Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang


menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral
symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive)
demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan
kepribadian dan tingkah laku.

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas
bila mengalami demensia.

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang


secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan
untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Definisi demensia
Demensia ialah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya
kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun
bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara mendadak
atau sedikit demi sedikit pada tiap orang dari semua golongan usia.1
2. Definisi demensia menurut WHO
Demensia adalah sindrom neurodegenerative yang timbul karena adanya
kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur
multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya
disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.2
B. Epidemiologi
 Demensia dianggap penyakit yang timbul pada akhir hidup karena cenderung
berkembang terutama pada orang tua. Sekitar 5% sampai 8% dari semua orang di
atas usia 65 tahun memiliki beberapa bentuk demensia, dan jumlah ini meningkat
dua kali lipat setiap lima tahun di atas usia itu. Diperkirakan bahwa sebanyak
setengah daripada orang berusia 80-an menderita demensiaPenyebab tersering
demensia di AS dan Eropa adalah penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia
diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering demensia.
Penyebab tersering demensia di AS dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,
sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering
demensia. Tipe demensia yang lebih jarang adalah demensia tipe Lewy body,
Demensia Fronto-temporal dan demensia pada penyakit Parkinson.4

C. Klasifikasi
Demensia
Demensia dapat
dibagi dalam
demensia yang
reversible dan
yang tak
reversible. Pada
demensia yang
reversible, daya
kognitif global dan fungsi luhur lainnya terganggu oleh karena metabolisme neuron-
neuron kedua belah hemisferium tertekan atau dilumpuhkan oleh berbagai sebab.
Apabila sebab ini dapat dihilangkan, maka metabolisme kortikal akan berjalan
sempurna kembali. Dengan demikian fungsi luhur dalam keseluruhannya akan pulih
kembali. Apabila sebab ini sudah menimbulkan kerusakan infrastruktur neuron-neuron
kortikal, tentu fungsi kortikal tidak akan pulih kembali dan demensia menetap.1
Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah hemisferum,
yang mencakup daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua daerah asosiatif
menimbulkan demensia. Sebab-sebab yang disebut di atas sebagai penyebab “subacute
amnestic-confusional syndrome” merupakan penyebab juga bagi demensia reversible
dan tak reversible. Karena daerah motorik, piramidal dan ekstrapiramidal ikut terlibat
terlibat secara difus, maka hemiparesis atau monoparesis dan diplegia juga dapat
melengkapkan sindrom demensia. Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan
ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik masih dapat ditimbulkan. Pada
umumnya tanda-tanda tersebut mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau
prefrontal. Tanda tersebut diungkapkan dengan jalan membangkitkan refleks yang
merupakan petanda keadaan regresi ( kemunduran kualitas fungsi ).1

Dementia reversible (dapat dirawat) 3

 Demensia akibat penyalahgunaan bahan kimia


(marijuana/methamphetamines,cocain heroin/alcohol).
 Tumor yang dapat dioperasi
 Subdural hematoma
 Normal-pressure hydrocephalus
 Kelainan metabolic, seperti kekurangan vitamin B12
 Hypothyroidisn
 Hypoglycemia

Dementia irreversible 3

 Alzheimer’s disease
 Multi-infark dementia (stroke)
 Dementia akibat penyakit Parkinson
 AIDS dementia complex
 Creutzfeldt-jakob disease
D. Demensia Alzheimer
Saat ini, penyakit Alzheimer merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada
populasi lansia dan menduduki peringkat ke 4 sebagai penyebab kamatian. Lima puluh
sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer
adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak
tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.2
1. Etiologi
Faktor-faktor risiko penyakit Alzheimer antara lain :2
a. Usia : Kebanyakan penderita berusia 65 tahun ke atas.
b. Faktor genetic : Mutasi gen protein precursor amiloid, gen presenilin 1 dan 2,
serta apolipoprotein E ε4.
c. Faktor lingkungan seperti riwayat cedera kepala berat
d. Penyakit metabolic : obesitas, hiperlipedemi, dan diabetes mellitus.

2. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis penyakit Alzheimer terdiri atas manifestasi gangguan kognitif
dan gangguan psikiatrik serta perilaku. Gangguan kognitif awal yang terjadi adalah
gangguan memori jangka pendek. Gangguan ini akan diikuti dengan kesulitan
berbahasa, disorientasi visuospasial dan waktu, serta inatensi. Penderita mengalami
ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya seiring perjalanan
penyakit, akan muncul gangguan psikiatrik dan perilaku seperti depresi, kecemasan,
halusinasi, waham, dan perilaku agitasi.2
Gambaran klinis Alzheimer berdasarkan stadiumnya :
a. Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan
memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori yang
terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami.

b. Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebut stadium demensia. Gejalanya :

 Disorientasi
 Gangguan bahasa (afasia)
 Penderita mudah bingung
Penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan
kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan
visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi
berat prevalensinya 15-20 %.”

c. Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun. Gejala klinisnya
antara lain :
 Penderita menjadi vegetative
 Tidak bergerak dan membisu
 Daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal
keluarganya sendiri
 Tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
 Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain
 Kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
3. Proses yang mempengaruhi otak
Alzheimer mempengaruhi otak dalam banyak cara, tetapi dapat dibagi menjadi
perubahan struktural dan perubahan kimia. Kedua proses ini mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berfungsi seperti dulu.5
Secara struktural, otak memiliki banyak komponen:
 Lobus frontal, parietal, temporal, dan oksipital
 sistem limbik
 hippocampus
Komponen ini adalah apa yang kita sebut sebagai daerah-daerah yang terbagi di
dalam otak, karena tanggung jawab yang unik masing-masing daerah untuk
berbagai tugas sehari-hari, penting untuk berfungsi normal.
Selain itu, sisi kanan otak dan sisi kiri otak mengontrol berbagai fungsi,
termasuk bahasa dan gerakan. Dalam daerah otak yang berbeda, fungsi otak
berlangsung pada tingkat cellular.
Secara kimiawi, charges listrik kecil atau "sinyal," bergerak melalui sel-sel
individual dan bagian dari otak, menyalurankan pikiran dan memori. Seseorang
dengan penyakit Alzheimer mengalami gangguan dalam proses ini, yang kemudian
menyebabkan gangguan dalam aktivitas.5
a. Perubahan Struktural
Bagian otak yang mengecil
Ketika seseorang memiliki demensia, bagian dari otak mereka mengalami
kerusakan dari waktu ke waktu. Sebagai akibat dari penyakit Alzheimer, sel-sel
yang berada di otak mati, dan jaringan otak hilang. Hal ini mengakibatkan
pengurangan dalam ukuran otak secara keseluruhan.5
Otak terdiri dari tiga bagian: Cerebrum, cerebellum, dan brain stem
(batang otak), yang menerima oksigen dan darah melalui jaringan pembuluh
darah. Korteks adalah bagian dari lapisan luar cerebellum yang terlibat dengan
memori, interpretasi penglihatan dan suara, dan persepsi. Sebagai proses normal
dari perkembangan Alzheimer, terjadi penyusutan korteks, yang mengganggu
kegiatan korteks. Hippocampus yang bertanggung jawab untuk penerimaan
memori baru sering mengalami kerusakan yang paling parah. Pada tingkat yang
lebih lanjut, korteks mengalami kerusak yang lebih parah sehingga tidak dapat
mengenali orang yang dia sayang dan mengalami kesukaran berkomunikasi.5
Plaques dan tangles
Protein cluster, yang dikenal sebagai "plaques," mengumpul diantara sel-sel
saraf. Strand protein yang terpelintir, yang dikenal sebagai "tangles," berkumpul
di antara sel-sel saraf mati (Alzheimer Association 2011). Plaques dan tangles
mulai terbentuk di bagian otak dimana memori, proses belajar, dan proses
berpikir terjadi, dan terus mempengaruhi bagian lain dari otak, merusak sel-sel
otak dan saraf (Alzheimer Society 2008). 5 Pada tingkat yang ringan dan sedang.
Plaques dan Tangles menyebar ke daerah otak yang bertanggung jawab untuk
komunikasi (bicara), dan persepsi spasial. Pada waktu ini, masalah yang
berkaitan dengan proses memori dan berpikir biasanya akan menjadi jelas.
Setelah perubahan ini, kepribadian dan perilaku juga dapat menjadi terpengaruh
(Alzheimer Association 2011). 5
Inflammation
Peradangan adalah respon normal terhadap trauma, namun tingkat
peradangan di otak akibat Alzheimer adalah excessive dan kontra-produktif,
menyebabkan lebih banyak kematian sel. Peradangan tersebut menyebabkan
kematian sel-sel saraf, dan juga dapat meningkatkan tangles. (Alzheimer Society
2008). 5
Nerve cells shrink
Sel saraf mulai menyusut di bagian otak yang bertanggung jawab untuk
memori dan proses berpikir, dan terus menyusut di daerah sisa otak (Alzheimer
Society 2008).5
b. Perubahan Kimia
Perubahan kimia meliputi :
 Kerusakan neuron yang membawa sinyal ke otak.
 Sinyal yang dihantar diantara sinaps oleh neurotransmitter terganggu.
 Hubungan antara sel-sel saraf otak menjadi terganggu.
Perubahan kimia mempengaruhi otak dalam banyak cara. Miliaran sel saraf
membawa sinyal pada triliunan titik di seluruh otak, ketika proses ini terganggu,
demikian juga tugas-tugas dasar otak, seperti berpikir, merasa, dan membentuk
dan mengingat kenangan.5
Perubahan kimia dan struktural berdampak diantara satu sama lain untuk
memperkuat kerusakan otak. Sebagian besar perubahan di otak bukan hasil dari
satu perubahan namun merupakan kombinasi dari keduanya.5

Keadaan neurotransmitter di Alzheimer’s disease


Keadaan otak pada penyakit Alzheimer menunjukkan hilangnya neuron
kolinergik di basal otak depan, penurunan tingkat asetilkolin (Ach), dan
penurunan asetilkolin sintesis enzim choline acetyltransferase (CHAT) di
korteks serebral. Model hewan menunjukkan bahwa Ach memainkan peran
penting dalam pemroses informasi dan memori. Meskipun sistem
neurotransmitter lainnya (noradrenalin, serotonin, somatostatin dan peptida
lainnya) juga kekurangan, penurunan kognitif berkorelasi terbaik dengan
hilangnya masukan kolinergik. Acetylcholinesterase inhibitor (tacrine) dan
agonis reseptor Ach, termasuk nikotin, telah digunakan untuk mengobati
Alzheimer. Keberhasilan dari pendekatan ini menunjukkan bahwa, selain
kekurangan Ach, ada perubahan mendasar lainnya yang berkontribusi terhadap
disfungsi kognitif.6

4. Diagnosis
Kriteria diagnostik penyakit Alzheimer menurut DSM-IV( Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, Fourth revision.2
A. Perkembangan difisit kognitif multiple terdiri dari
1. Gangguan memori (gangguan kemampuan dalam mempelajari informasi
baru atau mengingat informasi yang sudah dipelajari)
2. Salah satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut ini :
 Afasia (gangguan berbahasa).
 Apraksia (Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik
dalam keadaan fungsi otot yang normal).
 Agnosia (kegagalan untuk mengenal atau menamai objek).
 Gangguan fungsi berpikir abstrak (misalnya merencanakan,
berorganisasi).

B. Gangguan kognitif Pada Kriteria A1 dan A2 menyebabkan gangguan yang berat


pada fungsi sosial dan pekerjaan pederita.

C. Kelainan ini ditandai dengan proses yang bertahap dan penurunan fungsi
kognitif yang berkelanjutan.
D. Gangguan kognitif kriteria A1 dan A2 tidak disebabkan hal-hal berikut :
1. Kelainan SSP lain yang menyebabkan gangguan memori yang progresif
(Misalnya gangguan peredaran darah otak, Parkinson, dan tumor otak).
2. Kelainan sistemik yang dapat menyebabkan demensia (misalnya
hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 dan asam folat, defisiensi niasin,
hiperkalemi, neurosifilis dan infeksi HIV).

