ANATOMI FISIOLOGI
mencerna untuk dijadikan energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses
mulut atau oris sampai ke anus dalam manusia dibagi menjadi tiga bagian.
lambung.
B.PENGERTIAN
Appendicitis adalah inflamasi saluran usus yang tersembunyi dan kecil yang
berkurang sekitar 4 inci (10 cm) yang buntu pada ujung sekum. Apendiks dapat
terobtruksi oleh massa fese yang keras yang akibatnya terjadi inflamasi, infeksi,
gangrene, dan mungkin perforasi. Apendiks yang ruptur merupkan gejala serius karena
isi usus dapat masuk ke dalam abdomen dan menyebabkan perintonisis atau
populasi akan mengalami appendiksitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup
apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya (corwin
2009).
A. PENYEBAB
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi
mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa
1) Faktor sumbatan
yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia
jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda
ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus
apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis
2) Faktor baketri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih
dari 10%.
3) Kecendrungan familiar
organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan
kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat
Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko
lebih tinggi dari Negara yang pola makanannya banyak serat. Namun saat
sekarang kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan
tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memilki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memilki resiko apendisitis yang lebih
tinggi.
influenza dan pneumitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Tapi harus
B. PATOFISIOLOGI
limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infark dinding appendiks
yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding
Bila proses berjalan lambat, omemtum dan usus yang berdekatan akan
panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tesebut ditambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar
di belakang sekum, nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal; bila ujungnya ada
kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum
Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kudaran bawah kanan.
Apabila appendiks telah rupture, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi
D. KOMPLIKASI
Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan
suhu 37,7 C atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri abdomen atau nyeri
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Mcburney)
2. Pemeriksaan fisik
Status generalis; tampak kesakitan, demam (lebih tinggi dari 37,7 C),
peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan
Psoas sign (+) m. psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik
Obtrutator sign (+) fleksi dan enderotasi articulatio costa pada posisi
appendiks di pelvis.
Peritonitis umum (perforasi); nyeri diseluruh abdomen pekak hati
3. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
>10,000/mm3)
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan apendistis akut meliputi terapi medis dan terapi
bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai
dalam beberapa bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi medis saja.
Selain itu terapi medis juga berguna pada pasien apendisitis yang mempunyai
resiko operasi yang tinggi. Namun pada kasus apendisitis perforasi, terapi medis
diberikan sebagi terapi awal berupa antibiotic dan drainase melalui CT-scan
pada absesnya.
dari 24 jam untuk apendisitis non peforasi dan kurang dari 5 jam untuk
apendisitis perforasi.
harus diganti segera dengan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix
sistemik, atau pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang
Cairan atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk