Anda di halaman 1dari 6

1.

3 Jenis-jenis wirausaha yang perlu anda ketahui :

Wiraushaa Bisnis
Wirausaha bisnis adalah mereka yang tekun menganalisis kebutuhan-kebutuhan selera
masyarakat terhadap barang-barang dan jasa.
Wirausaha uang
Wirausaha uang adalah mereka yang menjalankan kegiatan menyalurkan dan mengumpulkan
dana yang bergerak dalam pasar uang dan modal.
Wirausaha vak
Wirausaha vak adalah mereka yang memiliki keahlian khusus dalam bidang produksi
tertentu. Wirausaha ini dalam membaktikan prestasinya adalah dalam bidang teknik,
melakukan penemuan-penemuan baru, peniruan dan perbaikan kualitas atas hasil barang
produksinya
Wirausaha manajer
Wirausaha manajer adalah mereka yang dapat melakukan usahanya dengan menggunakan
pengetahuan bisnis modern dan memperhitungkanya dengan cara efisien
Wirausaha Social Engineer
Wirausaha social engineer adalah mereka yang berusaha mengikat para pekerja melalui karya
sosialitas dan pertimbangan atas moral dan kebenaran.

1.4 Pergeseran Paradigma Dari Job Seekers Ke Job Creators

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi bertujuan untuk membentuk manusia


secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan
sebagai wirausaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu
dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa secara
bersama-sama dalam komunitas pendidikan sehingga diharapkan akan menciptakan mindset
sebagai seorang pencipta kerja (job creator). Berikut ini adalah strategi mengubah paradigma
dari Job Seeker menjadi Job creator:

 Keluarga Membangun Kultur berwirausaha

Kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga atau suku atau golongan bahkan
bangsa sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang
tangguh. Kultur berwirausaha tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Memerlukan
waktu cukup banyak untuk membangun kultur kewirausahaan Setiap keluarga harus
menanamkan jiwa wirausaha sejak dini dalam diri anak-anak mereka.

Kultur beberapa suku di Indonesia memang mengagungkan profesi wirausaha


sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun secara
umum kultur masyarakat Indonesia masih mengagungkan profesi yang relatif “tanpa
resiko” misalnya menjadi pegawai negeri, bekerja di perusahaan besar. Pilihan lebih
banyak berada para kuadran kanan (Employee. Lihat. Robert Kiyosaki).

 Penciptaan Iklim Usaha

Era krisis moneter yang melanda Indonesia awal tahun 1997 menyebabkan
banyak industri besar tumbang, usaha skala kecil sulit tumbuh. Hal ini membuat
pemerintah Indonesia kebingungan mengatasinya dikarenakan berkaitan dengan
timpangnya struktur usaha (industri) yang terlalu memihak pada industri besar.

Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada
membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong
kemampuan industri kecil dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Atau dengan
kata lain, pemerintah harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung
modal optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke
lembaga-lembaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
lebih memihak industri kecil dalam pemberian kredit.

 Pembenahan Dunia Pendidikan

Pola pikir para sarjana yang umumnya masih berorientasi untuk menjadi
karyawan harus diubah. Oleh Karena itu peran lembaga pendidikan sebagai pusat
inkubasi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, perlu di tata kembali. Struktur
kurikulum kita yang cenderung menghasil lulusan yang ‘siap pakai’ bukan lulusan
yang ‘siap menghasilkan’.

 Optimalisasi Balai Pelatihan Kewirusahaan


Mengoptimalkan balai latihan kerja (BLK). Dengan pengoptimalan BLK
maka, kekurangan daya serap perguruan tinggi bisa diantisipasi. Disebutkannya, saat
ini BLK belum begitu termanfaatkan untuk mengatasi pengangguran. Begitu pula
dengan BLK-BLK, banyak yang belum berkembang dengan baik terutama dalam
penyerapan para lulusan untuk masuk ke dunia kerja. “Saat ini, yang saya lihat belum
ada perhatian pemerintah untuk pembenahan kearah itu,

 Peningkatan akses modal

Pemerintah melalui lembaga perbankan dan keuangan diminta membuka


akses modal bagi calon wirausaha, karena selama ini mereka masih kesulitan
mendapatkannya untuk meningkatkan taraf hidup.

 Pendampingan calon wirausaha

Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pendampingan yang dilakukan oleh lembaga
swadaya masyarakat, perbankan, konsultan, dan stakeholder lainnya sehingga memberikan
kemudahan serta pencerahan bagi para calon wirausaha. Seringkali lemahnya pendampingan
mengakibatkan modal usaha yang telah dibagikan kepada calon wirausaha, tidak terpakai
dengan baik. Para calon wirausaha lebih sering melakukan konsumsi terhadap modal yang
diberikan. Akibatnya, modal mereka terpakai habis sedangkan usaha belum dapat berjalan
dengan baik.