E. Kelainan pasien tidak disebabkan oleh delirium.

F. Kelainan tidak disebabkan oleh kelainan aksis 1 misalnya gangguan depresi dan
skizofrenia).

5. Pemeriksaan fisik
Kriteria Diagnostik DSM-IV perlu ditunjang dengan pemeriksaan fisik
(pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis). Pemeriksaan fisik umum
berguna untuk mendeteksi kelainan-kelainan metabolit yang mungkin timbul pada
penderita tersebut.2 Tanda-tanda regresi sel-sel saraf otak yang ditunjukkan dengan
refleks-refleks berikut : 1
a. Refleks memegang (“grasp refleks”)
Jari telunjuk dan tengah si pemeriksa diletakkan pada telapak tangan si
penderita. Refleks memegang adalah positif, apabila jari si pemeriksa dipegang
oleh tangan penderita.
b. Refleks mencucur (“suck refleks”)
Refleks menetek adalah positif, apabila bibir penderita dicucur secara reflektorik
seolah-olah mau menetek, jika bibirnya tersentuh oleh sesuatu, misalnya
sebatang pensil.

c. “Snout reflex”
Pada penderita dengan demensia tiap kali bibir atas atau bawah diketuk
m.orbikularis oris berkontraksi.

d. Refleks glabela
Orang dengan demensia akan memejamkan matanya setiap kali glabelanya
diketuk. Pada orang sehat, pemejaman mata pada ketukan berkali-kali pada
glabela timbul dua tiga kali saja, dan selanjutnya mata tidak akan memejam lagi.

e. Refleks palmomental
Pada penderita dengan demensia, goresan pada kulit tenar membangkitkan
kontraksi otot mentalis ipsilateral.

6. Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination)


Pemeriksaan fisik ditunjang dengan pemeriksaan MMSE yang berguna untuk
mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya ingat, kemampuan
bahasa, dan berhintung.2

Tabel. Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)

NILAI
N
TES MAKSIMA
O
L
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (Bulan), (tanggal), Hari apa ? 5
2 Kita berada dimana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), 5
(lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 3
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1
untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat
menyebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULUS


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. 5
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
“WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan ;
misalnya uyahw = 2 nilai.
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2
buku)
7 Pasien disuruh mengulangi kata-kata: “namun”, “tanpa”, “bila”. 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan 3
tangan anda!, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai!”.
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkanlah 1
mata anda”
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1

Total 30

Skor

 Nilai 24-30 : Normal


 Niali 17-23 : Gangguan kognitif Probable
 Nilai 0-16 : Gangguan kognitif definitif

7. Pemeriksaan Montreal Cognitive Assesment


PEMERIKSAAN SKRINING MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT VERSI INDONESIA (MoCA-InA)

1. Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making)


Instruksi:
“Buatlah garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah huruf dengan urutan
meningkat. Mulailah di sini (tunjuk angka [1] dan tariklah sebuah garis dari angka 1 ke
huruf A, kemudian menuju angka 2 dan selanjutnya. Akhiri di sini [tunjuk huruf (E)]

Penilaian:
Berikan nilai 1 bila subyek menggambar dengan sempurna mengikuti pola berikut ini:
1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap kesalahan yang tidak segera
diperbaiki sendiri oleh subyek diberi nilai 0

2. Kemampuan visuokonstruksional (kubus)


Instruksi:
“Contohlah gambar berikut setepat mungkin pada tempat yang disediakan di bawah ini”

Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar:
 Gambar harus tiga dimensi
 Semua garis tergambar
 Tidak terdapat garis tambahan
 Garis-garis tersebut relatif sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk prisma segi
empat dapat diterima)
Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas tidak dipenuhi

3. Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding)


Instruksi:
“Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka-angkanya dan buat waktunya
menjadi pukul 11 liwat 10 menit”

Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut:
 Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus berupa lingkaran dengan hanya sedikit distorsi
(mis: ketidak sempurnaan dalam menutup lingkaran)
 Angka (nilai 1): semua angka yang terlihat dalam jam harus lengkap tanpa
tambahan angka; angka harus diletakkan dalam urutan yang tepat dan dalam
kuadran yang sesuai dengan bentuk jam; angka-angaka Romawi dapat diterima;
angka dapat diletakkan di luar lingkaran
 Jarum jam (nilai 1): harus terdapat dua jarum jam yang secara bersamaan
menunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang menunjukkan jam harus secara jelas
lebih pendek dari jarum yang menunjukkan menit; jarum jam harus berpusat di dalam
lingkaran dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan pusat lingkaran
Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas tidak dipenuhi

4. Penamaan
Instruksi:
“Katakan kepada saya nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)”

Penilaian:
Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1) Gajah, (2) Badak, (3) Unta

5. Daya Ingat
Instruksi:
“Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan membacakan sederet kata yang harus anda
ingat sekarang dan nanti. Dengarkan baik-baik, setelah saya selesai katakan kepada saya
sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan “
(kemudian pemeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata setiap detik).
Tandai dengan tanda centang (√) di tempat yang disediakan, untuk tiap kata yang dapat
diingat secara benar oleh subjek pada pemeriksaan pertama. Ketika subjek menunjukkan
bahwa ia telah selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah tidak dapat lagi mengingat
kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya disertai instruksi berikut:
“Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk keduaklinya. Cobalah untuk
mengingat dan katakana kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat,
termasuk kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan pertama”.
Di akhir pemeriksaan kedua, jelaskan kepada subjek bahwa dia akan diminta lagi untuk
mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan “Saya akan meminta anda
untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir pemeriksaan”.

