemen yang dimaksud adalah :

1. Independensi, Integritas dan Objektivitas

Ditetapkan untuk meyakinkan bahwa personel :

 Adalah independen terhadap klien ketika melaksanakan jasa atestasi.

 Melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan integritas dan objektivitas.

2. Manajemen Personalia

Kebijakan dan prosedur perusahaan yang berkaitan dengan manajemen personalia harus
dilengkapi dengan keyakinan yang memadai bahwa:

 Personel yang ditugaskan harus memiliki karakteristik yang diperlukan untuk


melaksanakan tugas secara kompeten.

 Perikatan diserahkan kepada personel yang memiliki pelatihan teknis dan kemampuan
yang dipersyaratkan dalam perikatan.

 Personel yang terpilih untuk peningkatan karir harus memiliki kualfikasi yang diperlukan
yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab yang akan diberikan kemudian.

 Personel yang berpartisipasi dalam industry umum atau spesifik harus mengikuti
pendidilan professional berkelanjutan serta kegiatan pengembangan professional lainnya
yang meningkatkan kemampuan mereka untuk memenuhi tanggung jawab perikatan dan
persyaratan AICPA serta badan pengatur.
3. Penerimaan dan Pemeliharaan hubungan dengan klien dan perikatan

Secara umum perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat meminimalkan
kemungkinan keterkaitan dengan klien yang manajemennya kurang memiliki integritas. Selain itu,
mereka harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk :

 Memperoleh keyakinan yang memadai bahwa perusahaan hanya akan menerima perikatan
yang dapat diselesaikan dengan kompetensi professional yang cermat.

 Memperoleh pemahaman yang sama dengan klien tentang sifat, lingkup dan ketrbatasan
jasa yang akan dilaksanakan.

4. Kinerja Perikatan

Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk :

 Merencanakan, melaksanakan , memberikan supervise, me review dan


mengkomunikasikan hasil setiap perikatan.

 Memastikan bahwa personel akan berkonsultasi dengan professional lain dan mencari
bantuan dari orang-orang yang memiliki keahlian, pertimbangan dan wewenang yang tepat
serta tepat waktu.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses evaluasi yang akan berlangsung terus menerus atas system
pengendalian mutu perusahaan. Inspeksi adalah ukuran system pengendalian mutu pada suatu titik
waktu tertentu. Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat memberikan
pertimbangan dan evaluasi terus menerus tentang :

 Relevansi serta kecukupan kebijakan dan prosedur.

 Ketepatan materi pedoman dan setiap bantuan praktik.

 Efektivitas kegiatan pengembangan professional.

 Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur.


Standar Pengendalian Mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
diterbitkan oleh IAPI.

Standar Pengendalian Mutu mencangkup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan untuk memberikan kyakinan yang memadai tentang kesesuaian perikatan profesional
dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu haruslah komprehensif dan harus dirancang selaras
dengan struktur organisasi, kebijakan dan sifat prakteknya.

Setiap pengendalian mutu memiliki keterbatasan bawaan yang dapat berpengaruh terhadap
efektivitasnya. Perbedaan antar staff dan pemahaman persyaratan profesioanal, dapat
memengaruhi tingkat kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu, yang
kemudian memengaruhi efektivitas system tersebut.
Laporan Akuntan Publik Penuh
Analisis Laporan Auditor :

Berdasarkan Red Box yang berisi opini Auditor di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (Persero) telah disajikan berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku. Adapun tujuan Laporan Keuangan menurut PSAK No. 1 adalah untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi
beragam pengguna laporan dalam membuat keputusan ekonomi. PSAK 1 mengatur bahwa laporan
keuangan lengkap harus mencakup komponen-komponen berikut :

1. Laporan Posisi Keuangan


2. Laporan laba rugi komprehensif
3. Laporan peruban ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Kebijakan akuntansi beserta catatan atas laporan keuangan

