Anda di halaman 1dari 30

KMB 1

Infeksi Saluran Pernafasan Akut


(ISPA)

Kelompok 4:

Ansar 216055

Patmayati 216087

Ika melati 216067

Rahayu agustina 216090

Akademi keperawatan pelamonia


Kesdam XIV/HSN
Tahun 2017

1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah.SWT atas segala limpahan rahmat serta
karunianya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul” ISPA ” sesuai waktu yang telah direncanakan.

Keperawatan adalah salah satu hal penting dalam sebuah proses


asuhan keperawatan. Ini adalah sebuah sistem atau cara untuk mencatat
seluruh proses alur keperawatan. ISPA adalah masuknya mikroorgamisme
(bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan
gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Bakteri dan virus
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus
dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.

Dalam pembuatan makalah ini penyusun ingin menyampaikan terima


kasih pada pihak yang membantu terutama rekan kelompok 4. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun meminta agar pembaca
dapat memberikan kririk dan sarannya sehingga dapat menjadi bahan
perbaikan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi para pembaca.

Makassar,01 Oktober 2017

kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 4


B. Tujuan ..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep medis .................................................................... 6


B. Konsep asuhan keperawatan .............................................. 20
C. Rencana asuhan keperawatan ............................................ 21

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ........................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi
jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia)
ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang
dapat berlangsung sampai 14 hari. Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk
dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara
berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol,
terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka
kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %,sedangkan di
Negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian
ISPA diperkirakan mencapai 20 %.Hingga saat ini salah satu penyakit
yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA(Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang
penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60

4
% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit
IS(Anonim,2009).

B. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan ISPA, infeksi saluran
pernafasan atas dan infeksi saluran pernafasan bawah.

5
BAB II

PENDAHULUAN

A. Konsep medis
1. Pengertian
a. Saluran Pernafasan Akut
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses inflamasi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikoplasma) atau
aspirasi substansi asing, yang melibatkan sesuatu atau semua
bagian saluran pernafasan. (Wong L. Donna,2003 ; 458)

ISPA adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang


seing engenai bayi dan anak (Ngastiyah, 1995).
b. Saluran Nafas Atas
Saluran napas (jalan napas) adalah daerah di mana
udara bergerak menuju area pertukaran gas di paru-paru.
Saluran napas atas terdiri atas rongga hidng, faring, dan laring.

6
(1). Rongga hidung

Hidung terbentuk dari tulang dan kartilago (ulang rawan).


Tulang nasal membentuk septum nasi/jembatan hidung, dan
sisa hidung lainnya tersusun oleh tulang rawan dan jaringan
pengikat (Figur A&P 14-1). Tiap lubang hidung pada wajah
(nostril atau nares) vestibulum pada bagian depan dilapii oleh
kuit dan rambut yang akan menyaring objek asing dan
mencegah agar tidak terinhalasi. Vestibulum pada bagian
depan dilapisan oleh kulit dan rambut yang akan menyaring
objek asing dan mencegahagar tidak terhinhalasi. Vestibulum
posterior dilapisi oleh membrane mukosa yang terdiri atas sel
epitel kolummer dan sel goblet yang menyekresikan mucus.
Membrane mukosa meluas sepanjang saluran napas dan silia
(tonjoln menyerupai rambut)mengeluarkan mucus ke faring
untuk dieleminasi dengan cara dibatukkan atau di telan.

Pada sisi vestibulum terdapat turbinatus/konka, tonjolan


yang dilapisi membrane mukosa yang mengandung sulai darah
dari arteri karotis interna dan eksterna. Struktur ini
menghangatkan dan melembapkan udara yang diinspirasikan.

Sinus paranasal, daerah terbuka di dalam tulang


tengkorak dinamakan berdasarkan nama tulang
tempatruangan ini terdapat, yaitu:frontalis, ethmoidalis,
sfenoidalis, dan maksilaris. Aliran dari sinus paranalis mengalir
ke rongga hidung. Duktus nasolakrimalis, yang mengalirkan air
matdari permukaan air mata juga menglirkan ke rongga hidung

Mulut dianggap merupakan bagian saluran nafas atas


hanya karena mulut dapat digunakan untuk menghantarkan

7
udara keparu saat terjadi obstruksi hidung atau ketika
dibutuhkan volume udara yang tinggi, seperti pada waktu
olahraga. Mulut tidak melakukukan fungsi hidung secara efisien,
terutama dalam menghangatkan, elembabkan, dan menyaring
udara.