Penilaian:
Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama dan kedua

6. Perhatian
Rentang Angka Maju (Forward Digit Span)
Instruksi:
“Saya akan mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai, ulangi apa yang saya
ucapkan tepat sebagaimana saya mengucapkannya”
(Bacakan kelima urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik)

Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar

Rentang Angka mundur (Backward Digit Span)


Instruksi:
“Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi jika saya sudah
selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan terbalik”
(Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik)

Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar. (N.B.: jawaban yang
benar untuk pemeriksaan angka mundur adalah 2-4-7)

Kewaspadaan
Instruksi:
“Saya akan membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali saya mengucapkan huruf “A”,
tepuk tangan anda sekali, jika saya mengucapkan huruf lainnya jangan tepuk tangan anda”

Penilaian:
Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk tangan pada huruf yang salah
atau tidak bertepuk tangan pada huruf “A” dihitung sebagai satu kesalahan)

Rangkaian 7 (Serial 7s)


Instruksi:
“Sekarang saya ingin anda berhitung dengan cara mengurangi, mulai angka 100 dikurang
tujuh kemudian terus dikurangi dengan angka tujuh sampai saya memberitahukan anda
untuk berhenti”.
Ulangi instruksi ini untuk kedua kali jika diperlukan

Penilaian:
Nilai maksimal adalah 3. Berikan:
nilai 0 : jika tidak ada jawaban yang benar,
nilai 1 : untuk satu jawaban yang benar,
nilai 2 : untuk 2 sampai tiga jawaban yang benar,
nilai 3 : jika subyek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang benar.
Hitung setiap jawaban pengurangan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap pengurangan
dinilai secara independen, maksudnya jika subyek menjawab dengan jawaban yang salah
akan tetapi melanjutkan pengurangan 7 yang benar dari angka tersebut, berikan nilai
untuk tiap hasil pengurangan yang benar.
Sebagai contoh, seorang subyek menjawab “92-85-78-71-64” yang mana angka “92”
adalah jawaban yang salah, akan tetapi semua angka berikutnya dikurangi tujuh
jawabannya benar. Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat diberikan
pada bagian ini adalah 3.

7. Pengulangan Kalimat
Instruksi:
“Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah itu ulangi kepada saya tepat
seperti apa yang saya bacakan [jeda]:
“Wati membantu saya menyapu lantai hari ini”
Setelah mendapat jawaban, katakan: “Sekarang saya akan membacakan kepada anda
kalimat berikutnya, setelah itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan
[jeda]:
“Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”

Penilaian:
Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan benar. Pengulangan kalimat harus
urutan yang tepat. Perhatikan kemungkinan kesalahan kecil seperti kata yang dihilangkan
(misalnya, tidak menyertakan kata “saya”, “ketika”) atau adanya penambahan (misalnya,
“Tikus tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”)

8. Kelancaran Berbahasa
Instruksi:
“Katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu yang dimulai dengan huruf
tertentu yang akan saya katakan sesaat lagi. Anda boleh menyebut kata apa saja yang anda
pikirkan kecuali nama orang/nama kota (misalnya Budi, Bandung), dan kata yang sama
ditambah akhiran kata (misalnya, bayar, bayaran). Saya akan meminta anda untuk berhenti
setelah satu menit. Apakah anda siap? [jeda],
“Sekarang katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda ketahui yang dimulai
dengan huruf S [beri waktu 60 detik]. Berhenti”

Penilaian:
Berikan niali 1 jika subyek berhasil memberikan 11 kata atau lebih dalam 60 detik. Tulis
jawaban subyek pada bagian bawah atau samping formulir pemeriksaan.

9. Kemampuan Abstrak
Instruksi:
“Katakan kepada saya apa kesamaan antara jeruk dan pisang” jika subyek menjawab
dengan jawaban yang konkrit/tidak abstrak, maka tambahan pertanyaan hanya sekali lagi:
“Katakan kepada saya kesamaaan lainnya dari kedua benda tersebut” Jika subyek tidak
memberikan jawaban yang sesuai (buah), katakan, “Ya, keduanya adalah buah”. Jangan
memberikan perintah atau penjelasan tambahan.
Setelah latihan, katakan: “Sekarang, (beritahu) katakan kepada saya apa kesamaan kereta
api dan sepeda.” Setelah mendapat jawaban, lakukan pemeriksaan yang kedua, dengan
mengatakan “Sekarang, (beritahu) katakan kepada saya apa kesamaan sebuah penggaris
dan jam tangan”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan.

Penilaian:
Hanya dua pasangan kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1 untuk tiap pasangan kata
yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban berikut ini dianggap benar:
Kereta Api – Sepeda = alat transportasi, sarana bepergian, kita dapat melakukan perjalanan
dengan keduanya.
Penggaris – Jam tangan = alat ukur, digunakan untuk mengukur
Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat:
Kereta Api – Sepeda = keduanya mempunyai roda
Penggaris – Jam tangan = keduanya mempunyai angka-angka

10. Memori tertunda


Instruksi:
“Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda sebelumnya, dan saya telah meminta
anda untuk mengingatnya. Beritahukan kepada saya sebanyak mungkin kata-kata tersebut
yang bisa anda ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah disediakan untuk setiap
kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk.

Penilaian:
Berika nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk apapun.

Pilihan:
Sebagai lanjutan dari tes memori tertunda beri petunjuk kepada subyek dengan petunjuk
kategori semantik yang diberikan di bawah ini untuk tiap kata yang belum dapat diingat.
Beri tanda centang (√) pada tempat yang disediakan jika subyek dapat mengingat kata
tersebut dengan bantuan petunjuk kategori atau pilihan ganda. Informasikan kata-kata
yang belum diingat dengan cara berikut ini. Jika subyek masih belum dapat mengingat kata
tersebut setelah diberikan petunjuj kategori, berikan kepadanya pertanyaan pilihan ganda,
seperti contoh instruksi berikut,
“Apakah kata tersebut dari pilihan kata berikut ini, HIDUNG, WAJAH atau TANGAN?”

Gunakan petunjuk kategori dan atau petunjuk pilihan ganda beriut jka diperlukan:

WAJAH : petunjuk kategori: bagian dari tubuh pilihan ganda: hidung, wajah, tangan
SUTERA : petunjuk kategori: jenis kain pilihan ganda: katun, beludru, sutera
MASJID : petunjuk kategori: jenis bangunan pilihan ganda: masjid, sekolah, rumah
sakit
ANGGREK : petunjuk kategori: jenis bunga pilihan ganda: mawar, anggrek, melati
MERAH : petunjuk kategori: warna pilihan ganda: merah, biru, hijau

Penilaian:
Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang dapat diingat dengan bantuan
petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk memperoleh informasi klinis dan dapat
memberikan informasi tambahan yang diperlukan mengenai jenis kelainan daya ingat.
Untuk penurunan daya ingat yang disebebkan oleh kegagalan proses mengingat kembali
(retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan pemberian petunjuk. Untuk
penurunan daya ingat yang disebaban oleh kegagalan menerjemahkan sandi ingatan
(encoding failures), kinerja tidak dapat ditingkatkan dengan pemberian petunjuk.

