TB PARU
1. KONSEP TB PARU
A. Definisi
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah (Wijaya, 2013).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
(Smeltzer, 2013).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012) adalah sebagai
mana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB (mycobacterium
tuberculosis humanis).
1) Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium, salah satu
speciesnya adalah M. tuberculosis.
2) Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type
humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat diabaikan, setelah
hygiene peternakan makin di tingkatkan
3) Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam basa.
Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)
4) Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis Basil Tahan
Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil tuberculosis, mungkin saja Basil
Tahan Asam (BTA) yang ditemukan adalah mycobacterium atipik yang menjadi
penyebab mycobacteriosis.
5) Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20 menit
untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12 sampai 24 jam.
6) Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
beberapa menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan terbunuh dalam
beberapa menit bila terkena alcohol 70 % atau lisol 5%.
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2007) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada klien
dengan dengan tuberkulosis paru untuk menunjang dignosis yaitu :
Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis pada
stadium aktif.
Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA.
Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area indurasi
10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian paru
paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura.
Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrosa.
Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan CSF, serta
biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.
Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada TB
paru-paru lanjut kronis.
ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru
paru.
Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus
atau kerusakan paru-paru karena TB.
Darah: leukositosis, LED meningkat.
Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan
menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
parenkim paru-paru dan penyakit pleura.
E. Penatalaksanaan
Menurut Ardiansyah (2012) Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 3
bagian, yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita:
1) Pencegahan Tuberkulosis paru.
Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan,
penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren.
Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika setelah
mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari tujuh hari.
Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang
masih sedikit
Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis paru
kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas
pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.
2) Pengobatan Tuberkulosis Paru
Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk
mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi kuman
terhadap Obat Anti Tuberkulosis serta memutuskan rantai penularan.
Mycobacterium tuberculosis
Saluran Pernafasan
Bersihan
Penumpukan sekret jalan nafas Terjadi perdarahan
tidak efektif
B. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
C. ASKEP NANDA NIC NOC
DIAGNOSA
NO NOC NIC
NANDA
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan tindakan NIC (Airway suction)
Nafas tidak Efektif keperawatan selama 3x24 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
jam, diharapkan bersihan suctioning
jalan nafas pasien efektif 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
dengan Kriteria Hasil pasien sesudah suctioning.
dapat : 3. Informasikan pada klien dan keluarga
1. Mendemonstrasikan tentang suctioning
batuk efektif dan suara 4. Minta klien nafas dalam sebelum
nafas yang bersih, tidak suction dilakukan.
ada sianosis dan 5. Berikan O2 dengan menggunakan
dyspneu (mampu nasal untuk memfasilitasi suksion
mengeluarkan sputum, nasotrakeal
mampu bernafas dengan 6. Gunakan alat yang steril sitiap
mudah, tidak ada pursed melakukan tindakan
lips) 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
2. Menunjukkan jalan napas dalam setelah kateter
nafas yang paten (klien dikeluarkan dari nasotrakeal
tidak merasa tercekik, 8. Monitor status oksigen pasien
irama nafas, frekuensi 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
pernafasan dalam melakukan suction
rentang normal, tidak 10. Hentikan suksion dan berikan
ada suara nafas oksigen apabila pasien menunjukkan
abnormal) bradikardi, peningkatan saturasi O2,
3. Mampu dll.
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang NIC (Airway Management)
dapat menghambat jalan 11. Buka jalan nafas, guanakan teknik
nafas chin lift atau jaw thrust bila perlu\
12. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
13. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
14. Pasang mayo bila perlu
15. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
16. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
17. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
18. Lakukan suction pada mayo
19. Berikan bronkodilator bila perlu
20. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
21. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
22. Monitor respirasi dan status O2
Danusantoso H. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku saku Ilmu Penyakit Paru. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2012.
Wilkinson, J. & Ahern, n.R. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC; 2013.