(2). Faring

Faring adalah suatu saluran berbentuk corong yang


memanjang dari hidungke laring. Faring dapat dibagi ke dalam
tiga bagian. Nasofaring berlokasi di atas tepi palatum molle dan
menerima uara dari rongga hidung. Dari elinga, tuba eustachius
terhubung dengan nasofaring. Tonsil faring (disebut adenoid
jika mengambil pembesaran) berlokasipada dinding posteroit
nasofaring. Orofaring berperan padarespirasi dan pencernaan.
Orofaring menerima udara dari nasofaring dan makanan dari
rongga mulut. Tonsil palatine (fausial) berlokasi di sepanjang
sisi mulut bagian posteroit dan tonsil lingualis berlokasi pada
dasar lidah. Laringofaring (hipofaring) berlokasi di bawah dasar
lidah dan merupakan bagian faring paling inferior. Laringofaring
menghubungkan laring dan berperan pada pernafasan dan
ppencernaan.

(3). Laring

Laring disebut sebagai kotak suara (voice box). Laring


menghubungkan saluran napas atas (faring) dan bawah
(trakea). Laring terletak anterior esophagus atas. Sembilan
kartilago membentuk laring: tiga buah kartilago tunggal yang
besar (epiglottis, tiroid, krikoid) dan tiga pasang kartilago yang
leih kecil (aritenoidea, kornikulata, kuneiformis). Kartilago

8
melekat pda tulang hyoid di sebelah tas dan di sebelah bawah
melekat pada trakea oleh otot dan ligament, smua struktur ini
mencegah laring mengalami kolaps selama inspirasi dan
menelan.

Laring terdiri atas endolaring dan kartilago dan tulang


berbentuk segitiga yang mengelilinginya. Endolaring terbentuk
dari dua pasang lipatan jaringan, membentuk plika vokalis palsu
dan plika vokalis sejati. Celah di antara plika vokalis disebut
sebagai glottis. Epiglottis, suatuu struktur seperti daun yang
terletak di atas laring. Ketika makanan atau cairan ditelan,
epiglotis menutup laring, melindungi saluran napas bawah dari
aspirasi.

Kartilago tiroid menonjol di depan lring membentu jakun


(Adam’s apple). Kartilago krikoid terletak di bawah kartilago
tiroid dsn merupakan tempat anatomis untuk membuat lubnag
buatan ke trakea (trakostomi atau krikotiroidektomi). Bagian
dlam laring tersusun atas otot-otot yang membantu menelan,
berbicara, dan bernafas serta berkontribusi pada nada suara.
Suplai darah ke laring melalui cabang arteri tiroid. Inervasi saraf
melalui nervus laryngeal rekuren dan nervus laryngeal superior.

c. Saluran Pernafasan Bawah


Saluran napas bawah atau pohon trakeobronkial
tersusun atas trakea, bronki primer dekstra dan sinistra, bronki
segmentasi, bronki subsegmentasi, dan bronkiolus terminasi
(Figur A&P 14-2). Otot polos yang mengelilingi secara spiral,
bertumpuk searah jarum jam dan berlawanan dengan arah
jarum jam ditemukan pada semuastruktur ini. Susunan ini

9
emungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi diameter
saluran napas. Saluran napas bawah juga brperan untu
menghangatkan, melembapkan, dan menyaring udara saat
mengalir ke paru-paru.

(1). Trakea

Trakea (pipa udara) memanjang dari laring ke bawah


setinggi vertebra torakalis 7, yang kemudian bercabang menjadi
bronkus primer (utama). Tempat percabangan ini disebut
sebagai karnia. Trakea adalah suatu jalan napas muscular dan
fleksibel dengan panjang 12cm dengan cincin kartilago
berbentuk huruf C. Bersama dengan dae rah saluran napas
bawah yang lain, trakea dilapisanepitel kolumbar berlapis
semua yang mengandung sel goblet (sel yang menghasilkan
mucus) dan silia (Figur A&P 14-3). Oleh karena silia bergetar ke
atas, silia cenderung mengeluarkan partikel asing dan mucus

10
yang berlebihan menjauh dari paru menuju ke faring. Pada
alveolitidak terdaat silia.