11. Kemampuan Orientasi


Instruksi:
“Katakan kepada saya tanggal hari ini”
Jika subyek tidak dapat memberikan jawaban yang lengkap, berikan tanggapan dengan
mengatakan “Katakan kepada saya tahun, bulan, tanggal dan hari pada saat ini” kemudian
katakan: “Sekarang, katakan kepada saya nama tempat ini dan berada di kota apa?”

Penilaian:
Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subyek harus menjawab secara tepat
untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah sakit, klinik, kantor). Tidak ada nilai yang
diberijkan jika subyek membuat kesalahan walau satu hari dalam penyebutan tanggal.

NILAI TOTAL:

Nilai maksimal sebesar 30

Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal

Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau
kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.
FAKTOR RISIKO VASCULAR COGNITIVE IMPAIRMENT

PUSKESMAS/KECAMATAN : …………………………KABUPATEN/KOTA : ……………PROVINSI :………


Nama : ……………………………………………………. No. KTP :………………………………….
Tanggal lahir : …………………………………. L/P Kunjungan : Pertama
Kontrol
Alamat : ……………………………………………………. Suku/Agama : ….……………………….
Pendidikan : ……………………………………… Pekerjaan : ………………………………… Penghasilan
rata-rata/bulan Rp. …………………...…… ,-
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Ya Tidak
Apakah merasa kegemukan?
Body mass index = …
Kolesterol Apakah banyak makan makanan berlemak

Pernah periksa gula darah (3-6 bulan terakhir) = …. ml/hg


Apakah sering minum berlebihan
Apakah merasa haus terus
Apakah sering Buang Air Kecil terus menerus
Apa sering makan banyak
Gula Darah Apakah keluarga memiliki riwayat diabetes

Darah Tinggi Pernah periksa tekanan darah (3-6 bulan terakhir)

Apakah sering merasa nyeri dada?


Apakah sering merasa sesak nafas
Apakah pernah tiba-tiba pelo
Apakah pernah hilang penglihatan secara tiba-tiba?
Jantung Apakah pernah tiba-tiba merasa lemas?
Faktor Risiko
(1) Ya setiap hari (2) Ya, kadang-kadang
Merokok (1) Tidak,
sebelumnya (2) Tidak pernah sama sekali
pernah
Dalam 12 Bulan terakhir minum minuman beralkohol (1) Ya (2) tidak
(1) Ya, 5 hari atau
lebih/minggu (2) 1-4 hari/minggu
Dalam 1 Bulan terakhir minum minuman beralkohol
(3) < 1 hari/bulan (4) 1hari/bulan
Makan-makanan asin (1) < 1x/hari (2) 1x/hari (3) 2x/hari (4) 3x/hari
Makan/minum yang manis-manis (1) < 1x/hari (2) 1x/hari (3) 2x/hari (4) 3x/hari
Makan sayur (1 x 1 porsi) (1) < 1x/hari (2) 1x/hari (3) 2x/hari (4) 3x/hari
Makan buah (1 x 1 porsi) (1) < 1x/hari (2) 1x/hari (3) 2x/hari (4) 3x/hari
(1) Ya ….menit/hari …./mingggu
Melakukan olah raga
(2) Ya, …..hari/bulan (3) Jarang/tidak pernah
Merasa tegang, cemas atau panik (1) < 1x/hari (2) 1x/hari (3) 2x/hari (4) 3x/hari

17
8. Pemeriksaan SLUM10

9. Pemeriksaan Clinical Dementia Rating (CDR) (terlampir)


10. Blessed Orientation – Memory concentration Test (terlampir)
11. Memory Impairment Screen (terlampir)
12. Short Test of mental Status (terlampir)
13. Pemeriksaan Penunjang

18
Pemeriksaan penunjang lain yang berguna untuk membantu diagnosis Penyakit
Alzheimer antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium2
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan kadar vitamin B12 dan asam folat.
 Pemeriksaan elektrolit
 Pemeriksaan glukosa
 Pemeriksaan fungsi ginjal ( ureum dan kretinin)
 Pemeriksaan enzim hati
 Pemeriksaan fungsi tiroid (TSH)
 Pemeriksaan serologis HIV dan sifilis.
 Pemeriksaan analisis gas darah.

b. Pemeriksaan radiologi2
 MRI atau Ct-Scan otak alah pemeriksaan radiologi yang utama. Pada penderita
Alzheimer, MRI atau CT-scan akan menunjukkan atrofi serebral atau kortikal
yang difus.
 SPECT scan. Pemeriksaan ini akan menunjukkan penurunan perfusi jaringan di
daerah Temporoparietalis bilateral yang biasanya terjadi pada penderita
Alzheimer.
 PET Scan .Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas metabolic di daerah
temporoparietalis bilateral.
 Indikasi MRI/CT Scan pada penderita demensia
 Awitan terjadi pada usia < 65 tahun.
 Manifestasi Klinis timbul < 2 tahun
 Tanda atau gejala neurologi asimetris.
 Gambaran klinis Hidrosefalus tekanan normal {NPH (Normal pressure
hydrocephalus)}2

c. EEG
Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas alfa dan peningkatan aktivitas teta
yang menyeluruh.2
d. Pungsi lumbal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kelainan cairan cerebrospinal,
seperti meningitis kronis, meningoensefalitis, atau vaskulitis serebral.2
14. Prognosis
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai survival rate 5-10 tahun setelah diagnosis
ditegakkan dan seringkali meninggal karena infeksi. Penurunan kognitif serta sifat
ketergantungan yang dialami pasien Alzheimer memberikan beban mental, fisik, dan
ekonomi yang berat terutama kepada keluarga dan kerabat dekat yang mengurus pasien.2
19
E. Demensia Vaskular
Demensia vascular ialah sindrom demensia yang disebabkan disfungsi otak akibat penyakit
serebrovaskular atau stroke. Demensia vascular merupakan penyebab demensia kedua
tersering setelah demensia Alzheimer.2
1. Epidemiologi
Sepertiga penderita pascastroke yang masih hidup didiagnosis demensia vascular.2

