Kelompok 4:
Ansar 216055
Patmayati 216087
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah.SWT atas segala limpahan rahmat serta
karunianya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul” ISPA ” sesuai waktu yang telah direncanakan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi para pembaca.
kelompok 4
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan ........................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut
saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi
jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia)
ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang
dapat berlangsung sampai 14 hari. Bakteri dan virus yang paling sering
menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk
dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara
berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol,
terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka
kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %,sedangkan di
Negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian
ISPA diperkirakan mencapai 20 %.Hingga saat ini salah satu penyakit
yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA(Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang
penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60
4
% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit
IS(Anonim,2009).
B. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan ISPA, infeksi saluran
pernafasan atas dan infeksi saluran pernafasan bawah.
5
BAB II
PENDAHULUAN
A. Konsep medis
1. Pengertian
a. Saluran Pernafasan Akut
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses inflamasi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikoplasma) atau
aspirasi substansi asing, yang melibatkan sesuatu atau semua
bagian saluran pernafasan. (Wong L. Donna,2003 ; 458)
6
(1). Rongga hidung
7
udara keparu saat terjadi obstruksi hidung atau ketika
dibutuhkan volume udara yang tinggi, seperti pada waktu
olahraga. Mulut tidak melakukukan fungsi hidung secara efisien,
terutama dalam menghangatkan, elembabkan, dan menyaring
udara.
(2). Faring
(3). Laring
8
melekat pda tulang hyoid di sebelah tas dan di sebelah bawah
melekat pada trakea oleh otot dan ligament, smua struktur ini
mencegah laring mengalami kolaps selama inspirasi dan
menelan.
9
emungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi diameter
saluran napas. Saluran napas bawah juga brperan untu
menghangatkan, melembapkan, dan menyaring udara saat
mengalir ke paru-paru.
(1). Trakea
10
yang berlebihan menjauh dari paru menuju ke faring. Pada
alveolitidak terdaat silia.
11
iri hanya terdiri atas dua lobus. Selain pembagan paru menjadi
lima lobus ini tampai dari luar, paru juga terbagi menjadi 10 unit
yang lebih kecil (segmen bronkopulmonal). Tiap sgmen
mencerminkan bagian paru yang disuplai oleh bronkus tersier
spesifik. Segmen ini pnting secara bedah karena segmen yang
mengalami kerusakan dapat dilakukareseksi tanpa harus
mengangkat keselurhan lobus atau keseluruhan paru. Kedua
paru dipisahkan oleh sebuah ruangan (mediastinum) di mana
terletak organ-organ seperti jantung, aorta, vena cava,
pembuluh darah pulmonal, asofagus, bagian dari trakeadan
bronki serta kelenjar timus.
12
Paru-paru seorang pria berusia 19 tahun memiliki
kapasitas total sebesar 5900 ml. akan tetapi, seseorang tidak
dapat menghembuskan semua udara tetap berada di paru-paru,
seberapa pun kuatnya ekspirasi. Volume udara yang bergerak
masuk dan keluar setiap pernapasan disebut sbagai volume
tidal. Selama pernapasan biasa, volume tidal sekitar 500 ml. jika
seseorang menarik napas dalam, paru menjadi lebih
mengembang. Jumlah udara tambahan yang dihirup melebihi
volume tidal dan disebut sebagai volume cadangan inspirasi,
udara tambahan yang dapat dihembuskan setelah pernafasan
paksa disebut sebagai volume cadangan kpirasi.
13
vital. FEV1 mengindikasika volume udara yang dihembuskan
selama 3 detik, biasanya sekitar 95% kapasitas vital.
14
Penebalan membrane respirasi (misalkan pada edema paru
atau fibrinosis) dapat mengganggu pertukaran gas ini.
(3). Toraks
15
(4). Diagfragma
Pernapasan dilakukan oleh perubahan otot skelet pada
rongga toraks. Diafragma adalah otot utama pernapasan dan
berperan sebagai tepi bawah toraks. Diafragma berbentuk
kubah pada posisi relaksasi, dengan otot utama melkat pada
prosesus xifoideus sternum dan rusuk bagian bawah. Kontraksi
diafragma menarik otot ke bawah, meningkatkan ruangan toraks
dan secara aktif mengembangkan paru, inervasi diafragma
berasal dari medulla spinalis setinggi vertebra servikalis ketiga.
Oleh karena itu cedera spinal pada C3 atau di atasnya dapat
mengganggu ventilasi.
(5). Pleura
Pleura adalah membrane serosa yang membungkus paru
sebagai kantong dengan dua dinding. Pleura viseralis
membungkus paru dan fisura antara kedua lobus paru. Pleura
parietalis membungkus paru dari dalam pada setiap hmitoraks,
mediatnum dan puncak diafragma : kemudian bergabung
dengan pleuraviseralis pada hilus (suatu celah pada permukaan
medial paru, dimana cabang utama bronkus, pembuluh darah
pulmonal dan saraf masuk ke paru.
16
d. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah virus dan alergi. Masa
menular beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari
sesudah gejala hilang komplikasi akibat invasi sekunder bakteri
pathogen seperti pneumokokus, streptokokus, haemophilus
influenza atau stafilokokus. Masa tunasnya adalah 1- 2 hari,
dengan faktor predesposisi kelelahan, gizi buruk, anemia dan
kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu
pergantian musim (Ngastiyah, 1995 ).
1). Demam
Tidak ada pada bayi baru lahir, paling besar pada usia 6 bulan
sampai 3 tahun, suhu dapat mencapai 39,5-40,5C bahkan
dengan infeksi ringan. Kecendrungan untuk mengalami
peningkatan suhu diserta infeksi pada keluarga tertentu dapat
mencetuskan ejang febris (Wong L.donna ; 2003 )
17
tahap infesi berhubungan dengan gatal. Data mengiritasi bibir
atas dan kulit sekitar hidung (Wong L, Donna ; 2003 ).
4). Batuk
f. Pemeriksaan Penunjang
18
obati. Penghisapan lndir hidung tidak efektif dan sering
menimbulan bahaya. Cara yang paling mudah untuk
pengeluaran secret adalah dengan membaringkan bayi
tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidungan
larutan efedrin 1%, bila ada infeksi sekunder hendaknya
diberikn antibiotic. Batuk yang produktif (pada bronkoinfeksi dan
trakeitis) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein,
karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,
penumpukan tersebut, terutamayang kronik, dapat diberikan
pengobatan dengan penyinaran (Ngastiyah, 1995 )
19
3) Perkusi : Sinus, Toraks, dan Paru
4) Auskultasi : Toraks dan paru
d. Tes Diagnostik
1) Uji noninvasive :
a) Oksimetri nadi
b) Uji fungsi paru
c) Rontgen dada
d) Pemindai ventilasi-perfusi
e) Computed Tomography ( CT ) dan magnetic Resonance
imaging ( MRI
2) Uji Invasif
a) Laringoskopi
b) Bronkoskopi
c) Torasentesis dan Analis Cairan pleura
d) Biposi
e. Uji Laboratorium
1) Kultur Sputum
2) Kultur hidung dan tenggorokan
3) Analisa gas darah arteri
20
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tak efektif
1) Pengertian
Ketidakmanfuan untu membersihkan secret atau
obstruksi
Saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang
bersih .
2) Batasan Karakteristik
a) Subjektif : Dispnea
b) Objektif :
(1) Suara napas tambahan ( rale,crakle, ronki, dan
Mengi).
(2) Perubahan pada irama dan frekwensi pernafasan
(3) Batuk tidak ada atau tidak efektif
(4) Sianosis
(5) Kesulitan untuk berbicara
(6) Penurunan suara nafas, ortopnea, gelisah, sputum
berlebihan, mata terbelalak.
3) Faktor yang berhubungan
(a) Lingkungan : Merokok, menghirup asap rokok, dan
perokok fasip.
(b) Obstruksi jalan nafas : Spasme jalan nafas, retensi
secret, mucus berlebihan, adanya jalan nafs buatan,
terdapat benda asing dijalan nafas, secret dibronki,
dan eksudat di alpeoli.
(c) Fisiologis : Disfungsi neuromuscular,heperpalasia
dinding brongkhial.
b. Pertukaran Gas, Kerusakan
21
1) Pengertian
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi
karbodioksida dimembran kapiler – alveolar.
2) Batasan karakteristik
a) Subjektif : Dispnea, Sakit kepala pada saat bangun
tidur gangguan penglihatan
b) Objektif :
(1) Gas darah arteri yang tidak normal,ph arteri tidak
normal
(2) Ketidak normalan frekwensi, irama, dan
kedalaman pernafasan
(3) Warna kulit tidak normal ( misalnya, pucat dan
kehitaman)
(4) Konfusi, sianosis, karbon dioksida menurun,
diaphoresis, hiperkapnia, hiperkarbia, hipoksia,
hipoksemia, iritabilitas,
(5) Napas cuping hidung, gelisah, samnolen, takkardi.
3) Faktor yang berhubungan
a) perubahan membrane kapiler-alveola
b) ketidak seimbangan perfusi-ventilasi
c. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.
1) Pengertian
Pola asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic dan dapat ditingkatkan.
2) Batasan karakterstik
a) Subjektif
(1) Perilaku terhadap makanan dan minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan
22
(2) Mengungkapkan pengetahuan mengenai pilihan
makanan dan minuman yang sehat.
(3) Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan
status gizi
b) Objektif
(1) Mengonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
(2) Makan secara teratur
(3) Mengikuti standar asupan yang sesuai (mis.,
panduan piramida makanan atau Asosiasi
Diabetes Amerika)
(4) Mempersiapkan dan menyiapkan makanan dan
minuman secara aman.