(2). Bronkus dan Bronkiolus

Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas,


berjalan lebih vertical ke bawah dibandingkan bronkus utama
kiri. Dengan demikian, benda asing lebih mudah masuk ke
bronkus kanan dibandingkan bonkus kiri. Bronki segmental dan
subsegmental adalah subdivisi dari bonki utama dam
membayar menyerupai pohon terbalik menuju ke masing-
masing paru. Kartilago menyelubungi jalan napas di bronki
tetapi pada bronkioli (jalan napas terakhir sebelum sampai ke
alveoli) kartilago menghilang sehingga bronkioli dapat
mengalami kolaps dan mengandung udara selama ekshalasi
aktif. Bronkiolus terakhir pada system konduksi. Area pada
hidung sampai ke bronkiolus tidak mengalami pertukaran gas
dan berfungsi sebagai ruang rugi anatomic (anatois dead
space). Kekurangan pertukaran gas berarti bahwa udara yang
pertama keluar dari mulut selama skdhalasi mencerminkan
udara ruangan, tetapi udara terakhir yang kaluar (udara tidak
akhir) menerminkan udara alveolar.

(3). Paru dan Alveolus

Paru terletak di dalam rongga torak pada kedua sisi


jantung (lihat Figur A&P 14-2). Paru berbentuk kerucut, dengan
apeks terletak di atas rusuk pertama dan dasar/basal
paruterletak pada diafragma. Tiap paru terbagi menjadi lobus
superior dan inferior oleh fisura oblik. Paru kanan terbagidalam
tiga lobus, lobus superior, medius, dan inferior, sedangkan paru

11
iri hanya terdiri atas dua lobus. Selain pembagan paru menjadi
lima lobus ini tampai dari luar, paru juga terbagi menjadi 10 unit
yang lebih kecil (segmen bronkopulmonal). Tiap sgmen
mencerminkan bagian paru yang disuplai oleh bronkus tersier
spesifik. Segmen ini pnting secara bedah karena segmen yang
mengalami kerusakan dapat dilakukareseksi tanpa harus
mengangkat keselurhan lobus atau keseluruhan paru. Kedua
paru dipisahkan oleh sebuah ruangan (mediastinum) di mana
terletak organ-organ seperti jantung, aorta, vena cava,
pembuluh darah pulmonal, asofagus, bagian dari trakeadan
bronki serta kelenjar timus.

Paru-paru mengandung gas, darah, dinding alveolus


yang tipis, dan struktur pendukung. Dinding alveolus
mengandung serabut kolagen dan elastis, yang membentuk
struktur tiga dimensi menyerupai keranjang yang
memungkinkan paru berkembng ke smua arah. Serabut ini
dapat meregang keika terdapat gaya tarikan pada paru dari
luartubuh atau ketika paru-paru mengembang dari dalam.
Recoil (pentalan) elastis membantu mengembalikan paru ke
valume saat istirahat.

Cabang arteri pulmunoal memperdarahi sebagian besar


paru-paru. Darah pada arteri ini miskin oksigen tetapi oksigen
disuplai oleh udara inspirasi. Trakea dan bronkiolus yang bukan
merupakan bagian dari permukaan yang berpeeran pada
pertukaran gas menerima darah kaya oksigen dari cabang
aorta.

12
Paru-paru seorang pria berusia 19 tahun memiliki
kapasitas total sebesar 5900 ml. akan tetapi, seseorang tidak
dapat menghembuskan semua udara tetap berada di paru-paru,
seberapa pun kuatnya ekspirasi. Volume udara yang bergerak
masuk dan keluar setiap pernapasan disebut sbagai volume
tidal. Selama pernapasan biasa, volume tidal sekitar 500 ml. jika
seseorang menarik napas dalam, paru menjadi lebih
mengembang. Jumlah udara tambahan yang dihirup melebihi
volume tidal dan disebut sebagai volume cadangan inspirasi,
udara tambahan yang dapat dihembuskan setelah pernafasan
paksa disebut sebagai volume cadangan kpirasi.

Kapasitas paru sering dikombinasikan menjadi kapasitas:

(a). Kapasitas total paru : keempat volume paru

(b). Kapasitas vital: semua volum kcuali volume residul,


yang merupakan jumlah yang dapat diventilasi
seseorang.

(c). Kapasitas cadangan fungsional: volum tidal


ditambah volume cadangan inspirasi.

Laju udara yang dapat dikeluarkan dari paru juga


memberikan informasi diagnostic. Volume ekspirasi paksa
dalam “waktu” tertentu didapatkan dari pemeriksaan dengan
meminta klien melakukainspirasi maksimal (sampai kapasitas
paru total) diikuti dengan kshalasi maksimal (sampai volume
residual). Jumlah total udara yang diekshalasi adalah kapasitas

13
vital. FEV1 mengindikasika volume udara yang dihembuskan
selama 3 detik, biasanya sekitar 95% kapasitas vital.

Volume dan kapasitas ini sering berubah pada beberapa


penyakit. Pola dan derajat perubahan berkorelasi dengan
derajat proses penyakit. Volume paru yang terukur denga
spirmotri ditunjukkan pada Figur A&P 14-4.

Selubung mukosiliar sebagai suatu mekanisme


pertahanan pernapasan utama. Mucus disekresikan oleh sel
goblet permukaan. Sekitar 100 ml mukus secara normal
disekresikan setiap hari oleh gundula submukosa. Mucus
melapisi permukaan epitel pada pohon trakeobronikal dalam
dua lapis : lapisan cairan encer pada permukaan mukosa dan
lapisan gel yang lebih tebal. Mucus yang mengndung debris
kmudian ditelan atau dibatukkan sebagai sputum.

Prenkim paru, yang terdiri atas jutaan unit alveolus,


adalah area yang bekerja pada jaringan paru. Pada saat
kelahiran, seseorang memiliki sekitar 24 jam alveoli, pada usia
8 tahun, seseorang memiliki 300 juta alveoli. Total area
permukaan alveolus yang bekerja sekitar 750 sampai 860 kaki
persegi. Suplai darah yang mengalir ke alveoli dating dari
ventrikel kanan jantung.

Oksigen dan CO2 ditukar melalui suatu membrane


respirasi, dengan tebal sekitar 0,2 mm harus menembus
melewati struktur ini, atau menyentuh dinding kapiler. Oleh
karena itu jarak difusi oksigen dan CO2 harus dikurangi.

14
Penebalan membrane respirasi (misalkan pada edema paru
atau fibrinosis) dapat mengganggu pertukaran gas ini.

Alveolus terdiri atas dua macam sel :


pneumosit tipe 1 yang melapisi alveolus, merupakan sel tips
dan tidak mampu bereproduksi tetapi efektif untuk pertukaran
gas. Pneumosit tipe 2 Adalah sel kuboid dan tidak dapat
melakukan pertukaran oksigen dan CO2 dengan baik. Sel ini
menghasilkan surfaktan dan penting pada jejas paru dan
respirasi jaringan karena sel ini dapat berdiferensiasi menjadi
makrofag alveolar. Sel ini juga dapat berdiferensiasi menjadi sel
tipe 1, oksigenasi dapat terganggu elama masa transisi dari tipe
2 ke tipe 1

(3). Toraks

ruangan toraks yang disusun oleh rangka tulang


memebrikan perlindungan pada paru, jantung, dan pembuluh
darah. Lapisan paing luar dari toraks tersusun atas 12 pasang
tulang rusuk. Tulang rusuk berhubungan pada bagian posterior
dengan prosesus transversus vertebra torakalis pada tulang
belakang. Pada bagian depan, tujuh pasang rusuk melekat
pada sternum melalui kartilago. Rusuk ke-8,9 dan 10 (rusuk
palsu) saling diletakkanpertukaran oksigen. Akumulasi cairan
pada ruang intersisial (edema paru) mengurangi difusi oksigen
ke kapiler pulmonal oleh kartilago kostalis. Tulang rusuk ke 11
dan 12 (rusuk melayang) memungkinkan ekspansi dada penuh
karena mereka tidak terletak pada sternum.

15
(4). Diagfragma
Pernapasan dilakukan oleh perubahan otot skelet pada
rongga toraks. Diafragma adalah otot utama pernapasan dan
berperan sebagai tepi bawah toraks. Diafragma berbentuk
kubah pada posisi relaksasi, dengan otot utama melkat pada
prosesus xifoideus sternum dan rusuk bagian bawah. Kontraksi
diafragma menarik otot ke bawah, meningkatkan ruangan toraks
dan secara aktif mengembangkan paru, inervasi diafragma
berasal dari medulla spinalis setinggi vertebra servikalis ketiga.
Oleh karena itu cedera spinal pada C3 atau di atasnya dapat
mengganggu ventilasi.