2. Etiologi
Stroke, penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis, dan HIV), penggunaan alcohol
kronis, pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenic, dan aluminium),
trauma kepala berulang pada petinju professional, penggunaan obat-obatan jangka
panjang, obat-obatan sedative, dan analgetik.2
3. Patofisiologi
Mekanisme demensia vaskular :
a. Degenerasi yang disebabkan faktor genetic, peradangan, atau perubahan biokimia.
b. Aterosklerosis, infark thalamus, ganglia basalis, jaras serebral, dan area di sekitarnya.
c. Trauma, lesi di serebral terutama di lobus frontalis dan temporalis, korpus kalosum,
dan mesensefalon.
d. Kompresi, TIK meningkat, dan hidrosefalus kronis (NPH
Sebagai fungsi diensefalon dan lobus temporalis lebih dominan untuk memori jangka
panjang dibandingkan dengan korteks lainnya. Kegagalan dalam tes fungsi verbal (afasia)
berhubungan dengan gangguan di hemisfer serebral dominan, khususnya di bagian
perisilvian dari lobus frontalis, temporalis, dan parientalis. Kehilangan kemampuan
membaca dan berhintung berhubungan dengan lesi di hemisfer serebri dominan bagian
posterior. Gangguan menggambar dan membangun bentuk sederhana dan kompleks
dengan balok, tongkat, serta mengatur gambar, biasanya terjadi bila terdapat lesi di lobus
parientalis hemisfer serebri nondominan.2
4. Fisiologi Demensia vaskuler
a. Lokasi Infark. Infark di lobus temporalis menyebabkan gangguan memori, lesi di
lobus parientalis dapat mengakibatkan gangguan orientasi spasial, apraksi, agnosia
serta gangguan fungsi luhur lain. Depresi lebih sering terjadi pada lesi di hemisfer kiri
daripada di hemisfer kanan.2
b. Jumlah lesi. Bila seseorang telah mempunyai lesi di otak dan kemudian lesinya
bertambah karena ia mengalami stroke berulang, maka deficit yang timbul bukan
aditif melainkan berlipat ganda.2

20
c. Ukuran lesi. Gangguan mental cenderung terjadi bila volume infark melebihi 50ml.
Pada demensia dengan infark yang letaknya strategis, lesi kecil dapat mengakibatkan
gangguan kognitif yang berat.2
5. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang mengganggu kegiatan
harian seseorang seperti: mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar, dan
kecil.2 Pada demensia jenis ini tidak didapatkan gangguan kesadaran. Gejala dan
disabilitas telah timbul paling sedikit 6 bulan pasca stroke.2
6. Diagnosis
Untuk menentukan demensia diperlukan kriteria yang mencakup :
a. Kemampuan intelektual menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan
dan lingkungan.2
b. Defisit kognitif selalu melibatkan memori, biasanya didapatkan gangguan berpikir
abstrak, menganalisis masalah, gangguan pertimbangan, afasia, apraksia, kesulitan
konstruksional, dan perubahan kepribadian.
c. Kesadaran masih baik.2

Pedoman diagnostik untuk menentukan demensia vaskular antara lain :


a. Terdapat gejala demensia seperti di atas.
b. Hendaklah fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya
ingat, gangguan daya berpikir, gejala neurologis daya ingat, gangguan daya berpikir,
gejala neurologis fokal). Titik (insight) dan daya nilai (judgment) secara relative tetap
baik.
c. Awitan yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai gejala neurologis
fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskule.
d. Pedoman diagnostic untuk demensia vaskuler awitan akut : Biasanya terjadi secara
cepat sesudah serangkaian stroke akibat thrombosis serebrovaskuler, embolisme, atau
perdarahan. Pada kasus yang jarang, satu infark yang besar dapat menjadi penyebab.

Tabel : Skor Iskemik Hachinski2

Riwayat dan Gejala Skor


Awitan mendadak 2
Deteriorasi bertahap 1
Perjalanan Klinis fluktuatif 2
Kebingungan malam hari 1
Kepribadian relative tidak terganggu 1

21
Depresi 1
Keluhan somatic 1
Emosi labil 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat penyakit serebrovaskuler 2
Arteriosklerosis penyerta 1
Keluhan neurologi fokal 2
Gejala neurologi fokal 2

Skor iskemik Hachinski berguna untuk membedakan demensia Alzheimer dengan demensia
vaskuler

 Bila skor ≤ 4 : demensia Alzheimer


 Bila skor ≥ 7 : demensia Vaskuler

F. Diagnosis banding7
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
a. Demensia Tipe Alzheimer lawan Demensia vaskuler

Secara klasik, demensia vaskuler dibedakan dengan demensia tipe Alzheimer dengan
adanya perburukan penurunan status mental yang menyertai penyakit serebrovaskuler
seiring berjalannya waktu. Meskipun hal tersebut adalah khas, kemerosotan yang
bertahap tersebut tidak secara nyata ditemui pada seluruh kasus. Gejala neurologis fokal
lebih sering ditemui pada demensia vaskuler daripada demensia tipe Alzheimer, dimana
hal tersebut merupakan patokan adanya faktor risiko penyakit serebrovaskuler.

b. Demensia Vaskuler lawan Transient Ishemic Attacks


Transient ischemic attacks (TIA) adalah suatu episode singkat dari disfungsi neurologis
fokal yang terjadi selama kurang dari 24 jam (biasanya 5 hingga 15 menit). Meskipun
berbagai mekanisme dapat mungkin terjadi, episode TIA biasanya disebabkan oleh
mikroemboli dari lesi arteri intrakranial yang mengakibatkan terjadinya iskemia otak
sementara, dan gejala tersebut biasanya menghilang tanpa perubahan patologis jaringan
parenkim. Sekitar sepertiga pasien dengan TIA yang tidak mendapatkan terapi mengalami
infark serebri di kemudian hari, dengan demikian pengenalan adanya TIA merupakan
strategi klinis penting untuk mencegah infark serebri. Dokter harus membedakan antara

22
episode TIA yang mengenai sistem vertebrobasiler dan sistem karotis. Secara umum,
gejala penyakit sistem vertebrobasiler mencerminkan adanya gangguan fungsional baik
pada batang otak maupun lobus oksipital, sedangkan distribusi sistem karotis
mencerminkan gejala-gejala gangguan penglihatan unilateral atau kelainan hemisferik.
Terapi antikoagulan, dengan obat-obat antipletelet agregasi seperti aspirin dan bedah
reksonstruksi vaskuler ekstra dan intrakranial efektif untuk menurunkan risiko infark
serebri pada pasien dengan TIA.
c. Delirium
Membedakan antara delirium dan demensia dapat lebih sulit daripada yang ditunjukkan
oleh klasifikasi berdasarkan DSM IV. Secara umum, delirium dibedakan dengan
demensia oleh awitan yang cepat, durasi yang singkat, fluktuasi gangguan kognitif dalam
perjalanannya, eksaserbasi gejala yang bersifat nokturnal, gangguan siklus tidur yang
bermakna, dan gangguan perhatian dan persepsi yang menonjol.