Karakteristik Perusahaan

Perusahaan Jasa
Perusahaan jasa adalah unit usaha yang kegiatan utamanya memproduksi barang tidak berwujud
(jasa) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan jasa bisa diartikan juga
sebagai suatu perusahaan yang menjual jasa yang diproduksinya dengan tujuan memperoleh
keuntungan dari kegiatan memenuhi kebutuhan konsumenya. Secara sederhana perusahaan jasa
dapat diartikan sebagai perusahaan yang kegiatannya menjual jasa dalam bidang berbagai
pelayanan yang memberikan kemudahan, kenyamanan, bagi masyarakat yang memerlukannya.
Adapun karakteristik dari perusahaan jasa itu sendiri adalah sebagai berikut :
o Ketidakberwujudan (intangibility) : jasa biasanya tidak dapat diidentifikasi secara fisik
sehingga tidak dapat disimpan dan harus segera dikonsumsi pada saat diperoleh
o Ketakterpisahkan (inseparability) : keterlibatan konsumen tidak dapat dipisahkan dari jasa
yang harus diberikan dan dalam hal tertentu konsumen lain juga trelibat dalam menikmati
jasa, misal bioskop
o Keanekaragaman (heterogenity) : jenis dan kualitas layanan berbeda-beda untuk tiap
konsumen sehingga sulit distandarisasikan kegiatan layanannya, misal jasa rumah sakit
Keterlenyapan (perishability) : manfaat mereka pada jasa akan habis/lenyap dengan cepat
sehingga konsumsi jasa akan dilakukan konsumen secara berulang, misal jasa cuci mobil
Selain itu perusahaan jasa juga memiliki beberapa ciri umum yaitu :
 Pendapatan berasal dari penjualan jasa
 Dalam proses memproduksi suatu jasa, bisa saja menggunakan bantuan dari produk fisik
dan bisa saja tidak
 Tidak memiliki persediaan produk dalam bentuk fisik, sebab produk yang dijual
merupakan produk yang tidak berwujud (jasa). Produk yang dihasilkan hanya bisa
dirasakan manfaatnya namun tidak bisa dilihat fisiknya
 Jasa yang diberikan tidak sama, bisa jadi masing-masing konsumen memperoleh jenis
layanan yang berbeda dengan konsumen lainnya
 Pada tingkat harga umumnya memiliki sifat yang tidak mutlak, sebab ketentuan harga yang
ditetapkan perusahaan tergantung dengan jenis pelayanan dan tingkat kebutuhan konsumen
seniri
 Jasa yang dihasilkan tidak dapat disimpan, jadi sekali dibeli maka penggunaanya akan
langsung habis

Perusahaan Dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatannya membeli barang jadi dan menjual kembali
tanpa melakukan pengolahan kembali sifat produksi tersebut. Seandainya melakukan pengolahan
hanya pengemasan kembali, pemberian label, pembungkusan.
Contoh dari perusahaan dagang ini adalah : dealer, toko-toko kelontong, dan maal
Karakteristik dari perusahaan dagang yaitu :
o Melakukan transaksi pembelian dan penjualan barang dagang baik secara tunai maupun
kredit
o Melakukan penyimpanan barang dagang setelah pembelian dan sebelum barang dagang
laku terjual
o Melakukan transaksi retur pembelian / retur penjualan bila diperlukan
o Melakukan transaksi pelunasan / pembayaran utang dan penerimaan piutang dagang yang
telah terjadi

Kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan dagang ini, diantaranya berupa kegiatan sebagai
berikut :
1. Pembelian : membeli berbagai macam produk di berbagai pemasokan
2. Pemasaran : mempromosikan produk tersebut ke pembeli / konsumen potensial
3. Penganekaragaman : menyediakan berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan
dan selera konsumen
4. Pendanaan : menyediakan fasilitas kredit untuk konsumen potensial agar dapat mendorong
terjadinya transaksi
5. Penyimpanan : menyediakan dan melindungi produk untuk melayani kebutuhan konsumen
secara lebih baik dan potensial
6. Penyortiran : membeli barang atau produk secara borongan kemudian memilih dan
memecah menjadi unit
7. Penyeleksian : kualitas membeli barang / produk secara borongan kemudian menyeleksi
kualitas dan membungkus serta memberi label sesuai kualitas
8. Pengangkutan : memindahkan barang secara fisik dari produsen ke konsumen akhir
9. Penyediaan : menyampaikan informasi pasar yang diperlukan oleh pembuat produk seperti
volume penjualan harapan

Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur (pabrik) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku
kemudian menjual barang jadi tersebut. Contohnya seperti pabrik sepatu, baju dan roti.
Adapun karakteristik dari perusahaan manufaktur adalah :
o Dalam kegiatan manufaktur terdiri dari produksi, pemasaran, dan administrative / umum
o Adanya bagian yang disebut dengan pabrik yang merupakan fungsi / kegiatan tambahan
yang terdapat dalam perusahaan manufaktur

Anda mungkin juga menyukai