(5). Pleura
Pleura adalah membrane serosa yang membungkus paru
sebagai kantong dengan dua dinding. Pleura viseralis
membungkus paru dan fisura antara kedua lobus paru. Pleura
parietalis membungkus paru dari dalam pada setiap hmitoraks,
mediatnum dan puncak diafragma : kemudian bergabung
dengan pleuraviseralis pada hilus (suatu celah pada permukaan
medial paru, dimana cabang utama bronkus, pembuluh darah
pulmonal dan saraf masuk ke paru.

Karena pleura parietal melekat pada sangkar rusuk. Aksi


pleura ini analog dengan memasangkan kedua lembar kaca
denga suatu lapisan film yang tipis. Sangat sulit memisahkan
kedua lembaran kaca pada sudur tegak lurus, melainkan kedua
lembar ini saling bergeser satu sama lain.

16
d. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah virus dan alergi. Masa
menular beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari
sesudah gejala hilang komplikasi akibat invasi sekunder bakteri
pathogen seperti pneumokokus, streptokokus, haemophilus
influenza atau stafilokokus. Masa tunasnya adalah 1- 2 hari,
dengan faktor predesposisi kelelahan, gizi buruk, anemia dan
kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu
pergantian musim (Ngastiyah, 1995 ).

e. Tanda dan gejala

1). Demam

Tidak ada pada bayi baru lahir, paling besar pada usia 6 bulan
sampai 3 tahun, suhu dapat mencapai 39,5-40,5C bahkan
dengan infeksi ringan. Kecendrungan untuk mengalami
peningkatan suhu diserta infeksi pada keluarga tertentu dapat
mencetuskan ejang febris (Wong L.donna ; 2003 )

2). Sumbatan Nasal

Pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembekkan


mukosa dan eksudasi. Dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusup pada bayi, dapat menyebabkan otitis medi dan
sinusitis.

3). Keluaran nasal

Sering menyertai infeksi pernafasan, mungkin encer dan sefikit


(rinorea) atau kental pada prulen bergantung pada tipe dan atau

17
tahap infesi berhubungan dengan gatal. Data mengiritasi bibir
atas dan kulit sekitar hidung (Wong L, Donna ; 2003 ).

4). Batuk

Gambaran umum dari penyakit pernafasan dapat menjadi bukti


hanya selama fase akut dapat menetapkan selama beberapa
bulan setelah penyakit muncul (Wong L, Donna ; 2003 ).

f. Pemeriksaan Penunjang

1). X – Ray pada sinus

Mengkonfirmasi diagosa sinusitis dan mengidentifikasi masalah-


masaah struktur, malformasi rahang.

2). CT – Scan sinus

Mendetesi adanya infeksi pada daerah sfenoidal dan etmoidal

3). Darah Lengkap

Mendetesi adanya tanda-tanda infeksi dan anemia (Mariyn


Dongoes ,2001 )

4). Pengobtan dan Penanganan

Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan


simtomatis, misalnya ekspektoransi untuk mengatasi batuk,
sedative untuk menenangkn pasien, dan antiseptic untuk
menurunkan demam. Obstrusi hidung pada bayi sangat sukar di

18
obati. Penghisapan lndir hidung tidak efektif dan sering
menimbulan bahaya. Cara yang paling mudah untuk
pengeluaran secret adalah dengan membaringkan bayi
tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidungan
larutan efedrin 1%, bila ada infeksi sekunder hendaknya
diberikn antibiotic. Batuk yang produktif (pada bronkoinfeksi dan
trakeitis) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein,
karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,
penumpukan tersebut, terutamayang kronik, dapat diberikan
pengobatan dengan penyinaran (Ngastiyah, 1995 )

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien Meliputi :
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Klien
2) Apakah ada Nyeri dada Non kardiak
3) apakah klien mengalami Dipnea, Batuk,Hemoptisis, Mengi,
dan Stridor
4) Keluhan Nasal dan Sinus
5) Riwayat pembedahan, alergi, medikasi, kebiasaan makan
6) Riwayat social, riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan FIsik
1) Inspeksi : hidung, Sinus, Toraks, Jari-jari
2) Palpasi : Hidung, Sinus, Trakea, Toraks