Tabel . Perbedaan Klinis Delirium dan Demensia.


Gambaran Delirium Demensia
Riwayat Penyakit akut Penyakit Kronik
Awal Cepat Lambat laun
Sebab Terdapat penyakit lain (infeksi, Biasanya penyakit otak kronik
dehidrasi, guna/putus obat) (sptAlzheimer, demensia
vaskular)
Lamanya Ber-hari/-minggu Ber-bulan/-tahun
Perjalanan sakit Naik turun Kronik Progresif
Taraf Kesadaran Orientasi Naik turun, terganggu periodik Normal intak pada awalnya
Afek Cemas dan iritabel Labil tapi tak cemas
Alam pikiran Sering terganggu Turun jumlahnya
Bahasa daya ingat Lamban. Inkoheren, Sulit menemukan istilah tepat
inadekuat, angka pendek terganggu Jangka pendek dan panjang
nyata terganggu
Persepsi Halusinasi (visual) Halusinasi jarang terjadi
kecuali sundowning
Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran Normal
Tidur Sedikit terganggu siklus
Terganggu siklus tidurnya
tidurnya

23
Atensi dan kesadaran Amat terganggu Sedikit terganggu
Reversibilitas Sering reversibel Umumnya tak reversibel
Penanganan Segera Perlu tapi tak segera
d. Depresi
Beberapa pasien dengan depresi memiliki gejala gangguan fungsi kognitif yang sukar
dibedakan dengan gejala pada demensia. Gambaran klinis kadang-kadang menyerupai
psuedodemensia, meskipun istilah disfungsi kognitif terkait depresi (depression-related
cognitive dysfunction) lebih disukai dan lebih dapat menggambarkan secara klinis. Pasien
dengan disfungsi kognitif terkait depresi secara umum memiliki gejala-gejala depresi
yang menyolok, lebih menyadari akan gejala-gejala yang mereka alami daripada pasien
dengan demensia serta sering memiliki riwayat episode depresi.

e. Skizofrenia
Meskipun skizofrenia dapat dikaitkan dengan kerusakan fungsi intelektual yang didapat
(acquired), gejalanya lebih ringan daripada gejala yang terkait dengan gejala-gejala
psikosis dan gangguan pikiran seperti yang terdapat pada demensia.

f. Proses penuaan yang normal


Proses penuaan yang normal dikaitkan dengan penurunan berbagai fungsi kognitif yang
signifikan, akan tetapi masalah-masalah memori atau daya ingat yang ringan dapat terjadi
sebagai bagian yang normal dari proses penuaan. Gejala yang normal ini terkadang
dikaitkan dengan gangguan memori terkait usia, yang dibedakan dengan demensia oleh
ringannya derajat gangguan memori dan karena pada proses penuaan gangguan memori
tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi perilaku sosial dan okupasional pasien.

G. Farmakoterapi demensia
Penatalaksanaan untuk penderita Alzheimer mencakup terapi simtomatik dan rehabilitatif.
Sasaran terapi simtomatik adalah mengurangi gejala kognitif, perilaku dan psikiatrik.

Tabel : Jenis, dosis, dan efek samping obat-obat demensia.2

Nama Obat Golongan Indikasi Dosis Efek Samping


Donepezil Penghambat DA ringan Dosis awal 5 mg/hr bila perlu, Mual, muntah,
Kolinesteras sedang setelah 4-6 minggu menjadi diare, insomnia

24
e 10mg/hr.
Galantamine Penghambat DA ringan Dosis awal 8 mg/hr; setiap Mual, muntah,
kolinesterase sedang bulan dosis dinaikkan 8 mg/hr diare, anoreksia
hingga dosis maksimal 24
mg/hr.
Rivastigmin Penghambat DA ringan Dosis awal 2x1,5mg/hr; setiap Mual, muntah,
e kolinesterase sedang bulan dinaikkan 2x1,5mg/hr pusing, diare,
hingga dosis maksimal 2x6 anoreksia
mg/hr.
Memantine Penghambat DA Dosis awal 5mg/hr; setelah 1 Pusing, nyeri
reseptor sedang minggu , dosis dinaikkan kepala,
NMDA berat menjadi 2x5 mg/hr dan konstipasi
seterusnya hingga dosis
maksimal 2x10 mg/hr

Tabel : Jenis, dosis dan efek samping pengobatan untuk gangguan Psikiatrik dan perilaku
pada demensia.2

Depresi
Nama Obat Dosis Efek Samping
Sitalopram 10-40mg/hr Mual, mengatuk, nyeri kepala, tremor, dan disfungsi seksual
Esitalopram 5-20 mg/hr Insomnia, diare, mual, mulut kering, dan mengantuk
Sertralin 25-100mg/hr Mual, diare, mengantuk, mulut kering, dan disfungsi seksual
Fluoksetin 10-40mg/hr Mual, diare, mengantuk, insomnia, tremor, dan ansietas
Venlaflaksin 37,5-225mg/hr Nyeri kepala, mual, anoreksia, insomnia, dan mulut kering
Duloksetin 30-60mg/hr Penurunan nafsu makan, mual, mengantuk, dan insomnia
Agitasi, ansietas dan perilaku obsesif
Quetiapin 25-300mg/hr Mengantuk, pusing, mulut kering, konstipasi, dyspepsia, dan
peningkatan berat badan.
Olanzapin 2,5-10mg/hr Peningkatan berat badan, mulut kering, peningkatan nafsu