3) Faktor yang berhubungan
Diagnosis ini merupakan diagnosis kesejahteraan,
sehingga tidak memerlukan etiologi.
d. Infeksi, resiko tinggi terhadap
1) Definisi
Berisiko terhadap invasi organisme pathogen
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
tindakan.
1) Definisi
Penyerapan informasi kognitif yang berhubungan dengan
topic tertentu yang mencukupi untuk memenuhi tujuan-
kesehatan dan dapat ditingkatkan.
2) Batasan karakteristik
a) Subjektif
(1) Menjelaskan pengetahuan mengenai topic
(2) Mengungkapkan ketertarikan untuk belajar
b) Objektif
23
(1) Perilaku yang sesuai dengan pengetahuan yang
diperlihatkan
(2) Menjelaskan pengalaman sebelumnya yang
berhubungan dengan topic pembelajaran
3) Faktor yang berhubungan
Diagnosis ini merupakan diagnosis sejahtera sehingga
tidak memerlukan etiologi.
2. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Mandiri :
a) Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas,
misalnya mengi, krekels, ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas
adventisius, misalnya penyebaran krekels
basah (bronchitis), bunyi napas redup
dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau
tak adanya bunyi napas (asma berat)
b) Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat
dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
2) Healt Education (HE)
a) Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir
24
Rasional: memberikan pasien beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol dyspnea dan
menurunkan jebakan udara.
3) Kolaborasi
a) Bantu pengobatan pernapasan misalnya, IPPB,
fisioterapi dada.
Rasional: drainase postural dan perkusi bagian penting
untuk membuang banyaknya sekresi/kental
dan memperbaiki ventilasi pada segmen paru
dasar paru. Catatan : dapat meningkatkan
spasme bronkus pada asma.
b. Pertukaran gas, kerusakan
1) Mandiri
a) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat
penggunaan obat aksesori, napas bibir, ketidak mapuan
bicara/berbincang.
Rasional: berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan dan/atau kronisnya proses
penyakit.
b) Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional: takikardia, disritmia dan perubahan TD dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung.
2) Healt Education (HE)
a) Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila
diindikasikan
Rasional: kental,tebal, dan banyaknya sekresi adalah
sumber utama gangguan pertukaran gas pada
25
jalan napas kecil, penghisapan dibutuhkan bila
batuk tidak efektif.
3) Kolaborasi
Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan
pindahkan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.
Rasional: terjadinya/kegagalan napas yang akan dating
memerlukan upaya tindakan penyelamatan
hidup.
c. Nutrisi,perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh.
1) Mandiri
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat
derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
Rasional: pasien distress pernapasan akut sering
anoreksia karena dyspnea, produksi sputum, dan obat.
Selain itu banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan
makan buruk, meskipun kegagalan pernapasan
membuat status hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan kalori.
2) Kolaborasi
a) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan dyspnea dan meningkatkan
energi untuk makan meningkatkan masukan.
d. Infeksi, resiko tinggi terhadap
1) Mandiri
a) Awasi suhu.
Rasional: demam dapat terjadi karena infeksi dan/atau
dehidrasi.
26
b) Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan
posisi sering, dan masukan cairan adekuat.
Rasional: aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan
pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko
terjadinya infeksi paru.
2) Kolaborasi
a) Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau
penghisapan untuk pewarnaan kuman Gram,
kultur/sensitivitas.
Rasional: dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
penyebab dan kerentanan terhadap berbagai
antimicrobial.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,
tindakan.
1) Mandiri
a) Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu,
dorong pasien/orang terdekat untuk menanyakan
pertanyaan.
Rasional: menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
b) Kaji kebutuhan/dosis oksigen untuk pasien yang pulang
dengan oksigen tambahan
Rasional: menurunkan risiko kesalahan penggunaan
(terlalu kecil/terlalu banyak) dan komplikasi
lanjut.
3. Implementasi
Merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat
memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien. (potter & perry, 2009)
27
4. Evaluasi
Merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah
berhasil meningkatkan kondisi klien. (potter & perry, 2009)
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikoplasma) atau aspirasi
substansi asing, yang melibatkan sesuatu atau semua bagian saluran
pernafasan. (Wong L. Donna,2003 )
ISPA adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang seing
engenai bayi dan anak (Ngastiyah, 1995).
Saluran napas (jalan napas) adalah daerah di mana udara
bergerak menuju area pertukaran gas di paru-paru. Saluran napas
atas terdiri atas rongga hidng, faring, dan laring.
Saluran napas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas
trakea, bronki primer dekstra dan sinistra, bronki segmentasi, bronki
subsegmentasi, dan bronkiolus terminasi (Figur A&P 14-2). Otot polos
yang mengelilingi secara spiral, bertumpuk searah jarum jam dan
berlawanan dengan arah jarum jam ditemukan pada semuastruktur ini.
Susunan ini emungkinkan kontraksi otot polos untuk mengurangi
diameter saluran napas. Saluran napas bawah juga brperan untu
menghangatkan, melembapkan, dan menyaring udara saat mengalir
ke paru-paru.
29
DAFTAR PUSTAKA
30