Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi
Strauma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel

folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun folikel tumbuh semkin

membesar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler (Smeltzer &

Suzanne, 2012).

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba

nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Hartini, 2010). Struma non

toksik disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple

goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya

kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat

kimia.

Strauma nodusa adalah pembesaran pada tiroid yang disebabkan akibat adanya nodul

(Tonacchera, Pirichhera & Vitty, 2009), biasanya di anggap membesar bila kelenjar tiroid lebih

dari 2x ukuran normal stuma nodusa non toksik merupakan struma nodusa tanpa disertai tanda-

tanda hipertiroidisme (Hermes & Huysmans, 2009).

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua lobus

yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan disebut istmus

yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga. Struktur thyroid terdiri atas sejumlah
besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen

substansi protein.

Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistem kerja balik antara kelenjar

hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior hipofisis mensekresi

TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi hormon thyroid,
meningkatkan ukuran kelenjar thyroid. Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis

anterior merangsang peningkatan sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk
meningkatkan sekresi hormon thyroid. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan
metabolisme tubuh.Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme

tubuh.Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk

mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan proses

sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon dari

hipofise (Saputra, 2014).

<iframe data-aa='632058' src='//ad.a-ads.com/632058?size=320x50' scroll


ing='no' style='width:320px; height:50px; border:0px; padding:0;overflo
w:hidden' allowtransparency='true'></iframe>

2. Fisiologi
Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme

energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan

energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam

ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap

glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem

saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan

neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.

C. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor

penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

1. Defisiensi yodium

2. Kelainan metabolik kongenital yang mengahambat sintesa hormon tyroid

a. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (substansi dalam kol, lobak, dan kacang kedelai).

b. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (Triocarbamide, sulfonylurea dan litium).

3. Hiperplasi dan involusi kelenjar tyroid (Brunicardi et al, 2010).

D. Patofisiologi
Yodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan

hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah

dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar tiroid, iodium dioksida

menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh TSH kemudian disatukan menjadi molekul

tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diidotironiin

membentuk T4 dan T3. T4 menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan

bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang T3 merupakan hormon metabolik tidak aktif.

Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid

sekaligus menghambat sintesis T4 dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan

pelepasan TSH oleh kelenjar hipofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

E. Manifestasi Klinis
1. Gangguan menelan

2. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi

3. Peningkatan simpatis (jantung menjadi berdebar-debar , gelisah, berkeringat, tidak tahan

cuaca dingin, diare, gemetar dan kelelahan). Pada pemeriksaan status lokalis struma nodusa,

dibedakan dalam hal :

a. Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)

b. Konsistensi : lunak, kistik, keras atau sangat keras

c. Nyeri pada penekanan : Ada atau tidak ada

d. Perlekatan dengan sekitarnya : Ada atau tidak ada

e. Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tyroid : Ada atau tidak ada

F. Komplikasi
1. Gangguan menelan atau bernafas

2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif ( jantung

tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)

3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi rapuh,
keropos dan mudah patah.
Komplikasi tiroidektomi

1. Perdarahan

2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.

3. Trauma pada nervus laryngeus recurrens.

4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan tekanan.

5. Sepsis yang meluas ke mediastinum.

6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya kelenjar para tiroid.

7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).

G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan

Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan

dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau

mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid.

Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis

parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi

hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan

makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4

sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan

tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian

diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi
hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma

dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.

2. Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid

sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian
yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut

berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh
lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35
Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah

sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat

tiroksin.

3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa

pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH

serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi

hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid

(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada palpasi teraba batas yang jelas , bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal

2. Human thyrologbulin ( untuk keganasan tyroid)

3. Pada pemeriksaan lab , ditemukan serum T4 (Troksin) dan T3 ( tryodotironin) dlam batas

normal, nilai normal T3 = 0,6-2,0, T4 = 4,6-11

4. Pada pemeriksaan USG ( Ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul

5. Kepastian histologi dapat ditegakan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang hanya dapat

dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman

6. Pemerksaan sidik tyroid

a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya hal ini

menunjukan fungsi yang rendah

b. Nodus panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada bsekitarnya keadaan ini
memperlihatkan aktifitas yang lebih

c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya ini berarti fungsi nodul

sama dengan bagian tyroid yang lain

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN


STRAUMA NODUSA NON TOKSIK (SNNT)

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, no rm, diagnose

medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab, alama, umur,

pekerjaan, hubungan dengan pasien.

b. Status Kesehatan
- Keluhan Utama

Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan dan

bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah

nyeri akibat luka operasi.

- Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar

sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus

sehingga perlu dilakukan operasi.

- Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,

sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.

- Riwayat kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis


Tanda-tanda vital

TD : biasanya normal

N : biasanya normal

R : biasanya normal

S : biasanya normal
Pemeriksaan Head to Toe

- Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas

- Mata

Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor

Palpasi : Tidak ada gangguan

- Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen

Palpasi : Tidak ada gangguan

- Mulut

Inspeksi : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi

- Leher

Palpasi : Ada pembesaran tiroid, ada benjolan, sulit menelan

- Dada

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : Tidak ada gangguan

Perkusi : Sonor

- Abdomen

Inspeksi : simetris, tidak ada bengkak

Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani
- Genetalia dan Anus

Inspeksi : Bersih

- Ekstremitas Atas

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Tidak ada gangguan


- Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Simetris
Palpasi : Tidak ada gangguan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri

Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya

kerusakan jaringan yang actual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat.

Batasan Karakteristik :

 Subjektif

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat

 Objektif

- Posisi untuk menghindari nyeri

- Perubahan tonus otot

- Respon autonomik(seperti berkeringat, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)

- Gerakan melindungi

- Tingkah laku berhati-hati

- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri

- Tingkah laku distraksi, contoh jalan-jalan, menemui orang lain dan atau aktivitas berulang-
ulang

- Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah

Faktor Yang Berhubungan : Agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis)


2) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran

pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

- Dispneu, Penurunan suara nafas

- Orthopneu

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)

- Kesulitan berbicara

- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada

- Mata melebar

- Produksi sputum

- Gelisah

- Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi

- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan

nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

3) Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.


Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat

- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah


- Luka, inflamasi pada rongga mulut

- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan


- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan cukup

- Keengganan untuk makan

- Kram pada abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan

- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

- Diare dan atau steatorrhea

- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :

Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

4) Hambatan Komunikasi Verbal

Definisi : Penurunan, keterlambatan atau tidak adanya kemampuan untuk menerima,


memproses, menghantarkan dan menggunakan sistem symbol.

Batasan Karakteristik :

- Kesulitan mengungkapkan pikiran secara verbal

- Kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat

- Tidak dapat berbicara


- Dispnea

- Ketidakmampuan dalam mengungkapkan eskpresi tubuh


- Verbalisasi yang tidak sesuai
- Bicara pelo

- Kesulitan dalam berbicara

Faktor yang Berhubungan :

- Perubahan pada sistem saraf pusat

- Gangguan Persepsi

- Defek anatomis

- Hambatan fisik

- Efek samping obat


5) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom,
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

Batasan Karakteristik : Penurunan produktivitas

Mengekspresikan kekhawatiran

Gerakan yang tidak relevan

Gelisah

Insomnia

Resah, stress

Faktor yang Berhubungan : Terpajan toksin

Ancaman perubahan status kesehatan

Ancaman terhadap konsep diri

Ancaman kematian
LAPORAN PENDAHULUAN
“S N N T”
(Struma nodosa non toksik)
A. DEFENISI
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel-folikel terisi
koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun sebagian folikel tumbuh semakin besar dengan
membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu
atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
B. KLASIFIKASI
Struma nodosa dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1. Berdasarkan jumlah nodul; bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa)
dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif dikenal 3 bentuk nodul tiroid yaitu : nodul
dingin, nodul hangat dan nodul panas.
3. Berdasarkan konsistensinya; nodul lunak, kistik, keras dan sangat keras.

C. ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan
tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).
2) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan
litium).
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi,
menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan
arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah tersebut.

D. PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid.
Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling
banyak oleh kelenjar tyroid..
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa
yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon
dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik
tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid
sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran
kelenjar tyroid.
E. MANIFESTASI KLINIK
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini
membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea
yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi
gangguan menelan.
Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme. Benjolan di leher.
Peningkatan metabolism karena klien hiperaktif dengan meningkatnya denyut nadi. Peningkatan
simpatis seperti ; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin,
diare, gemetar, dan kelelahan.
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal :
1. Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel).
2. Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras.
3. Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada
4. Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.
5. Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
2) Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
3) Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam batas
normal. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
4) Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
5) Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang hanya dapat
dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman
6) Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :
a) Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan fungsi yang rendah.
b) Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini
memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
c) Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul sama
dengan bagian tiroid yang lain
G. PENATALAKSANAAN
1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah endemik sedang
dan berat.
2. Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan memasyarakatkan
pemakaian garam beriodium.

3. Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan 40 %
tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang
kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
4. Tindakan operasi (strumektomi)
Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan tidak
berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ sekitarnya, indikasi, kosmetik, indikasi
keganasan yang pasti akan dicurigai.
5. L-tiroksin selama 4-5 bulan
Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid ulng.
Apabila nodul mengecil, terapi dianjutkan apabila tidak mengecil bahkan membesar dilakukan biopsy
atau operasi.
6. Biopsy aspirasi jarum halus
Dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10mm
H. KOMPLIKASI
1. Gangguan menelan atau bernafas
2. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif ( jantung tidak
mampu memompa darah keseluruh tubuh)
3. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi rapuh,
keropos dan mudah patah.
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien.
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan dan bernapas.
Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka
operasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga
mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu
dilakukan operasi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, sebelumnya
pernah menderita penyakit gondok.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
f. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan
klien merasa malu dengan orang lain.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital
yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post operasi thyroidectomy
biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan
dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
c. Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena
adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang
tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum,
dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
f. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
g. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
h. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
i. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering,
kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
j. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
k. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan
pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan,
rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus,
lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
l. Seksualitas
Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.

b. Diagnose keperawatan
I. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea,
pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
II. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
III. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada
sistem saraf pusat.
IV. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap
jaringan/otot dan edema pasca operasi.
V. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan
sering bertanya tentang penyakitnya.
VI. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder
terhadap pembedahan.
c. Intervensi keperawatan
Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea,
pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal.
1. Tujuan:
Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:
Tidak ada sumbatan pada trakhea
3. Rencana tindakan:
• Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
• Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
• Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
• Atur posisi semifowler
• Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
• Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
• Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
4. Rasional
• Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
• Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
• Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
• Memberikan suasana yang lebih nyaman.
• Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
• Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
• Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema
jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
1. Tujuan :
Klien dapat komunikasi secara verbal
2. Kriteria hasil:
Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.
3. Rencana tindakan:
• Kaji pembicaraan klien secara periodik
• Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
• Kunjungi klien sesering mungkin
• Ciptakan lingkungan yang tenang.
4. Rasionalisasi:
• Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema jaringan / sebagai
efek pembedahan.
• Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
• Mengurangi kecemasan klien
• Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien.
Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan pada
sistem saraf pusat.
1. Tujuan :
Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi terpenuhi/terkontrol.
2. Criteria
Tidak terdapat cedera
3. Rencana tindakan/intervensi
• Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 – 200/menit),
disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan paru).
• Evaluasi reflesi secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya gerakan tersentak,
adanya kejang, prestesia.
• Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada posisi yang rendah.
• Memantau kadar kalsium dalam serum.
• Kolaborasi
Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat).
4. Rasional
 Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat mengakibatkan peningkatan pengeluaran hormon
yang menyebabkan krisis tyroid.
• Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat terjadi 1 – 7 hari pasca operasi dan
merupakan indikasi hypoparatiroid yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma yang tidak disengaja
pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid selama pembedahan.
• Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang.
• Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti.
• Memperbaiki kekurangan kalsium yang biasanya sementara tetapi mungkin juga menjadi permanen.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot
dan edema pasca operasi.
1. Tujuan:
Rasa nyeri berkurang
2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg menunjukkan adanya nyeri.
3. Rencana tindakan
• Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
• Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
• Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih posisi .
• Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
• Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
4. Rasionalisasi
• Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
• Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
• Mengurangi ketegangan otot.
• Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
• Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.

Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan sering
bertanya tentang penyakitnya.
1. Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah.
2. Kriteria hasil:
Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
3. Rencana tindakan:
• Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
• Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut, kedelai, Lobak
cina dll.
• Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
4. Rasionalisasi:
• Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
• Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
• Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder


terhadap pembedahan.
1. Tujuan
Perdarahan tidak terjadi.
2. Kriteria hasil
Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
3. Rencana tindakan:
• Observasi tanda-tanda vital.
• Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
• Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.( > 50 cc).
4. Rasionalisasi:
• Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui perdarahan
secara dini.
• Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.
• Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.
d. Implementasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diterapkan dan dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keparawatan. EGC : Jakarta.


Harnawaty, dalam http://nersgeng.blogspot.com/ 2009/05/asuhan-keperawatan-pasien-struma.html
Senin, 08 November 2010.
Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid 1. Media Aesculapius : Jakarta.
Syarifuddin, drs. AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, edisi 3. EGC :
Jakarta.

kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring. Kelenjar
iniberfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein,
dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lainnya
ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring

• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
artikel dari :http://blog.ilmukeperawatan.com
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
(Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah
kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara
melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi
menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk
selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan
jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu
fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebhh besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah
kolap paru-paru

A. PENGERTIAN SISTEM ENDOKRIN


Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas untuk melakukan

sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan organ-organ

dalam tubuh manusia sesuai dengan yang dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa

hormon ini langsung masuk ke dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran

(duktus).

B. FUNGSI KELENJAR ENDOKRIN DAN HORMON


Berikut ini adalah beberapa fungsi yang dihasilkan dari kelenjar endokrin, yaitu :
 Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh
 Merangsang aktifitas kelenjar tubuh
 Merangsang pertumbuhan jaringan
 Menghasilkan hormon-hormon yang dibutuhkan oleh organ-organ tertentu
 Mengatur oksidasi, metabolisme, dan meningkatkan penyerapan (absorpsi) glukosa
pada usus halus
 Mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, protein, karbohidrat, vitamin, dan
mineral.

Sedangkan fungsi dari hormon adalah :


 Mengendalikan proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolisme, proses
oksidatif, perkembangan seksual, dan lain-lain
 Menjaga keseimbangan fungsi tubuh (homeostasis)
C. KELENJAR KELENJAR ENDOKRIN PADA MANUSIA
Di dalam tubuh manusia, terdapat 6 kelenjar endokrin yang masing-masing berperan dalam

menghasilkan hormon-hormon tertentu sesuai dengan kebutuhan tubuh. Berikut adalah 6

kelenjar tersebut, yaitu :

1. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis atau disebut juga dengan master of gland (karena menghasilkan bermacam-

macam hormon untuk mengatur kegiatan kelenjar endokrin lainnya) terletak di bagian otak

besar. Kelenjar hipofisis ini dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan letaknya, yaitu bagian depan

(anterior), bagian tengah (central), dan juga bagian belakang (posterior). Kelenjar hipofisis juga

bekerja sama dengan hipotalamus (suatu organ dalam otak) untuk mengendalikan organ-organ

dalam tubuh.

KELENJAR HIPOFISIS
a) Kelenjar Hipofisis Anterior (Adenohipofise), yang menghasilkan beberapa macam

hormon, diantaranya :
 Hormon Somatotropin, yang berfungsi untuk merangsang metabolisme protein dan lemak
serta merangsang pertumbuhan tulang dan otot.
 Hormon Tirotropin, yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan
dari kelenjar gondok (kelenjar tiroid) dan juga untuk merangsang sekresi tiroksin.
 Hormon Adenocorticotropin (ACTH), yang berfungsi untuk mengontrol perkembangan
dan pertumbuhan aktifitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi
hormon glukokortikoid (hormon untuk metabolisme karbohidrat).
 Hormon Lactogenic, yang berfungsi untuk memelihara korpus luteum (kelenjar endokrin
sementara pada ovarium) sehingga dapat menghasilkan progesteron (hormon perkembangan
dan pertumbuhan primer pada wanita) dan air susu ibu
 Hormon Gonadotropin, yang berfungsi untuk merangsang pematangan folikel dalam
ovarium (siklus mentruasi), menghasilkan hormon estrogen (pertumbuhan dan
perkembangan sekunder pada wanita), dan menghasilkan progesteron pada wanita.
Sedangkan pada pria, hormon gonadotropin berfungsi untuk merangsang terjadinya
spermatogenesis (siklus pembentukan sperma pada pria) serta merangsang sel-sel interstitial
testis untuk menghasilkan hormon androgen dan testosterone.