25
makan, pusing, mengantuk, dan tremor
Risperidon 0,5-1mg 3x/hr Mengantuk, tremor, insomnia, pandangan kabur, pusing, nyeri
kepala, mual, dan peningkatan berat badan.
Ziprasidon 20-80 mg/hr Kelelahan, mual, interval QT memanjang, pusing, diare, dan
gejala ekstrapiramidal.
Divalproex 125-500 mg Mengantuk, kelemahan, diare, konstipasi, dyspepsia, depresi,
2x/hr ansietas, dan tremor.
Gabapentin 100-300 mg Konstipasi,dyspepsia, kelemahan, hipertensi, anoreksia, vertigo,
3x/hr pneumonia, peningkatan kadar kretinin
Alprazolam 0,25-1mg 3x/hr Sedasi, disartria, inkoordinasi, gangguan ingatan
Lorazepam 0,5-2mg 3x/hr Kelelahan, mual, inkoordinasi, konstipasi, muntah, disfungsi
seksual
Insomnia
Zolpidem 5-10mg malam Diare, mengantuk
hari
Trezodon 25-100 mg Pusing, nyeri kepala, mulut kering, konstipasi.
malam hari
Terapi dengan menggunakan pendekatan lain
Obat-obatan lain telah diuji untuk meningkatkan aktivitas kognitif termasuk
penguat metabolisme serebral umum, penghambat kanal kalsium, dan agen serotonergik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa slegilin (suatu penghambat monoamine oksidase tipe
B), dapat memperlambat perkembangan penyakit ini.
Terapi pengganti Estrogen dapat menginduksi risiko penurunan fungsi kognitif
pada wanita pasca menopause, walau demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai hal tersebut. Terapi komplemen dan alternatif menggunakan ginkgo biloba dan
fitoterapi lainnya bertujuan untuk melihat efek positif terhadap fungsi kognisi. Laporan
mengenai penggunaan obatantiinflamasi nonsteroid (OAINS) memiliki efek lebih rendah
terhadap perkembangan penyakit Alzheimer. Vitamin E tidak menunjukkan manfaat dalam
pencegahan penyakit.7

H. Terapi psikososial
Kemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan
demensia. Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori jangka
pendek hilang sebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan kasus demensia,
dan banyak pasien biasanya mengalami distres akibat memikirkan bagaimana mereka

26
menggunakan lagi fungsi memorinya disamping memikirkan penyakit yang sedang
dialaminya. Identitas pasien menjadi pudar seiring perjalanan penyakitnya, dan mereka hanya
dapat sedikit dan semakin sedikit menggunakan daya ingatnya. Reaksi emosional bervariasi
mulai dari depresi hingga kecemasan yang berat dan teror katastrofik yang berakar dari
kesadaran bahwa pemahaman akan dirinya (sense of self) menghilang.
Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan
edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit yang
dideritanya. Mereka juga bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan penerimaan
akan perburukan disabilitas serta perhatian akan masalah-masalah harga dirinya. Banyak
fungsi yang masih utuh dapat dimaksimalkan dengan membantu pasien mengidentifikasi
aktivitas yang masih dapat dikerjakannya. Suatu pendekatan psikodinamik terhadap defek
fungsi ego dan keterbatasan fungsi kognitif juga dapat bermanfaat. Dokter dapat membantu
pasien untuk menemukan cara “berdamai” dengan defek fungsi ego, seperti menyimpan
kalender untuk pasien dengan masalah orientasi, membuat jadwal untuk membantu menata
struktur aktivitasnya, serta membuat catatan untuk masalah-masalah daya ingat.
Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat membantu.
Hal tersebut membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah, kesedihan, kemarahan,
dan keputusasaan karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi oleh keluarganya.7

27
BAB III
KESIMPULAN

Demensia adalah sindrom neurodegenerative yang timbul karena adanya kelainan yang
bersifat kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi,
kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan
motivasi.
Demensia Alzheimer merupakan demensia yang paling sering terjadi dan belum ada
penyembuhannya. Demensia vascular merupakan merupakan penyakit kedua setelah demensia
Alzaimer yang dapat menyebabkan demensia. Sebagai dokter kita perlu memberikan edukasi
terhadap pasien dan keluarga pasien. Menasihati keluarga pasien supaya sentiasa mendukung dan
bersabar.

28
Daftar Pustaka

1. Prof. DR, Mahar Mardjono; Prof.DR, Priguna Sidharta; Dementia; neurolgi klinis dasar;
Dian rakyat; 2009 Bab VI halaman 211-213.
2. Dr George Dewanto,Sp.S; Dr wita J. Suwono, Sp.S; Dr Budi Riyanto, Sp.S; Dr Yuda
Turana, Sp.S Demensia Alzheimer, demensia Vaskular, Farmako terapi demensia;
Diagnosis & tatalaksana penyakit saraf; Departemen Ilmu penyakit saraf fakultas
kedokteran UNIKA ATMAJAYA; penerbit buku kedokteran 2009 Bab 12 hal 174-183.
3. Dementia ; A.D.A.M Medical Encyclopedia.;Pub Med Health; Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001748/ pada 17/12/2014.
4. Alzheimer’s Disease Health Center; Web MD; Diunduh dari
http://www.webmd.com/alzheimers/guide/alzheimers-dementia.page=2 Pada 20/11/2012
5. Processes which affect the brain; Dementia care center; Diunduh dari
http://www.dementiacarecentral.com/node/1458 pada 17/12/2014.
6. Alzheimer’S disease; neuropathology web; Diunduh dari http://neuropathology-
web.org/chapter9/chapter9bAD.html pada 17/12/2014
7. Demensia (penurunan daya ingat), diunduh dari
www.emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id pada 17/12/2014.
8. Clinical Dementia Rating, diunduh dari:
http://www.dementiaassessment.com.au/global/cdr_scale.pdf pada 17/12/2014
9. Montreal Cognitive Assesment, diunduh dari:
https://www.scribd.com/doc/97522386/MOCA-InA-Instruksi-Dan-Penilaian#download
pada 17/12/2014
10. SLUMS Examination, diunduh dari:
http://medschool.slu.edu/agingsuccessfully/pdfsurveys/slumsexam_05.pdf pada
17/12/2014

29

Anda mungkin juga menyukai