19
3) Perkusi : Sinus, Toraks, dan Paru
4) Auskultasi : Toraks dan paru
d. Tes Diagnostik
1) Uji noninvasive :
a) Oksimetri nadi
b) Uji fungsi paru
c) Rontgen dada
d) Pemindai ventilasi-perfusi
e) Computed Tomography ( CT ) dan magnetic Resonance
imaging ( MRI
2) Uji Invasif
a) Laringoskopi
b) Bronkoskopi
c) Torasentesis dan Analis Cairan pleura
d) Biposi
e. Uji Laboratorium
1) Kultur Sputum
2) Kultur hidung dan tenggorokan
3) Analisa gas darah arteri

20
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif
1) Pengertian
Ketidakmanfuan untu membersihkan secret atau
obstruksi
Saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang
bersih .
2) Batasan Karakteristik
a) Subjektif : Dispnea
b) Objektif :
(1) Suara napas tambahan ( rale,crakle, ronki, dan
Mengi).
(2) Perubahan pada irama dan frekwensi pernafasan
(3) Batuk tidak ada atau tidak efektif
(4) Sianosis
(5) Kesulitan untuk berbicara
(6) Penurunan suara nafas, ortopnea, gelisah, sputum
berlebihan, mata terbelalak.
3) Faktor yang berhubungan
(a) Lingkungan : Merokok, menghirup asap rokok, dan
perokok fasip.
(b) Obstruksi jalan nafas : Spasme jalan nafas, retensi
secret, mucus berlebihan, adanya jalan nafs buatan,
terdapat benda asing dijalan nafas, secret dibronki,
dan eksudat di alpeoli.
(c) Fisiologis : Disfungsi neuromuscular,heperpalasia
dinding brongkhial.
b. Pertukaran Gas, Kerusakan

21
1) Pengertian
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi
karbodioksida dimembran kapiler – alveolar.
2) Batasan karakteristik
a) Subjektif : Dispnea, Sakit kepala pada saat bangun
tidur gangguan penglihatan
b) Objektif :
(1) Gas darah arteri yang tidak normal,ph arteri tidak
normal
(2) Ketidak normalan frekwensi, irama, dan
kedalaman pernafasan
(3) Warna kulit tidak normal ( misalnya, pucat dan
kehitaman)
(4) Konfusi, sianosis, karbon dioksida menurun,
diaphoresis, hiperkapnia, hiperkarbia, hipoksia,
hipoksemia, iritabilitas,
(5) Napas cuping hidung, gelisah, samnolen, takkardi.
3) Faktor yang berhubungan
a) perubahan membrane kapiler-alveola
b) ketidak seimbangan perfusi-ventilasi
c. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.
1) Pengertian
Pola asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic dan dapat ditingkatkan.
2) Batasan karakterstik
a) Subjektif
(1) Perilaku terhadap makanan dan minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan

22
(2) Mengungkapkan pengetahuan mengenai pilihan
makanan dan minuman yang sehat.
(3) Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan
status gizi
b) Objektif
(1) Mengonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
(2) Makan secara teratur
(3) Mengikuti standar asupan yang sesuai (mis.,
panduan piramida makanan atau Asosiasi
Diabetes Amerika)
(4) Mempersiapkan dan menyiapkan makanan dan
minuman secara aman.
3) Faktor yang berhubungan
Diagnosis ini merupakan diagnosis kesejahteraan,
sehingga tidak memerlukan etiologi.
d. Infeksi, resiko tinggi terhadap
1) Definisi
Berisiko terhadap invasi organisme pathogen
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
tindakan.
1) Definisi
Penyerapan informasi kognitif yang berhubungan dengan
topic tertentu yang mencukupi untuk memenuhi tujuan-
kesehatan dan dapat ditingkatkan.
2) Batasan karakteristik
a) Subjektif
(1) Menjelaskan pengetahuan mengenai topic
(2) Mengungkapkan ketertarikan untuk belajar
b) Objektif

23
(1) Perilaku yang sesuai dengan pengetahuan yang
diperlihatkan
(2) Menjelaskan pengalaman sebelumnya yang
berhubungan dengan topic pembelajaran
3) Faktor yang berhubungan
Diagnosis ini merupakan diagnosis sejahtera sehingga
tidak memerlukan etiologi.
2. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Mandiri :
a) Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas,
misalnya mengi, krekels, ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas
adventisius, misalnya penyebaran krekels
basah (bronchitis), bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau
tak adanya bunyi napas (asma berat)
b) Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat
dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
2) Healt Education (HE)
a) Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir

24
Rasional: memberikan pasien beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol dyspnea dan
menurunkan jebakan udara.
3) Kolaborasi
a) Bantu pengobatan pernapasan misalnya, IPPB,
fisioterapi dada.
Rasional: drainase postural dan perkusi bagian penting
untuk membuang banyaknya sekresi/kental
dan memperbaiki ventilasi pada segmen paru
dasar paru. Catatan : dapat meningkatkan
spasme bronkus pada asma.
b. Pertukaran gas, kerusakan
1) Mandiri
a) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat
penggunaan obat aksesori, napas bibir, ketidak mapuan
bicara/berbincang.
Rasional: berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan dan/atau kronisnya proses
penyakit.
b) Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional: takikardia, disritmia dan perubahan TD dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung.
2) Healt Education (HE)
a) Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila
diindikasikan
Rasional: kental,tebal, dan banyaknya sekresi adalah
sumber utama gangguan pertukaran gas pada

25
jalan napas kecil, penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
3) Kolaborasi
Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan
pindahkan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.
Rasional: terjadinya/kegagalan napas yang akan dating
memerlukan upaya tindakan penyelamatan
hidup.
c. Nutrisi,perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.
1) Mandiri
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat
derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
Rasional: pasien distress pernapasan akut sering
anoreksia karena dyspnea, produksi sputum, dan obat.
Selain itu banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan pernapasan
membuat status hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan kalori.
2) Kolaborasi
a) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan dyspnea dan meningkatkan
energi untuk makan meningkatkan masukan.
d. Infeksi, resiko tinggi terhadap
1) Mandiri
a) Awasi suhu.
Rasional: demam dapat terjadi karena infeksi dan/atau
dehidrasi.

26
b) Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan
posisi sering, dan masukan cairan adekuat.
Rasional: aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan
pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko
terjadinya infeksi paru.
2) Kolaborasi
a) Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau
penghisapan untuk pewarnaan kuman Gram,
kultur/sensitivitas.
Rasional: dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
penyebab dan kerentanan terhadap berbagai
antimicrobial.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
tindakan.
1) Mandiri
a) Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu,
dorong pasien/orang terdekat untuk menanyakan
pertanyaan.
Rasional: menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
b) Kaji kebutuhan/dosis oksigen untuk pasien yang pulang
dengan oksigen tambahan
Rasional: menurunkan risiko kesalahan penggunaan
(terlalu kecil/terlalu banyak) dan komplikasi
lanjut.
3. Implementasi
Merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien. (potter & perry, 2009)

27
4. Evaluasi
Merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah
berhasil meningkatkan kondisi klien. (potter & perry, 2009)

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikoplasma) atau aspirasi
substansi asing, yang melibatkan sesuatu atau semua bagian saluran
pernafasan. (Wong L. Donna,2003 )
ISPA adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang seing
engenai bayi dan anak (Ngastiyah, 1995).
Saluran napas (jalan napas) adalah daerah di mana udara
bergerak menuju area pertukaran gas di paru-paru. Saluran napas
atas terdiri atas rongga hidng, faring, dan laring.
Saluran napas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas
trakea, bronki primer dekstra dan sinistra, bronki segmentasi, bronki
subsegmentasi, dan bronkiolus terminasi (Figur A&P 14-2). Otot polos
yang mengelilingi secara spiral, bertumpuk searah jarum jam dan
berlawanan dengan arah jarum jam ditemukan pada semuastruktur ini.
Susunan ini emungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi
diameter saluran napas. Saluran napas bawah juga brperan untu
menghangatkan, melembapkan, dan menyaring udara saat mengalir
ke paru-paru.

29
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith M. “buku saku diagnosis keperawatan” : Jakarta : EGC,


2011.

Doenges, Marilynn E. “rencana asuhan keperawatan” : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien : Jakarta :
EGC, 1999.

30

Anda mungkin juga menyukai