Job seeker adalah pencari pekeriaan atau biasa disebut dengan pengangguran. Tidak
ada seorang pun yang ingin menjadi pengangguran, karena penangguran dianggap sebagai
orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mencukupi hidupnya. Ada banyak faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi pengangguran yaitu :

1. Terbatasnya Lapangan Pekerjaan


Jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia yang sangat terbatas merupakan factor utama
penyebab pengangguran, hal tersebut disebabkan karena semakin bertambahnya penduduk
Indonesia namun tidak diimbangi dengan perluasan lapangan pekerjaan.
2. Kurangnya keahlian
Kealian yang dimiliki seseorang berbeda-beda, bagi seseorang yang memiliki keahlian yang
lebih menonjol dibandingkan orang lain maka akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan
yang diinginkan, namun sebaliknya bagi mereka yang tidak memiliki keahlian maka akan
sulit untuk mencari pekerjaan.
3. Buta informasi
Seseorang menjadi penangguran juga dapat disebabkan karena kurangmya informasi akan
adanya suatu lowongan pekerjaan, biasanya hal tersebut dapat terjadi karena orang tersebut
malas mencari informasi. Padahal, informasi akan suatu lowongan pekerjaan dapat ia peroleh
melalui media cetak maupun elektronik.
4. Meningkatnya urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak orang desa yang
menganggap bahwa merantau ke kota dapat memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik
tanpa memperhatikan keterampilan yang ia miliki, sehingga mereka hanya berbekal nekat
untuk hidup di kota-kota besar dan pada akhirnya akan menjadi seorang pengangguran yang
dapat membebani keluarga maupun masyarakat. Maka dari itu jika orang desa ingin pindah
ke kota harus memiliki keterampilan sebagai modal mencari kerja.
5. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
Pertumbuhan penduduk Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun hal tersebut
disebabkan karena masih banyak penduduk Indonesia yang mempercayai mitos bahwa
“banyak anak banyak rejeki” padahal hal tersebut sangat tidak benar justru semakin banyak
anak maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai hidupnya.
6. Rendahnya pendidikan formal
Masih banyak masyarakat Indonesia yang meremehkan pendidikan bagi anak-anaknya,
padahal pendidikan formal adalah salah satu modal utama untuk mencari pekerjaan. Namun
rendahnya pendidikan seseorang juga dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan dari
segi ekonomi untuk membiayai sekolah anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
7. Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi karena perusahaan yang menutup atau
mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan sebagainya.
Sehingga PHK ini dapat mencetuskan lebih banyak pengangguran.

Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati


titik yang mengkhawatirkan. Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia
pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar
kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing.
Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang
terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar. Sebagian
besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada
pencipta lapangan pekerjaan (job creator) merupakan salah satu penyebab tingginya angka
pengangguran berpendidikan tinggi. Hal ini dimungkinkan karena sistem pembelajaran yang
diterapkan di perguruan tinggi saat ini lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan para
mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukan sebagai lulusan yang siap
bekerja dengan menciptakan pekerjaan. Selain itu secara umum aktivitas kewirausahaan
(Entrepreneurial Activity) mahasiswa relatif masih rendah. Entrepreneurial Activity
diterjemahkan sebagai individu aktif dalam memulai bisnis baru dan dinyatakan dalam persen
total penduduk aktif bekerja.

Mengapa di Perguruan Tinggi perlu melakukan pengembangan jiwa kewirausahaan kepada


para mahasiswa? Hal itu terkait dengan Keengganan lulusan perguruan tinggi memilih
menjadi wirausahawan. Salah satu factor penyebabnya adalah karena terjebak dalam mitos
yang terbentuk dan berkembang dalam masyarakat kita bahwa diperlukan modal yang besar
untuk memulai suatu usaha, padahal tidak demikian adanya. Memang benar bahwa semua
usaha membutuhkan modal untuk bisa berjalan; juga benar bahwa banyak bisnis jatuh karena
tidak didukung keuangan yang memadai. Namun ketidakmampuan manajemen, lemahnya
pemahaman terhadap persoalan keuangan; investasi yang buruk dan perencanaan yang jelek
adalah sejumlah variabel yang menentukan jatuh bangunnya sebuah usaha. Banyak
wirausahawan sukses berhasil mengatasi persoalan kekurangan uang dalam menjalankan
usahanya dengan cara yang elegan. Bahkan ada wirausahawan yang sanggup memulai usaha
dengan kemungkinan berhasil 98% (Tung Desem Waringin, 2005).

Pengembangan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa Perguruan Tinggi dimaksudkan untuk


memberikan bekal kepada mahasiswa agar mahasiswa/alumni memiliki pola pikir, pola sikap
dan pola tindak yang mengutamakan inovasi, kreativitas dan kemandirian.

Tujuan pembelajaran kewirausahaan di perguruan tinggi adalah bagaimana


mentransformasikan jiwa, sikap dan perilaku wirausaha dari kelompok business
entrepreneur yang dapat menjadi bahan dasar guna merambah lingkungan entrepreneur
lainnya, yakni academic, govenrment dan social entrepreneur.
Kesimpulan yang dapat kita tarik, seperti yang telah kita ketahui Indonesua masih sangat
minim akan orang - orang yang hendak mencari pendapatan atau menggeluti bidang
kewirausahaan ( job creator ) atau bisnis. Padahal bidang ini sangat menjanjikan keutungan
besar apabila kita mendalami dengan sungguh - sungguh.

Menjadi job creator seperti yang kita tahu harus menciptakan sesuatu yang kreatif dan
inovatif dan harus mampu menghadapi segala resiko atau peluang yang ada disekitar, selalu
berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan,
memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif. Kewirausahaan
sangat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. membangun semangat kewirausahaan yang tangguh ditengah
tengah masyarakat kita yang masih mengantungkan harapan yang tinggi pada pilihan menjadi
karyawan seringkali mengalami benturan. Jika kita menginginkan system perekonomian yang
kuat maka mau tidak mau kita harus berubah, dengan mengambil pilihan sebagai seorang
wirausaha(job creator).

Anda mungkin juga menyukai