b) Kelenjar Hipofise Tengah


Kelenjar hipofise bagian tengah hanya memproduksi satu hormon yang disebut dengan

Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hormon ini bertanggung jawab terhadap pewarnaan

pada kulit manusia. Semakin banyak melanosit yang diproduksi, maka semakin hitam kulit

seseorang.

c) Kelenjar Hipofise Belakang (Neurohipofise), yang menghasilkan 2 macam hormon, yaitu

:
 Hormon Vasopresin atau Hormon Diuretik (ADH), yang berfungsi untuk
mempengaruhi proses reabsorpsi urin pada tubulus distal ginjal guna mencegah terlalu
banyak urin yang keluar.
 Hormon Oksitosin, yang berfungsi untuk merangsang otot polos yang terdapat di uterus
(alat reproduksi dalam wanita).

2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher atau bagian depan kerongkongan. Kelenjar ini

menghasilkan dua bentuk hormon, yaitu :


1. Hormon Tiroksin, yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh
manusia, mengatur aktivitas saraf, dan juga mengatur metabolisme organik.
2. Hormon Triiodontironin, fungsinya sama dengan hormon tiroksin.

3. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terletak di setiap sisi dari kelenjar tiroid dan berjumlah 4 buah yang tersusun secara

berpasangan. Kelenjar Paratiroid menghasilkan hormon parahormon yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan kalsium dalam darah dan juga mengatur metabolisme fosfor.

4. Kelenjar Anak Ginjal (Adrenal/Suprarenal)


Kelenjar ini terletak di atas ginjal kiri dan ginjal kanan yang berbentuk seperti bola. Kelenjar

adrenal terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a) Bagian Korteks yang berfungsi untuk menghasilkan :


 Hormon Kortison yang tersusun atas zat mineralokortikoid yang berfungsi untuk
metabolisme natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon seks.
 Hormon Glukokortikoid yang mengatur keseimbangan karbohidrat/metabolisme
karbohidrat.

b) Bagian Medulla yang berfungsi untuk menghasilkan :


 Hormon Adrenalin, yang berperan dalam segala hal yang berhubungan dengan
peningkatan fisiologis manusia, seperti meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kecepatan pernapasan, dan menyempitkan pembuluh darah manusia.
 Hormon Noradrenalin, yang fungsinya adalah kebalikan dari hormon Adrenalin.

5. Kelenjar Pankreas
Kelenjar ini terletak di dalam rongga peritoneal (rongga perut) manusia dan terdiri dari sel

alpha dan sel betha. Masing-masing sel ini menghasilkan hormon tersendiri, yaitu :
1. Sel Alpha, yang menghasilkan hormon Glukagon yang berperan dalam produksi glukosa
dalam darah.
2. Sel Betha, yang menghasilkan hormon insulin yang berperan dalam menurunkan
kadar glukosa dalam darah

6. Kelenjar Gonad (Kelenjar Reproduksi)


Kelenjar ini disebut juga dengan kelenjar reproduksi karena produknya yang berhubungan

dengan alat reproduksi manusia. Kelenjar ini terletak di bagian alat reproduksi pria dan wanita.

Jika pada pria, terdapat di testis, dan wanita terdapat di ovarium. Ada beberapa macam hormon

yang dihasilkan oleh kelenjar ini, yaitu :


1. Hormon Estrogen, yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi
sekunder wanita seperti perkembangan payudara, perkembangan pinggul, dan lain-lain.
2. Hormon Progesteron, yang berfungsi dalam perkembangan dan pertumbuhan alat
reproduksi primer wanita, seperti perkembangan uterus, dan lain-lain.
3. Hormon Androgen, yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan
primer pada pria, seperti pembentukan sperma.
4. Hormon Testosteron, berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sekunder
pria, seperti perubahan suara, pertumbuhan jakun, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai